BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995 menyatakan bahwa Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Husnan (2009:3) mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Husnan (2009:4) menunjukkan bahwa pasar modal dijumpai di banyak negara karena pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. 1. Fungsi Ekonomi Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi borrowers tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dalam proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi, sehingga akhirnya secara
8
9
keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran. Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh intermediasi keuangan lainnya, seperti lembaga perbankan. Hanya bedanya dalam pasar modal yang diperdagangkan dana jangka panjang yang dilakukan secara langsung, tanpa perantara keuangan. 2. Fungsi Keuangan Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut. Meskipun harus diakui perbedaan fungsi ekonomi dan keuangan ini tidak jelas. Husnan (2009:4) juga menjelaskan bahwa ada beberapa daya tarik pasar modal, yaitu : 1. Diharapkan pasar modal ini akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Di setiap negara pada umumnya sistem perbankan dominan sebagai sistem mobilisasi dana masyarakat. Bank-bank menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkan dana tersebut ke pihak-pihak yang memerlukan kredit. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana untuk ekspansi usaha mereka hanya bisa memperoleh dana tersebut dalam bentuk kredit. Dalam teori keuangan dijelaskan bahwa bagaimanapun juga akan terdapat batasan menggunakan hutang. Keterbatasan tersebut biasanya diindikasikan dari telah terlalu tingginya debt to equity ratio yang dimiliki perusahaan. Sesuai dengan balancing theory of capital structure, pada saat rasio hutang dengan ekuitas sudah terlalu tinggi, maka biaya modal
10
perusahaan tidak lagi minimum, tetapi akan meningkat dengan makin banyaknya hutang yang dipergunakan. Dalam keadaan tersebut perusahaan akan terpaksa menahan diri untuk perluasan usaha kecuali jika bisa mendapatkan dana dalam bentuk equity (modal sendiri). Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan demikian, perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi sehingga justru membuat cost of capital of the firm tidak lagi minimal. Tentu saja tidak berarti bahwa perusahaan akan selalu menerbitkan saham dengan adanya pasar modal. Tidak berarti juga bahwa saham, karena tidak mengharuskan perusahaan membayar bunga, lantas ditafsirkan sebagai dana murah. Dalam teori keuangan dijelaskan bahwa setiap sumber dana, baik hutang maupun modal sendiri, mempunyai biaya dana (cost of capital). Hanya untuk modal sendiri biaya tersebut bersifat implisit, atau opprtunistic, sedangkan untuk hutang bersifat eksplisit karena memang benarbenar dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga. 2. Pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Seandainya tidak ada pasar modal, maka para lenders mungkin hanya bisa menginvestasikan dana mereka dalam sistem perbankan (selain alternatif investasi pada real assets). Dengan adanya pasar modal, para pemodal memungkinkan untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portofolio (yaitu gabungan dari berbagai
11
investasi) sesuai dengan risiko yang mereka bersedia tanggung dan tingkat keuntungan yang mereka harapkan. Darmadji (dalam Hugida, 2011:31) menyimpulkan bahwa pada dasarnya pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang, ekuitas (saham) instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. 2.1.2 Saham Ang (dalam Hugida 2011:17) menyatakan bahwa saham adalah surat berharga sebagai penyertaan atau pemilikan individu ataupun institusi dalam suatu perusahaan. Makna surat berharga adalah sesuatu yang mempunyai nilai dan tentunya dapat diperjualbelikan. Nilai saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu : a. Par Value (Nilai Nominal) Nilai nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. b. Base Price (Nilai/harga dasar) Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Sehingga nilai dasar merupakan hasil perkalian antara harga dasar dengan jumlah saham yang diterbitkan. c. Market price ( Nilai/harga pasar) Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham. Jika harga
12
pasar ini dikalikan dengan jumlah saham yang diterbitkan maka akan didapat market value. Persentase kepemilikan ditentukan oleh besarnya persentase jumlah saham terhadap keseluruhan saham perusahaan. Seseorang yang memiliki saham suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai pemilik perusahaan walaupun jumlah sahamnya hanya beberapa lembar. Pemegang saham mempunyai hak dan tanggung jawab seperti halnya seorang pemilik perusahaan. Mereka mempunyai hak untuk menentukan arah dan kebijaksanaan umum perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Tentunya hak mereka dibatasi oleh persentase jumlah saham yang mereka miliki karena berlakunya prinsip βone share one voteβ. Siamat (dalam Kusumawardhani 2008:8) menyatakan bahwa saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perusahaan perseroan terbatas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa saham merupakan surat bukti kepemilikan sebagian modal pada suatu perusahaan dan sesuai dengan posisi kepemilikan yang tertera dalam saham tersebut. 2.1.3 Market Value Gill (dalam Noviyanti, 2010:5) menyatakan bahwa rasio pasar merupakan perhitungan keuangan yang digunakan oleh para investor untuk mengevaluasi kinerja perusahaan go public. Para pemegang saham sebagai investor sangat berkepentingan pada analisis rasio keuangan perusahaan. Dalam proses memulai suatu bisnis, seluruh uang yang berasal dari penjualan saham akan terlihat pada modal pemegang saham sebagai modal disetor atau saham biasa, pada aktiva
13
lancar sebagai kas. Selama perusahaan berjalan, mungkin sebagian jumlah uang tersebut dimasukkan dalam laba ditahan. Prihadi (2012:265) menyatakan bahwa market value atau market measure merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara harga saham terhadap laba dan nilai buku saham. Rasio ini juga digunakan untuk indikasi investor dalam melihat masa lalu dan prospek di masa yang akan datang. Murhadi (2013:64) mengemukakan macam-macam rasio nilai pasar (market value ratio) adalah sebagai berikut : 1. Earning Per Share (EPS) 2. Dividend Payout Ratio (DPR) 3. Price to Earning Ratio (PER) 4. Dividend Yield (DY) 5. Price to Book Value (P/B atau PBV) 6. Price/Sales Ratio (PSR) 7. Price Earning Ratio to Growth (PEG Ratio) 2.1.4 Earning Per Share (EPS) Pihadi (2012:265) menyatakan bahwa earning per share (EPS) atau laba per lembar saham digunakan untuk mengukur potensi maksimum yang mungkin diperoleh pemegang saham (shareholder) dalam pembagian laba. Miliasih (dalam Prasetyo, 2011:15) menyatakan bahwa pemain saham atau investor perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan dinamika harga saham agar dapat mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih. Informasi yang dimaksud dikeluarkan oleh emiten dalam bentuk prospektus yang
14
berisikan infomasi akuntansi maupun non-akuntansi. Berdasarkan teori-teori dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, variabel keuangan dalam prospektus tersebut juga digunakan oleh investor dalam pembuatan keputusan investasi, para investor dalam berinvestasi biasanya memperhitungkan mengenai seberapa besar keuntungan yang dapat diberikan oleh suatu perusahaan dalam kaitannya dengan investasi yang ditanamkan, oleh karena itu para investor perlu memperhatikan laba per lembar saham (EPS) dalam suatu perusahaan, karena laba per lembar saham (EPS) merupakan suatu variabel keuangan dalam prospektus yang menggambarkan kinerja perusahaan. Investor akan lebih menekankan pada kemampuan menghasilkan laba dan efisiensi operasinya, demikian juga halnya dengan para calon pemegang saham yang menekan modalnya dalam bentuk saham biasanya akan lebih tertarik dengan profitabilitas. Larson (dalam Prasetyo, 2011:16) menyatakan bahwa earning per share (EPS) merupakan jumlah pendapatan yang didapat dari tiap-tiap lembar saham biasa yang disetorkan perusahaan. Triyono dan Jogiyanto (dalam Prasetyo, 2011:16) menyatakan bahwa earning per share (EPS) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Laba per lembar saham dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. EPS juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham dalam perusahaan. Hasil yang lain menyatakan bahwa informasi terpenting bagi investor dan analisis sekuritas adalah laba per lembar saham (EPS).
15
Menurut Ang (dalam Putri 2012:21), bahwa earning per share merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan. Murhadi (2013:64) merumuskan earning per share secara sistematis adalah sebagai berikut : EPS =
πππ‘ πΌπππππ Jumlah Saham Biasa
Ang (dalam Jayanto, 2011:4) juga menyatakan bahwa semakin tinggi nilai earning per share nya tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Hal ini akan menarik perhatian investor sehingga banyak investor membeli saham perusahaan tersebut yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya harga saham pula. Penjelasan ini menunjukkan bahwa hubungan antara laba per lembar saham dengan harga saham sangat erat. 2.1.5 Price Earning Ratio (PER) Sudana (2012:23) menyatakan bahwa price earning ratio adalah rasio yang mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, dan tercermin pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan. Fabozzi (dalam Jayanto, 2011:4) menyatakan bahwa price earning ratio adalah harga pasar (price share) dibagi dengan earning per share. Ang (dalam Jayanto, 2011:4) mendefinisikan price earning ratio merupakan perbandingan antara harga pasar atau saham dengan earning per share dari saham yang bersangkutan.
16
Garrison dan Noreen (dalam Kusumawardhani, 2008:19) menyatakan bahwa price earning ratio merupakan hubungan antara harga pasar saham dan earning per share saat ini. Selain itu, PER digunakan secara luas oleh investor sebagai panduan umum untuk mengukur nilai saham. PER yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga premium untuk saham perusahaan dan investor mengharapkan perusahaan dapat menghasilkan pertumbuhan earning yang lebih tinggi. Prihadi (2012:268) menyatakan bahwa price earning ratio merupakan perbandingan antara harga pasar saham pada saat tertentu dengan laba per lembar saham. Rasio ini ingin melihat kaitan antara kinerja internal perusahaan berupa laba bersih dan bagaimana investor menilai saham perusahaan yang bersangkutan. PER satu perusahaan dapat dibandingkan dengan PER perusahaaan lain. Murhadi (2013:65) menyatakan bahwa PER yang terlalu tinggi, mengindikasikan bahwa harga pasar saham perusahaan tersebut telah mahal. PER diperoleh dengan cara : PER =
Harga Per Lembar Saham πΈππππππ πππ πβπππ
Menurut Jogiyanto (dalam Sia, 2011:139), PER merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan investor melakukan analisis saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham. Jika dikatakan suatu saham mempunyai PER 5 kali, berarti harga saham tersebut merupakan kelipatan dari 5 kali earnings perusahaan. Saham yang
17
memiliki PER yang semakin kecil bagi pemodal akan semakin bagus, karena saham tersebut memiliki harga yang semakin murah. PER merupakan salah satu segi untuk memandang kinerja harga saham. 2.1.6 Dividend Payout Ratio (DPR) Murhadi (2013:65) menyatakan bahwa dividend payout ratio merupakan rasio yang menggambarkan besarnya proporsi dividen yang dibagikan terhadap pendapatan bersih perusahaan. Menurut Prihadi (2012:266), dividend payout ratio adalah rasio yang menggambarkan tingkat persentase dari laba yang dibagi menjadi dividen. Dengan demikian dalam kondisi perusahaan tidak membagi dividen, maka rasio ini menjadi nol. Kusumawardhani (2008:28) menyatakan bahwa dividend payout ratio (DPR) yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Umumnya dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham. Murhadi (2013:65) menyatakan bahwa DPR merupakan dividend per share (DPS) dibagi dengan earning per share (EPS) yang bila diformulasikan kedalam rumus sebagai berikut : π·ππ
=
π·ππ£πππππ πππ πβπππ πΈππππππ πππ πβπππ
Kusumawardhani (2008:29) menyatakan bahwa DPR memberikan gambaran seberapa besar kontribusi pendapatan terhadap pembayaran dividen. Semakin besar ratio DPR, maka semakin besar pula alokasi keuntungan perusahaan untuk pemegang saham. Rasio ini menunjukkan presentase laba perusahaan yang
18
dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Dividen bagi para investor dipandang sebagai salah satu indikator prospek perusahaan saat perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, hal ini ditafsirkan bahwa prospek perusahaan sedang baik, demikian pula sebaliknya. 2.1.7 Harga Saham Jogiyanto (2008:8) menyatakan bahwa harga saham adalah nilai pasar yang merupakan harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu. Prasetyo (2011:27) menyatakan bahwa harga saham merupakan hasil dari interaksi performance perusahaan dan situasi pasar yang terjadi. Harga saham dapat dibedakan menjadi harga saham perdana dan harga saham di pasar sekunder. Perbedaan dari kedua harga saham tersebut adalah harga saham perdana memiliki harga saham yang tetap dan telah ditetapkan sebelumnya dan ditawarkan pertama kali kepada masyarakat. Harga saham pada pasar sekunder tidak memiliki harga statis melainkan dapat berfluktuasi mengikuti situasi pasar yang berlaku. Perusahaan penerbit yang mampu menghasilkan keuntungan tinggi, dapat menyisihkan bagian keuntungan sebagai dividen dalam jumlah yang tinggi pula. Pembagian dividen yang tinggi akan menarik minat investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini mengakibatkan permintaan atas saham yang bersangkutan akan meningkat, yang pada akhirnya akan mendorong naiknya nilai saham. Sia (2011:140) menyatakan bahwa terbentuknya harga saham tidak hanya disebutkan saja, melainkan dibentuk berdasarkan suatu dasar tertentu. Saat perusahaan didirikan, harga sahamnya tercermin dari jumlah modal sendiri (equity) per sahamnya. Setelah perusahaan berdiri, kemudian beroperasi dan
19
berkembang baik, tentunya perusahaan mulai memberikan hasil yaitu antara lain berupa dividen tunai. Jika perusahaan berkembang pesat, maka laba dan dividen juga akan meningkat, sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Harga saham terbentuk dari proses demand dan supply yang terjadi di bursa. Jika supply lebih besar daripada demand, maka akan menyebabkan pergerakan harga yang menurun. Dan demikian juga sebaliknya, jika supply lebih kecil daripada demand, maka harga akan bergerak naik. Harga saham berfluktuasi sesuai dengan informasi baik dari dalam (faktor internal) maupun dari luar perusahaan (faktor eksternal). Informasi yang berasal dari dalam perusahaan adalah penilaian kinerja perusahaan, pengumuman laba perusahaan, pergantian pengurus perusahaan, pengumuman pembagian dividen, dan informasi lain yang menyangkut operasi perusahaan. Informasi yang berasal dari luar perusahaan adalah isu-isu politik, situasi keamanan negara, perkembangan perusahaan pesaing, dan informasi lainnya. Menurut Jogiyanto (dalam Sia, 2011:140) terdapat dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham, yaitu analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknis (technical analysis). ο· Analisis Fundamental Jogiyanto (dalam Sia, 2011:140) menyatakan bahwa analisis fundamental adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan, misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain sebagainya. Analisis fundamental ini banyak digunakan oleh para akademisi.
20
Untuk analisis fundamental, terdapat dua macam pendekatan, yaitu pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (price earnings ratio approach). Menurut Husnan (dalam Sia, 2011:140) menyatakan bahwa analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model, dan sering dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Kelebihan dari analisis fundamental adalah : 1. Analisis ini membantu dalam menganalisis situasi yang ada di dalam perusahaan dan prospeknya di masa depan. 2. Analisis ini mampu memberikan gambaran tentang nilai sahamnya dan kewajaran harga suatu saham. 3. Bagi perusahaan yang baru go public, analisis ini dipergunakan dalam penentuan harga saham di pasar perdana. Kelemahan dari analisis fundamental adalah: 1. Laporan keuangan bersifat historis, sehingga diperlukan kemampuan untuk memproyeksikan kondisi di masa depan. 2. Terdapat kendala dalam mendapatkan laporan keuangan secara langsung karena hal ini merupakan rahasia dari perusahaan yang bersangkutan.
21
ο· Analisis Teknikal Jogiyanto (dalam Sia, 2011:141) menyatakan bahwa analisis teknikal menggunakan data pasar dari saham, misalnya harga saham dan volume transaksi saham, yang akan digunakan untuk menentukan nilai dari saham. Analisis teknikal ini banyak digunakan oleh praktisi dalam menentukan harga saham (Jogiyanto,
2008:126).
Analisis
teknikal
memulai
analisisnya
dengan
memperhatikan perubahan harga sekuritas itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis ini didasarkan pada anggapan bahwa harga suatu sekuritas akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap sekuritas tersebut. Oleh karena itu, teknik-teknik analisis dalam pendekatan ini dirancang untuk mengukur permintaan dan penawaran. Husnan (dalam Sia, 2011:141) menyatakan bahwa analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis teknikal adalah bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan, bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yang lalu, dan karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan berulang. Analisis teknikal didasarkan pada beberapa asumsi dasar, yaitu: 1. Harga sekuritas akan ditentukan oleh interaksi antara penawaran dan permintaan sekuritas. 2. Penawaran dan permintaan sekuritas itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun yang irasional.
22
3. Perubahan harga sekuritas cenderung bergerak pada satu arah tertentu (trend). 4. Pergeseran penawaran dan permintaan sekuritas akan mempengaruhi arah perubahan harga. 5. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lampau akan terulang kembali pada yang akan datang. 2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Kusumawardhani (2008:17) harga saham setiap hari selalu mengalami perubahan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi harga saham dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja perusahaan.
Semakin
baik
kinerja
perusahaan
maka
semakin
besar
pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya. Faktorfaktor internal tersebut adalah proyeksi laba per lembar saham saat diperoleh laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang tidak berkaitan langsung dengan kinerja perusahaan sendiri. Faktor-faktor eksternal tersebut antara lain perekonomian negara, tingkat suku bunga, keadaan politik, sosial, dan keamanan. Menurut Brigham dan Houston (dalam Kusumawardhani, 2008:17) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan harga saham adalah :
23
a. Aktiva Keuangan Setiap aktiva keuangan hanya akan bernilai jika aktiva tersebut menghasilkan arus kas. b. Kecepatan Arus Kas Semakin cepat arus kas diterima akan semakin baik, karena kas tersebut dapat diinvestasikan kembali untuk menghasilkan tambahan perusahaan. c. Risiko Pada umumnya investor menghindari risiko, jadi investor akan membayar lebih saham yang arus kasnya relatif pasti daripada saham yang arus kasnya berisiko.
2.2 Penelitian Terdahulu a. Ranny Kusumawardhani (2008) Ranny Kusumawardhani melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsinya mengenai pengaruh price earning ratio dan dividend payout ratio terhadap harga saham. Penelitian dilakukan dengan rentang waktu 2005-2007. Populasi objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2007. Sampel penelitian sebanyak 15 perusahaan yang diambil melalui teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PER dan DPR secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham. b. Sigit Dwi Jayanto (2011) Sigit Dwi Jayanto melakukan penelitian mengenai pengaruh price earning ratio dan dividend payout ratio terhadap harga saham PT. Bank Central Asia,
24
Tbk. Penelitian ini dilakukan dengan rentang waktu 2003-2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PER dan DPR secara parsial PER berpengaruh terhadap harga saham dengan kontribusi sebesar 60,2%. Sedangkan DPR berpengaruh terhadap harga saham dengan kontribusi sebesar 28,1%. c. Galih Prasetyo (2011) Galih Prasetyo melakukan penelitian mengenai pengaruh financial leverage, earning per share, dan dividend per share terhadap harga saham. Penelitian dilakukan dengan rentang waktu 2006-2009. Populasi objek penelitiannya adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia pada periode 2006-2009. Sampel penelitian ini sebanyak 20 perusahaan yang diambil melalui teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh parsial dari earning per share sebesar 54,4% memberikan kontribusi terbesar terhadap harga saham, kemudian berturut-turut dividend per share sebesar 20,7%, dan financial leverage sebesar 0,01%. 2.3 Rerangka Pemikiran Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas bahwa earning per share (EPS), price earning ratio (PER), dan dividend payout ratio (DPR) adalah market value yang mencerminkan tingkat profitabilitas suatu saham yang perlu diteliti pengaruhnya terhadap harga saham sebagai bahan pertimbangan bagi investor untuk berinvestasi. Earning per share (EPS) menunjukkan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam setiap lembar saham. EPS memiliki pengaruh terhadap harga saham, hal ini ditunjukkan ketika EPS
25
meningkat maka harga saham juga meningkat, begitu pula sebaliknya. Sehingga dapat diketahui bahwa besar kecilnya nilai earning per share (EPS) memiliki pengaruh terhadap harga saham. Price earning ratio (PER) merupakan indikator kepercayaan pasar terhadap pertumbuhan perusahaan, oleh karena itu banyak investor yang meletakkan perhatiannya terhadap PER. Sebab, jika PER suatu perusahaan tinggi, maka tingkat pertumbuhan perusahaan juga tinggi yang berdampak pada peningkatan harga saham karena adanya kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan. Dengan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa price earning ratio (PER) memiliki pengaruh terhadap harga saham. Dividend payout ratio (DPR) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dibagikan dalam betuk dividen. Semakin tinggi dividend payout ratio akan semakin menguntungkan bagi para pemegang saham (shareholders) namun pihak perusahaan tidak mengharapkan hal tersebut terjadi karena dapat memperlemah keuangan internal melalui kecilnya laba di tahan. Semakin besar nilai DPR suatu perusahaan akan berdampak pada kenaikan harga saham perusahaan, karena akan banyak investor yang tertarik untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya DPR akan berpengaruh terhadap harga saham. Harga saham mencerminkan value perusahaan dan merupakan indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan. Semakin tinggi rasio profitabilitas suatu saham maka akan semakin tinggi pula harga sahamnya. Dalam hal ini tentunya peneliti ingin menguji apakah terdapat pengaruh secara parsial
26
antara rasio profitabilitas dalam market value yang terdiri dari earning per share (EPS), price earning ratio (PER), dan dividend payout ratio (DPR) terhadap harga saham perusahaan. Sehingga untuk melakukan penelitian ini, maka perlu dibuat kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut : Latar Belakang ο· Pasar modal adalah sarana yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan dana. ο· Investor ingin berinvestasi dengan dana yang kecil, namun memberikan keuntungan yang besar. ο· Investor memerlukan teknik analisis yang baik untuk memilih saham yang tepat.
Identifikasi ο· Harga saham perusahaan perbankan mengalami penurunan saat diperdagangkan pada 10 Februari 2014. ο· Terdapat inkonsistensi hasil pada penelitian terdahulu.
Teori ο· Earning Per Share (Murhadi, 2013:64) ο· Price Earning Ratio (Murhadi, 2013:65) ο· Dividend Payout Ratio (Murhadi, 2013:65) ο· Harga Saham (Jogiyanto, 2008:8)
Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara EPS, PER, dan DPR terhadap harga saham pada perusa haan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013? 2. Manakah dari variabel EPS, PER, dan dan DPR terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013?
Earning Per Share (EPS) Price Earning Ratio (PER) Dividend Payout Ratio (DPR) Harga Saham Gambar 1 Rerangka Pemikiran
27
2.4 Perumusan Hipotesis
Earning Per Share (EPS)
Price Earning Ratio (PER)
Dividend Payout Ratio (DPR)
H1 H2
Harga Saham (HS)
H3
Gambar 2 Model Penelitian
Berdasarkan model penelitian di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut : H1 : Earning per share berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. H2 : Price earning ratio berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. H3 : Dividend payout ratio berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.