BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari
peranan media yang menyebarkan visi dan misi mereka dalam kampanye untuk meraih suara pemilih. Di era informasi ini, media massa sebagai sarana komunikasi politik di dalam suatu negara mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pola pikir dan perilaku khalayak dalam menentukan penilaian dan partisipasi politik. Selain peranan media, dewasa ini peran PR politik sangat jelas di pentas politik Indonesia. PR politik berperan merencanakan, menetapkan tujuan dan melaksanakan aktifitas public relations dengan menggunakan pengetahuan dan keahliannya demi mendukung klien mereka (partai politik beserta kandidatnya). Pers dikenal juga sebagai “The fourh estate of the press” yaitu kekuasaan ke empat setelah legislatif, eksekutif. dan yudikatif karena kemampuannya menyebarkan banyak hal kepada khalayak dengan segera. Kekuatan dan kekuasaan pers dapat lebih dirasakan terutama di negara–negara yang menganut paham demokrasi.1 Pemilihan figur capres dan cawapres yang dirasakan oleh pemilih tepat sebagai pemimpin mereka dilakukan atas dasar ragam pertimbangan sosial, ekonomi, politik dan budaya masing-masing. Salah satu referensi atau rujukan
1
Novel Ali, Peradaban Komunikasi Politik, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999), hal 271
1
2
utama bagi pemilih dalam menentukan pilihannya adalah media yang dianggap sebagai sumber yang kredibel dan karakteristik utama dari media itu sendiri yang mampu menjangkau khalayak luas secara bersamaan. Dalam perspektif komunikasi politik, berita tentang capres dan cawapres di media yang diterima oleh khalayak akan dijadikan pedoman dalam menilai dan menentukan pilihannya terhadap capres dan cawapres tersebut. Menurut Denis McQuail operasionalisasi dan tujuan media massa dipengaruhi beberapa kepentingan atau unsur–unsur yaitu, negara, pemerintah, komunikator massa, lembaga swadaya masyarakat, khalayak, dominasi kelas, kegiatan sosial, serta pemilik media massa.2 Menurut pandangan kontruksionis, pemberitaan yang dilakukan media massa tidak dapat bebas dari subyektifitas seorang wartawan dan kepentingan suatu media massa dalam memaknai relitas sehingga mempengaruhi representasi relitas yang dihadirkan terhadap sebuah persoalan yang ada. Representasi itu sendiri menunjukkan pada bagaimana, seseorang, suatu kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.3 Menurut Eriyanto, representasi penting dalam dua hal. Pertama apakah seseorang, satu kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua representasi itu ditampilkan, dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto macam apa seseorang, kelompok, atau gagasan tertentu ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak.4
2
3 4
Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi, Komunikasi dan Demokratisasi, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998) volume 1 hal 8 Erianto Analisis Wacana, ”Pengantar Teks Media “, (LKIS, Jakarta, 2001), hal 113 Ibid.
3
Persoalan utama dalam representasi adalah bagaimana pemberitan ditampilkan, menurut William A Gamson bagaimana menghubungkan wacana media di satu sisi dengan pendapat umum di sisi lain, dalam pandangan Gamson, wacana media adalah elemen yang terpenting untuk memahami dan mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu atau peristiwa. pendapat umum tidak cukup kalau hanya didasarkan pada data survey khalayak. Data–data itu perlu dihubungkan dan diperbandingkan dengan bagaimana media mengemas dan menyajikan suatu isu. Sebab, bagaimana media menyajikan suatu isu menentukan dan khalayak memahami serta mengerti suatu isu.5 Persepsi khalayak terhadap pencitraan capres dan cawapres dalam pemberitaan kampanye pemilihan presiden 2009 di Surat Kabar Media Indonesia terjadi karena adanya proses pemahaman pembaca terhadap pesan yang disampaikan oleh surat kabar tersebut. Penelitian disini memfokuskan pembahasan pada Persepsi Pemilih terhadap Berita Kampanye Pemilihan Presiden 2009 di Surat Kabar Media Indonesia. Pemilihan kasus tersebut dipilih untuk mengungkap persepsi pemilih dalam menilai berita yaitu perhatian, penafsiran dan pengetahuan responden terhadap berita kampanye pemilihan presiden di Surat Kabar Media Indonesia. Surat Kabar Media Indonesia dipilih sebagai media karena factor kemudahan untuk dibawa dan diarsipkan, juga untuk ditunjukkan kepada responden. Surat Kabar Media Indonesia dipilih karena cakupan distribusinya yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia serta sajian pemberitaan kampanye 5
William A Gamson dalam Erianto, Analisis framing (Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media) hal, 217
4
pemilihan prsiden 2009 yang cukup mendalam. Dilihat dari sumber daya manusianya, wartawan surat kabar ini datang dari lingkungan sosial politik yang bervariasi pula. Isu politik menjadi diskusi yang hangat sebelum diturunkan menjadi
sebuah
berita.
Dalam
bidang
keredaksian
Media
Indonesia
mengembangkan jurnalisme yang berani. Dan keberanian itu tidak lepas dari peran Surya Paloh. Pemberitaan politik Media Indonesia disampaikan dengan kritis sebagaimana dinyatakan dalam slogannya “Lugas, Tegas, Terpercaya”. Selain itu, pertimbangan kemudahan akses bagi peneliti untuk melakukan penelitian juga mendukung Surat Kabar Media Indonesia sebagai lokasi penelitian bagi Penulis. Suatu informasi sangat penting kegunaannya karena merupakan jembatan komunikasi dalam menyampaikan suatu pesan. Pesan yang disampaikan adalah isi berita tentang pencitraan capres dan cawapres dalam pemberitaan kampanye pilpres 2009 di Surat Kabar Media Indonesia, serta berita yang terkait dengan penelitian, itu menjadi alasan pemilihan berita kampanye pilpres 2009, serta respondennya Mahasiswa/i Bidang Studi Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana Angkatan Tahun 2007 menjadi pilihan penulis, karena tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, lokasi, populasi, agama, bahasa, angkatan yang sesudahnya sudah banyak yang lulus dan juga dalam akses informasi lebih terjangkau karena berada di dalam lingkungan kampus Universitas Mercu Buana.
5
1.2 . Perumusan Masalah Perumusan masalah ialah usaha untuk menyatakan secara tersirat pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya dan usaha untuk menyatakan secara tersirat pertanyaan penelitian apa saja yang spesifik dan perlu dijawab.6 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi khalayak terhadap pencitraan capres dan cawapres dalam pemberitaan kampanye pemilihan presiden 2009 di Surat Kabar Media Indonesia?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi khalayak terhadap
pencitraan capres dan cawapres dalam pemberitaan kampanye pemilihan presiden 2009 di Surat Kabar Media Indonesia.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu komunikasi pada umumnya dan ilmu PR pada khususnya berkaitan dengan persepsi khalayak terhadap pencitraan capres dan cawapres dalam pemberitaan kampanye media massa. 6
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi, Metode Penelitian Sosial, (Bumi Aksara, Jakarta,1996) hal 126
6
1.4.2. Praktis
Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi surat kabar, khususnya Media Indonesia dalam menyajikan berita, terutama berita kampanye
juga
untuk
khalayak
pemilih
agar
bisa
memberikan
pertimbangan yang benar atas dukungannya terhadap calon pemimpinnya.