KRISIS CAPRES DAN CAWAPRES PARTAI ISLAM : SIAPAKAH PASANGAN CAPRESCAWAPRES TERKUAT PEMILU 2014?
Lingkaran Survei Indonesia Maret 2013 1
Kata Pengantar KRISIS CAPRES DAN CAWAPRES PARTAI ISLAM : SIAPAKAH PASANGAN CAPRES-CAWAPRES TERKUAT PEMILU 2014 Pertarungan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dalam Pemilu 2014 nampaknya kembali tidak menampilkan satupun tokoh dari partai Islam baik sebagai capres maupun cawapres. Pada Pilpres 2009, dari tiga pasangan calon yang bertarung tak ada satupun yang berasal dari partai Islam. Partai Islam dan tokohnya hanya menjadi “pelengkap” atau supporter dalam peta koalisi capres. Jika mengacu pada survei LSI, peta koalisi yang persis pemilu 2009 terbuka lebar terjadi lagi pada pemilu 2014. Jika Pemilu Presiden dilaksanakan pada Maret 2013 ini, maka 4 (empat) kandidat terkuat capres semuanya didominasi oleh tokoh dari partai nasionalis. Perolehan dukungan keempat tokoh ini sesuai survei ini adalah Megawati Soekarnoputri (20.7 %), Aburizal Bakrie (20.3 %), Prabowo Subianto (19.2 %), dan Wiranto (8.2%). Para tokoh partai Islam hanya berada pada urutan kelima dan kebawahnya. Figur partai Islam kalah pamor dengan para tokoh nasionalis. Hatta Rajasa, Ketum PAN, hanya memperoleh dukungan (6.4)%, Suryadarma Ali, Ketum PPP didukung (1.9%)%, Anis Matta, Ketua Umum PKS (1.1%), dan Muhaimin Iskandar, Ketum PKB hanya memperoleh dukungan sebesar (1.6%). Sedangkan Surya Paloh, Ketua umum partai baru Nasdem hanya memperoleh 2.1 %. 2
Demikian salah satu kesimpulan survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Survei diadakan di 33 Provinsi di Indonesia dengan menggunakan 1200 responden. Dengan metode multistage random sampling, estimasi kesalahan penyamplingan (margin of error) survei ini adalah +/- 2.9 %. Survei ini menggunakan instrumen kuesioner dengan wawancara tatap muka (face to face interview). Selain survei, LSI juga melakukan pendalaman tentang topik penelitian yang berifat kualitatif melalui in depth interview, FGD, dan analisis media. Lemahnya dukungan figur partai Islam bukan hanya pada posisi capres, namun juga cawapres. Dari empat kandidat cawapres terkuat, hanya terdapat satu tokoh dari Partai Islam. Keempat tokoh tersebut adalah Joko Widodo (35,2 %), Jusuf Kalla (21.2 %), Hatta Rajasa (17.1 %), dan Mahfud MD (15. 1 %). Mahfud MD diklasifikasi sebagai tokoh non partai, walaupun pernah aktif sebagai anggota dan pengurus salah satu partai Islam. Ketua Umum Partai Islam lainnya hanya dibawah 5 % dukungan sebagai Cawapres. Suryadarma Ali, Ketum PPP didukung (2.9%), Anis Matta, Ketua Umum PKS (1.9%), dan Muhaimin Iskandar, Ketum PKB hanya memperoleh dukungan sebesar (2.2%) sebagai cawapres. Kurangnya pamor tokoh partai Islam juga pararel dengan perolehan suara partainya. Temuan survei LSI pada Maret 2013 juga menunjukan bahwa tak ada satupun Partai Islam di empat besar perolehan suara. Semua partai Islam yang telah dinyatakan lolos sebagai peserta pemilu oleh KPU yaitu PPP, PKB, PAN, dan PKS hanya memperoleh dukungan dibawah 5 %. 3
Partai Golkar masih tetap kokoh di urutan pertama dengan perolehan suara 22, 2 %. Partai Golkar mencapai “angka psikologis” pemenang pemilu. Pada Pemilu 2004 dan 2009, partai pemenang pemilu selalu mencapai prosentase diatas 20 %. Pada Pemilu 2004, pemenangnya adalah Partai Golkar dengan perolehan suara 21,58 %. Dan pada Pemilu 2009, Partai Demokrat memperoleh suara 20. 85 % dan menjadi pemenang pemilu. Pencapaian suara Golkar sesuai survei Maret ini, menunjukan bahwa terjadi kenaikan suara sebesar 8 % jika dibandingkan dengan Pemilu 2009 (Golkar 14.45 %).
Di posisi kedua adalah PDIP dengan perolehan suara 18.8 %. Sejak Februari 2012, survei LSI menemukan PDIP tetap stabil pada posisi kedua dibawah Partai Golkar dan diatas Partai Demokrat. Perolehan suara PDIP dalam survei ini, mirip dengan perolehan suara PDIP pada pemilu 2004. Saat itu, PDIP sebagai partai penguasa dan “juara bertahan” Pemilu 1999, hanya memperoleh 18.53 % suara, turun jauh dari Pemilu 1999 (33.74 %), berada di urutan kedua dibawah Partai Golkar. Dalam survei ini, PDIP mengalami kenaikan sebesar 4 % dibanding dengan perolehan suara pada Pemilu 2009. Khusus Partai Demokrat, seperti yang telah berulang kali disampaikan LSI dalam rilis survei-survei sebelumnya, parahara kasus korupsi yang melibatkan banyak petinggi partai termasuk ketua umum, telah membuat elektabilitas Partai Demokrat “terjun bebas”. 4
Tak sampai setahun kemudian, LSI kembali memberi warning kedua kepada Partai Demokrat atas jebloknya suara Partai Demokrat. Pada Survei Februari 2012, Partai Demokrat tidak hanya disalip oleh Partai Golkar, namun juga PDIP. PDIP mengambil alih posisi kedua perolehan suara. Pada Februari 2012, Partai Golkar memperoleh dukungan 18.9 %, PDIP 14. 2 %, dan Partai Demokrat 13.7 %. Jika kecenderungan dalam survei ini bertahan sampai Pemilu 2014 nanti, maka Partai Demokrat berpeluang mematahkan tradisi runner-up pemenang pemilu pasca refomasi. Bahwa partai politik yang menjadi pemenang pemilu sebelumnya, menjadi runner up dalam pemilu berikutnya. Pada Pemilu 1999, PDIP adalah pemenang pemilu. Namun menjadi runner up pada pemilu 2004. Pada Pemilu 2004, Partai Golkar adalah pemenang pemilu. Namun menjadi runner up pada pemilu 2009. Pada posisi keempat terdapat Partai Gerindra yang memperoleh dukungan sebesar 7.3 %. Dukungan partai Gerindra yang trennya cenderung naik disebabkan oleh sosialisasi yang intensif melalui media massa dan keberadaan figur Prabowo yang ikut mendongkrak suara. Posisi kelima dan seterusnya termasuk partai Islam berturut-turut adalah Partai Nasdem 4.5 %, PKB 4.5 %, PPP 4.0 %, PAN 4.0 %, PKS 3.7 %, dan Hanura 2.6 %. Suara mereka yang belum menentukan sebesar 16.7 %. 5
-o0oDengan posisi dukungan capres, cawapres, dan partai politik yang terlihat dalam survei, lalu bagaimanakah kemungkinan koalisi capres dan cawapres pada pemilu 2014 nanti? Siapakah pasangan capres dan cawapres terkuat? Jika bercermin pada dua kali Pemilu Presiden langsung tahun 2004 dan 2009, maka peta koalisi capres dan cawapres didasarkan pada dua indikator. Pertama, aturan dalam undang-undang Pemilu mengenai syarat minimal dukungan partai atau koalisi partai dalam mengajukan capres dan cawapres. Kedua, realitas perolehan suara partai politik itu sendiri dalam pemilu legislatif.
Pada pemilu 2004, sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 bahwa untuk dapat mengusulkan capres dan cawapres, partai politik atau gabungan partai politik harus mengantongi syarat minimal 20 % suara nasional dalam pemilu atau 15 % kursi di parlemen. Dengan ketentuan ini, pada pemilu 2004 ada enam peta koalisi capres dan cawapres. Kecuali PKS, enam partai politik yang memperoleh dukungan diatas 5 % membentuk koalisi pecapresannya masing-masing. Pertama, PKB dan koalisinya mengajukan Ketua Umumnya K.H. Abdurrahman Wahid sebagai capres didampingi dan Marwah Daud Ibrahim, fungsionaris Golkar. 6
Kedua, PAN dan koalisinya mengajukan Ketua Umumnya Amien Rais berpasangan dengan Siswono Yudo Husodo, fungsionaris Golkar. Ketiga, PPP dan koalisinya mengajukan Ketua Umumnya Hamzah Haz yang juga Wapres saat itu didampingi oleh Agum Gumelar, purnawirawan TNI. Keempat, Partai Demokrat dan koalisisnya mengusung Ketua Dewan Pembinanya Soesilo Bambang Yudhoyono berpasangan dengan Jusuf kalla, fungsionaris Golkar. Kelima, PDIP yang memenuhi syarat minimal 15 % kursi di DPR, mengusung ketua Umumnya Megawati berpasangan dengan Hasyim Muzadi, tokoh NU. Keenam, partai pemenang pemilu, Golkar yang memenuhi syarat suara sah nasional maupun perolehan kursi di DPR, mengajukan Wiranto yang memenangi konvensi partai Golkar berpasangan dengan Salahudin Wahid, tokoh NU. Namun akhirnya pasangan yang diusung PKB, Abdurahman Wahid (Gus Dur) dinyatakan tidak lolos sebagai kandidat karena alasan kesehatan. Dengan demikian, pada Pemilu 2004, ada dua pasangan kandidat yang merupakan tokoh Islam dan diajukan oleh partai politik Islam. Pada Pemilu 2009, syarat minimal dukungan partai dan gabungan partai politik dalam pencalonan capres ditingkatkan. Sesuai dengan UndangUndang No.42 Tahun 2008, untuk dapat mengusulkan capres dan cawapres, partai politik atau gabungan partai politik harus memenuhi syarat minimal suara sah nasional 25 % atau 20 % kursi di DPR. 7
Dengan ketentuan ini, maka sesuai dengan hasil pemilu 2009, hanya tiga peta koalisi capres dan cawapres yang bertarung. Pertama, Partai Demokrat dan koalisinya, yang mengusung kembali Ketua Dewan pembina Partai Demokrat, sekaligus presiden petahana, SBY, yang didampingi oleh Boediono, seorang teknokrat. Kedua, Partai Golkar dan koalisinya, yang mengusung ketua umumnya Jusuf Kalla dan didampingi oleh Wiranto, Ketua Umum Partai Hanura. Ketiga, PDIP dan koalisinya, yang mengusung ketua umumnya Megawati dan didampingi oleh Prabowo, Ketua Dewa Pembina Partai Gerindra. Dari pengalaman dua pemilu diatas terlihat bahwa peta koalisi capres dan cawapres sangat tergantung pada aturan pemilu dan pencapaian suara partai politik tersebut dalam pemilu. Komposisi capres dan cawapres juga dipengaruhi oleh syarat pencapresan dan perolehan partai. Partai politik yang mampu mencalonkan capres sendiri tanpa koalisi untuk memenuhi syarat, terlihat lebih leluasa dalam memilih cawapresnya. Contohnya Partai Demokrat pada Pemilu 2009 lalu yang lebih memilih Boediono, yang non partai, sebagai cawapresnya. Sedangkan Partai Golkar dan PDIP harus mengambil cawapres dari tokoh partai untuk mendampingi capresnya dan memenuhi syarat pencalonan. 8
Jika aturan syarat minimal pencapresan tidak berubah yaitu tetap menggunakan undang-undang No.42 Tahun 2008 bahwa syarat minimal pencapresan adalah partai atau gabungan partai yang memenuhi minimal 25 % suara sah pemilu atau 20 % kursi parlemen, maka sesuai dengan survei Maret 2013, LSI memperkirakan ada 3 (tiga) skenario koalisi pencapresan yang akan terjadi pada Pemilu 2014 nanti. Pertama, Partai Golkar dan koalisinya. Kedua, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan koalisinya. Ketiga, Partai Demokrat dan/atau Partai Gerindra dengan koalisinya. Pertama, Partai Golkar dan koalisinya. Jika perolehan suara Golkar pada pemilu 2014 nantinya minimal sama dengan survei Maret 2013 ini yaitu 22.2 % maka besar peluang partai Golkar untuk mengusung capres sendiri dari internal partainya. Saat ini, Golkar sudah memutuskan mencalonkan ketua umumnya Aburizal Bakrie sebagai capres. Dan dengan perolehan suara 22.2 %, Partai Golkar diperkirakan memperoleh diatas 120 kursi di DPR. Dengan syarat hanya 112 kursi (20 % kursi DPR yang totalnya 560 kursi), maka Golkar bisa mengajukan capres dan cawapres sendiri tanpa koalisi. Walaupun berkoalisi namun posisi tawar Golkar lebih kuat seperti Partai Demokrat pada Pilpres 2009. Artinya bahwa Partai Golkar juga akan lebih leluasa untuk memilih cawapres mendampingi Aburizal Bakrie. 9
Partai Golkar dan Aburizal Bakrie mungkin saja akan mengikuti jejak SBY dan partai Demokrat pada Pemilu 2009 lalu, yaitu memilih cawapres non partai, dengan pertimbangan mengisi kekurangan capresnya sekaligus menghindari conflict of interest yang besar. Dari berita media massa berdasarkan pernyataan beberapa tokoh internal Golkar (Misalnya Akbar Tanjung dan Bambang Soesatyo), ada dua nama non partai, yang dipertimbangkan Golkar, yaitu Joko Widodo (Jokowi) dan Mahfud MD. Jika dua nama tersebut bersedia, tentunya Golkar dan Aburizal Bakrie lebih akan memilih Jokowi dibanding Mahfud MD. Jokowi dipilih karena popularitas dan mengisi perimbangan kekuatan pemilih berdasar etnis Jawa-Non Jawa.
Kedua, PDIP dan koalisinya. Dengan perolehan suara sebesar 18.8 % suara sesuai survei LSI Maret 2013 maka peluang PDIP memimpin koalisi capres dengan mengusung capres sendiri sangat besar. PDIP hanya butuh tambahan beberapa persen suara sah nasional atau kursi di DPR dari partai lainnya. Dalam koalisi ini, karena jumlah suara yang mungkin diraih PDIP dalam Pemilu 2014 nanti cukup signifikan maka PDIP pun bisa menempatkan kadernya pada posisi Capres dan menggandeng cawapres yang diusung oleh partai yang berkoalisi. 10
Sampai saat ini, hanya Megawati yang berpeluang besar dicalonkan oleh PDIP. Karena beliau adalah ketua umum partai dan masih banyak dukungan kepadanya untuk maju sebagai capres dari para kader PDIP. Dari berita media massa, Jusuf Kalla (JK) masuk sebagai salah satu nama yang dipertimbangkan PDIP sebagai cawapres. Jusuf Kalla dalam beberapa kesempatan terlihat akrab dengan Megawati. Kedua tokoh ini telah dekat ketika JK menjabat sebagai menteri pada pemerintahan Megawati. Jusuf Kalla juga bisa melengkapi syarat minimal dukungan pencapresan yang dibutuhkan PDIP. Jusuf Kalla diberitakan mulai digadang-gadang PPP sebagai capres. Ketiga, Partai Demokrat dan/atau Partai Gerindra dan koalisinya. Dengan perolehan suara Partai Demokrat yang hanya 11.7 % dan partai Gerindra 7.3 %, maka kedua partai ini membutuhkan banyak tambahan suara untuk bisa membangun koalisi pencapresan diluar PDIP dan Partai Golkar. Namun pemimpin koalisi ini tetap partai Demokrat atau Partai Gerindra. Di internal partai Demokrat, tidak ada satupun kader atau anggota Partai Demokrat yang menonjol dalam survei. Satu-satunya kandidat internal yang menonjol adalah Ani Yudhoyono. Namun elektabilitasnya hanya 2.4 % jika dibanding dengan kandidat lainnya diluar Partai Demokrat. 11
Dengan melihat realitas perolehan suara Partai Demokrat yang semakin menurun dan tidak ada kader internal yang menonjol, maka Partai Demokrat dan SBY, bisa saja akan mendukung capres dari partai lain dan hanya menggaransi posisi cawapres. Di sisi lain, Prabowo yang diusung Partai Gerindra sebagai Capres termasuk salah satu kandidat terkuat capres. SBY dikabarkan mulai melirik Prabowo sebagai alternatif. Keduanya memiliki kedekatan khusus karena sama-sama dari militer. Jika SBY berkeinginan tetap menjaga “trah” militer dalam kepememipinan nasional, maka Prabowo adalah kandidat kuatnya. Dalam berita media, Prabowo mulai membangun komunikasi politik dengan Hatta Rajasa. Hatta Rajasa diusung PAN sebagai capres. Namun akan realistis jika hasil Pemilu, PAN tidak memperoleh suara signifikan. Pasangan Prabowo-Hatta Rajasa adalah pasangan yang mungkin muncul di luar kekuatan poros Golkar dan PDIP. Kedua pasangan ini juga mungkin direstui oleh SBY.
Jika peta koalisi pencapresan sesuai dengan skenario diatas yaitu Partai Golkar dan koalisinya mengusung Aburizal Bakrie dan Jokowi. PDIP dan koalisinya mengusung Megawati dan Jusuf Kalla . Dan partai Demokrat dan Partai Gerindra mengusung Prabowo-Hatta Rajasa. Lalu bagaimana peta kekuatan ketiga poros koalisi tersebut? Siapa pasangan kandidat terkuat? 12
Survei LSI Maret 2013 ini, juga secara khusus memotret peta kekuatan ketiga poros koalisi ini dengan menanyakan siapakah dari ketiga pasangan kandidat tersebut yang akan dipilih jika Pemilu Pilpres diadakan. Hasilnya pasangan Aburizal Bakrie- Joko Widodo memperoleh dukungan 36.0 %, pasangan Megawati – Jusuf Kalla memperoleh dukungan 22.9 %, dan pasangan Prabowo – Hatta Rajasa memperoleh dukungan sebesar 10.1 %. Pasangan ARB-Jokowi memperoleh dukungan teratas karena hanya pasangan ini yang merupakan “wajah baru”. Kedua pasangan lainnya, kecuali Hatta Rajasa, adalah alumni Pilpres 2009. Pasangan yang lebih fresh mengalahkan pasangan alumni pemilu sebelumnya. -o0oMengapa tokoh partai Islam tidak memperoleh dukungan signifikan sebagai capres maupun cawapres? LSI menemukan tiga faktor penyebab. Pertama. Kurangnya public expose dari para tokoh partai Islam. Padahal public expose dapat meningkatkan popularitas dan kesukaan terhadap seorang tokoh. Hanya dibawah 30 % publik yang mengaku sering melihat iklan,pemberitaan kegiatan, dan aktivitas turun tangan tokoh partai Islam. Kedua, pendanaan tokoh partai Islam dinilai kurang sehingga tidak maksimal dalam mendukung aktivitas sosialisasi dan kampanye. 13
Ketiga, figur dari partai nasionalis juga dianggap mampu mengakomodasi kepentingan kelompok Islam. Sebesar 61.3 % publik percaya bahwa para tokoh nasionalis juga mengakomodasi kepentingan kelompok Islam.
Lingkaran Survei Indonesia Minggu, 17 Maret 2013 Narasumber : Adjie Alfaraby (0811.16.14.14 / 0812.811.21.696) Moderator : Ade Mulyana (0812.837.97.506 / 0815.145.77.643) Tim Riset LSI (Arman Salam,Adjie Alfaraby, Ardian Sopa, Ade Mulyana, Rully Akbar, Fitri Hari,Dewi Arum)
14
REKOR MURI Survei Paling Akurat dan Presisi 6 Rekor terbaru MURI ( Museum Rekor Indonesia)
Paling Presisi 1. Quick Count yang diumumkan tercepat (1 jam setelah TPS ditutup) 2. Quick Count akurat secara berturut-turut sebanyak 100 kali 3. Quick Count dengan selisih terkecil dibandingkan hasil KPUD yaitu 0,00 % (Pilkada Sumbawa, November 2010)
Prediksi Paling Akurat 1. Survei prediksi pertama yang akurat mengenai Pilkada yang diiklankan 2. Survei prediksi akurat Pilpres pertama yang diiklankan 3. Survei prediksi akurat Pemilu Legislatif pertama yang diiklankan 15
METODOLOGI SURVEI Pengumpulan Data : 1 – 8 Maret 2013 • Metode sampling : multistage random sampling • Jumlah responden awal : 1200 responden • Wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner • Margin of error : 2.9% Survei dilengkapi dengan Riset Kualitatif (FGD, Indepth & Analis Media)
16
4 tokoh nasionalis terkuat sebagai Capres Q: Seandainya Pemilu Presiden dilaksanakan hari ini, dari 10 nama dibawah ini siapa yang ibu/bapak pilih ?
Nama Kandidat
Survei Maret 2013
Megawati
20.7 %
Aburizal Bakrie
20.3 %
Prabowo Subianto
19.2 %
Wiranto
8.2 %
Hatta Rajasa
6.4 %
Ani Yudhoyono
2. 4 %
Surya paloh
2.1 %
Suryadarma Ali
1.9 %
Muhaimin Iskandar
1.6 %
Anis Matta
1.1 %
Belum Memutuskan
Tokoh Partai Islam kalah Pamor
16. 1 % 17
Dalam Bursa Cawapres Tokoh Partai Islam juga Kalah pamor dibanding tokoh partai nasionalis. Q: Seandainya Pemilu Presiden dilaksanakan hari ini, dari nama dibawah ini siapa yang ibu/bapak pilih ?
Nama Kandidat
Survei Maret 2013
Joko Widodo
35.2 %
Jusuf Kalla
21.2 %
Hatta Rajasa
17.1 %
Mahfud MD
15.1 %
Suryadarma Ali
2.9 %
Muhaimin Iskandar
2.2 %
Anis Matta
1.9 %
Lainnya
2.1 %
Belum Memutuskan/ tidak jawab
2.3 %
Joko Widodo menjadi primadona Cawapres. Tokoh partai Islam dibawah 5 % 18
4 Partai Politik Teratas, Dikuasai Partai Nasionalis Q : Jika Pemilu Legislatif dilakukan hari ini, dari 10 PARTAI yang menjadi peserta pemilu berikut ini, partai mana yang ibu/bapak Pilih?
NAMA PARTAI
SURVEI MARET 2013
Partai Golkar
22. 2 %
PDIP
18. 8 %
Partai Demokrat
11. 7 %
Partai Gerindra
7.3 %
4 Partai Teratas jika pemilu hari ini!! 19
Golkar melampaui “angka psikologis” pemenang pemilu Pada Pemilu 2004 dan 2009, Pemenang Pemilu > 20 %
Pemilu 2004 (Golkar Pemenang)
Pemilu 2009 (Demokrat Pemenang)
21. 58 %
20. 85 %
Q : Jika Pemilu Legislatif dilakukan hari ini. PARTAI mana yang ibu/bapak Pilih?
Pemilu 2004
Pemilu 2009
Survei Mei 2013
21. 58 %
14. 45 %
22. 2 %
Golkar Naik 8 % dari Pemilu 2009 20
Partai Demokrat Terus Menurun Q : Jika Pemilu Legislatif dilakukan hari ini. PARTAI mana yang ibu/bapak Pilih?
Indikator
Prosentase Posisi
Pemilu 2009
20. 85 %
Pemenang
Survei LSI Juni 2011
15. 5 %
Posisi Kedua. Dibawah Golkar
Survei LSI Februari 2012
13. 7 %
Posisi Ketiga. Dibawah Golkar & PDIP
Survei LSI Maret 2013
11. 7 %
Posisi Ketiga
Suara Partai Demokrat jeblok 9 % Dibanding Pemilu 2009 21
21
Suara partai Islam tak signifikan Dibawah 5 % Q : Jika Pemilu Legislatif dilakukan hari ini. PARTAI mana yang ibu/bapak Pilih?
NAMA PARTAI
SURVEI MARET 2013
Partai Golkar
22. 2 %
PDIP
18. 8 %
Partai Demokrat
11. 7 %
Partai Gerindra
7.3 %
Partai Nasdem
4. 5 %
PKB
4.5 %
PPP
4. 0 %
PAN
4.0 %
PKS
3. 7 %
Hanura
2.6 %
Belum Memutuskan
16. 7 %
Suara Partai Islam dibawah 5 %
22
Dengan posisi dukungan capres dan partai politik yang tergambar dalam survei Maret 2013. Bagaimanakah kemungkinan koalisi Capres dan Cawapres 2014 nanti ?
2 (dua) indikator peta koalisi Aturan syarat pencapresan dalam Undang – Undang Pemilu
Suara riil partai politik saat pemilu
23
5 Peta Capres pemilu 2004 Indikator Aturan Pemilu
Peta Koalisi
UU No. 23 Thn 2003 ttg Pilpres Bab II Pasal 5 ayat 4 :
5 Peta Koalisi Capres.
Diusulkan partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh minimal 15% dari jumlah kursi DPR atau 20% suara sah nasional.
2.
1.
3. 4.
5.
Wiranto - Salahuddin Wahid (Golkar + Koalisi) Megawati SoekarnoputriHasyim Muzadi (PDIP + Koalisi) Amien Rais - Siswono Yudo Husodo (PAN + Koalisi) Susilo Bambang Yudhoyono Jusuf Kalla (Demokrat + Koalisi) Hamzah Haz - Agum Gumelar (PPP + Koalisi)
Kecuali Wiranto, kelima Capres adalah petinggi struktural partai. Ada 2 pasangan yang diusulkan partai Islam 24
3 Peta Capres pemilu 2009 Indikator Aturan Pemilu
Peta Koalisi
UU No. 42/2008 ttg Pilpres Bab III Pasal 9 :
3 Peta Koalisi Capres. 1.
Diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik 2. peserta pemilu yang memenuhi persyaratan 3. minimal 20% kursi DPR atau memperoleh 25% suara sah nasional
Megawati Soekarnoputri – Prabowo Subianto (PDIP + Koalisi) Susilo Bambang Yudhoyono – Boediono (Demokrat + Koalisi) Jusuf Kalla – Wiranto (Golkar + Koalisi)
Ketiga Capres adalah petinggi struktural partai. Tak ada capres berasal dari Partai Islam. 25
Tiga Skenario Koalisi Capres Menurut LSI GOLKAR DAN KOALISINYA • (Golkar telah menetapkan ARB sebagai Capres)
PDIP DAN KOALISINYA • (Megawati akan diusung kembali sebagai Capres)
DEMOKRAT-GERINDRA DAN KOALISINYA • (Tak ada Capres Demokrat yang kuat) • (Gerindra mengusung Prabowo)
26
Poros Golkar dan Koalisi Jika Golkar tetap > 20 %
=
Golkar memenuhi syarat mengajukan Capres sendiri
Jika bisa mengajukan Capres sendiri, Golkar dan ARB lebih leluasa mencari cawapres. Dari pengalaman perilaku elit pada pemilu sebelumnya, partai yang bisa mengajukan capres sendiri lebih mempertimbangkan cawapres dari figur non partai. Dari berita media, ada dua nama yang dipertimbangkan Golkar yaitu Joko Widodo dan Mahfud MD. Jika keduanya bersedia, maka Golkar dan ARB akan lebih memilih Jokowi sebagai cawapres
27
Poros PDIP dan Koalisi Jika asumsinya bahwa suara PDIP adalah 18,8 % (survei Maret 2013) PDIP akan memimpin koalisi namun membutuhkan tambahan suara dari partai lain untuk bisa memenuhi persyaratan. Megawati masih punya dukungan kuat dari internal PDIP untuk maju sebagai Capres. Dari berita media, Jusuf Kalla (JK) dipertimbangkan PDIP sebagai cawapres. JK bisa melengkapi dukungan minimal pencapresan jika mampu menarik masuk partai lain dalam koalisi. JK dikabarkan dipertimbangkan PPP sebagai Capres.
28
Poros Demokrat/Gerindra dan Koalisi Jika asumsinya bahwa suara PD adalah 11,7 % dan Gerindra 7.3 % (survei Maret 2013) Demokrat dan/atau Gerindra menjadi poros capres diluar PDIP dan Golkar. Demokrat tak punya kandidat capres dan cawapres yang kuat. Gerindra mengusung Prabowo sebagai Capres. Prabowo adalah salah satu kandidat kuat capres. Berita media, SBY melirik Prabowo sebagai salah satu capres alternatif. Jika SBY ingin tetap menjaga “trah” militer. Prabowo adalah pilihan terbaik saat ini. PAN dan Hatta Rajasa bisa ikut dalam koalisi ini. Prabowo mulai membangun komunikasi dengan HR. Prabowo- Hatta bisa muncul sebagai kekuatan diluar PDIP dan Golkar, yang direstui SBY 29
Jika ada 3 peta koalisi capres tersebut, siapa pasangan terkuat? Aburizal Bakrie - Joko Widodo
36.0%
Megawati Soekarnoputri Jusuf Kalla Prabowo Subianto- Hatta Rajasa Belum Memutuskan
22.9%
10.1%
31.0%
ARB dan Joko Widodo adalah pasangan baru yang mengalahkan para alumni Pilpres 2009 30
Apa yang menjadi penyebab merosotnya dukungan Tokoh Islam?
Dari riset kualitatif & Tracking Survei sebelumnya, ada tiga alasan
31
Pertama Kurangnya public expose tokoh partai Islam Q: Dari hal berikut ini, apakah bapak/ibu merasa sangat sering, cukup sering, kurang sering, atau tidak sering sama sekali melihat/mendengar...?
Kategori
Sangat/cukup sering
Kurang/tidak TT/TJ sering sama sekali
Iklan tokoh partai Islam
18. 3 %
53. 8 %
27.9 %
Pemberitaan kegiatan tokoh partai Islam
27. 8 %
57. 1 %
15.1 %
Tokoh partai Islam turun langsung ke masyarakat
15. 3 %
53 %
31.7 %
Hanya dibawah 30 % publik melihat iklan,pemberitaan dan kegiatan para tokoh partai Islam 32
Kedua Kurangnya pendanaan yang dimiliki tokoh partai Islam. Q: Dari dua pernyataan berikut, manakah yang bapak/ibu pilih?
Q: Menurut bapak/ibu apakah tokoh Partai Islam memiliki dana yang cukup untuk bertarung dalam Pemilu? 74.60%
67.30%
20.30% 12.40%
19.20%
6.20% Tidak Tahu/ Tidak Jawab Kekuatan dana salah satu Kekuatan dana bukan faktor penentu salah satu faktor penentu kemenangan pemilu kemenangan pemilu
Tidak Tahu/Tidak Jawab
Mayoritas publik menilai kekuatan dana penting sebagai penentu kemenangan. Tokoh partai Islam dinilai tak punya cukup dana.
Memiliki dana yang cukup
Tidak memiliki dana yang cukup
33
Ketiga Capres dari partai nasionalis juga dianggap mengakomodasi kepentingan Islam.
61.3 % publik percaya bahwa tokoh partai nasionalis bisa mengakomodasi kepentingan Islam. 34
35