BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Suatu keberhasilan pendidikan tidak lepas dari bagaimana Kurikulum pada suatu pendidikan dibuat. Setiap beberapa tahun kurikulum diperbaharui agar sesuai dengan perkembangan kebutuhan pendidikan pada saat itu. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah (Enco Mulyasa, 2007 : 4). Saat ini dunia pendidikan di Indonesia sedang diperkenalkan pada kurikulum baru
bernama
KTSP
(Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan),
dengan
dilaksanakannya KTSP diharapkan dapat menjadi pemacu kualitas pendidikan di Indonesia yang saat ini kondisinya masih jauh dari harapan. Dalam pelaksanaannya, KTSP dibuat oleh guru di setiap satuan pendidikan untuk menggerakkan mesin utama
1
pendidikan, yaitu pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum ini dapat lebih disesuaikan dengan kondisi di setiap daerah bersangkutan. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Program keahlian teknik gambar bangunan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dimaksudkan untuk menghasilkan tenaga ahli tingkat madya, yang berkompetensi dibidang perencanaan bangunan. Ketercapaian keahlian yang harus dimiliki oleh siswa lulusan program keahlian teknik gambar bangunan termuat dalam standar kompetensi lulusan yang ditetapkan dalam SKL dan SI dalam Standar Nasional Pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Berdasarkan uraian di atas dan untuk mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaan pembelajaran Menggambar Bangunan Gedung Siswa Tingkat III Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 6 Bandung, maka dilakukan penelitian dengan judul : ” Kontribusi Pelaksanaan KTSP Mata Diklat Menggambar Bangunan Gedung Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMK Negeri 6 Bandung”.
2
1.2 Identifikasi Masalah Nana Sudjana (1990: 99) yang dikutip oleh M. Zachro (2007) mengemukakan identifikasi masalah, yaitu: Identifikasi masalah menjelaskan aspek-aspek masalah yang bisa muncul dari tema atau judul yang telah dipilih. Maka identifikasi masalah itu
merupakan
pengungkapan
Identifikasi
masalah
dari
berbagai
ditetapkan
untuk
masalah
yang
memperjelas
akan
timbul.
kemungkinan
permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Masih adanya hambatan dalam perencanaan dan pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung yang merupakan kurikulum baru yang diterapkan di sekolah. 2. Adanya hambatan pembuatan perangkat administrasi PBM mata diklat menggambar bangunan gedung yang merupakan mata diklat produktif utama pada Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan. 3. Hasil belajar siswa dalam mata diklat menggambar bangunan gedung masih rendah.
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1
Pembatasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan penelitian, dengan menyadari
segala keterbatasan yang ada, maka perlu diadakan pembatasan masalah agar
3
penelitian dapat mencapai sasarannya. Dalam penelitian ini dibatasi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Mata Diklat Menggambar Bangunan Gedung Pada Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 6 Bandung, yang meliputi indikator: 1. KTSP pada mata diklat menggambar bangunan di SMKN 6 Bandung. 2. Perencanaan KTSP program keahlian teknik gambar bangunan. 3. Proses pembelajaran (ditinjau dari intensitas, kemudahan, konstribusi dan durasi bimbingan). 4. Hasil belajar siswa dalam mata diklat menggambar bangunan gedung.
1.3.2
Perumusan Masalah Dalam suatu penelitian terlebih dahulu harus dirumuskan masalah yang akan
diteliti secara jelas dengan maksud dan tujuan supaya penelitian menjadi terarah dan mudah dalam menentukan metode apa yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1996: 17) yang menyatakan bahwa ”agar penelitian dilaksanakan
dengan
sebaik-baiknya,
maka
peneliti
harus
merumuskan
masalahnya, sehingga jelas dari mana harus dimulai, kemana harus pergi dan dengan apa”. Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana proses perencanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata diklat menggambar bangunan gedung program keahlian teknik gambar bangunan di SMK Negeri 6 Bandung.
4
b. Bagaimana gambaran umum penilaian siswa tentang pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata diklat menggambar bangunan gedung pada program keahlian teknik gambar bangunan di SMK Negeri 6 Bandung. c. Bagaimana gambaran hasil belajar siswa pada mata diklat menggambar bangunan gedung program keahlian teknik gambar bangunan di SMK Negeri 6 Bandung. d. Berapa besar kontribusi pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung program keahlian teknik gambar bangunan terhadap hasil belajar siswa di SMK Negeri 6 Bandung.
1.4 Penjelasan Istilah dalam Judul Dalam judul penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu dikemukakan untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan istilah yang terdapat pada penelitian ini. Uraian penjelasan istilah pada judul penelitian ini terdiri atas: 1. Kontribusi Kontribusi adalah sumbangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998 : 664). Sumbangan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu, sumbangan dari pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung program keahlian teknik gambar bangunan terhadap hasil relajar siswa di SMK Negeri 6 Bandung.
5
2. KTSP KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sedianya diterapkan pada sekolah-sekolah
mulai tahun
ajaran
2004/2005.
Penyempurnaan kurikulum tersebut dilakukan oleh para pakar pendidikan yang tergabung di Badan Standar Nasional Pendidikan dan juga masukan dari masyarakat yang terfokus pada dua hal: (1) pengurangan beban belajar kurang lebih 10% (2) penyederhanaan kerangka dasar dan struktur kurikulum. Penyempurnaan tersebut mencakup sinkronisasi kompetensi untuk setiap mata pelajaran antar jenjang pendidikan, beban belajar dan jumlah mata pelajaran serta validasi empirik terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar.
3. Pelaksanaan KTSP Indrawan WS dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia mendefinisikan Pelaksanaan sebagai suatu proses, cara, perbuatan, melaksanakan (rancangan, rencana, keputusan, dsb). Pelaksanaan
berarti
aplikasi/penerapan
terhadap
sesuatu
yang
telah
direncanakan. Pelaksanaan KTSP berarti aplikasi dari perencanaan KTSP yang telah dibuat, yaitu penerapan dari hasil: identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar dan penyusunan program pembelajaran.
6
4. Mata Diklat Menggambar Bangunan Gedung Merupakan mata diklat utama pada Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 6 Bandung. mata diklat ini berisi teknis penggambaran bangunan yang umum digunakan, tahapan-tahapan dalam perencanaan suatu bangunan, elemen-elemen konstruksi bangunan, analisa bangunan, menggambar gambar kerja/bestek dan menggambar perspektif suatu bangunan.
5. Hasil Belajar Siswa Merupakan keseluruhan hasil capai (achievement) yang diperoleh melalui proses belajar di sekolah, yang dinyatakan dengan nilai rapor siswa tingkat III pada mata diklat menggambar bangunan gedung pada semester 4.
6. SMK Negeri 6 Bandung SMK Negeri 6 Bandung merupakan sekolah kejuruan dengan kelompok teknologi industri, dimana terdapat 6 program keahlian, yaitu: 1. Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan 2. Program Keahlian Teknik Konstruksi Kayu 3. Program Keahlian Tekonlogi Pembangkit Tenaga Listrik 4. Program Keahlian Teknik Audio Visual 5. Program Keahlian Teknik Mesin Perkakas 6. Program Keahlian Teknik Mesin Otomotif
7
Jadi, kontribusi antara pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung program keahlian teknik gambar bangunan dengan hasil belajar siswa di SMK Negeri 6 Bandung adalah sumbangan dari pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung program keahlian teknik gambar bangunan dengan keseluruhan kecakapan hasil capai (achievement) yang diperoleh melalui proses belajar di sekolah, yang dinyatakan dengan nilai rapor siswa tingkat III pada mata diklat menggambar bangunan gedung program keahlian teknik gambar bangunan semester 4 di SMK Negeri 6 Bandung.
1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui proses perencanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada mata diklat menggambar bangunan gedung program keahlian teknik gambar bangunan di SMK Negeri 6 Bandung. 2. Mengetahui gambaran umum penilaian siswa tentang pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada mata diklat menggambar bangunan gedung program keahlian teknik gambar bangunan di SMK Negeri 6 Bandung. 3. Mengetahui gambaran hasil belajar siswa pada mata diklat menggambar bangunan gedung program keahlian teknik gambar bangunan di SMK Negeri 6 Bandung.
8
4. Mengetahui berapa besar kontribusi dari pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung program keahlian teknik gambar bangunan terhadap hasil belajar siswa di SMK Negeri 6 Bandung.
1.6 Kegunaan Penelitian 1.6.1 Bagi Sekolah Dari penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat yang berguna bagi kelancaran proses belajar mengajar di sekolah dan berimplikasi positif baik bagi siswa maupun pihak sekolah, manfaat yang ingin dicapai tersebut diantaranya: 1. Menjadi salah satu gambaran pelaksanaan KTSP di sekolah, sehingga dapat menjadi salah satu referensi evaluasi untuk hasil yang lebih baik. 2. Bahan pertimbangan dan pengembangan lebih lanjut bagi sekolah terhadap hal-hal yang mendesak untuk diperbaiki.
1.6.2 Bagi Lembaga Pendidikan (UPI, Dinas Pendidikan, dll) 1. Dapat menjadi referensi terhadap pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi, bahan kajian dan pertimbangan untuk menanggulangi permasalahan dengan diberlakukannya KTSP secara cepat. 2. Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) seperti Universitas Pendidikan Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan telaah terutama untuk mempersiapkan calon-calon pendidik yang akan menjadi guru di sekolah.
9
1.6.3
Bagi Peneliti 1. Bagi peneliti secara pribadi, penelitian ini memberikan wawasan tambahan dan bisa bermanfaat apabila peneliti menjadi guru, sehingga gambaran pelaksanaan kurikulum tidak terlalu menjadi masalah ketika mengajar. 2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi rujukan untuk penelitian tentang KTSP yang lebih lanjut.
1.7
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
diajukan peneliti. Karena sifatnya masih sementara maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data yang terkumpul. “Hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian” (Riduwan, 2006: 38). Dengan demikian dalam perhitungan statistik yang diuji adalah hipotesis nol (Ho). “Jadi, hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya hubungan, atau pengaruh” (Riduwan, 2006: 38). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ”Terdapat kontribusi yang signifikan dari pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung terhadap hasil belajar siswa di SMK Negeri 6 Bandung”.
10
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori 2.1.1
Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dari suatu sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara pendidikan; khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, sejak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan secara mandiri, sejak saat itu pula pemerintah pusat secara sentralistik menyusun kurikulum, dan diberlakukan bagi seluruh anak bangsa di seluruh tanah air (Enco Mulyasa, 2007 : 4). Karena kurikulum dibuat secara sentralistik, setiap satuan pendidikan diharuskan untuk melaksanakan dan mengimplementasikannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) yang disusun oleh pemerintah pusat menyertai kurikulum tersebut. Dalam hal ini, setiap sekolah tinggal
11
menjabarkan kurikulum tersebut di sekolah masing-masing, dan yang banyak berkepentingan adalah guru. Tugas guru dalam kurikulum yang sentralistik ini adalah menjabarkan kurikulum yang dibuat oleh pusat (pusat kurikulum/puskur, sekarang bernama Badan Standar nasional Pendidikan) ke dalam satuan pelajaran sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Meskipun demikian, mengingat, menyadari dan memperhatikan kondisi pendidikan beberapa tahun terakhir ini, sepertinya ada kejanggalan dengan kurikulum.
Hal ini terjadi akibat kekurang pahaman guru dan penyelenggara
pendidikan, mereka biasanya melaksanakan pembelajaran berdasarkan urutan bab dalam buku teks sebagai satu-satunya acuan dalam mengajar, padahal hendaknya guru dapat memahami konsep-konsep mana yang harus diajarkan secara keseluruhan dan bagian mana yang bisa dikurangi atau diabaikan.
2.1.2
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah yang pernah berlaku adalah
Kurikulum 1994 yang ditetapkan melalui keputusan Mendikbud No.060/u/1993 dan No.61/u/1993, setelah beberapa tahun Kurikulum 1994 diimplementasikan, pemerintah memandang perlu dilakukan kajian dan penyempurnaan sesuai dengan antisipasi berbagai perkembangan dan perubahan yang terjadi baik di tingkat nasional maupun internasional. Oleh karena itu, sejak tahun 2001 Depdiknas melakukan serangkaian kegiatan untuk menyempurnakan kurikulum 1994 dan melakukan rintisan (piloting) secara terbatas untuk validasi dan masukan empiris. Kurikulum ini
12
disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), karena menggunakan pendekatan kompetensi, dan kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap tingkatan kelas dan pada akhir satuan pendidikan dirumuskan secara eksplisit. Disamping rumusan kompetensi dan indikator yang dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk melihat ketercapaian hasil pembelajaran. Penyempurnaan juga dilakukan terhadap struktur kurikulum yang meliputi jumlah mata pelajaran, beban belajar, alokasi waktu, mata pelajaran pilihan dan muatan lokal, serta sistem pelaksanaanya. Penyempurnaan Kurikulum 1994 yang dimulai sejak tahun 2001 dan perintisan yang dilakukan pada beberapa sekolah oleh Pusat Kurikulum Balitbang dan Direktorat Jenderal Dikdasmen. Draft kurikulum hasil rintisan tersebut semula akan diberlakukan penerapannya di sekolah-sekolah tahun ajaran 2004/2005; namun dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan adanya PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, draf kurikulum tersebut perlu disesuaikan kembali. Sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005, penyempurnaan kurikulum selanjutnya dilakukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Penyempurnaan dilakukan berdasarkan kajian para pakar pendidikan yang tergabung di BNSP dan atas masukan dari masyarakat yang terfokus terhadap dua hal: (1) Pengurangan beban belajar kurang lebih 10%, (2) Penyederhanaan kerangka dasar dan struktur kurikulum. Penyempurnaan tersebut mencakup sinkronisasi kompetensi untuk setiap mata pelajaran antar jenjang pendidikan, beban belajar dan jumlah mata pelajaran serta validasi empirik terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar.
13
Setelah melalui proses penyempurnaan dan uji publik untuk validasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, BNSP sesuai dengan PP Nomoor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), mengusulkan standar isi dan standar kompetensi lulusan kepada Mendiknas. Selanjutnya BNSP mengembangkan panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang didalamnya terdapat modelmodel kurikulum satuan pendidikan. Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Permendiknas No 24 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, serta Panduan Penyusunan Kurikulum yang dibuat oleh BSNP, setiap satuan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kurikulum yang diimplementasikan di satuan pendidikan masing-masing. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah
14
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan di SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI (Madrasah Ibtidaiyah), MTs (Madrasah Tsanawiyah), MA (Madrasah Aliyah) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan). KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggungjawab yang memadai. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal tersebut juga sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Enco Mulyasa, 2007 : 9).
2.1.2.1 Tujuan KTSP Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum (Enco Mulyasa, 2007 : 22). Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk :
15
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. 2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangkan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. 3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang ingin dicapai.
2.1.2.2 Perencanaan KTSP Perencanaan dalam hal ini perencanaan KTSP, merujuk pada bagaimana Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun/direncanakan berdasarkan visi, misi, tujuan, kondisi dan ciri khas satuan pendidikan tersebut. Sehingga dapat menghasilkan cara dan program untuk mencapai tujuan yang diinginkan, pada dasarnya perencanaan berfungsi untuk memperkirakan dan memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran (Enco Mulyasa, 2007:172). Oleh karena itu dalam
pelaksanaanya
perencanaan/penyusunan
KTSP
mencakup
komponen-
komponen sebagai berikut: 1. Pengembangan Visi dan Misi 2. Perumusan Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan 3. Analisis Konteks 4. Pengembangan Struktur dan Muatan KTSP 5. Pengembangan Kalender Pendidikan
16
6. Pengembangan Silabus 7. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Proses penyusunan/perencanaan KTSP perlu diawali dengan melakukan analisis konteks terhadap hal-hal sebagai berikut: a. Analisis potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada di sekolah dan satuan pendidikan, baik yang berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah dan tenaga administrasi, sarana dan prasarana serta pembiayaan, dan program-program yang ada di sekolah. b. Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar, baik yang bersumber dari komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, serta sumber daya alam dan sosial budaya. c. Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Untuk mencapai kepentingan diatas, sedikitnya terdapat tujuh langkah yang harus dilaksanakan dalam proses penyusunan KTSP: a. Menentukan fokus atau kompetensi dasar. b. Menentukan variabel atau indikator c. Menentukan standar d. Membandingkan standar dan kompetensi e. Menentukan kesenjangan yang terjadi f. Merencanakan target untuk mencapai standar
17
g. Merumuskan cara-cara dan program untuk mencapai target
2.1.2.3
Pelaksanaan KTSP Pembelajaran berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses
penerapan ide, konsep dan kebijakan KTSP dalam suatu aktifitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kometensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Implementasi KTSP juga dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum operasional dalam bentuk pembelajaran (Enco Mulyasa, 2007 : 246). Pembelajaran berbasis KTSP sedikitnya dipengaruhi : a. Karakteristik KTSP; yang mencakup ruang lingkup KTSP dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan. b. Strategi pembelajaran; yaitu strategi yang digunakan dalam pembelajaran, seperti; diskusi, pengamatan dan tanya jawab, serta kegiatan lain yang dapat mendorong pembentukkan kompetensi peserta didik. c. Karakteristik
pengguna
kurikulum,
yang
meliputi;
pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap guru terhadap KTSP, serta kemampuannya untk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran. Mars (1980) seperti yang dikutip oleh Enco Mulyasa (2007) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu; dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal dari
18
dalam diri guru itu sendiri. Dalam hal ini faktor penentu yang utama adalah guru dibandingkan faktor-faktr lainnya. Pelaksanaan
kurikulum
tingkat
satuan
pendidikan,
sedikitnya
harus
memperhatikan tujuh prinsip berikut: a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan
yang
bermutu,
serta
memperoleh
kesempatan
untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan. b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif dan menyenangkan. c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan dan atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, Keindividuan, kesosialan dan moral.
19
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani ing ngarsa sung tulada (dibelakang memberi daya dan kekuatan, didepan memberikan contoh dan teladan). e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen-komponen mata pelajaran, muatan
lokal
dan
pengembangan
diri
diselenggarakan
dalam
keseimbangan, keterkaitan dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
2.1.2.4 Standar Isi Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Standar Nasional Pendidikan Pasal 5 Ayat 1). Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,
20
kompetensi mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi memuat kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006).
2.1.2.4.1
Kerangka Dasar Kurikulum
Kurikululum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan (Enco Mulyasa, 2007 : 46). Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas : 1.
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; yang dilaksanakan melalui kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga dan kesehatan.
2.
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; yang dilaksanakan melalui kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, serta pendidikan jasmani.
3.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; yang dilaksanakan melalui
kegiatan
bahasa,
matematika,
ilmu
pengetahuan
alam,
ilmu
21
pengetahuan
sosial,
keterampilan,
kejuruan,
teknologi
informasi
dan
komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. 4.
Kelompok mata pelajaran estetika; yang dilaksanakan melalui kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan dan muatan lokal yang relevan.
5.
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan; yang dilaksanakan melalui kegiatan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan muatan lokal yang relevan. (Lampiran Permendiknas No.22 Tahun 2006). Adapun ruang lingkup setiap kelompok mata pelajaran di atas adalah sebagai
berikut: Tabel II.1 Kerangka Dasar Kurikulum NO 1
KELOMPOK MATA PELAJARAN Agama
dan
Mulia
RUANG LINGKUP
Akhlak Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama
2
Kewarganegaraan kepribadian
dan Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam kehidupan
22
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan pratiotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme. 3
Ilmu Pengetahuan dan Kelompok mata pelajaran pada SD/MI/SDLB Teknologi
dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir
dan
berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi
pada
SMP/MTs/SMPLB
dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif danmandiri. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi
pada
SMA/MA/SMALB
dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.
23
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan pada
SMK/MAK
dimaksudkan
untuk
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk
kompetensi,
kecakapan
dan
kemandirian kerja. 4
Estetika
Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan mengapresiasi
dan keindahan
kemampuan dan
harmoni.
Kemampuan mengapresiasi keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu
menciptakan
kebersamaan
yang
harmonis. 5
Jasmani, Olahraga dan Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan Kesehatan
kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk
meningkatkan
potensi
fisik
serta
menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
pada
dimaksudkan
untuk
SMP/MTs/SMPLB meningkatkan
serta
membudayakan sportifitas dan kesadaran hidup sehat. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMA/MA/SMALB/SMK/MAK
24
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama dan hidup sehat. Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber dan penyakit
lainnya
yang
potensial
untuk
mewabah.
2.1.2.4.2
Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi tersebut yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (Enco Mulyasa, 2007 : 50).
25
Struktur kurikulum untuk SMK/MAK adalah sebagai berikut: Tabel II.2 Struktur Kurikulum SMK/MAK ALOKASI WAKTU Tingkat I, II, III KOMPONEN Jam Pelajaran
Durasi
Per Minggu a)
(Jam)
Waktu
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama
2
192
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
192
3. Bahasa Indonesia
2
192
4. Bahasa Inggris
4
440b)
5. Matematika
4
440 b)
6. Ilmu Pengetahuan Alam
2
192 b)
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
2
192 b)
8. Seni Budaya
2
192 b)
9.
2
192
2
202
2
192
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan 10. Kejuruan 10.1 Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi 10.2 Kewirausahaan
26
10.3 Dasar Kompetensi Kejuruan c)
2
140
10.4 Kompetensi Kejuruan
6
1000 d)
B. Muatan Lokal
2
192
C. Pengembangan Diri e)
2
192
Jumlah
36
3950
(Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006) Keterangan : a) Alokasi waktu pelajaran per minggu adalah jumlah jam minimal bagi setiap program keahlian. b) Durasi waktu adalah jumlah jam minimal yang digunakan oleh setiap program keahlian. Program keahlian yang memerlukan waktu lebih, diintegrasikan ke dalam kelompok Dasar Kompetensi Kejuruan, di luar jam yang dicantumkan pada Dasar Kompetensi Kejuruan. c) Terdiri dari berbagai mata pelajaran yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan setiap program keahlian. d) Jumlah jam Kompetensi Kejuruan pada dasarnya sesuai dengan kebutuhan standar kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tetapi tidak boleh kurang dari 1000 jam. e) Ekuivalen 2 jam pembelajaran. Adapun untuk Strukur Kurikulum KTSP Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 6 Bandung dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
27
Tabel II.3 STRUKTUR KTSP TEKNIK GAMBAR BANGUNAN - SMKN 6 BANDUNG No Komponen Semester 1 2 3 4 5 NORMATIF 1 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 3 Bahasa Indonesia 2 2 2 2 2 4 Penjaskes 2 2 2 2 2 5 Seni Budaya - 2 - 2 ADAPTIF 1 Bahasa Inggris 5 5 4 4 4 2 Matematika 3 3 4 4 4 3 IPA 2 2 2 2 2 4 Fisika 2 2 2 2 2 5 Kimia 2 2 2 2 2 6 IPS 2 - 2 - 2 7 KKPI 2 2 2 2 2 8 Kewirausahaan 2 2 2 2 2 PRODUKTIF Kompetensi Dasar 1 Menggambar Teknik Dasar 3 2 Statika Bangunan 2 3 Kompetensi Kejuruan 1 Survey dan Pemetaan 3 2 Menggambar Teknik 4 Bangunan Gedung 3 M.P Konstruksi Kayu 3 3 4 M.P Konstruksi Batu 3 4 5 M.P Plumbing 3 3 6 M.P.K Baja dan Alumunium 3 3 7 Menghitung Statika 3 3 8 Menggambar Bangunan Gedung 4 3 6 9 Menggambar Konst.Baja 3 3 4 10 Menggambar Konstruksi 4 3 4 4 Beton Bertulang 11 Menggambar Konst.Kayu 3 12 Menggambar Konst.Alumunium 3 4 13 Mengelola Proyek Sederhana 2 14 Menghitung RAB dan RKS 2 Bangunan Gedung Sederhana 15 Melaksanakan Pengujian Bahan 3 MUATAN LOKAL
6 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2
6 4
4 2
28
1 2
2.1.2.4.3
Khas Kejuruan TGB Bahasa Sunda
2 2
2
2
2
2
Beban Belajar
Beban belajar untuk pendidikan dasar dan menengah menggunakan jam pembelajaran setiap minggu setiap semester dengan sistem tatap muka, penugasan tertruktur, sesuai kebutuhan dan ciri khas masing-masing. Beban belajar yang disajikan adalah beban belajar sistem paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada setiap satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran. Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur kegiatan mandiri tidak tersruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan guru. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada SMK adalah selama 45 menit, dan beban pembelajaran tatap muka per minggu bagi SMK adalah 38-39 jam pembelajaran.
29
Informasi mengenai beban belajar kegiatan tatap muka dapat dilihat pada tabel di bawah ini: tabel II.4 Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka untuk Satuan Pendidikan SMK/MAK
Satuan
Tingkat
Pendidikan SMK/MAK
I-III
2.1.2.4.4
Satu Jam Pemb Tatap muka (menit)
Jumlah Jam
Minggu
waktu pemb.
Pemb/minggu
eketif/TA
per tahun
45
36
38
1368 jam (61560 menit)
Jumlah jam per tahun(60menit) (Standar minimum)
Kalender Pendidikan
Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajran. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur (Enco Mulyasa, 2007 : 86). Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masingmasing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu pada dokumen Standar Isi dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah.
30
Tabel II.5 Standar Isi Kalender Pendidikan ALOKASI NO
KEGIATAN
KETERANGAN WAKTU
1
Minggu efektif belajar
Minimum 34
Digunakan
untuk
kegiatan
minggu dan
pembelajaran
maksimal 38
setiap satuan pendidikan
efektif
pada
minggu 2
3
Jeda tengah semester
Jeda antar semester
Maksimum 2
Satu minggu setiap semester
minggu
antara semester I dan semester
Maksimum 2
II
minggu 4
Libur akhir tahun
Maksimum 3
Digunakan untuk penyiapan
pelajaran
minggu
kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun pelajaran
5
Hari libur keagamaan
2 – 4 minggu
Daerah
khusus
yang
memerlukan libur keagamaan lebih
panjang
mengaturnya
sendiri
mengurangi jumlah efektif
belajar
dan
dapat tanpa minggu waktu
pembelajaran efektif
31
6
7
Hari libur umum/nasional Maksimum 2
Hari libur khusus
Disesuaikan dengan peraturan
minggu
pemerintah
Maksimum 1
Untuk
minggu
sesuai dengan ciri kekhususan
satuan
pendidikan
masing-masing 8
Kegiatan khusus
Maksimum 3
Digunakan
sekolah/madrasah
minggu
yang
untuk
diprogramkan
kegiatan secara
khusus oleh sekolah/madrasah tanpa
mengurangi
jumlah
minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif
Informasi mengenai Kalender Pendidikan SMK Negeri 6 Bandung dapat dilihat pada lampiran 1.
2.1.2.5 Standar Kompetensi Lulusan Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) disebutkan bahwa ”Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan”.
32
Standar kompetesni lulusan berdasarkan Permendiknas No. 23 Tahun 2006 terdiri dari : a. Standar Kompetensi Lulusan – Satuan Pendidikan (SKL – SP) b. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK – KMP) c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) Berhubungan dengan penulisan penelitian ini, maka kajian standar kompetensi lulusan akan difokuskan pada standar kelulusan yang menjadi tuntutan Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan yang detailnya dapat dilihat di bawah ini. Tabel II. 6 KOMPETENSI KEJURUAN UNTUK PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN GEDUNG NO
1. a b c d e f g h i j k
a b c
KOMPETENSI A. UMUM MENGGAMBAR KONSTRUKSI ARSITEKTUR Menggambar Konstruksi Lantai dari Keramik/Parket/Ubin. Menggambar Konstruksi Bata/Batako Menggambar Kontruksi Penutup Dinding/Kolom dari Keramik/Marmet/Granit Menggambar Rencana Kusen dan Daun Pintu/Jendela dari Kayu Menggambar Konstruksi Tangga dan Railing dari Kayu Menggambar Konstruksi Finishing Tangga dari Beton Menggambar Konstruksi Tangga dan Railing dari Besi/Baja Menggambar Kontruksi Langit-langit Konvensional Menggambar Konstruksi Penutup Atap dari Genteng, Sirap dan Asbes Menggambar Detail Kamar Mandi/WC Menggambar Konstruksi Pondasi Dangkal dari Batu Kali dan Rollag dari Bata/Batako STRUKTUR Menggambar Konstruksi Pondasi Telapak dari Beton Bertulang Menggambar Rencana Pondasi Dalam Menggambar Rencana Penulangan Basement
33
d e f g h i 2. a b c d e 3. a b c d e f g h i j k l 1 a b c d e f g 2. a b c d e
Menggambar Rencana Pelat Lantai Menggambar Rencana Penulangan Tangga dari Beton Bertulang Menggambar Rencana Balok dan Kolom dari Beton Bertulang Menggambar Konstruksi Rangka Atap Sistem Kuda-kuda dari Kayu Menggambar Konstruksi Rangka Atap Sistem Kuda-kuda dari Baja Pelat Siku Menggambar Rencana Pelat Atap Datar dari Beton Bertulang PRODUK GAMBAR BANGUNAN Menggambar Proyeksi Bangunan Menggambar Rencana Tapak Menggambar Denah Menggambar Tampak Menggambar Potongan MANAJEMEN GAMBAR Membuat Daftar Gambar Acuan Membuat Gambar Daftar Gambar Membuat Gambar Skedul Pintu dan Jendela Membuat Gambar Skedul Finishing Interior dan Eksterior Membuat Gambar Tabel Luas Lantai Bangunan Membuat Gambar Catatan dan Legenda Umum Menggambar Lembar Halaman Muka dan Informasinya Mengatur Tata Letak Gambar Manual Membuat Sistem Filling pada Gambar Komputer Dokumentasi Gambar Manual Merancang dan Menggambar Kop Melipat Kertas B. GAMBAR MANUAL PENGUASAAN ALAT GAMBAR Mengenali dan Memilih Peralatan dan Perlengkapan Gambar Menggunakan Berbagai Macam Penggaris Menggunakan Mesin Gambar Menggunakan Pensil Gambar Menggunakan Rapido Menggunakan Perlengkapan Penghapus Menggunakan Sablon GAMBAR TEKNIK Menggambar Garis Tegak Lurus dan Garis Sejajar Membagi Garis Menggambar Sudut Menggambar segitiga Menggambar Lingkaran
34
f g h i j k l m n o p q r s t 1 a b c 2 a b c e
f g
Menggambar Keliling Lingkaran Sama Besar Menggambar Garis Singgung Lingkaran Menggabungkan Garis Menggambar Segi lima Beraturan Menggambar Segi enam Beraturan Menggambar Segi tujuh Beraturan Menggambar Segi delapan Beraturan Menggambar ellips Menggambar Parabola Menggambar Hiperbola Menggambar Isometrik Kubus Menggambar Isometrik Silinder Menggambar Proyeksi Orthogonal Menggambar Proyeksi Orthogonal Prisma Menggambar Proyeksi Orthogonal Piramida C. GAMBAR DIGITAL PENGGUNAAN KOMPUTER SECARA UMUM Melakukan Back Up Data Level 1 Melakukan Restore Level 1 Mengelola Folder dan File pada Sistem Operasi PENGUASAAN PERANGKAT LUNAK MENGGAMBAR TEKNIK Menggambar Dasar dengan Perangkat Lunak untuk Menggambar Teknik Menggambar Lanjut dengan Perangkat Lunaka untuk Menggambar Teknik Menggambar Tata Letak Gambar pada Model Space dengan Perangkat Lunak untuk Menggambar Teknik Mengatur Tata Letak Gambar pada Paper Space dengan Perangkat Lunak untuk Menggambar Teknik Membuat dan Mengubah Atribut dengan Perangkat Lunak untuk Menggambar Teknik Merancang Plot Style dengan Perangkat Lunak untuk Menggambar teknik
35
2.1.3
Konsep Belajar Definisi tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan sangat
beragam. Lindgren mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi terhadap lingkungan. Mohamad Surya (1992: 22) yang dikutip oleh Mochamad Zachro (2007), berpendapat: ”belajar digunakan untuk menunjukkan beberapa perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil latihan atau pengalaman interaksi dengan lingkungan”. Begitupun seperti yang diungkapkan oleh Mohamad Ali (1994: 14) dikutip oleh Mochamad Zachro (2007) : ”Bahwa secara umum belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan”. Mohamad Surya (1992: 23) yang dikutip oleh Mochamad Zachro (2007) menjelaskan bahwa: Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru yang secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Oemar Hamalik (1990: 52) yang dikutip oleh Mocahamd Zachro (2007) berpendapat: Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku ini meliputi perubahan dalam aspek afektif, kognitif dan psikomotor (sesuai dengan taksonomi Bloom), sedangkan yang dimaksud dengan pengalaman adalah pengalaman individual dengan lingkungan, dalam hal ini sekolah atau lembaga pendidikan. Latihan merupakan proses dimana
36
banyak kemampuan baik berupa pemahaman maupun keterampilan memerlukan pengulangan dan praktek. Dari uraian para ahli pendidikan di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses pada individu yang menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut, sebagai hasil pengalaman interaksi terhadap lingkungan. Ciri-ciri perbuatan belajar tersebut adalah: a. Belajar merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku. b. Hasil dari belajar ini ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri individu yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. c. Proses belajar tadi karena adanya dorongan atau motivasi serta tujuan yang hendak di capai.
2.1.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Hasil belajar yang dicapai siswa ditentukan oleh kemampuan yang
dimilikinya serta lingkungan yang menunjang, dalam hal ini ditentukan faktor-faktor internal dan eksternal. Sesuai dengan peryataan di atas Slameto (1995: 54) dikutip oleh Mochamad Zachro (2007) mengemukakan: Faktor-faktor yang memengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
37
1) Faktor Internal Faktor Internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri individu yang sedang belajar. a. Faktor jasmaniah: faktor kesehatan, cacat tubuh. b. Faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif dan kematangan. c. Faktor kelelahan.
2) Faktor Eksternal Faktor Eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar individu. a. Faktor keluarga: cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, rasa pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan. b. Faktor sekolah: metode mengajar, perubahan kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung, tugas rumah, dll. c. Faktor masyarakat: keadaan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat.
Wingkel (1996: 43) dikutip oleh Mochamad Zachro (2007) dalam bukunya psikologi pendidikan dan evaluasi belajar mengemukakan bahwa beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar siswa adalah:
38
1) Faktor pada diri siswa a. Faktor psikis, yaitu faktor intelektual dan non-intelektual, faktor intelektual diantaranya adalah motivasi belajar, kecerdasan. b. Faktor fisik, yaitu kondisi fisiknya. 2) Faktor-faktor diluar diri siswa a. Faktor sosial di sekolah antara lain: sistem sosial, status sosial, interaksi guru dengan murid. b. Faktor situasional antara lain: keadaan politik, ekonomi, waktu dan tempat, musim dan iklim. Kajian teori yang diungkapkan di atas menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi proses belajar mengajar saling berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam belajar. Setiap individu mengalami variasi dalam merespon dari pengaruh faktor-faktor tersebut. Sehingga terjadi perbedaan dalam hasil belajar.
2.1.5
Materi Pelajaran Menurut Kemp (1977) dikutip oleh Hilmi Wafi (2007: 13) isi materi pelajaran
dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu: pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan Merril (1977) dalam Hilmi Wafi (2007 : 13) membedakan menjadi 4 macam yakni: fakta, konsep, prosedur dan prinsip. W. Gulo (2002) menyebutkan bahwa materi pelajaran dapat dibedakan menjadi materi formal dan informal. Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat dalam buku teks resmi (buku paket) di
39
sekolah, sedangkan materi informal ialah bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan-bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar pengajaran lebih relevan dan aktual. Sebagai acuan untuk penelitian, materi yang digunakan adalah materi pelajaran Menggambar Bangunan Gedung tingkat II dan tingkat III pada Program Keahlian Menggambar Bangunan Gedung sebagaimana tercantum dalam silabus yang dapat dibaca pada lampiran 2.
2.1.6
Metode Mengajar
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tidak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Metode mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar guru. Jika cara mengajar guru nyaman bagi siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan tingkah laku pada siswa baik tutur kata, sopan santun, motorik dan gaya hidupnya (Adrian, 2004) dikutip oleh Hilmi Wafi (2007). Di samping itu, mengajar juga memiliki tujuan salah satunya yaitu untuk memperlacar belajar siswa. Pusat proses mengajar terletak pada metode mengajar yang digunakan, sebab metode mengajar menggambarkan cara kerja atau interaksi guru-siswa dalam mengolah materi pelajaran. Guru memilih metode mengajar antara lain dengan memperhatikan:
40
a.
Tujuan pengajaran
b.
Isi bahan pelajaran
c.
Kemampuan siswa
d.
Fasilitas yang tersedia
e.
Situasi yang ada
f.
Waktu yang tersedia
(P. Purnomo, 1996) yang dikutip oleh Hilmi Wafi (2007)
2.1.7
Media Media yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan.
Pengajaran merupakan proses komunikasi maka ada sumber pesan (guru), menerima pesan (siswa) dan pesan yaitu materi pelajaran yang diambil berdasarkan kurikulum. Sumber pesan harus melakukan encoding yaitu menerjemahkan gagasan, pikiran, perasaan atau pesannya ke dalam bentuk lambang tertentu. Lambang tersebut dapat berupa bahasa, tanda-tanda atau gambar. Dalam melakukan encoding guru harus memperhatikan latar belakang pengalaman penerima pesan (siswa) sama atau mendekati sama dengan pesan/pengertian yang dimaksud oleh sumber pesan, sehingga komunikasi dapat dinyatakan efektif. Media dapat membantu guru dalam menyalurkan pesan. Semakin baik medianya, maka kecil distorsi atau gangguannya dan makin baik pesan itu diterima siswa. Media dapat digunakan dalam pengajaran dengan dua cara, yaitu sebagai alat
41
bantu dan digunakan sendiri oleh siswa. Pertimbangan dalam memilih media, antara lain P. Purnomo (1996) yang dikutip oleh Hilmi Wafi (2007) menyebutkan:
2.1.8
a.
Tujuan pengajaran yang akan dicapai
b.
Karakteristik siswa
c.
Karakteristik media
d.
Alokasi waktu
e.
Ketersediaan
f.
Kompatibelitas
g.
Biaya
h.
Mutu teknis
i.
Artistik
Mata Diklat Menggambar Bangunan Gedung Mata diklat menggambar bangunan gedung merupakan mata diklat inti pada
program keahlian teknik gambar bangunan, mata diklat menggambar bangunan gedung diberikan kepada siswa tingkat II dan Tingkat III pada program keahlian teknik gambar bangunan. Melalui mata diklat ini siswa akan mempelajari dan mempraktekkan; a. Bangunan bertingkat dan penggambaran detail-detail (pada tingkat 2). b. Bangunan bertingkat beserta sarana dan prasarananya/bangunan umum (pada tingkat 3).
42
Pada mata diklat menggambar bangunan termuat kompetensi utama yang harus dimiliki oleh siswa lulusan jurusan teknik gambar bangunan, kompetensi yang dimaksud yaitu: a. Mengetahui macam-macam rumah tinggal sederhana. b. Memahami analisa perencanaan rumah tinggal sederhana. c. Memahami elemen-elemen konstruksi bangunan rumah tinggal. d. Memahami keuntungan dan kerugian rumah tinggal bertingkat. e. Memahami perencanaan rumah tinggal bertingkat dengan lantai atas berdasarkan tangga. f. Memahami macam-macam bangunan umum menurut fungsinya. g. Memahami analisa perencanaan bangunan umum. h. Membuat analisa bangunan umum. i. Membuat gambar bestek bangunan umum. j. Memahami cara pembuatan maket bangunan rumah tinggal k. Memahami elemen-elemen konstruksi maket bangunan rumah tinggal.
2.1.9
Hasil Belajar
2.1.9.1
Pengertian Hasil Belajar
‘Prestasi belajar adalah keseluruhan kecakapan hasil capai (achievement) yang diperoleh melalui proses-proses belajar di sekolah, yang dinyatakan dengan nilai-nilai dari prestasi belajar berdasarkan hasil tes prestasi belajar’ (Moh. Surya, 1979: 174) dikutip oleh Yuliana Rasiyanti (2007).
43
Demikian pula dengan pendapat Abas Nurdin (1984: 41) dikutip oleh Yuliana Rasiyanti (2007) yang berkenaan dengan prestasi belajar: ‘Prestasi belajar pada hakekatnya adalah hasil belajar yang dimanifestasikan kedalam diri individu dan dimanifestasikan kedalam pola tingkah laku dan perubahan skill pada pengetahuan dan dapat dilihat pada nilai hasil belajar itu sendiri.’ Hasil belajar siswa di sekolah biasanya dirumuskan dalam bentuk prestasi belajar. Dalam penelitian ini, bentuk hasil belajar siswa yang ingin diketahui yaitu nilai akhir siswa tingkat III program keahlian teknik gambar bangunan pada mata diklat menggambar bangunan gedung semester IV. Hasil belajar yang dicapai siswa dapat dijadikan indikator keberhasilan mengajar maupun belajar siswa. Terdapat tiga tipe hasil belajar menurut Benyamin S. Bloom dan D. Krathwohl (1964) oleh Hamzah B. Uno (2006: 35), yakni: 1. Tipe hasil belajar bidang kogniitif, yang mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. 2. Tipe hasil belajar bidang afektif, yang berkenaan dengan sikap dan nilai yang dimulai dari kemauan menerima, menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, ketekunan dan ketelitian. 3. Tipe hasil belajar bidang psikomotor, dalam bentuk keterampilan, kemampuan dalam bertindak dari individu. Dari ke tiga pertimbangan diatas, maka hasil belajar siswa yang diamati ialah hasil belajar yang direpresentatifkan dalam bentuk nilai rapor mata diklat menggambar bangunan gedung siswa tingkat III teknik gambar bangunan pada semester IV. hal ini didasarkan bahwa nilai rapor didapatkan dari sejumlah
44
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Sehingga nilai rapor ini dapat dikatakan telah dapat menunjukkan hasil belajar siswa.
2.1.9.2
Mengukur Hasil Belajar Mengukur hasil belajar yang dilakukan oleh seorang guru dengan
menggunakan alat ukur akan memberikan hasil ukur yang bersifat kuantitatif atau nilai. Seperti Hamzah B. Uno (2006: 93) dikutip oleh Yuliana rasiyanti (2007) yang mengatakan bahwa “Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif. Proses mengukur dengan menggunakan alat ukur tersebut dinamakan pengukuran”. Untuk menentukan nilai rapor, guru mengikuti kriteria nilai kelulusan untuk mata diklat produktif sebagai berikut: Rentang
Nilai
Hasil
90-100
A
Amat Baik
80-89
B
Baik
70-79
C
Cukup
0-69
BL
Belum Lulus
Tabel II.7 Kriteria Nilai Kelulusan Mata Diklat Produktif
45
2.2 Anggapan Dasar Melihat kenyataan yang ada berdasarkan landasan teori di atas, sepatutnya guru yang pada kurikulum ini menjadi pihak yang paling banyak dilibatkan dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini. Dapat memahami betul apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran sehubungan dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dimiliki oleh satuan pendidikan yang menjadi tanggungjawabnya. Karena guru pula yang akan melakukan penilaian terhadap hasil pembelajaran yang dilakukannya, sehingga keberhasilan pembelajaran merupakan tanggungjawab guru secara profesional. Dengan memperhatikan landasan teori yang diapaparkan diatas, maka penulis merumuskan anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. b. Usaha untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik diusahakan melalui pembuatan kurikulum, dan kurikulum itu sendiri disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan jaman. c. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru memberikan kontribusi yang besar terhadap keberhasilan belajar mengajar. d. Fasilitas yang baik dan memadai serta dioptimalkan penggunaannya memberi kontribusi yang baik terhadap hasil pembelajaran.
46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung yang terletak di Jl. Soekarno-Hatta, Riung Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan obyek penelitian siswa/siswi tingkat III SMK Negeri 6 Bandung, Bidang Keahlian Teknik Bangunan Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan. Tabel III.1 Waktu Penelitian No 1 2
3 4 5
6
7
Kegiatan
Bulan Mei'07
Jun'07
Jul'07
Agu'07
Sep'07
Okt'07
Nop'07
Des'07
Jan'08
Studi Kepustakaan Penyusunan rancangan laporan pendahuluan Seminar 1 Penyusunan Instrumen Penyebaran instrumen uji coba Menghitung validitas dan reliabilitas instrumen Menetapkan instrumen angket
47
Feb'08
8 9 10
11 12 13 14
Dokumentasi data nilai siswa Wawancara guru mata diklat Menghitung persyaratan analisis Analisis data Penyempurnaan laporan Seminar 2 Revisi Laporan
3.2 Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dimana metode ini berangkat dari dasar-dasar pengetahuan yang berlaku secara umum mengenai pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kemudian diteliti persoalanpersoalan khusus dari segi dasar-dasar pengetahuan yang umum tersebut. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan (Suharsimi Arikunto, 1998 : 310) yang dikutip oleh Hilmi Wafi (2007 : 34). Metode deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi pada situasi sekarang. Metode ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang keadaan secara objektif (Moh. Ali, 1985 : 120) dikutip oleh Hilmi Wafi (2007).
48
Berdasarkan pengertian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena pendidikan yang diangkat selama penelitian berlangsung. Oleh karena itu, untuk menggambarkan kondisi yang ada dan berdasarkan variabel yang dipermasalahkan, maka pendekatan kuantitatif dipandang sangat tepat dalam hal pengumpulan datanya. Penelitian kuantitatif dipakai untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antar variabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal (Subana dan Sudrajat, 2005) oleh Hilmi Wafi (2007). Dengan pendekatan ini dapat dideskripsikan tentang sesuatu hal, sebut saja pelaksanaan KTSP di SMK Negeri 6 Bandung.
3.3 Variabel dan Alur Penelitian 3.3.1
Variabel “Variabel diartikan sebagai ciri atau karakteristik dari individu, obyek,
peristiwa yang nilainya bisa berubah-ubah dan ciri tersebut dimungkinkan untuk dilakukan pengukuran, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif”. Suprian A.S (1994 : 61) dikutip oleh Hilmi Wafi (2007 : 38) Variabel dapat dibedakan menjadi dua kategori utama, yaitu: 1. Variabel bebas (independent), adalah variabel perlakuan atau sengaja dimanipulasi untuk diketahui intensitasnya atau pengaruhnya terhadap variabel terikat.
49
2. Variabel terikat (dependent), adalah variabel yang ditimbulkan akibat variabel bebas atau respon dari variabel bebas, oleh karena itu variabel terikat menjadi tolak ukur atau indikator keberhasilan variabel bebas. Hal di atas, serupa dengan apa yang diungkapkan Suharsimi Arikunto (1989: 93), yaitu: “Ada variabel yang mempengaruhi dan menimbulkan akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variable (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tak bebas, variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variable (Y)”. Penelitian ini mengkaji dua variabel, yaitu pelaksanaan KTSP menggambar bangunan gedung (independent), dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat (dependent). Variabel pertama dinotasikan X, dan variabel kedua dinotasikan Y. Untuk melihat hubungan antar variabel, maka dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Variabel X (Variabel Pengaruh) Pelaksanaan KTSP Mata Diklat Menggambar Bangunan Gedung • Perencanaan KTSP • Pelaksanaan KTSP
Kontribusi
Variabel Y (Variabel Terpengaruh) Hasil Belajar Siswa Nilai rapor siswa tingkat III pada mata diklat menggambar bangunan gedung semester 4
Gambar III.1 Hubungan Antar Variabel
50
3.3.2
Alur Penelitian Alur penelitian dalam skripsi ini dapat dilihat pada gambar III.2
Hasil Belajar Siswa Tingkat III TGB SMKN 6 Bandung
Pelaksanaan KTSP
Aspek yang diungkap: Pengertian Pelaksanaan Standar Isi Standar Kelulusan
Aspek yang diungkap : Nilai Rapor Semester 4
Mata Diklat Menggambar Bangunan Gedung
Siswa/siswi Tingkat III TGB
TEMUAN PENELITIAN
KESIMPULAN Gambar III.2 Alur Penelitian
51
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian Komaruddin dan Yooke (1997 : 98) yang dikutip oleh (Hilmi Wafi 2007 : 41) mengutarakan bahwa populasi diantaranya dapat didefinisikan ke dalam tiga buah kemungkinan : 1. Populasi yang menjadi dasar sampel merupakan sekelompok subyek yang menjadi sumber penarikan sampel yang digunakan untuk pengukuran statistik. 2. Populasi merupakan sekelompok kasus yang dapat memenuhi persyaratan yang diterapkan yang berkaitan dengan masalah penelitian. 3. Populasi merupakan wilayah generalisasi obyektif atau subyek yang memiliki kuantítas dan karakteristik tertentu yang dikaji oleh peneliti dan selanjutnya ditarik kesimpulan. Sedangkan sampel adalah kelompok yang dipergunakan peneliti untuk memperoleh informasi. Sampel itu dipilih sehingga mampu mewakili kelompok besar (yang disebut “populasi” atau “universe”) yang menjadi sumber pemilihan sampel tersebut (Komaruddin Sastradipoera, 2005 : 297) dikutip oleh Hilmi Wafi (2007 : 41). Populasi ini dilakukan pada Mata Diklat Menggambar Bangunan Gedung, populasi penelitian yang diambil adalah siswa/siswi SMK Negeri 6 Bandung Bidang Keahlian Teknik Bangunan Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan (TGB) tingkat III yang berjumlah 66 siswa. Dalam penelitian ini, subyek penelitian adalah sebesar 100% dari jumlah populasi yaitu 66 siswa.
52
3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 3.5.1
Teknik Pengumpulan Data Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk dapat dianalisis di
dalam suatu penelitian, maka diperlukan statu teknik pengumpulan data yang relevan dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan proses diperolehnya data dari sumber data. Sedangkan sumber data adalah siswa/siswi tingkat III Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 6 Bandung. Dasar pertimbangan dalam menggunakan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : a. Hasil pengukuran terhadap variabel yang diteliti agar dapat dianalisis dan diolah secara statistik dengan tingkat ketelitian yang dapat diandalkan. b. Dengan teknik pengumpulan data yang diperoleh kemungkinan besar bersifat obyektif c. Penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, baik ditinjau dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dari uraian di atas, dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data dengan angket, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan.
53
3.5.2
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu pengumpulan dan pengolahan data
tentang variabel-variabel yang diteliti. Instrumen penelitian secara tidak langsung akan menyesuaikan dengan metode penelitian. Sedikitnya ada lima buah teknik dan instrumen penelitian meliputi: observasi, analisis isi, wawancara, angket, dan pengujian dan skala objektif (Murray and Dale, dikutip oleh Komaruddin dan Yooke, 2000). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik Angket Angket merupakan instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ruseffendi (1994; 107) dikutip oleh Hilmi Wafi (2007; 43) bahwa ”Angket adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan”. Dalam penelitian ini angket akan dijawab oleh responden yaitu para siswa/siswi tingkat III Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan. Isi angket ini berupa sekelompok pertanyaan tertulis (tercetak) yang disusun dengan sistematis dan dijawab dengan tertulis pula, sehingga hubungan antara peneliti dan respondennya menjadi tidak langsung. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan angket ini adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan angket.
54
2. Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran angket dan menetapkan indikator yang akan diukur. 3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik dan tunggal. 4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya. 5. Menyusun pernyataan atau pertanyaan. 6. Membuat format angket, sehingga memudahkan responden untuk mengisi dan tidak menimbulkan kesan seolah-olah responden sedang di tes. 7. Membuat petunjuk pengisian.
2. Wawancara Wawancara digunakan untuk memperoleh data secara langsung dan natural (alamiah) dari responden secara purposif. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara berstruktur yang telah disiapkan. Dalam wawancara, peneliti dihadapkan dalam dua hal. Pertama, peneliti harus secara nyata mengadakan interaksi dengan responden. Kedua, peneliti mengahadapi kenyataan, adanya pandangan orang lain yang mungkin berbeda dengan pandangan peneliti sendiri. Masalah yang peneliti hadapi ialah bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana mengolah pandangan yang mungkin berbeda (Nasution, 1988 : 69) dikutip oleh Asep Hermawan, (2003:45). Data yang
55
dikumpulkan pada umumnya ialah data verbal yang diperoleh melalui percakapan atau tanya jawab. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati responden, bagaimana pandangan tentang pembelajaran dan KTSP yang tidak dapat peneliti ketahui melalui angket kepada siswa/i. Setiap peneliti mengadakan wawancara, harus menjelaskan apa tujuan peneliti berwawancara, keterangan apa yang diharapkan dari padanya. Penjelasan itu mengarahkan jalan pikirannya, sehingga responden tahu apa yang harus disampaikannya. Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sebagai berikut: 1. Latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki pengajar. 2. Pemahaman pengajar terhadap KTSP. 3. Metode pembelajaran yang digunakan oleh pengajar. 4. Pandangan terhadap perencanaan materi silabus dan RPP mata diklat menggambar bangunan gedung. 5. Pengetahuan pengajar terhadap materi yang diajarkan. 6. Keadaan fasilitas pembelajaran. Maka secara otomatis objek wawancara untuk instrumen penelitian ini adalah guru mata diklat menggambar bangunan gedung.
3. Studi Dokumentasi Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang erat kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti. Data yang diperlukan diantaranya mengenai data akurat
56
jumlah siswa/siswi yang berhubungan dengan pengambilan sampel yaitu siswa/i Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan. Data mengenai Mata Pelajaran Menggambar Bangunan Gedung yang dipelajari oleh siswa/siswi yang bersangkutan beserta guru mata diklatnya, selain itu data mengenai struktur kurikulum KTSP Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan dan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh lulusan Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan. Studi dokumentasi ini merupakan usaha untuk memperoleh suatu gambaran mengenai masalah yang akan dijadikan objek penelitian. Di samping itu juga untuk mendapatkan konsep-konsep sebagai bahan acuan, baik bagi perumusan, pembatasan, maupun pengolahan data untuk pemecahan masalah dari masalah yang diteliti.
3.5.3
Penyusunan Instumen Penelitian Dalam penyusunan instrumen penelitian yang berupa angket, peneliti
menempuh langkah-langkah sebagai berikut : a. Menetapkan variabel penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. b. Menentukan indikator-indikator dan kisi-kisi instrumen penelitian. c. Menentukan kriteria bobot untuk setiap altenatif jawaban, yaitu : menggunakan skala Likert dengan lima opsion.
57
Arah Pertanyaan NO.
Alternatif Jawaban Positif
Negatif
1
Sangat Setuju (SS)
5
1
2
Setuju (S)
4
2
3
Ragu-ragu (R)
3
3
4
Tidak Setuju (TS)
2
4
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
5
Tabel III.2 Instrumen Penelitian Dalam menjawab skala Likert ini responden hanya memberi tanda ceklist saja sesuai alternatif jawaban pada salah satu butir skala, pertimbangan penulis memilih angket model Likert sesuai dengan pendapat S. Nasution (1987: 89), yaitu: 1. Skala tipe Likert mempunyai reliabilitas tinggi dalam intensitas tertentu. 2. Skala Likert ini sangat luas atau fleksibel, lebih fleksibel dari teknik pengukuran lainnya. Langkah yang akan ditempuh setelah angket tersusun, yaitu sebagai berikut: 1. Uji Coba Angket Uji coba angket dimaksudkan untuk mendapatkan angket yang valid (tepat) dan reliabel (tetap) agar hasil yang diperoleh dalam penelitian ini mendekati kebenaran. Uji coba ini dilakukan setelah pertanyaan-pertanyaan disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan (dapat dibaca pada lampiran 6).
58
2. Uji Validitas Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur atau angket, dalam penelitian ini item-item pertanyaan harga korelasi dengan rumus yang dikemukakan oleh Pearson atau lebih dikenal dengan rumus Pearson Product Moment (r hitung), sebagai berikut : rhitung =
n.(∑ XY ) − (∑ X )( . ∑ Y)
{n. ∑ X
2
}{
− (∑ X ) . n. ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
} (Riduwan, 2006 : 98)
Keterangan : r hitung ∑XY ∑X
∑Y n
= Koefisien korelasi = Jumlah perkalian antara skor suatu butir dengan skor T = Jumlah skor total dari seluruh responden dalam menjawab 1 soal yang diperiksa validitasnya = Jumlah total seluruh responden dalam menjawab seluruh soal pada instrument tersebut. = Jumlah responden uji coba.
Setelah harga rhitung diperoleh, kemudian didistribusikan ke dalam rumus uji-t, dengan rumus sebagai berikut : t hitung =
r
(n - 2)
(1 − r ) 2
(Riduwan, 2006 : 98) Keterangan : t hitung r
= Uji signifikan korelasi = Koefisien korelasi
59
n
= Jumlah responden uji coba Kemudian harga dikonsultasikan dengan t tabel untuk α = 0,05 dengan
derajat kebebasan (dk) = n – 2. Maka taraf signifikansi atau tidaknya dapat diketahui dengan syarat ; Jika t
hitung
>t
tabel
berarti item tersebut signifikan dan
Jika t
hitung
tabel
berarti item tersebut tidak signifikan.
Apabila telah memenuhi syarat signifikan maka, item pernyataan yang diuji dinyatakan valid
3. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merujuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Reliabel menunjuk pada keterandalan sesuatu, instrumen harus reliabel mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Untuk menguji reliabilitas suatu instrumen ditentukan dengan mengguankan rumus alpha (r,.), dengan langkah-langkah sebagai berikut : a.
Menghitung jumlah total varians dari setiap item dengan menggunakan rumus :
60
Si =
Σx 2 −
(Σx )2 N
N
(Riduwan, 2006 : 115)
Keterangan :
Si
= Harga varians tiap item
Σx 2
= Jumlah kuadrat jawaban responden setiap item
(Σx )2
= Kuadrat skor seluruh responden dari setiap itemnya
N
= Jumlah responden
b.
Menghitung varians total dengan rumus :
∑S
i
= S 1+ S 2 + S 3 + S 4 + S 5 .....S 66
(Riduwan, 2006 : 116)
Keterangan :
c.
∑ Si
= Harga varians semua item
S1 , S 2 ...n
= varians item ke-1, 2,…n
Menghitung varians total dengan rumus :
ΣX t − 2
St =
(ΣX t )2
N
N
(Riduwan, 2006 : 116)
61
Dengan : S t ∑Xt
= varians total 2
= jumlah kuadrat X total
(∑ X t ) 2 = jumlah X total dikuadratkan
N
d.
= jumlah responden
Menghitung nilai Alpha dengan rumus :
k ∑ Si r 11 = .1 − St k -1
(Riduwan, 2006 : 116)
Keterangan : = Reliabilitas angket r 11 k = Banyaknya item angket = Jumlah varians skor tiap item ∑ Si St
= Varians total
Kemudian harga r 11 dikonsultasikan dengan r tabel untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = n – 1. Reliabilitas angket akan terbukti jika : Harga r 11 > r tabel , berarti reliabel Harga r 11 < r tabel , berarti tidak reliabel
62
Sebagai pedoman kriteria penafsiran r11 menurut Riduwan (2006 : 98), sebagai berikut : Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Kuat 0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 Cukup 0,20 – 0,399 Rendah 0,00 - 0,199 Sangat Rendah Tabel III.3 Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan Interval Koefisien
4. Uji Normalitas Langkah-langkah yang ditempuh dalam uji normalitas distribusi frekuensi ialah sebagai berikut : Langkah 1 : Menentukan rentang skor (R) R = Skor terbesar – Skor terkecil Langkah 2 : Menentukan banyak kelas (BK) interval dengan menggunakan rumus Sturgess : BK = 1 + 3,3 Log n Langkah 3 : Menentukan panjang kelas interval (i) i= Dengan : R
R BK
= nilai rentang skor
BK = banyaknya kelas
Langkah 4 : Membuat tabel distribusi frekuensi
63
Langkah 5 : Menghitung rata-rata/mean (x) skor
x=
∑ f.Xi n
Dengan : x = nilai rata-rata ∑ f.Xi = jumlah perkalian frekuensi sesuai dengan tanda kelas dengan nilai tengah n = jumlah data Langkah 6 : Menghitung simpangan baku (s) nΣf.Χ i − (Σf.Χ i ) n (n - 1) 2
s=
2
(Riduwan, 2006 :122) Dengan : s ∑ f.Xi
= nilai simpangan baku = jumlah perkalian frekuensi sesuai dengan tanda kelas dengan nilai tengah yang dikuadratkan 2 ( ∑ f.Xi ) = jumlah kuadrat perkalian frekuensi sesuai dengan tanda kelas dengan nilai tengah yang dikuadratkan n = jumlah data
Langkah 7 : Membuat tabel distribusi untuk harga-harga yang diperlukan dalam uji chi-kuadrat yang terdiri dari : a. Batas kelas interval (BK) b. Z-score untuk batas kelas interval Zt =
batas kelas - x s (Riduwan, 2006 :122)
Dengan : s x
= nilai simpangan baku = mean
64
c. Luas tiap kelas interval (L) dengan menggunakan daftar F (luas dibawah lengkung normal standar dari o-z) d. fe = frekuensi yang diharapkan (L x n) e. fo = frekuensi hasil pengamatan f. Uji chi kuadrat pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = k-1 Langkah 8 : Uji chi-kuadrat dengan kriteria penerimaan : X 2 hitung < X 2 tabel , artinya data berdistribusi normal, dan X 2 hitung > X 2 tabel , artinya distribusi data tidak normal
3.6 Perhitungan Gambaran Umum Untuk mengetahui gambaran umum dari masing-masing variabel, dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : P=
fo × 100% n (Mohamad Ali, 1995)
Dengan : P fo n
= nilai prosentase = jumlah frekuensi tiap skor dikali skor masing-masing frekuensi = skor ideal
Adapun langkah-langkah yang ditetapkan dalam pengelolaan dengan menggunakan rumus prosentase skor adalah sebagai berikut : a. Memberikan bobot untuk setiap alternatif jawaban
65
b. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang dipilih c. Menghitung skor total tiap item dalam satu indikator d. Mengkonsultasikan total nilai skor rata-rata dengan tolak ukur seperti yang tercantum dalam tabel interpretasi prosentase skor
Interval Kategori 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup 21% - 40% Buruk 0% - 20% Sangat Buruk Tabel III.4 Interpretasi Prosentase Skor (Mohamad Ali, 1995)
3.7 Teknik Analisis Data Analisis data dilaksanakan setelah data terkumpul, analisis data ini menurut Suharsimi Arikunto (1989 : 191) dikutip oleh Yuliana Rasiyanti (2007 : 51) adalah sebagai berikut : Pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah sebagai berikut : -
Persiapan
-
Tabulasi
-
Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian
a. Persiapan Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain :
66
1. Memeriksa identitas responden 2. Memeriksa jumlah angket yang telah diisi oleh responden 3. Memeriksa cara pengisian dan kelengkapan jawaban b. Tabulasi Kegiatan dalam tabulasi ini antara lain : 1. Memberi kode (coding) dalam hubungannya dengan pengolahan data 2. Memberi skor pada setiap item jawaban yang telah dijawab oleh responden.
c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian dilakukan untuk mengolah data dengan uji statistik. Langkah yang ditempuh dalam mengolah data dengan statistik adalah untuk menentukan metoda statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis, seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1992 : 269) dikutip oleh Yuliana Raiyanti (2007 : 53) sebagai berikut : “Apabila data yang dianalisa berbentuk sebaran normal maka penelitian boleh menggunakan teknik statistik parametrik, sedangkan apabila data yang diolah tidak merupakan sebaran noramal maka peneliti harus menggunakan statistik non parametrik”.
Setelah dilakukan uji persyaratan analisis, maka hasilnya 1. Uji Normalitas (tidak dipenuhi oleh dua variabel) 2. Uji kelinieran regresi (terpenuhi)
67
Maka, dalam hal ini tidak dimungkinkan untuk dilakukannya uji statistik parametrik yang seharusnya memenuhi syarat data dua variabel bersifat normal dan data berpola linier. Namun, syarat tersebut hanya dipenuhi oleh kelinieran data saja sehingga dilakukan uji statistic non-parametrik dengan cara korelasi Spearman Rank.
3.8
Perhitungan Koefisien Determinasi Untuk mengetahui besarnya hubungan variabel kontribusi persepsi uji kompetensi terhadap motivasi pelaksanaan praktik gambar siswa, digunakan rumus koefisien determinasi yang dinotasikan KD. Rumusnya ialah : KD = r 2 ×100 %
(Riduwan, 2006 : 98) Kemudian dikonsultasikan dengan tabel interpretasi korelasi, maka hasilnya dapat dilihat pada lampiran 26, yang menunjukkan bahwa pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung program keahlian teknik gambar bangunan memiliki kontribusi kuat terhadap hasil belajar siswa di SMK Negeri 6 Bandung.
Karena penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif maka pendeskripsian data hasil penelitian adalah hasil analisis data dengan statistik yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Data yang dikumpulkan melalui instrumen angket adalah data untuk variabel X (pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung), yang diujicobakan pada 66 responden yang merupakan siswa Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 6 Bandung. Setelah diujicobakan, kemudian diadakan perbaikan-perbaikan dengan membuang 10 dari 45 pertanyaan yang tidak valid pada angket. Selanjutnya angket disebarkan kembali. Sebagai penunjang data untuk variabel X, maka dilakukan juga wawancara mengenai pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung kepada guru mata diklat yang berasngkutan. Data yang dikumpulkan melalui dokumentasi adalah data untuk variabel Y (hasil belajar siswa), dimana mengungkapkan bobot keberhasilan belajar siswa pada satu semester (semester 4) melalui nilai akhir semester. Data ini tidak melalui uji validitas dan reliabilitas. Hal ini didasarkan pada keyakinan penulis bahwa nilai yang diberikan oleh guru mata diklat tersebut merupakan akumulasi penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil dari pengumpulan data variabel X dan variabel Y merupakan skor mentah. Dalam perhitungan statistik, skor-skor mentah tersebut diubah kedalam skor baku (Tscore) yang selanjutnya digunakan untuk mencari korelasi antar variabel dengan cara
69
statistik non-parametrik. Hasil pengumpulan data terkumpul juga didukung dengan wawancara kepada guru mata diklat menggambar bangunan gedung.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1
Proses Perencanaan KTSP (Hasil Wawancara Kepada Guru Mata Diklat Menggambar Bangunan Gedung)
a. Karakteristik Mata Diklat Menggambar Bangunan Gedung Kegiatan pengumpulan data dimulai dari awal bulan agustus 2007 hingga dianggap cukup untuk proses analisis yang lebih dalam. Adapun kegiatan pengumpulan data terfokus di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung, Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan. Pada periode tahun ajaran 2006-2007, jumlah siswa yang mengikuti mata diklat menggambar bangunana gedung sebanyak 66 orang. Secara lebih jelas jumlah siswa yang mengikuti mata diklat menggambar bangunan gedung, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : NO
Kelas
Jumlah
1
2TGB 1
34
2
2TGB 2
32
Total
66
Tabel IV.1 Jumlah Siswa yang Mengikuti Mata Diklat Menggambar Bangunan Gedung
70
Dalam penelitian ini siswa yang menjadi responden penelitian adalah siswa tingkat tiga program keahlian teknik gambar bangunan, adapun data siswa berupa nilai mata diklat menggambar bangunan gedung adalah data atau nilai siswa yang diperoleh pada saat siswa tingkat III semester 4. Mengingat data tersebut yang dinilai paling relevan sebagai indikator hasil belajar siswa dari pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung. Mata diklat menggambar bangunan gedung sendiri merupakan mata diklat inti pada program keahlian teknik gambar bangunan, melalui mata diklat ini siswa akan mempelajari dan mempraktekkan; menggambar rumah tinggal dan rumah tinggal bertingkat dengan detail-detailnya (pada tingkat II), dan menggambar bangunan umum beserta sarana dan prasarananya (pada tingkat III).
b. Relevansi Mata Diklat Menggambar Bangunan Gedung dengan Standar Kompetensi Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan Dalam merancang struktur kurikulum untuk pogram keahlian teknik gambar bangunan, dan setelah melalui penjabaran terhadap masing-masing mata diklat yang dalam hal ini merupakan mata diklat menggambar bangunan gedung. Setelah sebelumnya dilakukan komparasi terhadap standar kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa lulusan teknik gambar bangunan, maka dapat disimpulkan bahwa mata diklat menggambar bangunan gedung telah memuat komptensikompetensi yang harus dimiliki oleh siswa jurusan teknik gambar bangunan (sangat relevan).
71
c. Target Mata Diklat Menggambar Bangunan Gedung Target hasil pembelajaran mata diklat menggambar bangunan gedung adalah
menjadikan
siswa
teknik
gambar
bangunan
memiliki
kemampuan/kompetensi yang disyaratkan bagi lulusan jurusan teknik gambar bangunan. Dalam hal ini adalah kompensi siswa dalam membuat bestek gambar dan membuat rancangan anggaran biaya (RAB).
d. Pencapaian Target yang Ada Pada saat penelitian ini dilakukan, obyek penelitian/siswa telah menduduki semester 5 tingkat III, dan secara umum dapat dikatakan bahwa kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa TGB telah dimiliki oleh siswa yang menjadi obyek penelitian ini sebesar 90%. Untuk selanjutnya dapat ditingkatkan dan dikembangkan dengan memberikan tugas yang bervariasi (dari judul rancangannya).
e. Metode Pembelajaran yang diterapkan Mata diklat menggambar bangunan gedung sebagai mata diklat inti pada program keahlian teknik gambar bangunan gedung, dengan beban belajar terberat bagi siswa teknik gambar bangunan menjadi tantangan tersendiri bagi guru mata diklat ini. Untuk mensiasati kejenuhan belajar dan sebagai upaya
72
optimalisasi keberhasilan pembelajaran guru melakukan metode pembelajaran; ceramah, tutorial, pemberian tugas, diskusi, praktek gambar dan evaluasi.
f. Wawasan Tentang KTSP Mengenai wawasan tentang KTSP sebelum dilaksanakannya KTSP itu sendiri di SMK Negeri 6 Bandung, guru mata diklat menggambar bangunan gedung telah disertakan oleh sekolah untuk mengikuti penataran guru mengenai KTSP pada tingkat provinsi. Selain mengikuti penataran juga diadakan sosialisasi KTSP di sekolah dengan melibatkan semua unsur pengajar di sekolah, dan selanjutnya diadakan rapat-rapat untuk membahas standar isi, standar kompetensi lulusan dan kompetensi-kompetensi untuk masing-masing mata diklat untuk dikembangkan menjadi silabus dan RPP.
g. Perencanaan Pembelajaran dengan KTSP Dalam merencanakan pembelajaran dengan KTSP terlebih dahulu guru mempelajari tujuan dari KTSP, mempelajari standar isi, standar kompetensi lulusan lalu selanjutnya mengembangkan silabus, RPP dan strategi pembelajaran sesuai mata diklat yang dipegang oleh guru.
73
h. Kondisi Ruang Gambar/Studio Kondisi ruang gambar program keahlian teknik gambar bangunan di SMK Negeri 6 Bandung dapat dinilai masih bagus dan layak digunakan, tapi secara kuantitas dirasakan masih kurang jumlahnya.
i. Peranan Asistensi/Bimbingan Dalam asistensi/bimbingan, siswa terlebih dahulu harus mengerjakan tugas/gambar yang akan diasistensikan. Sehingga melalui gambar yang diasistensikan dapat muncul pertanyaan dari guru sebagai pembimbing, pertanyaan diberikan untuk melatih daya pikir dana analisis siswa terutama dengan hasil kerja dalam bentuk gambar yang dibuatnya dan dari hal tersebut dapat memberikan feedback kepada siswa. Melalui asistensi/bimbingan guru dapat mengetahui proses belajar yang dilakukan oleh siswa (yang menjadi salah satu indikator dalam penilaian akhir), selain itu guru dapat memberikan solusi/alternatif bila dalam pengerjaan tugas/gambar siswa menemukan masalah. Karena inti dari asistensi/bimbingan itu sendiri agar siswa dapat menimalisir kesalahan tugas/gambar.
j. Keseimbangan Jumlah Pengajar dengan Jumlah Siswa Rasio jumlah pengajar mata diklat menggambar bangunan gedung dengan jumlah siswa belajar dapat dikatakan ideal/baik yaitu dengan
74
perbandingan 1 guru mengajar 16 siswa, dalam mata diklat menggambar bangunan gedung di SMK Negeri 6 ini terdapat 2 orang guru mata diklat.
k. Kendala Siswa Pada Mata Diklat Menggambar Bangunan Gedung Kendala siswa dalam mata diklat menggambar bangunan gedung dari pengamatan guru adalah sifat malas, selain kendala lain diluar individu siswa. l. Hambatan Pelaksanaan Pembelajaran dengan KTSP Hambatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan KTSP yang sangat dirasakan adalah kurangnya bahan dan peralatan (sarana tidak lengkap). m. Kondisi Ruang Gambar Digital Kondisi ruang gambar digital, sebagai salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh siswa dapat dikatakan tidak ada atau sangat kurang, saat ini komputer yang dimiliki sebanyak 4 unit dan jelas itu sangat tidak memadai apabila harus digunakan oleh 8 orang tiap unitnya pada saat dibutuhkan. n. Proses Perencanaan KTSP yang dilakukakan oleh Guru Dalam perencanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: adanya penataran KTSP yang diselenggarakan Depdiknas/disdik provinsi dan kota, selanjutnya diadakan sosialisasi di sekolah-sekolah berdasarkan rekomendasi/standar nasional yang diberikan oleh pemerintah pusat, mengkaji dan menganalisis standar isi, mengkaji dan menganalisis standar kompetensi lulusan, mengkaji dan menganalisis visi dan misi sekolah, mengkaji dan menganalisis tujuan KTSP, menentukan fokus atau
75
kompetensi dasar, menentukan variabel atau indikator, menentukan standar, membandingkan standar dengan kompetensi, menentukan kesenjangan yang terjadi, merencanakan target untuk mencapai standar, merumuskan cara-cara dan program untuk mencapai target. Akhirnya dari langkah-kangkah panjang di atas maka dikembangkan dan dihasilkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), oleh guru mata diklat yang bersangkutan sebagai alat utama penyelenggaraan pembelajaran dengan KTSP.
4.2.2
Variabel X (Pelaksanaan KTSP Menggambar Bangunan Gedung) Dari data mentah yang terkumpul dari variabel X seperti dalam Lampiran 13,
maka dapat diketahui prosentase skor dari masing-masing indikator. Pada tabel tersebut, terdapat perhitungan mengenai prosentase skor pada masing-masing aspek pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung yang terbagi menjadi sembilan indikator. Perhitungan prosentase skor dilakukan dengan menetapkan skor ideal dengan rumus ∑f dikali 5 sebagai skor tertinggi. Sehingga didapat % skor jawaban dari data angket yang kemudian dikonsultasikan dengan tabel interpretasi skor. Interval
Kategori
81% - 100%
Sangat Baik
61% - 80%
Baik
76
41% - 60%
Cukup
21% - 40%
Buruk
0% - 20%
Sangat Buruk
Tabel IV.2 Interpretasi Skor
Berikut ini merupakan gambaran umum pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung jurusan teknik gambar bangunan yang disajikan per indikator TABEL IV.3 PROSENTASE SKOR INDIKATOR ASPEK IDENTIFIKASI KEBUTUHAN (STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KEJURUAN TGB) Skala Jawaban no
1
Indikator
No.Item
5
2
1
∑f
∑skor
skor
f
skor
f
skor
f
skor
f
skor
13
65
37
148
16
48
0
0
0
0
66
261 241
Kemampuan
1
menggambar
2
9
45
36
144
11
33
9
18
1
1
66
teknik
3
21
105
29
116
15
45
1
2
0
0
66
268
4
10
50
35
140
18
54
2
4
0
0
66
248
4 soal
53
265
137
548
60
180
12
24
1
1
264
1018
26
skor
53,8
17,7
2,4
0,1
5
23
115
27
108
15
45
1
2
0
0
66
270
gambar manual
6
17
85
36
144
10
30
3
6
0
0
66
265
7
24
120
33
132
8
24
1
2
0
0
66
278
8
18
90
40
160
8
24
0
0
0
0
66
274
4 soal
82
410
136
544
41
123
5
10
0
0
264
1087
37,7
skor Produk gambar
9
16
80
bangunan
10
20
100
11
14
70
12
20
100
4 soal
70
350
% tiap skor
32,7
50 31
11,3
4
35
140
10
30
1
2
0
0
66
272
44
176
6
18
1
2
1
1
66
267
35
140
10
30
1
2
0
0
66
272
145
580
43
129
5
10
1
1
264
1070
0,9
0
0
0,1
% skor
kategori
1320
77,1
Baik
1320
82,3
1320
81,1
Sangat Baik
100
17
12,1
2
0
124
54,2
51
0,9
skor ideal
100
Penguasaan alat
% tiap
3
3
f
% tiap
2
4
66
259
Sangat
100
77
Baik
DIAGRAM INTERPRETASI SKOR
Indikator
3
Interval 81% - 100% 61% - 80% 41% - 60% 21% - 40% 0% - 20%
81,1
2
82,3
1
77,1
0
20
40
60
80
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Buruk Sangat Buruk
100
Skor
Gambar IV.1 Diagram Interpretasi Skor Aspek Identifikasi Kebutuhan (Standar Kompetensi Lulusan Kejuruan Teknik Gambar Bangunan)
Berdasarkan diagram interpretasi skor di atas, menunjukkan identifikasi kebutuhan (standar kompetensi lulusan kejuruan teknik gambar bangunan) yang terdiri dari tiga indikator berada pada kategori sangat baik dan baik. Dengan rincian bahwa kemampuan menggambar teknik adalah baik. Sedangkan penguasaan alat gambar manual dan produk gambar bangunan adalah sangat baik. Sehingga secara keseluruhan, dari aspek ini dapat dikatakan identifikasi kebutuhan (standar kompetensi lulusan kejuruan teknik gambar bangunan adalah sangat baik dengan didominasi oleh dua indikator yang telah disebutkan di atas. Prosentase tertinggi berada pada penguasaan alat gambar manual, yaitu sebesar 82,3%. Dalam hal ini, indikator penguasaan alat gambar manual meliputi ; kemampuan menggambar konstruksi secara arsitektu dan struktur, dan kemampuan menggambar pada presentasi tugas.
78
TABEL IV.4PROSENTASE SKOR INDIKATOR ASPEK PERUMUSAN KOMPETENSI DASAR (STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR BANGUNAN GEDUNG) Skala Jawaban no
Indikator
No.Item
5 f
1
skor
skor
f
2 skor
f
∑f
1
skor
f
∑skor
13
26
130
30
120
10
30
0
0
0
0
66
280
14
24
120
32
128
10
30
0
0
0
0
66
278
rumah tinggal
15
15
75
35
140
12
36
4
8
0
0
66
259
sederhana
16
10
50
34
136
21
63
1
2
0
0
66
251
17
17
85
37
148
11
33
1
2
0
0
66
268
5 soal
92
460
168
672
64
192
6
12
0
0
330
1336
27,9
40,7
11,6
0,7
0
18
22
110
26
104
17
51
1
2
0
0
66
267
menggambar
19
15
75
28
112
21
63
1
2
1
1
66
253
rumah tinggal
20
15
75
32
128
18
54
1
2
0
0
66
259
bertingkat
21
4
20
35
140
27
81
0
0
0
0
66
241
22
11
55
32
128
21
63
2
4
0
0
66
250
5 soal
67
335
153
612
104
312
5
10
1
1
330
1270
26,4
skor
48,2
24,6
0,8
0,1
23
5
25
31
124
24
72
4
8
2
2
66
231
menggambar
24
10
50
36
144
18
54
1
2
1
1
66
251
2 soal
15
75
67
268
42
126
5
10
3
3
132
482
% tiap
15,6
skor
55,6
26,1
2,1
1650
81
0,6
Indikator
Interval 81% - 100% 61% - 80% 41% - 60% 21% - 40% 0% - 20%
73
2
77
1
81
0
20
40
60
80
Sangat Baik
1650
77
660
73
100
DIAGRAM INTERPRETASI SKOR
3
kategori
Baik
100
Kemampuan bangunan umum
% skor
100
Kemampuan
% tiap
skor ideal
skor
Kemampuan
skor
3
f
3
menggambar
% tiap
2
4
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Buruk Sangat Buruk
100
Skor
Gambar IV.2 Diagram Interpretasi Skor Perumusan Kompetensi Dasar (Standar Kompetensi Menggambar Bangunan Gedung)
79
Baik
Berdasarkan diagram interpretasi skor diatas, menunjukkan bahwa perumusan kompetensi dasar (standar kompetensi menggambar bangunan gedung) yang terdiri dari tiga indikator berada pada kategori sangat baik dan baik. Dengan rincian bahwa kemampuan menggambar kemampuan menggambar rumah tinggal bertingkat dan kemampuan menggambar bangunan umum adalah baik. Sedangkan kemampuan menggambar rumah tinggal sederhana adalah sangat baik. Sehingga secara keseluruhan, dari aspek ini dapat dikatakan perumusan kompetensi dasar (standar kompetensi menggambar bangunan gedung adalah baik dengan didominasi oleh dua indikator yang telah disebutkan di atas. Prosentase tertinggi berada pada kemampuan menggambar rumah tinggal sederhana, yaitu sebesar 81%. TABEL IV.5PROSENTASE SKOR INDIKATOR ASPEK PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN Skala Jawaban no
1
Indikator
No.Item
5
3
2
1
f
skor
f
skor
f
skor
f
skor
f
skor
∑f
∑skor
penyampaian materi pembelajaran
25
10
50
38
152
18
54
0
0
0
0
66
256
26
8
40
40
160
15
45
3
6
0
0
66
251
dan penggunaan
27
12
60
40
160
11
33
3
6
0
0
66
259
media ajar
28
18
90
34
136
12
36
1
2
1
1
66
265
29
9
45
37
148
16
48
3
6
1
1
66
248
30
18
90
33
132
12
36
3
6
0
0
66
264
6 soal
75
375
222
888
84
252
13
26
2
2
396
1543
% tiap
24,3
skor 2
4
57,6
16,3
1,7
0,1
kesungguhan
31
13
65
46
184
7
21
0
0
0
0
66
270
32
19
95
32
128
15
45
0
0
0
0
66
268
33
15
75
38
152
11
33
2
4
0
0
66
264
3 soal
47
235
116
464
33
99
2
4
0
0
198
802
skor
29,3
57,9
12,3
0,5
0
% skor
1980
78
990
81
kategori
Baik
100
dalam belajar
% tiap
skor ideal
Sangat Baik
100
80
keadaan fasilitas
34
14
70
31
124
17
51
4
8
0
0
66
253
35
11
55
32
128
19
57
4
8
0
0
66
248
2 soal
25
125
63
252
36
108
8
16
0
0
132
501
% tiap
25
skor
50,3
21,6
3,2
0
660
76
100
DIAGRAM INTERPRETASI SKOR
3 Indikator
3
Interval 81% - 100% 61% - 80% 41% - 60% 21% - 40% 0% - 20%
76
2
81
1
78
0
20
40
60
80
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Buruk Sangat Buruk
100
Skor
Gambar IV.3 Diagram Interpretasi Skor Aspek Penyusunan Program Pembelajaran
Berdasarkan diagram interpretasi skor di atas, menunjukkan bahwa aspek penyusunan program pembelajaran yang terdiri dari tiga indikator berada pada kategori sangat baik dan baik. Dengan rincian bahwa penyampaian materi dan penggunaan media ajar, dan keadaan fasilitas adalah baik. Sedangkan kesungguhan dalam belajar adalah sangat baik. Sehingga secara keseluruhan, dari aspek ini dapat dikatakan penyusunan program pembelajaran adalah baik dengan didominasi oleh dua indikator yang telah disebutkan diatas. Prosentase tertinggi berada pada kesungguhan dalam belajar, yaitu sebesar 81%.
81
Baik
% skor
Kategori
78,9
Baik
Diagram Interpretasi Skor X
Aspek yang diteliti
No. 1
Tabel IV.6 Prosentase Skor Variabel X No. Aspek Yang Diteliti Item Σskor skor ideal Pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar 1-35 9109 11550 bangunan gedung
1
78,9
0
20
40
60
80
100
% Skor
Gambar IV.4 Diagram Interpretasi Skor Variabel X
82
4.2.3
Variabel Y (Hasil Belajar Siswa) Data yang terkumpul dari variabel Y dan masih berupa nilai murni yang
belum menjadi skor baku dapat dilihat pada Lampiran 16. dari data tersebut maka dapat dibuat distribusi frekuensi untuk mengetahui bobot keberhasilan belajar siswa yang terbagi menjadi empat nilai yaitu; amat baik (A), baik (B), cukup (C), Belum Lulus (BL), yang ditetapkan oleh SMK Negeri 6 Bandung. Kelas Interval
Nilai
Kategori
f
%nilai
90 - 100
A
Amat Baik
0
0
80 - 89
B
Baik
16
24,3%
70 - 79
C
Cukup
50
75,7%
0 - 69
BL
Belum Lulus
0
0
66
100%
Jumlah
Tabel IV.7 Gambaran Hasil Belajar Siswa
HASIL BELAJAR SISWA 4
0%
3
75,70%
2
1
24,30%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Prosentase
Gambar IV.5 Diagram Interpretasi Skor Hasil Belajar Siswa (Variabel Y)
83
Dari tabel di atas diketahui bahwa dominasi hasil belajar siswa berada pada nilai C yang termasuk kategori cukup dengan frekuensi 50 siswa, prosentase nilai yang dicapai sebesar 75,7%.
4.2.4
Analisis Korelasi Korelasi yang digunakanan dalam penelitian ini ialah korelasi Spearman Rank
yang termasuk dalam statistika non-parametrik. Cara statistik ini digunakan karena hasil uji persyaratan analisis menunjukkan : - Uji normalitas (data tidak berdistribusi normal pada variabel X ) Dari rumus korelasi yang digunakan, maka didapat rs sebesar 0,86. yang kemudian digunakan untuk mencari t hitung sehingga diperoleh bahwa thitung ≥ ttabel, yaitu hipotesis diterima (tolak Ho) yang artinya bahwa terdapat kontribusi yang signifikan dari pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung terhadap hasil belajar siswa.
4.2.5
Koefisien Determinasi Untuk mengetahui besar dan kuatnya kontribusi antar variabel, maka perlu
diketahui besarnya KD. Dari rumus KD, maka dapat diketahui hasilnya sebesar 74,3% yang apabila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi korelasi artinya pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung memiliki kontribusi yang kuat terhadap hasil belajar siswa di SMKN 6 Bandung.
84
4.3 Pembahasan Setelah melalui perhitungan uji statistik, diketahui bahwa data penelitian tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu, digunakan statistik non-parametrik untuk menguji hipotesis penelitian. Dari pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dihasilkan suatu kesimpulan bahwa pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung mempunyai kontribusi dengan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya kontribusi dari pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung dengan hasil belajar siswa adalah sebesar 74,3%. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa hubungan tersebut berada pada kategori kuat. Dengan demikian, penelitian dinyatakan telah menjawab rumusan masalah yaitu “Berapa besar kontribusi dilaksakannya KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung terhadap hasil belajar siswa jurusan teknik gambar bangunan di SMK Negeri 6 Bandung?”. Jawaban yang diinginkan atas masalah yang dirumuskan yaitu mengenai kuatnya kontribusi antara variabel pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung jurusan teknik gambar bangunan terhadap variabel hasil belajar siswa. Maka jawaban yang didapat yaitu pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung mempunyai kontribusi yang kuat terhadap hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian, didapat bahwa pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung adalah baik dengan prosentase tertinggi berada pada aspek penguasaan alat gambar manual sebesar 82,3%. Dengan demikian, jelaslah
85
bahwa pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung jurusan teknik gambar bangunan gedung memberi kontribusi kuat terhadap hasil belajar siswa di SMK Negeri 6 Bandung.
86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian maka, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Perencanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung program keahlian teknik gambar bangunan di SMK Negeri 6 Bandung telah mengikuti tahapan/langkah-langkah yang direkomendasikan oleh Departemen Pendidikan Nasional. b. Pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung adalah baik dengan prosentase sebesar 78,9%, dan prosentase tertinggi terdapat pada aspek penguasaan alat gambar manual yaitu sebesar 82,3% c. Hasil belajar siswa di SMK Negeri 6 Bandung berada pada nilai C yang termasuk dalam kategori cukup dengan frekuensi 50 siswa. Prosentase nilai yang dicapai sebesar 75,70%. d. Pelaksanaan KTSP mata diklat menggambar bangunan gedung pada jurusan teknik gambar bangunan memberi kontribusi yang kuat terhadap hasil belajar siswa di SMK Negeri 6 Bandung.
87
5.2 Saran Atas dasar hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis ingin mengajukan beberapa saran sebagai berikut : a. Bagi sekolah Sekolah hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat lebih menunjang proses belajar mengajar. b. Bagi guru mata diklat Guru hendaknya meningkatkan wawasan dengan mengikuti seminar-seminar dan pelatihan sehingga perkembangan di dunia industri dan dunia pendidikan dapat diterapkan dalam PBM sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan. c. Bagi siswa Respon yang baik dalam PBM merupakan modal penting bagi siswa untuk mencapai hasil optimal, langkah-langkah yang dapat ditempuh misalnya; semangat dalam menempuh pelajaran, memberikan pandangan positif terhadap guru, menghormati guru dan memotivasi diri.
88
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Asdi Mahayatsa. Departemen Pendidikan Nasional. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Fakry Gaffar, M. dkk. (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Gunawan, Gugun. (2007). Kontribusi Hasil Belajar Mata Diklat Menggambar Teknik Terhadap Pelaksanaan Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 5 Bandung. Skripsi Sarjana pada FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan. Hermawan, Asep. (2003). Analisis Pembelajaran Mata Kuliah Aplikasi Perencanaan dan Perancangan I. Skripsi Sarjana pada FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan. Kartadinata, Sunaryo. dkk. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Mulyasa, Enco. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
89
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kelulusan. tersedia : www.depdiknas.go.id (2 April 2007) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetisi Lulusan. tersedia : www.depdiknas.go.id (2 April 2007) Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. tersedia : www.depdiknas.go.id (2 April 2007) Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: ALFABETA Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Penerbit Tarsito. Sugeng, Rahardjo. dkk. (2003). Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian Gambar Bangunan. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia dan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat – Institut Teknologi Bandung. Sutikno. (2007). Perangkat Administrasi Proses Belajar Mengajar (KTSP, RPP, Silabus, dan Tugas) Menggambar Bangunan Gedung Jurusan Teknik Gambar Bangunan. SMK Negeri 6 Bandung; tidak diterbitkan. Syaripudin, Tatang. (2006). Landasan Pendidikan. Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan, FIP – Universitas Pendidikan Indonesia.
90
Syah, Muhibbin. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Syaodih, Nana. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. WS, Indrawan. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Penerbit Lintas Media. Wafi Nuraini, Hilmi. (2007). Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 6 Bandung. Skripsi Sarjana pada FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan. Rasiyanti,
Yuliana.
(2007).
Hubungan
antara
Persepsi
Siswa
Tentang
Keterampilan Mengajar Guru Program Latihan Profesi (PLP) dengan Prestasi Belajar Siswa di SMK Negeri 5 Bandung. Skripsi Sarjana pada FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan. Zachro, Mochamad. (2007). Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Tugas Akhir Pada Mahasiswa Prodi Teknik Sipil Jurusan Pendidikan Teknik Sipil. Skripsi Sarjana pada FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
91