BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Berangkat dari perubahan situasi industri musik di Indonesia yang saat ini mengalami transisi dari era musik fisik ke era musik digital. Industri musik saat ini sedang mengalami permasalahan yang sangat serius dari perubahan yang sejatinya diciptakan oleh teknologi digital. Perubahan yang cepat dan sulit untuk diprediksi berdampak buruk pada industri musik secara global termasuk di Indonesia, terutama dampak dari pembajakan musik secara digital yang tersebar melalui internet. Sebelumnya, di Indonesia populer dengan pembajakan melalui musik fisik yang memiliki peluang untuk dapat diatasi, namun kini pembajakan digital dianggap lebih sulit untuk dibasmi. Persebaran musik digital ilegal melalui internet serta maraknya teknologi telepon pintar (smartphone) yang semakin canggih dengan harga yang terjangkau, semakin memudahkan setiap orang untuk mengakses musik dari ratusan situs download musik dimanapun dan kapanpun. Sejak tahun 2007, musik bajakan telah menguasai 95,7% pasar, sedangkan musik legal hanya memiliki penjualan 4,3%. 1 Situasi tersebut sangat dirasakan oleh industri musik di Indonesia, terutama oleh perusahaan rekaman sebagai perusahaan yang memproduksi dan memasarkan musik rekaman. Sebelum membahas lebih jauh, terlebih dahulu memahami apa itu perusahaan rekaman. Perusahaan rekaman merupakan bagian dari salah satu fragmen Industri musik yang bergerak dalam produksi, distribusi, pemasaran, dan promosi konten musik rekaman kepada pendengar. Di Indonesia perusahaan rekaman biasanya disebut dengan istilah label rekaman. Saat ini terdapat tiga macam bentuk perusahaan rekaman yang lazim dikenal masyarakat yakni, perusahaan rekaman besar (label mayor), perusahaan rekaman Independen (label 1
http://print.kompas.com/baca/2015/09/18/Kerugian-Akibat-Pembajakan-Musik-Rp-4-Triliun-per. diakases pada 23 September 2015
1
indie) serta internet label (Netlabel). Label mayor merupakan perusahaan rekaman yang dimiliki oleh perusahaan besar, memiliki sumber daya finansial yang kuat dan produksi yang bersifat masif. Menurut Purtanto, terdapat dua pemahaman mengenai label mayor di Indonesia, yakni label mayor internasional atau big four (Universal Music, Sony BMG, EMI, dan Warner Music) dan label mayor lokal (Aquarius, Nagaswara, Trinity Optima, dan lainnya). 2 Sedangkan label indie, Hull mendefinisikan label indie sebagai sebuah bentuk perusahaan rekaman kecil yang tidak dimiliki oleh label mayor dan biasanya memiliki jalur distribusi di luar label mayor (baik label mayor lokal maupun internasional), label indie biasanya memiliki pasar berlevel lokal atau regional. 3 Selain kedua label rekaman di atas, kemajuan teknologi serta pemanfaatan internet dalam industri musik melahirkan Netlabel sebagai label yang lebih berifat non-profit. Netlabel adalah platform untuk distribusi dan promosi online, dimana karya musik dapat diunduh secara gratis di bawah lisensi Creative Commons atau yang serupa. Mereka adalah bagian dari scene musik gratis, yang telah berkembang secara dinamis sejak munculnya internet dan budaya digitalisasi. 4 Tidak seperti kedua label diatas, Netlabel hanya aktif dalam mendistribusikan dan mempromosikan album rekaman berlisensi CC (Creative Commons), merupakan sebuah lisensi yang berisi ketentuan yang memungkinkan suatu ciptaan (konten musik) untuk dibagikan dan digunakan kembali di bawah persyaratan yang fleksibel dan sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Selanjutnya pada penelitian ini akan lebih terfokus kepada perusahaan rekaman independen (label indie). Label Indie awalnya adalah perusahan rekaman alternatif yang muncul akibat idealisme bermusik dari band atau musisi yang memilki konten musik yang tidak biasa ditawarkan oleh pasar dan industri musik yang ada. Label Indie kemudian menjadi alternatif bagi musisi atau band-band tersebut, dimana di dalam indie label band-band atau musisi bebas bereksplorasi 2
Wendi Purtanto. 2009. Rolling Stone Music Biz. Jakarta: B – first. Hal 58 P.Hull, Geoffrey. 2004. The Recording Industry. New York: Routlegde. Hal. 71. 4 Patryk Galuszka, “Netlabels and democratization of the recording industry,” First Monday: Peer-reviewed Journal on The Internet, Volume 17, No. 7, 2 Juli 2012. Pada : http://firstmonday.org/ojs/index.php/fm/article/view/3770/3278 diakses pada 25 Oktober 2014. 3
2
secara musikal sesuai dengan idealisme mereka, tanpa harus mengikuti pasar, melainkan menciptakan pasar sendiri. Di era 90-an, perusahaan rekaman independen belum memiliki popularitas seperti saat ini. Sebagian besar rilisan (produksi) musik dari label indie memiliki sebaran dengan jangkauan yang terbatas karena minimnya dana untuk memproduksi dan mendistribusikan musik rekaman. Disamping itu label indie sulit memperoleh fasilitas pendukung seperti media lain (penyiaran dan cetak) dalam mempromosikan konten musik yang telah di produksi. Saat itu fasilitas pendukung untuk promosi musik yang paling populer adalah melalui siaran radio, sedangkan sebagian besar radio swasta menolak untuk memutar konten musik dari label indie karena tidak sesuai dengan selera pasar. Hal itu menyebabkan sebagian besar rilisan dari label indie dikenal masyarakat melalui mulut ke mulut antar penikmat musik indie dan melalui media komunitas. Memasuki
awal
tahun
2000-an,
ketika
masyarakat
membutuhkan
penyegaran baru dari konten musik rekaman di Indonesia, label indie justru banyak memunculkan musik rekaman yang tidak dapat terakomodasi oleh label mayor. 5 Rilisan label indie mulai sering terdengar di radio komersial hingga televisi (video clip) seperti pada program acara Music Televison (MTV). Selain itu, kemajuan dan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi seperti internet, memberikan saluran distribusi dan promosi baru bagi label indie yang sebelumnya hanya memproduksi musik rekaman dalam format fisik (kaset dan CD) dengan jumlah sedikit karena kemampuan finansial yang terbatas. Saat ini beberapa label indie tidak hanya memproduksi musik rekaman dalam format fisik, tapi juga merambah ke format digital (Mp3, Flac, Wav, RBT, dan format digital lainya) yang dapat didistribusikan melalui situs-situs di internet. Memasuki tahun 2006, perkembangan teknologi semakin menimbulkan dampak yang signifikan pada industri musik di Indonesia. Kehadiran internet yang sebelumnya mendatangkan peluang bagi perusahaan rekaman independen, kini justru berbalik menjadi ancaman yang sangat serius. Kemudahan user atau 5
http://www.pajak.go.id/content/article/peranan-pajak-bagi-peningkatan-pertumbuhan-industri-musik-diindonesia
3
pendengar untuk mengakses serta mendapatkan musik melalui berbagai aplikasi dan layanan digital menambah maraknya penggunaan dan pembajakan musik ilegal yang tersebar di internet. Berbeda dengan musik fisik yang kebanyakan sengaja diproduksi dan disebarkan melalui beberapa pihak hingga dapat tersampaikan ke tangan pendengar. Pada musik digital, setiap individu memiliki kemungkinan dan kemampuan untuk membajak dan menyebarkanya melalui internet dengan berbagai motivasi tindakan, seperti melalui blogs, peer-to-peer file sharing (P2P) dan situs berbagi seperti 4shared dan sejenisnya. Selain itu perubahan budaya konsumsi musik rekaman yang semula menggunakan format fisik menjadi digital mengakibatkan penurunan yang signifikan terhadap penghasilan produk musik rekaman fisik. Perubahan tersebut menyebabkan kerugian pada beberapa fragmen industri musik di Indonesia, beberapa jenis usaha di bidang musik rekaman, seperti distributor rekaman harus melakukan strategi perampingan usaha untuk bertahan dan sebagai upaya untuk menghindari dari kebangkrutan. Perubahan situasi lingkungan eksternal perusahaan rekaman yang berasal dari perkembangan teknologi dan perubahan sosial budaya pendengar sebaiknya mendapat perhatian dari manajemen perusahaan musik rekaman, terutama label indie yang memiliki finansial terbatas serta memiliki jalur distribusi mandiri. Label indie harus merencanakan bagaimana upaya yang efektif dan efisien untuk menghadapi seluruh aspek positif dan negatif yang dapat ditimbukan oleh faktor eksternal demi kelangsungan organisasi. Berkaitan dengan label indie, Bandung merupakan kota yang dikenal banyak melahirkan band indie, salah satunya PAS band yang di sebut sebagai band indie pertama dalam sejarah industri musik di Indonesia. 6 Apabila melihat kembali sejarah perkembangan industri musik Indonesia, Bandung juga memilki perusahaan rekaman independen yang pernah memberikan pengaruh besar pada perkembangan musik dan label indie, yakni Fast Forward records (FFWD). Selain sebagai pembawa musik populer bergenre indie pop, perusahaan yang 6
Krisna Sen dan David T. Hill. Media, Budaya dan Politik di Indonesia. Institut studi arus informasi. 2001. Jakarta. Hal208
4
didrikan pada tahun 1999 ini juga disebut sebagai pelopor dari label indie di Indonesia. Untuk itu peneliti tetarik untuk melihat aktivitas manajemen media serta strategi yang dilakukan oleh FFWD dalam menghadapi perubahan situasi dan lingkungan pada industri musik Indonesia yang saat ini telah memasuki era digital. Alasan Pemilihan FFWD sebagai subyek penelitian, pertama dikarenakan saat ini FFWD merupakan sebuah perusahan rekaman berjenis True-independent label, artinya FFWD memiliki manajemen dan struktur organisasi seperti yang diterapkan pada perusahaan media pada umumnya termasuk yang juga diterapkan pada label mayor, sehingga nantinya penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penelitian mengenai kajian media massa terutama yang berhubungna dengan aktivitas manajemen pada institusi media. Kedua, apabila melihat situasi dan perjalanan perkembangan industri musik Indonesia hingga saat ini, FFWD merupakan satu-satunya label indie yang sangat lama bertahan dan terus mengembangkan bisnis rekaman, dan hal ini bukan sebuah perkara ringangan bagi manajemen FFWD untuk menjaga kelangsungan perusahan selama 15 tahun di tengah perubahan teknologi yang begitu cepat sampai saat ini. B. Rumusan Masalah Bagaimana manajemen media yang di terapkan oleh Fast Forward Record dalam upaya menghadapi era digital? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui strategi dan upaya manajemen media yang diterapkan Fast Forwad Records sebagai label indie dalam menghadapi era digital. D. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan referensi dibidang akademis, terutama pada kajian manajemen media. Penelitian ini juga diharap bisa menjadi acuan dalam memandang industri musik rekaman sebagai institusi media massa, serta penerapan aspek manajemen media di dalamnya. 5
b. Manfaat praktis Bagi institusi perusahaan rekaman penelitian ini dapat menjadi acuan dan referensi dalam melakukan aktivitas di industri musik. Sedangkan bagi masyarakat pada umumnya, penelitian ini dapat memeberikan wawasan mengenai aktivitas media perusahaaan musik rekaman independen yang mungkin kurang di mendapat perhatian khususnya di Indonesia. E. Kerangka Pemikiran a. Perusahaan Rekaman Sebagai Institusi Media Dalam kajian media, media massa diartikan sebagai sarana atau medium yang digunakan dalam proses komunikasi massa. Menurut Janowitz, dalam proses komunikasi massa, media massa merupakan sebuah lembaga yang menggunakan teknologi atau alat seperti, radio, film, televisi, dan sebagainya. untuk menyebarkan konten simbolis (pesan) kepada masyarakat luas, tersebar dan heterogen. 7 Dalam konteks musik rekaman, perusahaan rekaman menyebarkan musik populer (konten) kepada masyarakat melalui media seperti kaset, compact disks (CDs), DVD, piringan hitam, hingga musik digital (Mp3, WAV, AAC, FLAC). Hull juga menjelaskan bahwa musik populer adalah konten utama dari perusahaan rekaman, hal tersebut dapat dipahami bahwa perusahaan rekaman merupakan media massa yang bergerak dalam memproduksi dan mendistribusikan musik populer berupa rekaman (kaset, compact disk, mp3) kepada masyarakat luas dan heterogen. 8 Kurangnya literatur mengenai musik rekaman sebagai media massa, banyak memunculkan keraguan terhadap perusahaan rekaman sebagai sebuah institusi media. Untuk itu berikut ini akan dijelaskan karakteristik musik rekaman sebagai media massa. Pengkaji media massa, Denis Mcquail memberikan beberapa karakteristik yang spesifik mengenai perusahaan rekaman sebagai media massa diantaranya.
7
Jenowitz dalam McQuail, D. (2011). Teori komunikasi massa, buku 1 edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika Hal 62 8 Denis mcquail dalam P.Hull, Geoffrey. Op.Cit. Hal 17
6
1. Memiliki beragam teknologi dan persebaran. Industri musik memiliki beragam teknologi untuk memproduksi dan mendistribusikan musik rekaman. Saat ini industri musik memproduksi musik rekaman dengan menggunakan teknologi rekaman analog dan digital (digital recording. saat ini sebagian besar perusahaan rekaman munggunakan teknologi digital reocording untuk melakukan proses perekaman suara. disamping memudahkan proses rekaman juga memudahkan pengelolaan konten musik yang akan direproduksi dan didistribusikan. Teknologi proses perekaman suara juga sudah sangat beragam mulai dari teknologi rekaman rumahan (home recording) hingga rekaman prefesional (recording studio) yang memilki teknologi canggih dalam proses rekam suara. Dalam persebaranya musik rekaman disebarkan melalui toko-toko kaset (format fisik) toko musik digital atau jejaring sosial musik (myspace, reverbnation, youtube, soundcloud, dan lanya). 2. Regulasi yang kendur Tidak seperti pada media lain, khususnya media penyiaran yang memiliki peraturan pemerintah atau regulasi yang ketat. musik rekaman justru memiliki peraturan cenderung tidak ketat. walau pun terdapat undang-undang tentang Hak Cipta yang sangat berkaitan dengan industri musik rekaman namun pada kenyataanya regulasi tersebut masih kurang efektif. 3. Internasionalisasi yang tinggi Persebaran musik rekaman dapat dengan mudah menjangkau antar negara. Seperti musik rekaman dari negara barat terutama Amerika dan Eropa, dapat tersebar luas di negara-negara lain seperti Asia dan timur tengah, begitu pun sebaliknya. selain itu perusahaan rekaman besar seperti EMI, Sony BMG, Universal music, dan Warner music telah membuka cabang perusahaan di berbagai negara, sehingga konten musik dari berbagai negara dapat dengan mudah dikenali di setiap negara.
7
4. Sangat dekat dengan anak muda Sebagian besar pendengar dari musik populer adalah anak muda. Kemunculan perusahaan rekaman Independen di dunia rata-rata diawali dari budaya populer anak muda. 5. Memiliki potensi subversif Industri musik rekaman dan artis sering dituduh sebagai penyebab perilaku menyimpang di masyarakat. Seperti gerakan menentang pemerintah yang pernah terjadi pada lagu Iwan Fals dan Slank pada masa orde baru. Selain potensi subversif musik rekaman juga dianggap memiliki potensi ofensif terutama dari lirik musik populer dengan genre tertentu yang mendorong seseorang menggunakan narkoba, seks bebas dan perilaku menyimpang lainya. Bagi lirik yang berpotensi ofensif, perusahaan rekaman biasanya memberikan label “Explicit Lyrics – Parental Advisory” pada album musik populer sebagai peringatan. 9 Namun untuk saat ini dengan berkembangnya pola pikir pendengar musik yang semakin maju. Pernyataan ini menjadi kurang tepat karena pendengar sudah dapat menentukan sendiri konten media yang ingin digunakan. 6. Fragmentasi organisasi Secara organisasional perusahaan rekaman memiliki model organisasi yang berbeda dengan media lain, terutama dalam hal pengambilan keputasan produksi hingga distribusi konten. Aktivitas organisasi pada media lain cendrung lebih terpusat atau tersentralisasi. Menurut Ryan dan Peterson, dalam urutan produksi hingga distribusi, musik rekaman memiliki elemen yang terpisah dari organisisasi. 10 Seperti label rekaman, artis, music publisher penulis lirik, komposer, toko kaset, studio rekaman, dan media lain (radio, film, media cetak, dsb) memiliki gagasan dan tugas yang terpisah dari organisasi. 7. Keragaman kemungkinan penerimaan Musik rekaman juga dapat didengar melalui beragam media seperti radio, televisi, internet, kabel, komputer, dan telepon seluler.
9
Vivian, John. (2008). Teori Komunikasi Massa (Edisi Kedelapan). Jakarta: Pernada Media Group. Hal 143 McQuail, D. Op.Cit. Hal 64
10
8
b. Manajemen Media Perusahaan Rekaman Sampai saat ini masih belum ada kesepakatan mengenai definisi manajemen. George dan Jones mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. 11 Sedangkan menurut James A.F. Stoner manajemen
didefinisikan
sebagai
proses
perencanaan,
pengorganisasi,
pelaksanaan, dan pengawasan anggota dan upaya penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 12 Dari defininisi tersebut manajemen dapat dipahami memiliki 4 fungsi utama, yakni perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Dalam konteks penelitian ini, perubahan lingkungan menjadi sebuah permasalahan penting pada perusahaan rekaman, selain melaksanakan 4 fungsi manajemen, perusahaan rekaman juga harus melakukan perencanaan strategis untuk mengembangkan tujuan dan merumuskan strategi yang harus diimplementasikan dalam menghadapi perubahan situasi Berikut penjabaran dari keempat fungsi yang di dalamnya terdapat perencanaan strategis. 1. Perencanaan (planning) Perencanaan dipahami sebagai tahap dalam merancang dan menentukan tujuan serta arah tindakan yang akan dicapai. Selain itu perencanaan juga merupakan cara untuk mengembangkan misi dan tujuan organisasi. Seperti merumuskan strategi-strategi secara keseluruhan untuk mencapai tujuan jangka panjang. Pada tahap perencanaan terdapat 3 proses tahapan perencanaan yaitu a) menetapkan tujuan organisasi yang akan dicapai, b) menentukan arah tindakan yang akan dilakukan untuk meraih tujuan tersebut, dan c) menetapkan cara mengalokasikan sumber daya dalam organisasi untuk dapat meraih tujuan tersebut. Pada sebuah perusahaan yang sudah berjalan, perencanaan yang baik hendaknya harus memperhitungkan penerapam dari fungsi manajemen lainya 11
Jennifer M. George dan Gareth R. Jones. Contemporary Management: Creating Value in Organization (Fourth Edition).2006.USA:McGraw-Hill. Hal 5
12
James a.f. stoner. 1996. Manajemen: Manajemen edisi kedua. Erlangga.Jakarta. hal. 8
9
serta selalu melakukan perbaikan. Hal tersebut dikarenakan situasi dan kondisi pada lingkungan perusahan selalu berubah. Perbaikan perencanaan bukan berarti harus merubah perencanaan yang yang sudah diputuskan, tetapi untuk menyesuaikan posisi perusahaan atau organisasi dalam menghadapi perubahan situasi. Perubahan situasi dan kondisi tentu tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi. Maka perusahaan harus siap untuk merencanakan dan merumuskan strategi untuk segala kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Untuk itu dibutuhkan perencanan strategis agar sebuah perusahaan dapat mengambil keputusan dalam mereumuskan tujuan jangka panjang dan merancang strategi yang harus di implementasikan pada perubahan situasi yang akan terjadi. 2. Perencanaan Strategis Untuk mencapai tujuan dengan lebih sistematis dan terarah, pada tahap perencanaan dibutuhkan perencanaan strategis. Secara sederhana perencanaan strategis adalah gabungan dari perencanaan dan strategi, Stephen Robbins mendefinisikan strategi sebagai penentuan tujuan jangka perusahaan dan memutuskan arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 13 Menurut Robert Anthony, perencanaan strategis merupakan proses perencanaan dimana keputusan tentang tujuan organisasi akan dicapai melalui pengelolaan sumber daya organisasi yang di miliki, didasarkan pada kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. 14 Pendapat lain di kemukakan oleh Morrisan bahwa perencanaan strategis (strategic planning) adalah proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijaksanaan dan program strategis yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan penetapan metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi dan kebijakan dapat diimplementasikan. 15 Jadi perencanaan strategis dapat dimaknai sebagai proses perencanaan jangka panjang dalam mencapai tujuan di masa depan. 13 Morissan. 2015. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi (edisi revisi). Jakarta: Prenada Media Group. Hal 143 14
Ranupandojo, Heidjjrachman. 1996. Dasar-dasar manajemen. AMP YKPN. Yogyakarta.hal 23
15
Morissan.op.cit. hal 144
10
Konsep perencanaan strategis didasari oleh pemikiran bagaimana perusahaan membuat perencanaan jangka panjang dengan memperkirakan perubahanperubahan yang akan terjadi dalam lingkungan perusahaan. Menurut, Fred R. David Pada proses perencanaan strategis terdapat langkah-langkah sebagai berikut. 16 •
Mengembangkan visi dan misi perusahaan
Pada konteks perusahan rekaman, misi merupakan segala hal yang ingin dicapai oleh perusahaan melalui aktivitas organisasi dibidang industri musik. Sedangkan visi secara eksplisit merupakan jawaban dari pertannyaan “ingin menjadi seperti apaakah kita?” pernyataan visi menunjukan arah strategis perusahaan untuk mencapai berbagai hasil di masa depan, sehingga akan menuntun pengerahan sumber daya organisasi bagi pencapaian berbagai tujuan tersebut. Visi sangat erat kaitanya dengan misi perusahaan. •
Mengidentifikasi lingkungan eksternal
Mengidentifikasi
lingkungan
eksternal
perusahaan
bertujuan
untuk
mengetahui sejumlah peluang dan ancaman yang ada di lingkungan eksternal perusahaan. Peluang (opportunity) merupakan situasi, kondisi, dan berbagai kemungkinan dari luar organisasi yang bisa menjadi peluang organisasi untuk melakukan eksploitasi dan inovasi yang mendatangkan keuntungan. Sedangkan ancaman (threat), merupakan segala situasi dan kondisi diluar kendali organisasi yang berpotensi merugikan organisasi atau perusahaan. Bagi sebuah perusahaan harus menanggapi secara teliti anacaman yang akan datang dari lingkungan eksternal agar dapat menemukan cara untuk mengatasinya. Dalam mengidentifikasi peluang dan ancaman yang ditimbulkan oleh lingkungan eksternal, sebuah perusahaan akan menganalisis beberapa aspek penting dari lingkungan eksternal, yakni; struktur sosial, teknologi, ekonomi, lingkungan hidup, politik, hukum, dan etika. 17 •
Mengidentifikasi lingkungan internal
16
David, Fred. R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat hal 17 17
Solihin, Ismail.2012. Manajemen Strategik.Jakarta Erlangga. Hal 134
11
Analisis pada lingkungan internal bertujuan untuk mengidentifikasi sejumlah kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada sumber daya dan proses bisnis internal yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam mengidentifikasi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), perusahaan melakukan analisis segala sumber daya yang dimiliki perusahaan, seperti aset, peralatan, hak paten, sumberdaya manusia, sumberdaya teknologi, konten, saluran distribusi, atau sumber daya berharga lainya dengan cara membandingkan dengan perusahaan lain. Baik yang menghasilkan produk sejenis maupun subtitusi. Menurut Solihin, dalam mengidentifikasi lingkungan internal, terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan oleh perusahan atau organisasi. Yakni mencangkup analisis rantai nilai industri dan analisis rantai nilai korporasi. 18 Analisis rantai nilai industri sangat berguna untuk menilai apakah saat ini perusahaan sudah berada pada jalur rantai nilai yang tepat dalam suatu industri. Pada konteks industri musik, rantai nilai yang dimaksud adalah apakah sebuah perusahaan rekaman sudah bergabung dengan perusahaan lain dalam memberikan kontribusi untuk berusaha mendapat keunggulan kompetisi Sedangkan analisis rantai nilai korporasi, yakni melakukan anlisis terhadap kemampuan sumber daya internal organisasi yang terdiri dari berbagai fungsi perusahaan seperti fungsi pemasaran, finansial, produksi, riset dan pengembangan serta fungsi lainya yang ada dalam perusahaan. Tapi pada konteks ini, Porter memaparkan, setiap perusahaan memiliki rantai nilai yang berbeda. Jadi secara sederhana, perusahan memiliki cara atau metode masing-masing masing dalam menganalisis lingkungan internal perusahaan, tergantung dengan kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. 19 Dalam mengidentifikasi lingkungan perusahaan formula ini disebut dengan model analisis yang dikembangkan oleh Whelen dan Hunger atau biasa disebut dengan analisis SWOT (strength, wakness, opportunity, and threat). SWOT merupakan sebuah analisis untuk mendapatkan informasi kecocokan strategis
18 19
ibid.Hal 147 ibid.Hal 148
12
antara peluang yang ada di lingkungan eksternal perusahaan dengan kekuatan internal yang dimiliki perusahaan, sementara pada saat yang sama, dalam memperhitungkan berbagai ancaman yang ada di luar lingkungan perusahaan dan kelemahan internal perusahaan. 20 •
Perumusan dan tujuan jangka panjang
Dalam merumuskan tujuan jangka panjang apek penting yang perlu diperhatikan adalah melihat bagaimana interaksi antara perusahaan dengan lingkungan dari perusahaana. Untuk mempersiapkan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka panjang lebih bersifat fleksibel, tujuan bisa dikembangkan atau tetap menggunakan tujuan sebelumnya tergantung dengan situasi lingkungan yang akan dihadapi. •
Perumusan Strategi
Setelah melakukan analisis pada situasi lingkungan perusahaan, selanjutnya akan dilakukan proses formulasi strategi. Berbagai alternatif strategi akan dipilih oleh perusahaan, dan selanjutnya akan sangat bergantung pada strategi apa yang akan dirancang dan yang akan diiplementasikan oleh perusahaan. •
Implementasi strategi
Setelah
strategi
diformulasikan.
Pada
tahap
ini
perusahaan
akan
mengiplementasikan strategi yang harus dilakukan secara tepat. Implementasi strategi membutuhkan komitmen dari seluruh sumber daya manusia yang terlibat agar strategi bisa dilaksananakn secara efektif dan efisien. •
Evaluasi strategi
Setelah strategi diimplementasikan, pada tahap akhir perencanaan strategis, dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pencapaiaan tujuan yang telah dilakukan secara keseluruhan. Karena strategi yang dijalankan tidak selamanya dapat sesuai dengan situasi perubahan lingkungan yang terjadi. 3. Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian merupakan tahap dari fungsi manajemen yang merupakan proses pembentukan struktur organisasi dan pembagian tugas kerja sesuai dengan 20
Ibid. hal 164
13
apa yang telah direncanakan sebelumnya. Pada tahap ini didalamnya bisa berupa kegiatan dalam menentukan pengelompokkan anggota organisasi ke dalam tiap divisi berdasarkan jenis pekerjaan yang spesifik untuk dikerjakan baik secara personal atau berkelompok.
Struktur organisasi perusahaan rekaman pada
umumnya bersifat fleksibel. Bentuk struktur organisasi bisa berbeda-beda. Bahkan pada wilayah yang sama dengan bentuk perusahaan yang sama, misal label mayor dan label indie. Label indie biasanya memiliki struktur organisasi yang sederhana, karena memiliki jumlah anggota yang sedikit dan sering terjadi pendelegasian tugas untuk beberapa anggota selama hal tersebut efektif dan mampu dikerjakan oleh para anggotanya. Dan perbadaan tersebut terjadi karena perbedaan sekala usaha dan besar kecilnya label rekaman. 21 4. Pengarahan (Actuating) Perencanaan meliputi pengerahan segala sumber daya yang dimiliki organisasi dalam
melaksanakan
tugas-tugas
yang
telah
ditentukan
pada
tahap
pengorganisasian. Pada saat pelaksanaan pemimpin memiliki peran dalam mengarahkan anggotanya dari setiap devisi untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan benar. Pengarahan bisa berupa motivasi, komunikasi, kepemimpinan, dan pelatihan. 5. Pengawasan (controlling) Pengawasan merupakan tindakan untuk mengetahui serta mengevaluasi segala kegiatan yang telah dilakukan oleh organisasi atau perusahaan, apakah tujuantujuan yang telah ditapkan sudah tercapai atau belum. Tahap pengawasan pada sebuah perusahaan biasanya dilakukan untuk mengawasi proses kerja yang dilakukan atau mengetahui umpan balik (feedback) dari strategi yang telah diimplementasikan. c. Musik Rekaman di Era Digital Dalam kajian media, saat ini terdapat dua jenis media, yakni media konvensional (old media) dan media baru (new media). Lev Manovic mengkategorikan media baru, diantaranya, internet, website, multimedia, CD21
Morissan.op.cit. hal 151
14
ROM dan DVD, perangkat virtual reality, dan juga video game. 22 Dalam konteks musik rekaman, internet merupakan salah satu media baru yang sangat erat kaitanya dengan kehadiran diversifikasi musik rekaman saat ini. Perkembangan teknologi yang pesat telah menciptakan diversifikasi format musik rekaman menjadi dua jenis, musik rekaman fisik dan digital. Di Indonesia musik digital mulai populer pada pertengahan tahun 2006, hal ini disusul dengan perubahan budaya konsumsi musik rekaman dalam masyarakat dari format fisik ke digital. Fenomena tersebut juga sesuai dengan pendapat Jamie Sexton, bahwa seiring perkembangan teknologi, budaya musik pun mengalami perkembangan dalam hal produksi suara, distribusi dan konsumsi. 23 Pada konteks musik rekaman, dampak dari perkembangan media baru kini masyarakat lebih banyak mendengarkan musik digital melalui internet dan smartphone. Dari hasil jejak pendapat antara surat kabar kompas dan majalah Rolling Stone terhadap 615 responden, anak-anak muda Indonesia yang berusia di bawah 25 tahun ternyata cenderung mendengarkan musik melalui telepon seluler. Persentasenya dilaporkan mencapai 52,88%. 24 Menurut Hull, perkembangan teknologi khususnya internet, telah mengubah industri musik dari berbagai aspek, terutama pada aspek distribusi, promosi, dan pemasaran. 25 Revolusi digital pada musik rekaman secara tidak langsung memberikan tantangan yang luar biasa pada perusahaan rekaman. Saat ini banyak artis/band yang menjadikan internet sebagai saluran distribusi, promosi, hingga penjuaalan musik rekaman secara mandiri tanpa perlu bantuan dari perusahaan rekaman hal tersebut dikenal dengan istilah self-release. Bagi sebuah perusahaan rekaman harus merancang strategi dalam menghadapi perubahan lingkungan eksternal yang dapat membahayakan kelangsungan perusahaan. 22
Manovich, Lev. 2001. Language of New Media. London: MIT Press, cop. Hal 30
23Jamie
Sexton dalam Yesa Asa Dela. 2013.Pemanfaatan Internet Sebagai Media Komunikasi Pemasaran Band Independen (Studi Kasus Pemanfaatan Website Sebagai Media Komunikasi Pemasaran oleh Band Independen Sri Plecit). Yogyakarta. Fispol UGM hal 7 24 http://www.rollingstone.co.id/article/read/2015/02/04/2823667/1096/mayoritas-anak-muda-indonesiamendengarkan-musik-lewat-ponsel 25
P.Hull, Geoffrey.op.cit Hal. 230
15
F. Kerangka Konsep Berangkat dari kerangka pemikiran di atas. Pada penelitian ini, peneliti akan terfokus pada manajemen media perusahaan rekaman independen. Penelitian ini lebih menekankan bagaimana fungsi manajemen media termasuk dalam penerapan perencanaan strategis didalamnya untuk menghadapi perubahan lingkungan pada industry musik yang kini memasuki era digital. Menurut Siregar, manajemen media dipahami sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana pengelolaan media dengan prinsip-prinsip dan seluruh proses manajemennya dilakukan, baik terhadap media sebagai industri yang bersifat komersial maupun sosial, dan juga media sebagai institusi komersial maupun sebagai institusi sosial. 26 Secara sederhana, manajemen media diterapakan untuk mengelola segala sumber daya organisasi yang ada secara maksimal agar tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Musik populer merupakan konten utama dari perusahaan rekaman yang direproduksi, didistribusikan dalam bentuk rekaman. Di era ini, teknologi digital telah memberikan perubahan dari berbagai aspek industri musik, seperti diversifikasi format musik, distribusi, hingga perubahan budaya konsumsi pendengar. Prinsip POAC (planning, organizing, actuanting, controlling) tidak hanya digunakan dalam melakukan segala aktivitas perusahaan, tetapi juga untuk menjaga kelangsungan dari media itu sendiri dalam menghadapi perubahan lingkungan
organisasi.
Untuk
dapat
memahami
perubahan
lingkungan.
Perusahaan menerapkan perencanaan strategis untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi dari perubahan lingkungan eksternal. Perubahan lingkungan eksternal bersifat relatif, perubahan lingkungan dapat memunculkan peluang dan ancaman dengan porsi yang berbeda-beda, tergantung dengan aktivitas perusahaan yang dijalani. Bagi sebuah perusahan rekaman. Perencanaan strategis digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan informasi 26
Ashadi dalam Abram agastya wisesa. Manajemen media dalam industri video game (Studi Kasus Manajemen Media Studio Developer Agate Jogja dalam Persaingan Industri Video Game). FISIPOL UGM. 2014 . hal 19
16
yang selanjutnya akan memberikan rancangan untuk langkah dan strategi yang akan diimplementasikan oleh perusahaan dalam menghadapi perubaha lingkungan eksternal. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih dalam pengelolaan sumber daya organisasi yang nantinya akan digunakan pada strategi-strategi yang dilakukan FFWD dalam menjaga kelangsungan perusahaan di Era digital yang terjadi saat ini. G. Metode Penelitian a. Pendekatan dan Metode Penelitian Berdasarkan jenis datanya, pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6). Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. 27 Penelitian
deskriptif
kualitatif
yang
digunakan
pada
penelitian
ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang mendalam tentang manajemen media yang diterapkan oleh FFWD. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami sehingga dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. 28 Berdasarkan tujuan dan karakteristiknya, metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Studi kasus sangat cocok untuk menjawab pertanyaan
27
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal.6.
28
Narimawati, Umi. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Penerbit Genesis. Hal 29.
17
penelitian yang berkenaan dengan how (bagaimana) dan why (mengapa). 29 pada penelitian dengan basis pertanyaan bagaimana, peneliti akan memiliki sedikit peluang atau tidak sama sekali untuk melakukan kontrol atau mempengaruhi peristiwa yang diselidiki. Menurut Yin, studi kasus dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu eksplantoris, deskriptif, dan eksploitoris. 30 Berdasarkan tema pada penelitian ini, terkait dengan perubahan lingkungan yang disebakan oleh teknologi digital yang terjadi pada industri musik di Indonesia. Peneliti akan menggunakan metode studi kasus tipe deskriptif. Melalui studi kasus dengan tipe deskriptif, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mendeskripsikan secara detail bagaimana manajemen media yang diterapkan oleh Fast Forwad Record (FFWD) di Bandung sebagai label indie dalam menghadapi era digital. b. Objek dan Narasumber Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah seputar manajemen media yang mencangkup pengelolaan sumber daya organisasi serta perencanaan strategis yang diterapkan oleh Fast Forwad Record (FFWD) sebagai label indie dalam menghadapi perubahan lingkungan perusahaan yang diebabkan oleh teknologi digital. Informan dalam penelitian ini merupakan individu-individu yang dapat memberikan informasi yang utuh, objektif, dan benar sebagai sumber data dalam penelitian. Maka dari itu, informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang memahami dengan baik objek penelitian, yaitu orang-orang yang menjalankan proses manajemen media yang diterapkan oleh Fast Forwad Record (FFWD) Bandung. Kualifikasi informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) memahami objek penelitian dengan baik, (2) terlibat dalam institusi media tersebut, dan (3) bersedia memberikan informasi kepada peneliti dalam melakukan penelitian. Informan dalam penelitian ini telah diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan fokus yang diteliti. Informan penelitian ini akan ditentukan dengan menggunakan teknik nonprobabilty sampling dengan metode purposive 29
30
K.Yin,Robert.. 2009. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 1
Loc.cit
18
sampling. Teknik nonprobabilty sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini teknik non probability sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu 31. Informan utama dalam penelitian ini yaitu Direktur dan co-owner Fast Forwad Record (FFWD) yaitu Ahcmad Marin R. c. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai sumber maupun cara. Dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari responden secara langsung 32. Terdapat tiga cara teknik pengumpulan data pada penelitian ini, yakni interview (wawancara), observasi (pengamatan) dan dokumentasi. Berikut penjabarannya: 1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan yang erat hubungannya dengan masalah yang diteliti. Observasi yaitu mengumpulkan data secara langsung terhadap aktivitas objek yang sedang diteliti dan meninjau langsung terhadap catatan dan dokumen, serta dokumentasi. Observasi dilakukan di kantor Fast Forwards records sebagai tempat dari segala aktivitas yang menjadi obyek penelitian. 2. Wawancara, Salah satu sumber studi kasus yang sangat penting ialah wawancara. Wawancara bisa mengambil beberapa bentuk. Yang paling umum, wawancara studi kasus bertipe open-ended, di mana peneliti bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta suatu 31 32
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV Alfabeta. Hal 218. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta. Hal 22.
19
peristiwa disamping opini mereka mengenai peristiwa yang ada. Pada beberapa situasi, peneliti bahkan bisa meminta responden untuk mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap peristiwa tertentu dan bisa menggunakan proposisi tersebut sebagai dasar penelitian selanjutnya. 3. Dokumentasi
data,Sumber
bukti
lain
dilakukan
dengan
mengumpulakn segala dokumen seperti literatur, majalah, lapran tertulis, dokumen administrasi, situs internet serta sumber-sumber lain yang digunakan untuk mendukung. d. Teknik Analisis Data Teknik pengolahan data disebut juga teknik analisis data. Melalui teknik pengolahan data maka data mentah yang telah dikumpulkan peneliti menjadi berguna. Analisis data sangat penting dalam mengolah data ynag sudah terkumpul untuk diperoleh arti dan makna yang berguna dalam pemecahan masalah (problem solving). Menurut Bogdan dalam Sugiyono menyatakan bahwa “Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of the to enable you present what you have discovered to others”. (Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari
hasil
wawancara,
pencatatan
lapangan,dan
bahan-bahan
lain,sehingga dapat mudah dipahami dan semuanya dapat diinformasikan pada orang lain) 33. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data kualitatif. Proses analisis data secara kualitatif dimulai dengan menelaah data yang diperoleh dari berbagai sumber atau informasi, baik melalui wawancara maupun studi dokumentasi. Data tersebut terlebih dahulu dibaca, dipelajari, ditelaah, kemudian dianalisis. Setelah itu menganalisis isi ekspresi baik verbal maupun non verbal sehingga dapat ditemukan temanya, kata kunci dan alur kontekstual yang
33
Ibid. Hal 332.
20
menjelaskan apa yang terjadi di balik suatu fenomena ataupun ucapan. Untuk meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi berkaitan dengan pengambilan sampel dan teknik wawancara digunakan triangulasi. Teknik ini bertujuan untuk melakukan pengecakan ulang dengan cara mengkombinasikan berbagai jenis metode kualitatif sehingga data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut menggunakan analisis dengan model interaktif sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Huberman dalam Sugiyono terdiri dari 3 (tiga) tahap yakni reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data 34. Adapun penjelasan ketiga tahap tersebut sebagai berikut : 1. Data Reduction (Reduksi Data) Tahap ini merupakan proses pemilihan data kasar dan masih mentah yang berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung melalui tahapan pembuatan ringkasan,memberi kode,menelusuri tema dan menyusun ringkasan. Tahap reduksi data yang dilakukan penulis adalah menelaah secara keseluruhan data yang dihimpun dari lokasi penelitian mengenai manajemen media yang diterapkan oleh Fast Forwad Record (FFWD) Bandung sebagai perusahaan rekaman independen dalam menghadapi era digital kemudian memilah-milahnya dalam kategori tertentu . 2. Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi,tahap selanjutnya adalah penyajian data. Pada tahap ini data yang telah dipilah-pilah diorganisasikan dalam kategori tertentu dalam bentuk matriks (display data) agar memperoleh gambaran secara utuh. Penyajian data dilakukan dengan cara penyampaian informasi berdasarka data yang dimiliki dan disusun secara runtut dalam bentuk naratif, sehingga mudah dipahami. Adapun dalam tahap ini peneliti membuat rangkuman secara deskriptif dan sistematis sehingga tema utama yaitu manajemen 34
media yang diterapkan oleh Fast Forwad Record
Ibid. Hal 334.
21
(FFWD) Bandung sebagai industri musik rekaman independent label dalam menghadapi era digital dapat dipahami dengan mudah. 3. Conclusion Drawing (Verifikasi Data) Setelah dilakukan penyajian data, tahap selanjutnya adalah verifikasi data. Melalui tahap ini peneliti ingin melihat kebenaran hasil analisis untuk melahirkan
simpulan
yang
dapat
dipercaya
dengan
cara
membandingkannya dengan bukti-bukti yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. e. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada Fast Forwad Record (FFWD) Bandung, yang berlokasi di Jalan Setia Budi No.56 Kota Bandung, Jawa Barat. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan selesai.
22