BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Komunikasi berasal dari bahasa latin “communicatus” atau “communication”
atau communicare yang berarti “berbagi atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Beberapa definisi komunikasi yang terkenal diantaranya adalah dari Harold Laswell. Laswell mengatakan pada dasarnya komunikasi merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “melalui salauran apa”, “kepada siapa”, dan apa akibat atau efeknya”.(who say what in which cannel to whom and with what effect).1 Komunikasi massa salah satu komunikasi yang melibatkan khalayak luas. Informasi dapat disampaikan secara cepat dan hampir bersamaan, sehingga dengan cepat tersebar, didengar, dibaca ataupun dilihat ditempat lain. Dengan demikian, media massa diharapkan dapat menyelesaikan persoalan ruang dan waktu.
1
Riswandi, Ilmu Komunikasi, Graha Ilmu , Yogyakarta
1
2
Batasan komunikasi massa ini lebih menitikberatkan pada komponen – komponen dari komunikasi massa yang mencakup pesan – pesan, dan media massa ( seperti Koran, Majalah, Tv, Radio dan Film), serta khalayak. Pakar komunikasi Dennis McQuil menyatakan bahwa komunikasi massa adalah suatu proses dalam dengan mana komunikator – komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan – pesan secara luas, dan terus menerus menciptakan makna – makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak – khalayak yang besar dan berbeda – beda dengan melalui berbagai cara. Salah satu media untuk menyebarkan pesan – pesan secara luas kepada khalayak adalah lewat media massa. Media massa adalah media yang paling banyak digunakan untuk memberikan suatu informasi bagi khalayak luas karena kecepatan dan efisiensi waktu agar secepatnya khalayak bisa mengetahui informasi yang dibutuhkan. Media massa memiliki fungsi pengatur ( pembawa ) bagi pengetahuan. Jadi media
massa
memerankan
peran
institusi
lainnya.
Media
massa
juga
menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkungan publik, pada dasarnya media massa dapat di jangkau oleh segenap anggota masyarakat secara bebas, sukarela, umum dan murah. Dan juga media massa banyak menjangkau orang dari pada institusi lainnya dan sudah sejak dahulu “mengambil alih” peranan sekolah, orang tua, agama dan lain-lain.
3
Media massa bisa di katakan mengambil peran sekolah maupun orang tua bahkan agama karena isi dari media massa tersebut merupakan hal – hal yang sering terjadi di sekeliling kita. Salah satu bentuk isi dari media massa tersebut yang berpengaruh sangat besar adalah film. Film secara etimologis adalah benda tipis seperti kertas terbuat dari seluloid untuk merekam gambar negatif melalui kaca kamera; bioskop; ikon yang dipancarkan melalui layar. Film pun terbagi menjadi 3 jenis seperti Film Dokumenter, Film Cerita Pendek dan Film Cerita Panjang. Dalam film yang akan diteliti termasuk kedalam Film Cerita panjang karena berdurasi hampir 90-100 menit layaknya film-film yang diputar di bioskop bahkan ada beberapa film yang berdurasi hampir atau lebih 120 menit. Banyaknya karya film yang beredar di bioskop dan layar televisi membuktikan bahwa animo masyarakat terhadap hiburan film yang tayang dibioskop memang besar karena beberapa film menggunakan adaptasi karya sastra, novel ataupun cerpen. Dalam perkembangannya adaptasi bukan hanya dari karya sastra, tetapi kadangkala dari film itu sendiri. Adaptasi karya sastra untuk menjadi sebuah film sudah lumrah terjadi. Namun tentu saja akan ada atau munculnya pro-kontra terhadap hasil film yang berasal dari adaptasi sastra, karena bagi pembaca sastra merasa kecewa dengan hasil film tersebut. Karena tidak sesuai dengan imajinasi yang mereka peroleh saat membaca cerita, tetapi bagi pembaca awam ataupun mereka yang tidak membaca sama sekali akan puas menonton film tersebut.
4
Salah satu media massa yang dapat menyerap nilai – nilai budaya dan ideologi, kreatifitas secara mendalam adalah film. Film merupakan bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang – orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.2 Film apapun pada hakekatnya memiliki nilai – nilai kreatifitas sebagai realitas ungkapan perasaan sang penulis skenario dan sutradara. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni industry film adalah bisnis yang sangat menguntungkan karya film sekaligus keuntungan financial / kapitalis bahkan kaidah artistik, etika, dan nasionalisme tidak di perdulikan, yang terpenting bagi investor adalah nilai jual untuk potensi meraup gandaan modal. Gambar bergerak atau film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Film lebih dahulu menjadi media hiburan di banding radio siaran dan televisi. Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip – prinsip fotografi dan proyektor. Sementara dimulainya film di Indonesia pada 2 desember 1900 dengan kemunculan film dokumenter berupa kedatangan Ratu Belanda. Lalu 16 tahun kemudian Loetoeng Kasaroeng tercatat sebagai film narasi pertama yang diputar di Indonesia dan dibuat oleh L. Heuveldrop dan G. Kruegers. Karnadi Anemer bangkong yang muncuk pada 1930 merupakan film komedi 2
Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdianaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004. Hal. 134
5
Indonesia pertama produksi Krugers Film bedrijf dan di sutradarai oleh G. Krugers. Pada tahun yang sama pula, Lari Ka Arab di garap oleh Wong Bersaudara ( Nelson Wong, Joshua Wong, dan Othniel Wong ) dari shanghai. Setahun kemudian, Indonesia akhirnya mengenal teknologi suara ketika memproduksi boenga Rose dari Tjikembang garapan The Tang Chun. Berturut – turut setelah itu film yang dihasilkan masuk kategori komedi sepert Indonesia malaise (1930 ) dan Sinjo “tjo” main di film ( “Tjo” spelt voor de film ) (1930, wong bersaudara ), Terpaksa menika ( 1932, G. Krugers ) dan Impian di Bali (1932). Film Petualangan Sherina (2001), Ada Apa Dengan Cinta (2002) dan Jelangkung (2002) yang bisa dibilang sebagai tonggak pembangkit kelesuan industri film Indonesia. Ketetapan membaca segmen sanggup meraup keuntungan yang tidak sedikit jumlahnya. Ambil contoh Ada Apa Dengan Cinta dalam tiga minggu pertama pemutarannya berhasil menyedot 1,3 juta penonton dari pemutara di 76 bioskop di 12 kota di Indonesia (JB Kristanto, Nonton Film Nonton Indonesia, Kumpulan Tulisan, Kritik Film Suatu Pengalaman, Penerbit Buku Kompas, Jakarta,2004). Maka mulailah pada 2004 banyak film Indonesia yang diproduksi. Sejak saat itu kecendrungan yang hampir selalu dilakukan oleh industri perfilman Indonesia sejak saat itu, yaitu mengikuti selera pasar. Ditengah keprihatinan perfilman Indonesia, ternyata para sineas muda memberikan ide – ide kreatifnya yang segar untuk membangkitkan lagi film Indonesia. Film – film berkualitas yang setara dengan film asing pun di lahirkan, mulai dari ide cerita, tema, sampai ke soundtrack lagu – lagu populer atau terlaris
6
yaitu lagu – lagu yang menjadi soundtrack film memang terlihat benar perbedaannya dengan karya sineas Indonesia di era 1980-an. Film yang bertemakan remaja ternyata menjadi pilihan utama dalam menonton film di gedung bioskop. Alur cerita yang disesuaikan dengan kejadian sehari – hari para remaja ibukota mampu mencuri perhatian, dan menyedot banyak penonton, tak perlu memakan banyak waktu untuk meraih kesuksesan. Salah satu karya film yang menempatkan apresiasi dari FFI adalah Film Surat Kecil Untuk Tuhan merupakan sebuah cerita yang mengangkat karakter seorang gadis remaja yang memiliki penyakit kanker (Rhabdomyosarcoma). Film yang bertemakan drama remaja ini menjadi film yang menginspirasi bagi orang – orang yang memiliki penyakit mematikan di dunia untuk tetap semangat dalam melawan setiap penyakit. Film yang di angkat dari kisah nyata ini awalnya hanya bisa dibaca secara online melalui blog pribadi Agnes Davonar. Karena kisah ini dibaca oleh 350.000 pembaca online. Agnes mengangkatnya dalam bentuk novel dengan judul yang sama. Kisah nyata gadis berusia 13 tahun bertahan hidup dari kanker ganas paling mematikan di dunia. Dia bukan berjuang melawan penyakit kankernya, melainkan bertahan hidup dengan kankernya. Dia memperjuangkan sisa hidupnya dengan halhal yang berguna. Karena dia tahu umurnya sudah tidak panjang lagi dan berjuang untuk tidak patah semangat dan melakukan kegiatan yang berguna bagi orang-orang disekitarnya. Remaja itu bernama Gita Sesa Wanda Cantika atau Keke yang berjuang melawan penyakit kanker jaringan lunak (Rhabdomyosarcoma).
7
Film Surat Kecil Untuk Tuhan yang bergenre drama remaja ini memiliki durasi 105 menit dan di sutradarai oleh Harris Nizam. Dan diperankan oleh Dinda Hauw sebagai Keke, Alex Komang sebagai Ayah Keke, Ranty Purnamasari sebagai Ibu Keke, Egi John Foreisthe sebagai Chika, Dwi Andhika sebagai kakak keke, Esa Sigit sebagai Andy. Film Surat Kecil Untuk Tuhan ini menjadi film terpopuler dan terlaris di tahun 2011, hal itu di buktikan dengan minat penonton mencapai 748. 842.3 Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti sejauhmana persepsi film Surat Kecil Untuk Tuhan, karena film ini berhasil menjadi film terpopuler dan terlaris di tahun 2011.4 Keberhasilan film Surat Kecil Untuk Tuhan meraih prestasi menarik dan membanggakan insan atau senias film indonesia sangat mendorong laju perkembangan industri film indonesia. Film ini juga berhasil memenangkan beberapa nominasi, diantaranya: FFI 2011 Best Actress, Best Actor, Best Original Score, BIFFest The Most Appraised Actress, The Most Appraised Script, BISA AWARD Hongkong 2011 Most Inspiring Movie. Tujuan dari keberadaan film – film nasional yang tersebar luas di negeri sendiri adalah menjaga kelestarian budaya bangsa dan menanamkan ideologi bangsa Indonesia yang sesuai dengan cita – cita luhur berdirinya negeri tercinta ini. Atas dasar tersebutlah penulis ingin mengetahui sejauhmana persepsi siswasiswi SMA Negeri 10 pada film Surat Kecil Untuk Tuhan ini terhadap remaja di Indonesia, karena prestasinya tersebut. Remaja adalah individu yang sedang berada 3
http://filmindonesia.or.id/movie/viewer/2011#.T6eZ6OhNt8M Diakses pada tanggal Jum’at 11 May 2012, 14:26 4 Ibid
8
pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa dan di tandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. Sebagai objek penelitian, penulis selanjutnya memutuskan mengambil sampel di SMA Negeri 10 Tangerang, karena film Surat Kecil Untuk Tuhan ini memiliki target penonton remaja, dimana remaja sebagai generasi penerus bangsa yang harus mendapatkan hiburan – hiburan yang tepat sehingga kelak kokok rasa kecintaannya terhadap negeri sendiri serta berbudi pekerti yang sesuai dengan karakter bangsa indonesia. 5 Siswa SMA sangat membutuhkan hiburan film remaja untuk sarana mencari jati dirinya. Sedangkan, film Surat Kecil Untuk Tuhan di kota tangerang telah diputar di beberapa bioskop atau teater besar yang mendapatkan jumlah penonton sangat signifikan.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka yang menjadi
permasalahan adalah : “Sejauhmana persepsi siswa-siswi SMA Negeri 10 Tangerang terhadap film Surat Kecil Untuk Tuhan? ".
5
Ibid
9
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa-siswi SMA Negeri
10 Tangerang terhadap film Surat Kecil Untuk Tuhan.
1.4
Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif bagi
si peneliti baik secara akademis maupun praktis.
1.4.1
Manfaat Akademis
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
sumbangan
bagi
kajian
pengembangan Ilmu Komunikasi umumnya dan khususnya dibidang film sebagai bagian dari media massa.
1.4.2
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi dunia perfilman Indonesia umumnya, dan pada Skylar Pictures khususnya, dalam hal efek isi film terhadap perilaku para pelajar agar disesuaikan dengan kerangka berpikir dan pengetahuan yang dimiliki oleh pelajar tersebut (siswa Sekolah Menengah Umum).