BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garam rakyat Indonesia masih dipandang sebelah mata oleh sebagian kalangan pengusaha/perusahaan pengguna garam sebagai bahan dasar. Dalam pemasaran garam rakyat di kalangan industri di Indonesia misalnya, banyak persyaratan yang harus dipenuhi yang pada umumnya mengacu pada kualitas garam. Kebutuhan garam nasional yang tidak seimbang dengan produktifitas garam rakyat Indonesia mendorong terjadinya import garam yang terus menerus sepanjang tahun di Indonesia. Hal ini membuat sebagian pelaku usaha garam terlena dan selalu berusaha untuk mempertahankan keuntungan import tanpa memandang lebih jauh potensi produksi garam lokal yang sangat tinggi. Sehingga kemauan nasional dalam swasembada garam harus diperkuat. Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki kebijakan pembangunan perikanan meliputi Minapolitan, Industrialisasi dan Blue Economy. Minapolitan adalah pembangunan perikanan berbasis kawasan. Adapun Industrialisasi dimaksudkan untuk menambah nilai pada produk perikanan dan meningkatkan daya saingnya. Sedangkan Blue Economy adalah sebuah konsep untuk menciptakan industri kelautan dan perikanan yang ramah lingkungan, melipat gandakan pendapatan, menciptakan kesempatan kerja dan menggerakan perekonomian masyarakat. Ketiga kebijakan tersebut diharapkan dapat menggerakkan perekonomian Indonesia menuju kemapanan berbasis pembangunan perikanan. Dalam upaya mendukung dan menyukseskan program KKP. Hal inilah yang mendorong Bapak Sanusi dkk di Desa Ambulu Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon melakukan berbagai inovasi dan percobaan dalam menghasilkan garam rakyat dengan 1
jumlah banyak dan dengan kualitas terbaik dengan latar belakang pembuat garam secara turun temurun dari nenek moyang. 1.2.
Tujuan Peningkatan produksi garam rakyat dengan hasil yang jauh lebih banyak, dengan kualitas tinggi yang bersih dan putih. Sehingga dikemudian hari dapat memenuhi (swasembada) kebutuhan nasional dengan jumlah dan kualitas yang tinggi.
1.3
Keluaran atau output 1. Meningkatkan Kualitas Produksi Garam rakyat setara Garam import dari segi kandungan NaCl dan warna dasar. 2. Memenuhi garam Nasional dengan efektifitas waktu pembuatan air baku dan efektivitas tata letak. 3. Mensukseskan Program Industrialisasi Kementrian kelautan dan Perikanan dengan membuat jenis garam yang berkualitas tinggi.
2
BAB II. TEORI DAN METODOLOGI
2.1.
Garam Teknologi Ulir Filter Pada dasarnya Teknologi Ulir Filter menonjolkan pada proses percepatan pembuatan air tua dengan mempertahankan kebersihan air dan petak/tambak kristalisasi dengan memasang filter pada saluran air. Secara umum prinsip-prinsip Teknologi Ulir Filter (TUF) adalah sebagai berikut :
Penyediaan air baku siap pakai;
Percepatan proses kristalisasi;
Pemadatan tanah dasar tambak (meja) kristalisasi/hablur;
Pembersihan rutin kotoran (lumpur, dan benthos); yang ada di tambak garam;
Produksi garam putih dengan kualitas tinggi;
Pengelolaan kebersihan tambak merupakan prasyarat utama dalam menghasilkan garam berkualitas nomor satu;
Sumberdaya manusia yang bertanggung-jawab (berdisiplin tinggi) merupakan penentu keberhasilan;
Peningkatan efisiensi energi dilakukan melalui penggunaan pompa air bertenaga angin (pengoperasiannya mudah dan murah);
Fungsi kontrol harus dijalankan dengan baik
3
Kandungan air laut dan pengendapan garam (NaCl) pada proses Evaporasi Berat Jenis pada 21°C dalam °Be
Volume larutan yang ada setelah penguapan cm '
3,50
1000
7,10 11,50 14,00 16,75 20,60 22,00 25,00 26,25 27,00 28,50 30.00 32,40 35.00
533 316 245 190 144,5 131 112 95 64 39 30.2 23 16.2
Jumlah endapan Sisa garam dalam larutan Induk (16,2 cm 3) Jumlah garam dalam 1000 CM3 air laut Jumlah garam dalam 1000 CM3 air laut dari hasil analisa langsung oleh USIGLIO
GARAM YANG DIENDAPKAN (G R AM)
Fe 2O 3
0,003
CaCO 3
NaCl
MgSO 4
MgCl 2
NaBr
KCI
0,0642
0,0530
0,003
Ca 2SO 4 21120
0,1172
Jumlah Garam yang Diendapkan
0,0672 traces traces 0,6130 0,5620 0,1840 0,1600 3,3240 9,8462 8,1084 2,7066 2,3772 2,0316
traces traces 0,5600 0,5620 0,1840 0,1600 0,0508 0,1476 0,0700 0,0144
3,2614 9,6500 7,8960 2,6240
0,0040 0,0130 0,0262 0,0174 0,0254 0,5382
0,0078 0,0356 0,0434 0,0150 0,0240 0,0274
1,7488
27,107
0,6242
0,1532
0,2264
2,5885
1,8545
3,1640
0,3300
0,5339
8,4709
0,0728 0,0358 0,0558 0,0620
29,9802
0,003
0,1172
1,7488
29,696
2,4787
3,3172
0,5564
0,5339
38,4511
0,0030
0,1170
1,7600
30,1830
2,5410
3,3020
0,5700
0,5180
38,9940
Sumber : Anonim Komposisi rata-rata garam dapur Standar Nasional Indonesia (SNI)
Syarat Mutu Garam Industri
4
2.2.
Metodologi Metodologi yang digunakan adalah dengan Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) seluas 4,8 hektar tambak yang dirancang agar dapat di sesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keeisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Lingkup teknologi yang di implementasikan pada peningkatan produksi dan mutu garam adalah dengan sistem teknologi ulir filter (TUF). Konsep dasar teknologi yang digunakan adalah membuat air baku dengan kekentalan air baku mencapai 25 Be (Boume), air baku bebas kontaminasi (kotoran, bakteri dan zat yang tidak diinginkan) dengan proses filterlisasi, memperpendek waktu pembuatan air baku dengan menggunakan system aliran/ulir untuk mengendapkan zat yang tidak diinginkan dan mempercepat proses penguapan.
5
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.1. Persiapan lahan Tambak garam di Desa Ambulu kecamatan losari Kabupaten Cirebon sebagian besar digunakan untuk budidaya bandeng, namun pada musim kemarau (juni-oktober) biasanya digunakan untuk tambak garam. Yang dimaksud dengan tahapan persiapan lahan dengan system TUF adalah semua tahap dan proses pembuatan garam mulai dari awal sampai dengan pemanenan garam, seperti pada gambar. Tahapan tersebut antara lain :
Tahap pengurasan tambak
Tahap pembuatan petak tambak garam
Tahap pembuatan ulir besar dan ulir kecil
Tahap pembuatan saluran
Tahap pemasangan kincir angin dan filter
Tahap proses pengukuran kekentalan air garam (boumeter)
Tahap perataan petak kristalisasi garam
Tahap panen garam
6
3.1.2. Pengurasan tambak Pengurasan air tambak dilakukan dengan menggunakan mesin pompa air bertujuan menghilangkan genangan air dalam petak yang sebelumnya merupakan tambak budidaya bandeng. Buangan air tambak merupakan air yang kualitasnya sudah menurun dari sifat alamiahnya atau sudah tidak terpakai lagi untuk budidaya ikan. Secara fisik, bahan-bahan yang terkandung dalam air buangan tambak dapat dibedakan menjadi : (1). partikel tersuspensi, (2). koloid, dan (3). terlarut. Pengelolaan air buangan tambak (effluent) adalah salah satu upaya untuk mencapai produksi bersih dalam usaha budidaya. Air buangan tambak (effluent) tergolong limbah yang mengandung bahan bernilai nutrisi tinggi (protein, lemak, dan karbohidrat) yang mudah terdegradasi menghasilkan nutrien. Oleh karena itu ada peluang untuk memanfaatkannya melalui proses didaur ulang (recycle dan reuse). Organisme akuatik seperti kerang hijau, ikan mujair dan jenis-jenis pemakan detritus dapat dimanfaatkan untuk "memanen" bahan bernutrisi tersebut sebelum effluent tambak
dibuang
ke
lingkungan.
(http://firsaferdian.blogspot.com/2011/03/pengelolaan-air-buangan-tambakdengan.html).
1. Pengurasan Lahan Tambak
2. Penggontrolan kebocoran 7
3.1.3. Pembuatan petak tambak garam Yaitu konstruksi penggaraman dimana suatu kompleks (kelompok-kelompok) penggaraman yang luas yang letaknya teratur dijadikan suatu kelompok peminihan secara kolektif yang kemudian air pekat (air tua) yang dihasilkan dialirkan ke suatu meja
kristalisasi
untuk
proses
kristalisasi
garam.
(http://www.oocities.org/trisaktigeology84/Garam.pdf).
1. Pembuatan petak kristralisasi
2. Pencangkulan lantai petak kristalisasi
3.Pembuburan & Penaburan silyca
4. Pengeringan Petak Kristalisasi Meja hablur terisi air baume 25
5. Pengeloran Petak kristalisasi
6. Pengisian air petak kristalisasi
8
3.1.4. Pembuatan ulir besar dan kecil Pembuatan ulir besar dan kecil di maksudkan untuk memperpanjang aliran air dengan tujuan untuk mempercepat evaporasi dan pengendapan material organic maupun anorganik yang dibawa oleh aliran air. Proses pembuatan petakan ulir besar dengan ukuran panjang 150 m dan lebar 80 m Dengan panjang ulir mendapat ± 14,4 km dari panjang petakan ulir 150 m menjadi 20 bagian jadi 7,5 m x 80 m / petak. Proses pembuatan petakan ulir kecil dengan panjang 200 m dan lebar 80 m dengan panjang ulir mendapat ± 6 km dari lebar petakan ulir 80 m menjadi 3 bagian dengan lebar petakan 1,5 m Jadi 1.5 m x 26 m / petak (Sanusi).
Petak Ulir Besar
Petak ulir Kecil
3.1.5. Pembuatan saluran air Di dalam petakan tambak terdapat saluran air yang berfungsi untuk memasukan air setiap saat secara mudah, baik untuk mengalirkan air. Pembuatan saluran dilakukan setelah pengerjaan meja hablur kristalisasi.
9
dan terletak di samping meja
3.1.6. Pemasangan kincir angin dan filter Pemasangan kincir angin sangat membantu memompa air untuk proses pengaliran air dari penampungan ke petakan ulir.
Kincir dan Filter
3.1.7. Pemasangan filterisasi Pemasangan Filter Air bertujuan untuk menyaring kotoran agar air menjadi bersih. Filter air ada beberapa lapisan antara lain : -
Lapisan 1 : Batu
-
Lapisan 2 : Ijuk
-
Lapisan 3 : Batu
-
Lapisan 4 : Arang
-
Lapisan 5 : Pasir
-
Lapisan 6 : Ijuk
3.1.8. Pengukuran kepekatan air garam Setelah petak garam (petak ulir besar, petak ulir kecil, petak kristalisasi, dan saluran air) siap semua dan pemompaan air asin ke kolam penampungan dan mengalir, maka pengukuran kekentalan air harus rutin dilakukan untuk memastikan tingkat kekentalannya dengan alat Boumeter pembuatan air tua (20-25o Be). 10
3.1.9. Perataan petak kristalisasi Dalam kristalisasi garam di meja garam/meja hablur, kristal garam pada lapisan pertama dibiarkan dan diratakan sebagai alas meja garam. Perataan garam dengan mengunakan rol.
3.1.10. Pemanenan garam Panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil garam dari lahan meja kristalisasi. Proses pemanenan dilakukan minimal 10 hari, kandungan NaCl ( >98%) berdasarkan uji lab dari unversitas Indonesia dan hasil produksi garam Tuf dapat mencapai 100 ton/ha/musim. Pemanenan dilakukan dengan cara pengerokan, pencucian garam, pemgemasan garam/ packing dan kemudian pengangkutan garam.
11
Garam siap panen
Proses panen garam
1. garam siap panen
2. Pengerokan garam Pencucian garam
3. Pencucian garam
4. Pengumpulan garam
Kemasan Garam
5. Kemasan Garam
6. Penimbangan garam
7. Pengangkutan garam dari lahan
12
8. Pengangkutan garam ke truk
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Pembuatan air baku dengan sistem ulir, mempercepat kenaikan air baku boume (setengah dari waktu pola tradisional).
Terdapat penyaringan air/filterisasi dimasing masing level proses sehingga menghasilkan air yang jernih dan bebas kotoran.
Meja hablur/ kristalisasi pada saat proses pembuburan dan pengerasan memakai campuran silika guna menarik mineral mineral yang mempengaruhi kualitas garam dan warna dasar kristal.
4.2.
Saran.
Perlu adanya gudang stok garam skala besar.
Perlu adanya kerjasama yang kuat antara pelaku utama dan pelaku usaha.
Untuk memperluas jaringan pemasarannya, memerlukan dukungan pemerintah.
Perlu adanya kemudahan akses permodalan dari pihak perbankan.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
13
DAFTAR PUSTAKA
Sanusi, 2013. Teknologi ulir filter (TUF). Penyuluh Perikanan Swadaya Desa Ambulu Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon.
DITJEN KP3K, 2013. Petunjuk Pelaksana Peningkatan Produksi dan Mutu Garam dengan system biofilter. Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta.
(http://firsaferdian.blogspot.com/2011/03/pengelolaan-air-buangan-tambak-dengan.html) . (http://www.oocities.org/trisaktigeology84/Garam.pdf)
14
LAMPIRAN
Persiapan Lahan
Bapak Sanusi ketua kelompok Sedang memberikan materi
Kegiatan Panen Garam
15