BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung adalah kedelai. Menurut Irwan (2006) kedelai merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kedelai adalah tanaman palawija yang kaya akan protein nabati yang menyehatkan. Bahan makanan ini dapat diolah menjadi berbagai produk pangan seperti tempe, tahu, kecap, susu kedelai sehingga banyak digemari oleh semua kalangan. Mengutip dari MITI (Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia) dari tahun 2001 hingga tahun 2012 tingkat konsumsi kedelai Indonesia mengalami kenaikan. Pada tahun 2012 konsumsi kedelai mencapai 2,75 juta ton sedangkan jumlah produksi kedelai kurang dari 1 juta ton. Disatu sisi jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah sehingga menyebabkan kebutuhan kedelai juga mengalami peningkatan. Tingginya kebutuhan kedelai tersebut tidak sejalan dengan ketersediaan yang ada. Dengan kondisi seperti ini maka pasokan kedelai dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat.
1
BPS (2014) menyebutkan Jawa Tengah merupakan penghasil kedelai kedua di Indonesia setelah Jawa Timur. Propinsi Jawa Tengah memiliki luas panen 65.3 ribu Ha dan produktivitas 15,21 Ku/Ha. Dari luas panen dan produktivitas tersebut, Jawa Tengah pada tahun 2013 mampu memasok produksi kedelai dalam negeri mencapai 807 ribu ton dengan kontribusi produksi sekitar 15 % terhadap produksi nasional. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lilik dkk. (2001) kendala yang sering dihadapi oleh petani kedelai adalah kebutuhan air tanaman yang sangat tergantung pada hujan. Petani selalu dihadapkan dengan gagal panen akibat belum dimanfaatkannya sumberdaya iklim secara maksimal. Hal ini dikarenakan petani menetapkan masa periode tanam saat musim penghujan dan kemarau yang dinilai kurang efisien cara yang tepat untuk mengoptimalkan sumber daya alam dengan menduga potensi sumber daya air suatu daerah yang akan ditanami tanaman tertentu. Terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi produksi tanaman yaitu jenis varietas, hama penyakit, pola tanam yang disesuaikan dengan iklim. Iklim merupakan faktor pembatas yang tidak dapat ditanggulangi dengan nyata, namun berpengaruh terhadap hasil. Oleh karena itu diperlukan perencanaan pola tanam yang mencakup awal tanam dan periode tanam dengan memperhatikan pola data cuaca dan iklim sebelumnya (Lilik dkk., 2001). Menurut Sudira (2004) iklim merupakan keseluruhan dari fenomenafenomena meteorologi yang mencirikan keadaan umum atmosfir di daerah tertentu pada suatu periode dalam jangka waktu yang lama. Menurut Aldrian dkk.,
2
(2011) perubahan iklim adalah berubahnya pola dan intensitas unsur iklim pada periode waktu yang dapat dibandingkan (rata-rata 30 tahun) yang berupa perubahan dalam kondisi cuaca rata-rata atau perubahan dalam distribusi kejadian cuaca terhadap kondisi rata-ratanya. Perubahan iklim berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan berubah secara lambat. Gejala yang diakibatkan dari perubahan iklim meliputi suhu, angin dan hujan dengan kata lain terjadi suatu perubahan siklus air di bumi. Hasil penelitian Sumiana (2012) dalam Daryatno (2013) perubahan curah hujan akibat perubahan iklim berdampak pada sektor pertanian. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa perubahan pola curah hujan menyebabkan terjadinya perubahan pola tanam. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Daryono (2003) mengungkapkan bahwa zona agroklimat di Pulau Bali telah mengalami perubahan sehingga pertanian di lahan kering yang masih menggunakan teknik bercocok tanam secara tradisional mengalami gagal panen akibat ketidaktahuan petani tentang kondisi iklim terkini. Kabupaten Banyumas memiliki curah hujan berkisar 3.439 mm per tahun. Curah hujan yang tidak menentu dan sulit diprediksi sangat mempengaruhi kegiatan usahatani kedelai di wilayah ini. Perubahan pola hujan menjadi ancaman bagi petani karena banyak kegiatan pertanian yang mengandalkan hujan. Untuk menunjang keberhasilan pertanian kedelai di Banyumas, perlu dilakukan kajian tentang aspek perubahan pola curah hujan sebagai penentu awal tanam untuk kedelai. Sehingga diharapkan dapat membantu dalam permasalahan waktu tanam terkait dengan fenomena perubahan pola curah hujan dan
3
kesesuaian lahan di Kabupaten Banyumas. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian yang berjudul: ”Analisis Pengembangan Kedelai dengan Menentukan Kesesuaian Lahan Berbasis pada Pola Hujan di Kabupaten Banyumas” menjadi penting untuk dilaksanakan.
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan kedelai adalah kebutuhan air yang sangat tergantung pada hujan. Pola fluktuatif dari produksi kedelai di Banyumas disebabkan oleh ketersediaan air yang dinamis. 2. Curah hujan yang tidak menentu atau dinamis sangat mempengaruhi pertanian sehingga diperlukan suatu usaha untuk memprediksi curah hujan. 3. Kesesuaian lahan untuk budidaya kedelai disesuaikan dengan keadaan wilayahnya, jika curah hujan mengalami perubahan maka kesesuaian lahan berubah. Sehingga perlu dikaji lokasi yang tepat untuk kesesuaian lahan kedelai. 4. Adanya perubahan iklim mengakibatkan adanya perubahan jadwal tanam, sehingga perlu dikaji mengenai perubahan jadwal tanam yang sudah ada.
4
1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pola curah hujan di Kabupaten Banyumas selama 10 tahun terakhir (2005-2014). 2. Memprediksi pola curah hujan selama 3 tahun (2015 sampai 2017) 3. Menilai kesesuaian lahan untuk budidaya kedelai dengan parameter peta jenis tanah, peta lahan, dan peta lereng serta neraca curah hujan 10 tahun dan curah hujan prediksi. 4. Merancang jadwal tanam berdasarkan pola curah hujan prediksi di Kabupaten Banyumas.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian tentang pola hujan dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitti yang akan melakukan penelitian yang serupa. 2. Memberikan masukan bagi pemerintah Kabupaten Banyumas khususnya Dinas Pertanian
Tanaman
Pangan dalam mengambil kebijakan
mengenai jadwal tanam dan lokasi yang cocok untuk kedelai serta mengantisipasi
risiko kegagalan panen akibat berubahnya pola curah
hujan di Kabupaten Banyumas. 3. Memberikan masukan kepada petani mengenai lahan yang kurang berpotensi sehingga mengurangi resiko gagal panen, selain itu penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan awal dalam menentukan masa tanam kedelai yang tepat.
5