BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi untuk tetap dapat bertahan hidup. Banyaknya pilihan makanan yang tersedia serta pertimbangan bahan dasar makanan yang sehat menjadi penting untuk diperhatikan oleh para pelaku bisnis makanan. Jakarta merupakan
kota
dengan tingkat kesibukan yang tinggi, sehingga
kebanyakan dari masyarakat saat ini menomorduakan kesehatan karena memilih makanan yang cepat saji atau instan. Untuk itu pelaku bisnis makanan harus dapat memberikan hak konsumen dalam hal perlindungan kesehatan. Direktur Southest Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) mengatakan bahwa saat ini industri harus dapat memenuhi permintaan makanan yang kualitasnya baik, lebih aman, lebih bernutirisi, dan lebih lezat (Neraca, 2012).
1
2
1.1.1.
Perkembangan Bisnis Industri Makanan Perkembangan bisnis makanan saat ini sedang menjadi tren di kalangan pengusaha. Karena jenis usaha ini memiliki potensi pasar yang besar dan akan selalu bertambah, selain itu banyak sekali faktor penunjang dalam menjalankan usaha ini yang memudahkan para pengusaha dalam menjalankan bisnis tersebut. Sesuai informasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dalam website mereka, mengatakan bahwa wisata kuliner akan dijadikan ikon pariwisata. “kita akan fokus pada kuliner. Tiga tahun ke depan kita harapkan sudah banyak produk kuliner yang dapat dipromosikan ke mancanegara dan menjadi ikon pariwisata nasional,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (kemenparekraf) Mari Elka Pangestu. Menurut keterangan Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi, dalam pernyataanya di media, beliau memprediksi industri makanan minuman akan bertumbuh sekitar lebih dari 6 persen pada kuartal kedua tahun ini dibandingkan triwulan II tahun sebelumnya (Teresia, 2013).
3
Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan budaya di dalamnya, hal tersebut membuat Indonesia memiliki keragaman kuliner yang sangat bervariasi di hampir setiap kotanya. Perkembangan industri rumah makan diyakini sebagai salah satu bentuk usaha ekonomi yang memiliki prospek cukup bagus hingga saat ini, bahkan dalam kondisi krisis sekalipun.
(Sumber: Purnami, 2004 dan Zinaida, 2011) Gambar 1.1 Pertumbuhan dan Potensi Restoran dan Kafe di Jakarta
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa jumlah dan pertumbuhan restoran dan kafe selalu meningkat di setiap tahunnya. Ini menunjukan adanya potensi yang cukup besar dalam industri ini sehingga menarik beberapa pengusaha untuk berkecimpung di bidang makanan tersebut untuk dijadikan suatu bisnis.
4
1.1.2.
Kondisi Masyarakat Saat Ini Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2014 mencapai 118,2 juta orang atau bertambah 1,7 juta orang dibandingkan kondisi pada Februari 2013. Berdasarkan jumlah jam kerja pada Februari 2014, sebanyak 81,2 juta orang atau 68,71 persen bekerja di atas 35 jam per minggu, sedangkan penduduk bekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 15 jam per minggu mencapai 7,3 juta orang atau 6,16 persen. (Satyagraha, 2014). Daei kedua data di atas dapat disimpulkan tren masyarakat saat ini yang memilih menghabiskan waktu makan mereka tidak hanya untuk makan namun untuk bertemu rekan kerja, teman, atau menghabiskan waktu kosong mereka untuk menghilangkan penat atau kejenuhan atas tekanan pekerjaan di tengah jadwal waktu yang padat. Kondisi yang terjadi di masyarakat pun mengalami beberapa pergeseran gaya hidup menjadi lebih konsumtif, seperti banyaknya kondisi tentang antrian
panjang
mengular
berdasarkan
calon
konsumen
untuk
mendapatkan sepatu, gadget, restoran, dan sebagainya. Fenomena tersebut dinilai Yuswondhy, Direktur Centrefor Middle Class Consumer merupakan Consumer 3000 (C 3000), yaitu tumbuhnya konsumen kelas menegah baru.
5
Konsumen menengah dengan kriteria pengeluaran US$ 2-20 per hari telah mencapai 134 juta jwa (lebih dari 50% penduduk Indonesia). (Palupi, 2012). Karena tingginya mobilitas masyarakat Jakarta saat ini yang lebih memilih untuk makan makanan yang cepat dan instan, dan tetap peduli terhadap kesehatan atas preferensi pembelian makanan mereka serta meningkatnya pertumbuhan konsumen menengah yang disebut C 3000 yang konsumtif saat ini dapat ditransformasikan menjadi suatu peluang bisnis restoran mie yang dapat bermanfaat untuk masyarakat, khususnya bagi mereka yang bekerja.
1.1.3.
Bisnis Mie Perkembangan sektor industri makanan memberikan tantangan bagi para produsen untuk mencari alternatif pengganti makanan pokok bangsa kita yaitu nasi. Salah satu alternatif pengganti nasi yang memiliki rasa yang enak dan mengenyangkan adalah mie.
Gambar 1.2 Diagram Kuisioner Makanan Pengganti Nasi
6
Gambar 1.3 Digram Kuisoner Dengan Pertanyaan Menyukai Mie Atau Tidak
Mie merupakan salah satu makanan yang menjadi minat masyarakat Indonesia, bahkan di Indonesia mie menjadi makanan pokok kedua bagi mereka atau peferensi konsumen Indonesia. Data tersebut dapat dilihat dari hasil kuisioner yang disebar secara acak melalui diagram di atas, dari 97 koresponden mengatakan Mie merupakan makanan pengganti selain nasi dengan total 45 koresponden dan hampir 93 koresponden menyukai mie. Banyak sekali olahan mie yang dapat dinikmati, mulai dari mie ayam, mie goreng, mie tek-tek, sampai mie instan. Kandungan mie yang berupa gandum dan telur membuat mie ini digolongkan menjadi karbohidrat yang apabila dikonsumsi secara berlebih pun tidak baik bagi kesehatan. Tabel 1.1 Konsumsi Rumah Tangga Komoditi Tepung Terigu, 2007-2011
(Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS) Keterangan: *)Diolah oleh Pusdatin-Kementan
7
Tabel 1.2 Penyediaan, Penggunaan dan Ketersediaan Untuk Konsumsi Tepung Gandum/Terigu Di Indonesia, 2007-2011
(Sumber: Neraca bahan Makanan, BKP Kementan) Data di atas menjelaskan bahwa tingkat konsumsi rumah tangga untuk komoditi tepung adalah 1.4 kg per tahun per kapita atau turun hampir -5% rata-rata pertumbuhan di tahun 2007-2011, dengan ketersediaan per kapita setiap tahun yang selalu naik yaitu 3.52% rata-rata pertumbuhan. Hal ini menjelaskan bahwa setiap tahun konsumsi tepung gandum atau terigu di Indonesia selalu naik, dan menjadi peluang yang besar untuk para pelaku bisnis industri makanan. Saat ini sudah banyak pedagang mie ayam di Jakarta, mulai dari pedagang mie yang menggunakan gerobak maupun restoran mie seperti Bakmi GM, Bakmi Gang Kelinci, Bakmi Roxy, Mie Lekker dan sebagainya yang membuat persaingan dalam industri ini menjadi lebih
8
ketat. Wilayah Jakarta Selatan saat ini terhitung kurang dari 10 (sepuluh) restoran mie seperti Bakmi GM (di Blok M), restoran mie ramen jepang di senopati, lebih dari 50 pedagang kaki lima (gerobakan), dan untuk pedagang mie yang berlokasi di foodcourt atau tenant di mall berkisar lebih dari 10 penjual mie. Estimasi hitungan tersebut di atas menjelaskan pemain bisnis mie di wilayah Jakarta Selatan dengan celah pasar yang masih sedikit ialah restoran. Kendati demikian tersebut tidak lantas membuat konsumen menjadi jenuh, justru sebaliknya pedagang mie yang marak membuat konsumen tertarik untuk lebih memilih sesuai dengan keinginan mereka. Alhasil inovasi menjadi unsur penting untuk menarik konsumen hingga mereka memutuskan untuk membeli produk mie tersebut.
1.1.4.
Thematical Experentitial Tema dan juga suasana menjadi salah satu bentuk desain sebuah restoran yang di butuhkan oleh konsumen untuk menghilangkan kejenuhan, stress, memorable experience, dan mengubah mood menjadi lebih baik. Salah satu yang patut diperhatikan pengusaha di bidang makanan adalah dengan menciptakan kreatifitas atau inovasi dengan menciptakan suatu suasana restoran yang menarik. Terkait kondisi masyarakat khususnya di daerah Jakarta saat ini yang membutuhkan suasana yang nyaman, unik,
9
dan memiliki keterikatan yang kuat dengan restoran atau customer loyalty, mengharuskan pengusaha ataupun pelaku industri makanan saat ini harus dapat membuat suatu inovasi dengan konsep yang bertema baik produk maupun model bisnis untuk dapat menarik konsumen.
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang muncul adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana menciptakan suatu inovasi restoran mie yang berbeda dengan tetap memperhatikan unsur kesehatan konsumen? 2. Bagaimana mengedukasi dan menyuguhkan inovasi produk kepada market terhadap restoran berkonsep tematik?
1.3.
Tujuan dan Manfaat Tujuan pembuatan business model berdasarkan latar belakang dan sejumlah data yang ada, meliputi: 1. Memenuhi kebutuhan akan makanan pengganti yaitu mie yang tidak mengandung bahan pengawet dan penyedap buatan (MSG).
10
2. Menawarkan inovasi produk mie, mulai dari bahan makanan, variasi produk, serta suasana rumah pada restoran mulai dari penyajian hingga cara menikmati (thematic). Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan business model ini, ialah untuk: 1. Bagi para entrepreneur dapat mengkaji business model ini lebih lanjut serta memberikan inspirasi mengenai bisnis restoran dengan konsep thematic experiental. 2. Memberikan value-value kepada konsumen khususnya target market yang adalah mahasiswa dan pekerja yang jauh dari rumah (perantau).
1.4.
Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup yang menjadi batasan dari tesis ini adalah:
Untuk saat ini kawasan yang menjadi cakupan wilayah dari bisnis ini adalah di Jakarta Selatan (Kebayoran Lama, dan Kebayoran Baru).
Untuk saat ini menu makanan utama yang ditawarkan hanya mie dengan pilihan topping bercita rasa nusantara.
11
1.5.
Sistematika Penulisan BAB 1 Pendahuluan Dalam bab ini , menjelaskan mengenai latar belakang penulisan tesis ini, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan tesis ini, serta ruang lingkup yang menjadi batasan pembahasan tesis. BAB 2 Dasar Teori Dalam bab ini, merupakan lanjutan dari penulisan pada bab 1 yang membahas seputar literatur teori marketing,
Business Model Canvas
yang ditulis untuk memetakan business model secara detail. BAB 3 Final Design Model Bisnis Bab ini menjelaskan tentang metodologi penulisan model bisnis dan value seputar bisnis model secara rinci dan juga menjelaskan apa saja manfaat dan kelebihan produk dan layanan dari pembuatan model bisnis tersebut dengan melibatkan beberapa teori yang telah ditulis sebelumnya. BAB 4 Business Plan Dalam bab ini menjelaskan mengenai strategi yang mencakup marketing, operasional, dan juga keuangan, rencana ke depan, dan juga prototyping bisnis model untuk mencapai tujuan yang ingin di capai.
12
BAB 5 Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini merupakan hasil kesimpulan dari keseluruhan bisnis yang akan diimplementasikan dan juga saran untuk kedepannya bisnis dapat berjalan dengaan lebih baik.