BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perekonomian dunia telah berkembang dengan begitu pesatnya yang antara lain ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa yang menyebabkan
banyak
perusahaan
juga
mengubah
cara
mereka
menjalankan bisnis. Perekonomian global ditandai dengan munculnya industri-industri baru yang berbasis pengetahuan. Basis pertumbuhan perusahaan berubah dari bisnis yang berdasarkan tenaga kerja (laborbased business) menjadi bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledgebased business). Labor-based business memegang prinsip perusahaan padat karya, dalam artian semakin banyak karyawan yang dimiliki perusahaan maka akan meningkatkan produktivitas perusahaan sehingga perusahaan dapat berkembang. Sedangkan, perusahaan–perusahaan yang menerapkan knowledge based business akan menciptakan suatu cara untuk mengelola pengetahuan (manajemen pengetahuan) sebagai sarana untuk memperoleh penghasilan perusahaan.
1 Pengaruh iB_VAICTM…, Rikwan Purwanto, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017
Agar dapat terus bertahan perusahaan-perusahaan mengubah dari bisnis yang berdasarkan labor based business (tenaga kerja) kearah knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan) dimana karakteristik utamanya adalah ilmu pengetahuan. Dengan penerapan knowledge based business, maka penciptaan nilai perusahaan akan berubah. Berkembangnya perusahaan akan bergantung pada bagaimana kemampuan manajemen untuk mengolah sumber daya perusahaan dalam menciptakan nilai perusahaan sehingga akan memberikan keunggulan kompetitif perusahaan yang berkelanjutan. Bisnis yang didasarkan pada ilmu pengetahuan akan menghasilkan sumber daya berupa pengetahuan yang memberikan nilai tinggi bagi perusahaan dimasa mendatang adalah Intellectual Capital (IC) (Kamilia, 2016). Intellectual Capital (IC) berperan penting dalam peningkatan nilai perusahaan.
Perusahaan
yang
mampu
memanfaatkan
Intellectual
capitalnya secara efisien, maka nilai pasarnya akan meningkat (Handayani, 2015). Fenomena mengenai intellectual capital di Indonesia mulai berkembang setelah munculnya PSAK No. 19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud. Dalam PSAK disebutkan bahwa aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007). Beberapa
2 Pengaruh iB_VAICTM…, Rikwan Purwanto, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017
contoh dari aktiva tidak berwujud telah disebutkan dalam PSAK No. 19 (revisi 2000) antara lain ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk/brand names). PSAK No. 19 (revisi 2000) telah menyinggung mengenai Intellectual Capital (IC) walaupun tidak secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa Intellectual Capital (IC) telah mendapat perhatian. Akan tetapi, dalam praktiknya perusahaan-perusahaan di Indonesia belum memberikan perhatian yang lebih terhadap ketiga komponen Intellectual Capital (IC) yaitu human capital, structural capital, dan customer capital (Faza dan Hidayah, 2014). Padahal agar dapat bersaing dalam era knowledge based business, ketiga komponen Intellectual Capital (IC) tersebut diperlukan untuk menciptakan value added bagi perusahaan (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Adanya kesulitan di dalam pengukuran intellectual capital secara langsung menyebabkan keberadaannya di dalam perusahaan sulit untuk diketahui, Pulic (2000) kemudian mengusulkan mengenai pengukuran secara tidak langsung terhadap intellectual capital dengan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan, yaitu menggunakan (Value Added Intellectual Coefficient-VAICTM).
3 Pengaruh iB_VAICTM…, Rikwan Purwanto, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017
Pengukuran kinerja intellectual capital VAIC™ ini dengan menggabungkan VACA (Value Added Capital Employed), STVA (Structural Capital Value Added), dan VAHU (Value Added Human Capital). VAIC™ dikonstruksi oleh Pulic (2000) untuk menilai kinerja intellectual capital pada perusahaan konvensional (private sector, profit motive, non syariah). Akun-akun yang digunakan dalam menghitung kinerja intellectual capital (IC) dengan VAIC™ adalah akun-akun yang lazim pada perusahaan konvensional sedangkan pada perusahaan yang akun-akunnya berbeda dengan perusahaan konvensional belum ada pengukuran kinerja intellectual capital (IC) seperti perbankan syariah yang transaksinya berbeda dengan perbankan konvensional. Perbankan yang berlandaskan syariah di Indonesia diawali oleh terbitnya UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang ditandai berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI). Pada tahun 1998 pemerintah melalui Bank Indonesia merevisi undang-undang tersebut menjadi UU No. 10 Tahun 1998 yang mengatur mengenai peraturan bank konvensional diperbolehkan membuka unit usaha yang berbasis syariah. Selanjutnya pemerintah menerbitkan UU No. 21 Tahun 2008 mengenai perbankan syariah yang memberikan landasan operasi lebih jelas bagi bank syariah, hal ini dikarenakan jumlah bank umum syariah semakin meningkat. Sumber daya perbankan yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik pula dan hasilnya akan berbeda jika dikelola oleh orang yang berbeda. Hal inilah yang menimbulkan persaingan sangat ketat dalam dunia perbankan untuk memancing sumber daya manusia intelek suatu perbankan agar berpindah pada perbankan pesaing (Maisaroh, 2012).
4 Pengaruh iB_VAICTM…, Rikwan Purwanto, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017
Di tengah-tengah perkembangan bank berbasis prinsip syariah yang kini mengalami kemajuan yang pesat belum ada instrumen (sejenis VAIC™) yang dapat digunakan untuk menilai kinerja Intellectual Capital (IC) perbankan syariah. Selanjutnya, Ulum (2013) menilai kinerja Intellectual Capital (IC) untuk perbankan syariah ini islamic banking value added intellectual Coefficient (iB_VAICTM)
penting untuk
dihasilkan sebagai modifikasi dari model yang telah ada, yaitu value added intellectual coefficient – VAIC™. VAIC™ didesain untuk mengukur kinerja intellectual capital (IC) perusahaan-perusahaan dengan jenis transaksi yang umum. Sementara perbankan syariah memiliki jenis transaksinya sendiri yang relatif berbeda dari perbankan umum konvensional. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk menguji lebih lanjut pengaruh intellectual capital dengan kinerja keuangan yang dilihat dari rasio probabilitas yaitu Return On Equity (ROE). Return On Equity (ROE) dipilih karena dalam penelitian ini sampel yang dipakai adalah perbankan, dimana perbankan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa, tepatnya jasa keuangan dengan mengunakan modal sebagai dana untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, perbankan membutuhkan modal untuk dapat beroperasi, modal menjadi faktor penting bagi perkembangan dan kemajuan bank. Wijaya (2012) Ekuitas merupakan salah satu modal yang dipakai perusahaan untuk mendapatkan aset perusahaan,
sehingga
apakah
perusahaan
dapat
meningkatkan
pengembalian pada investor. Ukuran kinerja adalah margin laba operasi, laba per lembar saham, dan return on equity (Wiradinata dan siregar, 2011).
5 Pengaruh iB_VAICTM…, Rikwan Purwanto, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017
Selain itu Intellectual Capital (IC) yang dimiliki perusahaan hanya mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan operasi perusahaan. Sedangkan untuk pendapatan maupun biaya lain yang timbul di luar kegiatan utama operasi perusahaan tidak dipengaruhi oleh Intellectual Capital (IC) yang dimiliki perusahaan (Hermawan dan Wahyuaji, 2013). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Apakah komponen Intellectual capital Islamic Banking
Value Added
yang diproksikan
dengan
Capital Employed (iB_VACA)
berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan. 2. Apakah komponen Intellectual capital Islamic Banking
Value Added
yang diproksikan
dengan
Human Capital (iB_VAHU)
berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan. 3. Apakah komponen Intellectual capital Islamic Banking
yang diproksikan
dengan
Structural Capital Value Added (iB_STVA)
berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan.
6 Pengaruh iB_VAICTM…, Rikwan Purwanto, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah penelitian di atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk menguji pengaruh positif komponen Intellectual Capital yang diproksikan dengan Islamic Banking Value Added Capital Employed (iB_VACA) terhadap Kinerja Keuangan. 2. Untuk menguji pengaruh positif komponen Intellectual Capital yang diproksikan dengan Islamic Banking Value Added Human Capital (iB_VAHU) terhadap Kinerja Keuangan. 3. Untuk menguji pengaruh positif komponen Intellectual capital yang diproksikan dengan Islamic Banking Structural Capital Value Added (iB_STVA) terhadap Kinerja Keuangan. Manfaat yang diperoleh atau diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Menambah pengetahuan, wawasan, dan pemahaman peneliti mengenai kinerja keuangan perbankan syariah. b. Memberikan hasil analisis mengenai analisis penggaruh intelluctual capital terhadap kinerja keuangan. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.
7 Pengaruh iB_VAICTM…, Rikwan Purwanto, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017
2. Manfaat Praktis a. Bagi Kreditur Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan bahan referensi bagi investor untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi. b. Bagi Debitur Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan atau bahan referensi bagi kredittur dalam pengambilan keputusan untuk peminjaman dana. c. Bagi Pihak Akademis Hasil penelitian ini memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu penegtahuan terutama penelitian yang berkaitan dengan intellectual capital.
8 Pengaruh iB_VAICTM…, Rikwan Purwanto, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017