BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
saat
ini,
menyebabkan persaingan bisnis semakin ketat. Kemampuan perusahaan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa menjadi salah satu modal dalam daya saing saat ini. Sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan serta teknologi dan inovasi dapat menciptakan nilai tambah dan keunggulan bersaing pada perusahaan. Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003), agar suatu perusahaan terus bertahan, maka perusahaan tersebut harus mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based business) menuju bisnis yang didasarkan pada pengetahuan (knowledge based
business),
sehingga karakteristik utama
perusahaannya menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan. Dalam perusahaan berbasis pengetahuan ini fakor-faktor produksi konvensional seperti peralatan, mesin, kendaraan dan aktiva tetap lainnya tidak lagi menentukan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan (Putra,
2014). Hal ini menyebabkan perkembangan
perusahaan bergerak ke arah pengelolaan sumber daya berbasis pengetahuan untuk menciptakan
nilai
perusahaan
dan
memberikan
keunggulan
kompetitif secara
berkelanjutan. Perkembangan bisnis yang didasarkan pada pengetahuan akan berdampak kepada sistem akuntansi dan pelaporannya. Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) no 8 menyatakan tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk
1
memberikan informasi keuangan yang bermanfaat bagi investor potensial dan para kreditur
dalam pengambilan keputusan untuk
membangun sumber daya bagi
perusahaan. Laporan keuangan hanya berfokus pada penggunaan aset tetap dan pengeluaran-pengeluaran konvensional dan tidak mampu menyajikan inovasi dan keunggulan kompetitif perusahaan (Kaplan dan Norton, 2004). Laporan keuangan dinilai kurang mencerminkan informasi mengenai nilai lebih perusahaan,
yaitu
berupa inovasi, penemuan, pengetahuan dan perkembangan karyawan, hubungan baik dengan konsumen yang kemudian sering disebut dengan modal pengetahuan atau modal intelektual. Menurut
Williams
(2001),
modal
intelektual
adalah
informasi
dan
pengetahuan yang terwujud dalam suatu aktivitas dengan tujuan menciptakan nilai. Mouritsen, dkk (2001) menyatakan modal intelektual adalah pengetahuan perusahaan yang memungkinkan perusahaan terus menerus beradaptasi dengan situasi kondisi yang selalu berubah. Sementara Stewart (1997) menyatakan modal intelektual sebagai pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual, dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa modal intelektual
ditekankan kepada kemampuan modal intelektual dalam
menciptakan nilai dan keunggulan kompetitif perusahaan. Menurut Bruggen, dkk (2009), pengungkapan modal intelektual dapat membantu
perusahaan
untuk
mengurangi
asimetri
informasi.
Selain
itu,
pengungkapan modal intelektual dapat meningkatkan relevansi laporan keuangan, meningkatkan kepercayaan dan loyalitas karyawan serta stakeholder lainnya, dapat memberikan
bukti
tentang
nilai
sesungguhnya 2
perusahaan
dan
kemampuan
penciptaan kekayaan perusahaan (Bruggen, dkk, 2009). Selain itu pengungkapan modal intelektual dapat memberikan informasi yang bernilai bagi investor, sehingga dapat mengurangi ketidakpastian masa depan dan membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Revolusi dan inovasi teknologi informasi dan berkembangnya masyarakat informasi semakin mendorong pentingnya modal intelektual (Guthrie dan Petty, 2000). Selain itu, mulai diakui pentingnya pengetahuan dan ekonomi berbasis pengetahuan, perubahan pola aktivitas antar perseorangan dan masyarakat serta timbulnya
inovasi
sebagai
penentu
utama
keunggulan
kompetitif
semakin
memperkuat pentingnya pengungkapan modal intelektual. Pentingnya pengungkapan modal intelektual tidak sejalan dengan praktik pengungkapan informasi modal intelektual perusahaan. Tingkat pengungkapan modal intelektual di Indonesia masih rendah, rata-rata hanya sebanyak 34,5% dari total 25 item modal intelektual (Suhardjanto dan Wardhani, 2010). Hal ini bisa terjadi karena minimnya pemakaian teknologi informasi dalam pembangunan bisnis di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia saat ini masih cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya (Abidin, 2000). Disamping itu, perusahaan-perusahaan tersebut juga belum cukup memberikan perhatian pada human capital, structural capital, dan customer capital yang merupakan elemen utama pembangun modal intelektual perusahaan. PSAK No. 19 revisi 2009 tentang aset tidak berwujud mulai memunculkan fenomena
modal
intelektual
di
Indonesia
meskipun
tidak
secara
eksplisit
menyebutkan hal tersebut. PSAK No. 19 revisi 2009 membagi aset tidak berwujud ke 3
dalam dua kelompok yaitu aset tidak berwujud yang keberadaannya dibatasi oleh ketentuan, seperti hak paten, hak cipta, hak sewa dan aset tidak berwujud yang tidak dapat dipastikan masa berakhirnya, seperti merk dagang, proses rahasia, inovasi, serta goodwill. Survey global yang dilakukan oleh Price Waterhouse-Coopers (Bozzolan, dkk, 2003) dan Taylor and Associates pada tahun 1998 (Williams, 2001), menunjukkan bahwa informasi mengenai modal intelektual perusahaan merupakan 5 dari 10 jenis informasi yang dibutuhkan pengguna. Namun, pada kenyataannya tipe informasi yang dipertimbangkan oleh investor tersebut tidak diungkapkan sehingga menyebabkan terjadinya information gap (Bozzolan, dkk, 2003). Oleh karena itu perlu diteliti bagaimanakah praktik pengungkapan modal intelektual di Indonesia khususnya pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian perusahaan,
tipe
ini
bertujuan
industri
dan
untuk
mengetahui
intensitas
research
pengaruh and
variabel ukuran
development
pada
pengungkapan modal intelektual perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan terdiri dari ukuran perusahaan, tipe industri dan intensitas research and development, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan modal intelektual. Pada umumnya perusahaan yang berukuran besar memiliki berbagai macam unit usaha yang masing-masing memiliki potensi penciptaan nilai jangka panjang (Hackstone dan Milne, 1996). Perusahaan besar juga didukung dengan sumber daya yang
memadai untuk
mengungkapkan
lebih
banyak
informasi serta memiliki
manajemen sistem informasi internal yang lebih baik sebagai hasil dari beragamnya 4
aktivitas-aktivitas dalam perusahaan besar (Ousama, dkk, 2012). Dengan demikian, melalui pengungkapan yang lebih luas akan memberi gambaran perusahaan kepada pengguna informasi keuangan. Perusahaan besar biasanya lebih banyak melakukan aktivitas dan banyak berpengaruh terhadap stakeholder. Semakin besar ukuran perusahaan, maka tuntutan akan
keterbukaan
informasi akan
semakin
besar
bila
dibandingkan
dengan
perusahaan kecil. Semakin banyak informasi yang diungkapkan akan memberikan gambaran yang lengkap suatu perusahaan kepada para stakeholder (Purnomosidhi, 2006). Salah satu informasi yang bisa diungkapkan adalah informasi mengenai modal inetelektual. Penelitian yang dilakukan Woodcock dan Whiting (2011), dan Putra, dkk (2013), industri dengan intensif modal intelektual akan mengungkapkan lebih banyak mengenai modal intelektual dibandingkan industri yang mengandalkan aset berwujud untuk memperoleh laba. Hal ini bisa dijelaskan melalui teori stakeholder dan teori legitimasi. Menurut teori stakeholder, stakeholder berhak mengetahui informasi atas aktivitas perusahaan yang mempengaruhi mereka (Vergauwen & Van Alem 2005), terutama jika mereka adalah pemegang saham minoritas yang tidak bisa mengakses informasi melalui rapat privat (Holland, 2001). Perusahaan yang mengandalkan modal intelektual akan mengungkapkan informasi modal intelektual secara sukarela, karena
laporan
keuangan
tidak
mencerminkan
sepenuhnya
informasi tentang
penciptaan nilai jangka panjang perusahaan (Putra, dkk, 2012). Sedangkan menurut teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara terus-menerus memastikan bahwa operasi mereka berada dalam batas dan norma masyarakat. Pengungkapan 5
informasi digunakan sebagai alat bagi perusahaan agar operasi serasi dengan nilainilai sosial, untuk menunjukkan image tanggung jawab sosial dan meningkatkan legitimasi sosial (Putra, dkk, 2012). Selain variabel tersebut yang muncul untuk meneliti faktor-faktor yang dapat memengaruhi pengungkapan modal intelektual, tidak banyak yang meneliti mengenai variabel intensitas research and development. Sejak tahun 2003 pemerintah Indonesia memberikan insentif pajak bagi industri yang melakukan proses research and development di Indonesia (Purnomosidhi, 2006). Badan atau perusahaan akan
diberikan pemotongan beban pajak penghasilan sebagai insentif atas biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan research and development. Pemberian insentif ini dapat mendorong kegiatan inovasi dan research and development
dilakukan
di Indonesia
sehingga
menarik
investor
asing
untuk
berinvestasi di Indonesia. Research and development dapat diartikan sebagai kegiatan menemukan pengetahuan baru tentang produk, proses, dan layanan, dan kemudian menerapkan pengetahuan baru itu untuk menciptakan produk baru dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar. Research and development merupakan salah satu infomasi
penting
dalam
menjelaskan
dan
menunjukkan
penciptaan
modal
intelektual
perusahaan (Purnomosidhi, 2006). Semakin meningkatnya intensitas research and development ini, dapat meningkatkan perhatian perusahaan akan pentingnya modal
intelektual dan pada akhirnya melakukan pengungkapan modal intelektual. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti menggunakan indeks pengungkapan modal intelektual yang berbeda. Indeks pengungkapan modal intelektual yang digunakan peneliti dikembangkan oleh Singh 6
dan Van der Zahn (2007). Selain itu, variabel intensitas research and development merupakan variabel yang jarang diteliti di Indonesia, sehingga menarik untuk dilakukan penelitian terhadap variabel tersebut.
Selama beberapa tahun terakhir penelitian tentang pengungkapan modal intelektual telah banyak dilakukan di Indonesia, seperti penelitian yang dilakukan oleh Purnomosidhi (2006), Sawarjuwono dan Kadir (2003), Suhardjanto, dkk (2010), Nugroho (2012), dan Putra, dkk (2013). Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini mengangkat judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Tipe Industri dan Intensitas Research and Development pada Pengungkapan Modal Intelektual (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian 1) Apakah
ukuran
perusahaan
berpengaruh
pada
pengungkapan
modal
intelektual? 2) Apakah tipe industri berpengaruh pada pengungkapan modal intelektual? 3) Apakah intensitas research and development berpengaruh pada pengungkapan modal intelektual? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai ukuran perusahaan pada pengungkapan modal intelektual. 2) Untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh tipe industri pada pengungkapan modal intelektual. 7
3) Untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai intensitas research and development pada pengungkapan modal intelektual. 1.4 Kegunaan Penelitian 1) Manfaat Teoritis a. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
pada
perkembangan teori di Indonesia, khususnya tentang pengungkapan modal intelektual. b. Menambah khasanah pengetahuan mengenai pengungkapan modal intelektual. 2) Manfaat Praktis a. Bagi perusahaan, diharapkan dapat dijadikan acuan untuk menentukan kebijakan-kebijakan
perusahaan
dan
membantu
memahami
pengungkapan informasi yang berkaitan dengan modal intelektual sebagai dasar penentuan pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan. b. Bagi pengguna informasi keuangan, terutama investor, diharapkan dapat
dijadikan
keputusan
acuan
investasi,
sebagai
mengingat
pertimbangan pengungkapan
dalam
membuat
informasi
yang
berkaitan dengan modal intelektual merupakan salah satu hal yang penting bagi stakeholder.
8
1.5 Sistematika Penulisan Penyusunan skripsi disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis sehingga antara bab satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan Bab ini menguraikan pendahuluan yang mengemukakan latar belakang masalah,
tujuan,
dan
kegunaan
penelitian
serta
menguraikan
sistematika penulisan. BAB II
Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini menguraikan berbagai landasan teori yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan yaitu mengenai ukuran perusahaan, tipe industri, intensitas research and development, serta pengungkapan modal intelektual
BAB III
Metode Penelitian Pada bab ini menguraikan tentang metodologi penelitian yang meliputi desain
penelitian,
lokasi penelitian,
obyek
penelitian,
identifikasi
variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV
Pembahasan Bab ini menguraikan tentang gambaran umum wilayah penelitian, deskripsi
sampel
penelitian,
9
deskripsi
data
hasil
penelitian,
pembahasan mengenai statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan pembahasan hasil penelitian BAB V
Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab sebelumnya. Pada bab ini juga dijelaskan tentang keterbatasan yang terdapat dalam penelitian serta saran yang dapat diberikan oleh penulis.
10