BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup
besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa. Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi, memberikan devisa bagi negara dan mempunyai efek pengganda ekonomi yang tinggi dengan rendahnya ketergantungan terhadap impor (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar, sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor pertanian juga dapat menjadi basis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri. Dengan pertumbuhan yang terus positif secara konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional (Antara,2009). Pertanian dalam arti luas meliputi sektor pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan. Pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dengan menggalakkan pembangunan sektor pertanian dengan sistem agribisnis dimana pembangunan dengan sistem agribisnis ini diharapkan
1
2
dapat meningkatkan kuantitas, produktivitas, kualitas, pemasaran, dan efisiensi usaha pertanian, baik yang dikelola secara mandiri maupun secara kemitraan. Saragih (2002) menekankan pentingnya pembangunan dengan pendekatan agribisnis karena beberapa hal yaitu: meningkatkan daya saing melalui keunggulan komparatif, merupakan sektor perekonomian utama daerah yang memberikan kontribusi dalam pembentukan PDB, dan kesempatan kerja serta merupakan sumber pertumbuhan baru yang signifikan. Sedangkan Antara (2009) menyebutkan peranan agribisnis dalam pembangunan nasional adalah sebagai pembentuk GDP atau penyumbang nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, penghasil devisa, pembangunan ekonomi daerah, ketahanan pangan nasional, dan lingkungan hidup. Pengembangan agribisnis yang dimaksud perlu difokuskan pada komoditas yang berpotensi sebagai komoditas unggulan yang diindikasikan oleh kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berkembang terutama pada kondisi biofisik, teknologi dan lingkungan sosial ekonomi tertentu (Erwidodo, 1998 ). Rahmat, (1999) menyatakan bahwa pengembangan komoditas hortikultura, khususnya
buah-buahan
yang
dirancang
menjadi
sumber
pertumbuhan
pembangunan pertanian yang cukup penting dalam pembangunan jangka panjang. Pengembangan aneka jenis buah-buahan diharapkan mampu memberi nilai tambah bagi produsen
dan industri pengguna serta berkembangnya sentrum
pengembangan agribisnis komoditas unggulan (SPAKU) di berbagai daerah. Komoditas hortikultura merupakan produk yang prospektif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional. Permintaan pasar baik di dalam maupun di luar negeri masih besar. Di samping itu, produk ini juga
3
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kemajuan perekonomian menyebabkan permintaan produk hortikultura semakin meningkat. Di sisi lain, keragaman karakteristik lahan, agroklimat serta sebaran wilayah yang luas memungkinkan wilayah Indonesia digunakan untuk pengembangan hortikultura tropis dan sub tropis termasuk anggur didalamnya. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan dari negara-negara penghasil buah tropis lainnya. Produksi buah tropika nusantara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada Tabel 1.1 dapat dilihat tingkat kebutuhan buah-buah dan produksi buah-buahan, dan terlihat kebutuhan akan buah-buahan pada tahun 2009 meningkat sebesar 27,22% apabila dibandingkan dengan tahun 2005 sedangkan, produksinya hanya meningkat sebesar 20,57%. Tabel 1.1 Tingkat Kebutuhan dan Produksi Buah-buahan di Indonesia Lima Tahun Terakhir (2005 sd 2009) Tahun Kebutuhan (ton) Produksi (ton) 2005 14.267.891 14.786.599 2006
15.153.063
15.193.297
2007
16.093.149
15.838.000
2008
17.091.554
16.946.000
2009
18.151.902
17.829.000
Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (dikutip Kusmahayadi, 2010). Kabupaten Buleleng yang terletak di Bali bagian utara dikenal sebagai sentra buah-buahan yaitu sentra produksi anggur Bali dan merupakan satusatunya kabupaten di Provinsi Bali yang potensial untuk pengembangan
4
komoditas anggur. Anggur Bali, telah cukup terkenal di Indonesia dan pengembangan terluas ada di Kabupaten Buleleng. Oleh karena itu, komoditas ini
layak
untuk
dikembangkan
melalui
sistem
agribisnis
yang
mempertimbangkan aspek off farm (pengadaan faktor-faktor produksi, pemasaran dan pengolahan) dan on farm (usaha tani). Adapun data pada BPS produksi anggur di Kabupaten Buleleng dari tahun 2006 sd 2008 adalah sebanyak 13.594 ton, 15.793 ton, dan 21.725 ton yang tersebar di empat kecamatan yaitu Gerogak, Seririt, Banjar, dan Sawan. Salah satu desa di Kecamatan Banjar, yang menjadi sentra pertanian anggur bali adalah Desa Banjar, yang mana hasil produk pertanian anggur tersebut pemasarannya selain di daerah Buleleng juga dipasarkan ke daerah lainnya seperti Denpasar. Diketahui hasil produksi buah anggur Desa Banjar memiliki hasil produksi tertinggi dibandingkan dengan hasil produksi desa lainnya. Hasil produksi buah anggur yang dirinci per desa/ kelurahan per tahun dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Produksi Anggur yang Dirinci per Desa/kelurahan di Kecamatan Banjar dari Tahun 2006, 2007, dan 2008 Jumlah produksi anggur per tahun (ton) 2006 2007 2008
No
Desa
1 2 3 4 5 6
Tampekan Banjar Tegehe Banjar Dencarik Temukus Kaliasem
88 79 2.053 1.885 465 180
Jumlah
4.747
Sumber : BPS (2007, 2008, dan 2009).
470 134 2.043 1.708 1.477 5.832
334 134 2.043 1.708 1.533 5.752
5
Komoditas pertanian yang dimiliki Desa Banjar, Kabupaten Buleleng yaitu anggur Bali yang cukup terkenal dengan produksi tertinggi dalam tiga tahun terakhir serta merupakan produk unggulan, yang perlu ditunjang dengan kesiapan sumber daya manusia petani dalam mengelola anggur.
Namun
diketahui sumber daya petani belum siap dalam pengelolaan anggur tersebut, karena dari penggunaan alat
dan sistem penggarapannya masih bersifat
tradisional serta hasil panen buah anggur tersebut dijual langsung tanpa diolah sebelumnya. Usahatani anggur di Kabupaten Buleleng belum mengarah ke sistem agribisnis. Selama ini petani anggur menjual hasil panennya dalam bentuk anggur segar tanpa diolah sebelumnya. Kondisi pemasaran komoditas anggur di Desa Banjar Kabupaten Buleleng dicirikan oleh pola panen yang bersifat musiman dan masih sangat tergantung pada faktor alam, harga yang sangat fluktuatif antar waktu; sifat produk cepat rusak; pemasaran masih dilakukan dalam bentuk produk mentah dan belum ada upaya untuk menjadikannya ke dalam bentuk olahan dalam skala besar. Ketergantungan terhadap iklim menyebabkan produksi tidak dapat dilakukan sepanjang tahun melainkan pada bulan tertentu. Akibatnya pada musim panen raya, produksi melimpah pada semua tingkat pasar, dan di luar musim panen, produksi menjadi langka. Pola produksi yang bersifat musiman merupakan penyebab utama fluktuasi harga yang tajam Persoalannya adalah alternatif pemasaran anggur masih sangat terbatas untuk bahan mentah saja. Belum ada altematif untuk memasarkan dalam bentuk produk olahan. Untuk ke arah agro industri, perlu melibatkan petani dan lembaga pemasaran. Disinilah diharapkan peran lembaga pemasaran menjadi optimal, tidak
6
semata mengutamakan keuntungan pribadi tetapi mendukung peningkatan nilai tambah produk dan peningkatan pendapatan petani. 1.2
Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana gambaran struktur pasar pada pemasaran komoditas anggur di Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng ?
2.
Bagaimana perilaku pasar yang terjadi dalam pemasaran anggur di Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng ?
3.
Bagaimana kinerja pasar yang terjadi pada pemasaran anggur yang di Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng ?
1.3
Tujuan Penelitian Beberapa tujuan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sehagai berikut:
1.
Mengetahui struktur pasar pada sistem pemasaran komoditas anggur di daerah sentra produksi anggur di Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.
2.
Mengetahui perilaku pasar dalam pemasaran anggur
di Desa Banjar,
Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. 3.
Mengetahui kinerja pasar pada pemasaran anggur di Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.
1.4
Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:
1.
Bagi pemerintah Penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan sistem pemasaran anggur di Kabupaten Buleleng untuk tujuan peningkatan efisiensi pemasaran dan ide dalam mengembangkan pemasaran untuk
7
meningkatkan pendapatan petani produsen, lembaga pemasaran dan meningkatkan pendapatan daerah. 2.
Bagi dunia usaha Penelitian diharapkan memberikan masukan untuk mencari altematif pemasaran yang lebih efisien untuk meminimalkan biaya pemasaran dan meningkatkan keuntungan. Memberikan ide baru dalam melakukan pengolahan sehingga dapat memberikan nilai tambah produk dan berperan membuka lapangan kerja.
3.
Bagi kemajuan ilmu pengetahuan
(1) Memberikan kontribusi positif terhadap khazanah perkembangan ilmu pengetahuan bidang pemasaran hasil pertanian. (2) Merupakan rujukan peminat ilmu pemasaran produk pertanian. 4.
Bagi Petani Penelitian ini memberikan informasi
dan bahan pertimbangan dalam
memilih saluran pemasaran yang lebih menguntungkan, dan melakukan upaya-upaya untuk menaikkan harga jual anggurnya. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten
Buleleng yang merupakan sentra pertanian komoditas anggur sebagai komoditas unggulan, yang sebagaian besar penduduknya menggantungkan hidup dari usahatani anggur. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan peneliti, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pemasaran komoditas anggur baik dari struktur pasar, perilaku pasar, maupun kinerja pasar dan untuk pemasaran anggur di wilayah Bali.