1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif, dan mampu bersaing di era global yang penuh tantangan. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan juga dapat menjadi identitas diri bagi kemajuan sebuah bangsa. Bangsa dan negara yang maju selain diukur dari sistem ekonominya juga diukur dari kualitas para peserta didiknya, maka sudah menjadi kewajiban suatu negara untuk terus memperbaiki kualitas pendidikannya. Adapun tujuan daripada pendidikan nasional itu adalah mensukseskan proses belajar mengajar disekolah yang tertuang di dalam Undang-Undang
Republik
Indonesia tentang sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 3 (Indriyati, 2013:3) yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk perkembangannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan peserta didik setelah menyelesaikan/memperoleh pengalaman belajar. Tujuan pendidikan dicapai dengan maksimal, tidak hanya menjadi tugas seorang guru, melainkan menjadi peran orang tua, masyarakat, dan peserta didik itu sendiri, karena pendidikan erat kaitannya dengan belajar. Belajar merupakan
2
tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh peserta didik sendiri. Peserta didik adalah penentu terjadinya atau tidak terjadi suatu proses belajar. Peserta didik belajar tidak hanya disekolah, melainkan di keluarga, dan masyarakat, itu sebabnya orang tua dalam ruang lingkup keluarga serta masyarakat dapat menjadi penentu berhasilnya proses belajar mengajar bagi peserta didik. Untuk melihat keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran, ranah yang dinilai atau ingin diketahui guru tidak hanya pada ranah kognitifnya saja yang berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual, melainkan ranah afektif yang berhubungan dengan minat, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi, serta ranah psikomotorik yang berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf. Berdasarkan pengamatan peneliti di MTs An-Nur Palangka Raya kelas VII ruang B, tingkah laku peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mata pelajaran Ekonomi di dalam kelas beraneka ragam, ada yang selalu tidak membawa buku paket, ada yang selalu tertidur ketika guru menjelaskan, ada yang selalu izin keluar kelas, dll. Tingkah laku peserta didik yang cenderung tidak stabil ini disebabkan karena berbagai macam faktor. Misalnya; peserta didik belum siap menerima pelajaran, peserta didik tidak dapat berkonsentrasi dengan baik, peserta didik terlihat pasif dengan tidak pernah bertanya dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik masih ingin bermain, metode pembelajaran yang monoton, serta pengaruh keluarga di rumah dan sebagainya.
3
Kurangnya motivasi belajar peserta didik terhadap pelajaran juga terjadi dikarenakan peserta didik tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan belum ada kesadaran betapa pentingnya mata pelajaran Ekonomi dipelajari, akibatnya peserta didik tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Kurangnya motivasi belajar peserta didik tersebut berdampak pada nilai tugas bahkan nilai UTS (Ujian Tengah Semester). Pada saat itu peneliti melihat hasil belajar peserta didik rata-rata dibawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 70, dari 35 peserta didik hanya 10 orang yang mencapai KKM, apabila hal ini berlanjut terus menerus maka akan berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik. Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Model pembelajaran aktif nampaknya menjadi jawaban atas rendahnya motivasi pembelajaran peserta didik khususnya di Madrasah, maka dari itu peneliti berusaha untuk menerapkan motivasi belajar peserta didik, melalui model STAD (Student Team Achievement Division). Peneliti ingin mengetahui bagaimana aktivitas model STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VII ruang B Mts An-Nur Palangka Raya pada mata pelajaran Ekonomi. Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya meningkatkan motivasi belajar IPS Ekonomi melalui model STAD (Student Team Achievement Division) pada kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya tahun pelajaran 2013/2014”.
4
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya motivasi belajar peserta didik saat guru menjelaskan. 2. Kurangnya motivasi bertanya peserta didik ketika guru menjelaskan. 3. Kurangnya motivasi belajar tersebut dikarenakan model pembelajaran yang monoton. 4. Kurangnya keaktifan peserta didik ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. 5. Hasil belajar peserta didik belum mencapai KKM. C. Batasan Masalah Agar penelitian ini menjadi terarah dan untuk menghindari luasnya masalah yang diteliti, maka penulis memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut: 1. Yang diteliti hanyalah motivasi belajar khusus mata pelajaran IPS Ekonomi, materi pola kegiatan Ekonomi Penduduk berdasarkan pemanfaatan lahan dan yang tidak memanfaatkan lahan, serta kegiatan Ekonomi berdasarkan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan Bumi. 2. Peserta didik yang diteliti, kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya tahun pelajaran 2013/2014. 3. Model pembelajaran yang digunakan adalah STAD (Student Team Achievement Division).
5
D. Rumusan Masalah Bertitik tolak belakang
dari identifikasi masalah dan batasan masalah
tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalah “Apakah penggunaan model STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya?”. E. Alternatif Pemecahan Masalah Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka alternatif pemecahan masalah yang diterapkan adalah “Penggunaan model STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar IPS Ekonomi peserta didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya secara individual”. F. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah, “Untuk dapat mengetahui penggunaan model STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar IPS Ekonomi pada kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya”. G. Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi peneliti selanjutnya yang lebih mendalam. 2. Bagi pengembangan keilmuan, penelitian ini dapat memberikan sumbangan terkait mengatasi masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran Ekonomi, khususnya pada materi kegiatan Ekonomi masyarakat (penduduk)
6
berdasarkan penggunaan lahan, dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan Bumi pada. 3. Penelitian
ini
bermanfaat
untuk
menambah
informasi
sebagai
bahan
perbandingan dan tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di MTs An-Nur Palangka Raya. 4. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi dan saran yang membangun untuk peningkatan motivasi membimbing peserta didik agar dapat mencapai prestasi belajar yang membanggakan, khususnya pada mata pelajaran Ekonomi. 5. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik saat proses pembelajaran Ekonomi, khususnya kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya. 6. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi, dan memberi refrensi bagi peneliti lainnya, dalam meneliti hal yang sama/pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Analisis Teoretis 1.
Pengertian Motivasi Menurut Imron (Siregar dan Nara, 2010:49) menjelaskan bahwa Motivasi berasal dari bahasa Inggris
motivation, yang berarti mendorong,
menyebabkan, dan merangsang”. Menurut Donald (Hamalik, 2011:158) menyatakan motivasi sebagai berikut: Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan atau reaksi untuk mencapai tujuan, (a) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, (b) motivasi ditandai dengan timbulnya ketegangan psikologis yang artinya jika seseorang terlibat dalam suatu diskusi,dia tertarik dengan masalah yang sedang dibicarakan maka dengan cepat ia mengeluarkan kata-kata yang lancar dan cepat akan keluar, (c) motivasi ditandai dengan adanya reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Dewey (Hamalik, 2011:157), ”Motivasi adalah dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar tingkat ketekunan peserta didik sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan oleh motif tersebut”. Menurut Suryabrata (Siregar dan Nara, 2010:49) menyatakan bahwa “Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan”. Dari pengertian beberapa ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan
8
bahwa motivasi merupakan hal yang penting dimiliki oleh peserta didik, karena jika peserta didik termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, maka peserta didik akan lebih mudah menerima dan menyerap ilmu yang disampaikan oleh pendidik. Peserta didik akan terdorong untuk lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan motif untuk mendapatkan nilai dan prestasi belajar yang baik. Pada kenyataannya motif belajar setiap orang berbeda antara satu sama lain. Ada peserta didik yang rajin belajar karena memang ingin menuntut ilmu, adapula peserta didik yang belajar karena mempunyai motif sekedar mendapat nilai bagus atau lulus ujian. Semakin banyak motif yang ada pada diri seseorang, maka akan semakin kuatlah motivasi belajarnya. Tiga komponen dasar yang dapat menumbukan motivasi dalam diri individu adalah kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasakan ketidak seimbangan antara yang ia miliki dengan yang ia harapkan, sementara dorongan merupakan kekuatan mental yang berorentasi pada pemecahan harapan atau pencapaian tujuan, dorongan yang berorentiasi pada tujuan adalah inti dari motivasi, dan tujuan tersebut lebih mengarahkan kepada perilaku dalam hal ini perilaku belajar. 2.
Jenis dan Sumber Motivasi Menurut Frandsen (Sardiman, 2011:89) mengemukakan banyak jenis motivasi, namun jenis motivasi yang sering terdapat dalam diri peserta didik, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
9
Akan diuraikan sebagai berikut : Motivasi Instrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu, tanpa adanya rangsangan dari luar, sementara motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena danya rangsangan dari luar, misalnya dengan adanya pemberian hadiah, pujian, atau nilai yang tinggi, dan faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional. Menurut Hamalik (2011:163) “Motivasi instrinsik dalam realitasnya lebih memiliki daya tahan yang kuat dibandingkan motivasi ekstrinsik. Hal ini terjadi karena faktor ekstrinsik dapat mengakibatkan motivasi individu dalam hal ini peserta didik menjadi berkurang ketika faktor ekstrinsik tersebut mengecewakan individu”. Sesungguhnya sulit untuk menentukan mana yang lebih baik antara motivasi instrinsik dan ekstrinsik, karena kebutuhan setiap individu berbeda. Untuk itu diperlukan pehaman dalam nilai-nilai motivasi pada usaha guru membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Dengan adanya nilai-nilai motivasi, guru dapat dengan mudah menumbuhkan motivasi pada diri peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran ekonomi. Menurut Hamalik (2011:161) motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut: (1)Motivasi menentukan tingkat berhasil atau tidaknya belajar peserta didik, (2) pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada peserta didik, (3) pengajaran yang bermotivasi menuntuk kreativitas dan imajinasi guru untuk membangkitkan dan memelihara motivasi belajar peserta didik, (4) disiplin kelas dapat pula bertujuan untuk membangkitkan dan memelihara motivasi belajar peserta didik, karena motivasi dalam belajar erat kaitannya dengan disiplin kelas, (5) asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada asas-asas mengajar, karena dapat menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif.
10
3. Cara-cara Menumbuhkan Motivasi Menurut Sardiman (2007:92), ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar pada peserta didik sebagai berikut: 1) Memberi angka; angka dalam hal sebagai simbol dari nilai kegiatan pembelajaran, peserta didik mendapat angka-angka ( nilai ) yang baik dapat dengan cepat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. 2) Hadiah; dengan memberikan hadiah juga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, namun kelemahan dalam pemberian hadiah ini, ialah peserta didik tertarik belajar hanya untuk hadiah, jika tidak ada hadiahnya, maka peserta didik tidak akan tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran. 3) Saingan /kompetensi; kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar peserta didik. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok yang dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. 4) Ego-involvement; menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik agar dapat merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga berkerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. 5) Pujian; pada umumnya semua peserta didik sangat senang jika dipuji. Pujian diberikan jika peserta didik berhasil mengikuti kegiatan belajar dengan baik, setelah dipuji biasanya peserta didik akan lebih antsusias untuk mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya. 6) Memberi ulangan; peserta didik akan lebih antusias dalam mengikuti kegiatan epmbelajaran jika diadakan ulangan. 7) Mengetahui Hasil; jika nilai ulangan atau tugas peserta didik tidak baik, maka peserta didik akan termotivasi untuk mendapat nilai yang baik dengan giat belajar, apalagi jika nilai peserta didik baik hal itu akan menambah motivasi belajar peserta didik. 8) Hukuman; hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijak, akan dapat menumbuhkan motivasi belajar pserta didik. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. 9) Hasrat untuk belajar; berarti ada unsur kesengajaan, atau ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. 10) Minat; minat tentu sangat berkaitan dengan motivasi, motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. 11) Tujuan yang diakui; menjelaskan tujuan yang jelas dan baik akan dapat dengan mudah diterima peserta didik, karena tujuan merupakan alat motivasi yang sangat penting, jika peserta didik mengetahui
11
tentang tujuan suatu mata pelajaran dipelajari, maka motivasi belajar dapat dengan mudah tumbuh dalam diri peserta didik. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar peserta didik tumbuh jika ada rangsangan dari luar, terutama rangsangan yang diberikan oleh guru dan orang tua. Dengan adanya motivasi belajar peserta didik, maka peserta didik akan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan dapat pula memacu motivasi belajar teman sekelasnya yang masih belum termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 4. Ciri-ciri Motivasi belajar Menurut Freud (Sardiman, 2011:83), mengemukakan adanya beberapa ciri-ciri motivasi, sebagai berikut: 1) Tekun dalam mengerjakan tugas dan tepat waktu dalam menyerahkan tugas tersebut. 2) Ulet menghadapi kesulitan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. 4) Lebih senang bekerja secara mandiri. 5) Selalu mencari hal-hal yang baru. 6) Dapat mempertahankan pendapatnya. 7) Tidak mudah melepaskan diri dari hal yang diyakininya itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Sedangkan menurut Handoko (2006:59) untuk mengetahui kekuatan motifmotif yang sedang menguasai seseorang pada umumnya dapat dilihat melalui: a) b) c) d) e)
Kuatnya kemauan untuk berbuat. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar. Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain. Kerelaan mengeluarkan biaya demi perbuatan itu. Ketekunan dalam mengerjakan tugas-tugas.
Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, motivasi sangat penting dimiliki peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan
12
pembelajaran akan berhasil baik jika peserta didik tekun mengerjakan tugas dan ulet dalam memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Peserta didik yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu rutininitas dan mekanis, dapat mengatur jumlah watu yang semaksimal mungkin untuk belajar. Peserta didik harus mampu mempertahankan pendapatnya, kalau peserta didik sudah yakin dipandangnya cukup rasional. Tidak hanya itu saja, dengan memiliki motivasi belajar, peserta didik akan lebih peka dan reponsif dalam memecahkan masalah umum, dan dapat memikirkan pemecahannya serta segera bertindak untuk memecahkan masalah tersebut. 5. Peran Motivasi belajar bagi peserta didik Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar dan hasil belajar akan optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan berhasil pula pula mata pelajaran tersebut disampaikan oleh guru. Motivasi juga akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi peserta didik. Menurut Sardiman (2011:85) peran dari motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini dapat menjadi penggerak bagi peserta didik untuk dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, 2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan harus dilaksanakanb sesuaidengan rumus tujuan yang ada, 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
13
Sedangkan menurut Hamzah (2009:23) hakikat motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Adanya hasrat dan keinginan berhasil, Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, Adanya harapan dan cita-cita masa depan, Adanya penghargaan dalambelajar, Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, Adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Pada diri peserta didik terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut dapat dari berbagai sumber, peserta didik belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa perhatian, kemauan, dan cita-cita. Dalam kegiatan belajar motivasi belajar perlu dimiliki oleh setiap peserta didik, karena jika peserta didik tidak memiliki motivasi yang kuat mengenai hal yang sedang ia pelajari, maka ia juga tidak dapat menentukan kemana tujuan yang harus ia capai dalam mengikuti maupun setelah mengikuti kegiatan belajar. Jika motivasi sudah dimiliki oleh seorang peserta didik, maka dia juga lebih semangat untuk menggapai cita-citanya dan yang paling penting peserta didik juga semangat untuk mengikuti pelajaran apa saja yang sedang disampaikan oleh guru, meskipun diwaktu siang. Hal ini juga akan memudahkan pekerjaan guru dalam menyampaikan suatu materi, karena peserta didiknya semangat dalam menerima materi yang akan diajarkan tersebut. 6. Indikator Motivasi Belajar Sebagaimana motivasi belajar yang telah diurai tersebut di atas, menurut Asrori (2007:84), bahwa indikator untuk mengetahui peserta didik yang memiliki motivasi dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
14
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Memiliki gairah yang tinggi. Penuh semangat. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa( peserta didik) untuk mengerjakan sesuatu. Memiliki rasa percya diri. Memiliki tingkat konsentrasi yang lebih tingi. Kesulitan sebagai tantangan yang harus diatasi. Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.
Sementara indikator peserta didik yang memiliki motivasi rendah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Perhatian terhadap pelajaran kurang. Semangat juangnya rendah. Mengerjakan sesuatu merasa dimintai membawa beban yang berat. Sulit untuk bisa “jalan sendiri” ketika diberikan tugas oleh guru. Memiliki ketergantungan terhadap orang lain. Bisa jalan kalau “sudah dipaksa”. Daya konsentrasi kurang. Mereka cenderung membuat kegaduhan. Mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika menghadapi kesulitan.
Maka dari itu, diharap guru dapat lebih peka dan cepat tanggap ketika melihat peserta didik yang tidak termotivasi, dan untuk peserta didik yang sudah termotivasi, diharap dapat menjadi contoh bagi teman-teman sekelasnya, agar dapat memacu untuk lebih termotivasi lagi. 7. Pengertian Belajar IPS Ekonomi Belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku, atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman pada peserta didik. Belajar juga dapat menjadikan suatu kebutuhan manusia yang sangat penting dalam usaha mempertahankan dan mengembangkan potensi dirinya.
15
Menurut Thorndike (Hamzah, 2006:11) bahwa “Belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga bisa pikiran,perasaan atau gerakan)”. Menurut Prawira (2012:228) menyatakan bahwa pengertian belajar sebagai berikut: Belajar didefinisikan suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk meningkatkan kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, perubahan kualitas kemampuan tadi bersifat permanen. IPS merupakan sumber dari berbagai macam ilmu pengetahuan. IPS berkembang terus sesuai dengan kebutuhan manusia dan pembangunan, khusunya di Indonesia. Proses selanjutnya berkembang disekolah dan perguruan Tinggi sesuai dengan perkembangan kurikulum. Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan
kebutuhannya.
IPS
berkenaan
dengan
cara
manusia
memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya, memamfaatkan sumber-daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, menurut Eryadi (2007:23) “IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat”. Mata pelajaran IPS yang diajarkan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) disebut dengan IPS Terpadu yang teridiri dari Mata Pelaran Ekonomi, Sejarah, Geografi, dan, Sosiologi. Maka dari itu mata pelajaran Ekonomi termasuk kedalam cabang IPS.
16
Menurut Ruslikan (2011:33) “Ilmu Ekonomi mempelajari tentang kemampuan masyarakat dalam mengelola SDA (Sumber Daya Alam) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya”. Sementara menurut Cohn (Fattah, 2009:17) menyatakan bahwa Ekonomi adalah sebagai berikut ini: Ekonomi dalam pendidikan adalah suatu studi tentang bagaimana manusia, baik secara individu maupun perorangan maupun di dalam kelompok masyarakatnya membuat keputusan dalam rangka mendayagunakan sumber daya yang terbatas agar dapat dipergunakan sebaik mungkin dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut. Sedangkan menurut Martin dan Miller (Ruslikan, 2011:33) tugas utama ilmu Ekonomi adalah sebagai berikut: Untuk menjelaskan persamaan-persamaan esensial dan hakikat perbedaan-perbedaan dalam kehidupan Ekonomi masyarakat yang berbeda itu, sehingga seseorang dapat memahami dengan lebih baik tentang kondisi-kondisi tempat dia hidup dan memahami alternatifalternatif yang berguna baginya. Seorang ahli ekonomi dapat melakukan pengumpulan dan analisis data tentang sistem Ekonomi. Sistem Ekonomi yang dimaksud dalam Ruslikan (2011 : 34) “Pola tatanan atau mekanisme dalam kehidupan perekonomian”. Kegiatan Ekonomi penduduk umumnnya mempunyai pola berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi. Pola kegiatan Ekonomi penduduk banyak ditentukan oleh keberadaan penduduk tersebut bertempat tinggal di permukaan bumi ini. Pekerjaan yang rutin dilakukan dan mendatangkan nafkah dinamakan mata pencaharian. Hal ini bisa dilihat dari corak kehidupan masyarakat setempat. Berdasarkan ciri yang dimilikinya, kehidupan penduduk dapat dibedakan menjadi dua corak kehidupan penduduk setempat.
17
Mata pencaharian penduduk yang memiliki corak sederhana biasanya sangat berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan SDA (Sumber Daya Alam) yang
ada. Contohnya Pertanian, Perkebunan, Perternakan dan lain-lain.
Sementara mata pencaharian penduduk yang memiliki corak modern biasanya lebih mendekati sektor-sektor yang tidak terlalu memanfaatkan lahan dan SDA (Sumber Daya Alam) yang ada, seperti jasa, transportasi, perdagangan, dan pariwisata. 8. Jenis Model Pembelajaran Model pembelajaran menurut Hanafiah dan Suhana (2012:41), menerangkan bahwa “Model pembelajaran merupakan pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaftif maupun generatif”. Model Pembelajaran yang Dikembangkan oleh Sejumlah Ahli, (Warsono dan Haryanto, 2012:194) adalah sebagai berikut: 1) Jigsaw. Mendorong peserta didik untuk terbiasa berfikir dari bagianbagian menuju ke pemikiran yang bersifat holistik, melihat keterpaduan antara bagian yang membentuk subjek bahan ajar secara utuh. 2) Student Teams Achievment Division (STAD. Merupakan model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk saling berkerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan suatu masalah, tetapi pada akhirnya bertanggung jawab secara mandiri. Model ini dapat pula meningkatkan motivasi belajar peserta didik secara individual. 3) Teams Game Tournament (TGT). Mendorong peserta didik untuk bermain sambil berfikir, berkerja dalam suatu tim dan kompetitif terhadap tim yang lain. 4) Team Assisted Individualization (TAI). Mendorong peserta didik baik secara individual maupun dalam suatu tim dan kompetitif terhadap tim yang lain. 5) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Model pembelajaran yang digunakan untuk mendorong peserta didik berkerja sama dalam sebuah tim.
18
6) Think Pair Share. Model pembelajaran yang digunakan untuk mendorong peserta didik agar dapat terbiasa berfikir mula-mula secara mandiri, kemudian berkerja secara berpasangan. 7) Timed Pair Share, dikembangkan oleh Kagan. Model pembelajaran mendorong peserta didik dapat saling berkerja sama dengan pasangannya serta meningkatkan kegesitan peserta didik secara mandiri. Peserta didik yang sudah berpasangan diberi nomor dan waktu dalam menjawab paling lama dua menit. 8) Cooperative Script. Mendorong peserta didik terbiasa membuat ringkasan atau resume dari suatu konsep (dalam pembelajaran dapat berupa sinopsis), serta mendorong peserta didik untuk terbiasa mengungkapkan gagasannya sendiri, maupun mendengarkan orang lain berbicara dengan penuh perhatian. 9) Cooperative Scripting. Model pembelajaran Cooperative Scripting adalah pengembangan dari model Cooperative Script, namun pada model ini peserta didik tidak hanya didorong terbiasa dalam membuat ringkasan atau resume, namun juga diberi kesempatan untuk memiliki daya ingatan yang tajam dan terbiasa membaca cepat 500600 kata dan membacakannya di depan kelas. 10) Complex Instruction. Model pembelajaran yang digunakan membangkitkan pemikiran tingkat didik peserta didik, meningkatkan kompetensi dari peserta didik yang memiliki kecakapanbelajar rendah, serta ketergantungan peserta didik terhadap guru akan seminimal mungkin. 11) Intermitttent Focused Discussions.. Model pembelajaran ini untuk mendorong dan membangkitkan timbulnya kerja sama antara dua orang yang bersebelahan duduknya, peserta didik diharapkan senantiasa memerhatikkan penjelasan guru tentang segmen-segmen bahan ajar yang diajarkan secara berselang-seling. 12) Academic Controvens. Model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk berfikir secara aktif dan menekankan yang tinggi karena mendiskusikkan di dalam kelompok adanya suatu dilema atau topik bahan ajar yang kontroversial. 13) Round Rabin atau Rally Robin. Model pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik untuk terbiasa berfikir secara alternatif dalam kelompok peserta didik, mengungkapkan gagasannya dalam kalimatnya sendiri (parafrasa) serta melatih peserta didik agar dapat berfikir secara hati-hati dan sabar. 14) Round Table. Dalam model pembelajaran Round Table, peserta didik menuliskan jawaban yang telah diberikan guru dalam sehelai kertas dan jawaban itu kemudian diserahkan kepada anggota tim yang lain. Kemudian anggota tim yang lain mengoreksi dan memberi tanggapan jika jawaban yang di jawab oleh anggota kelompok lain tidak tepat, model ini dapat membangkitkan kemampuan berfikir dan berfikir peserta didik secara kritis.
19
15) Telephone. Model pembelajaran Telephone digunakan untuk mendorong peserta didik berfikir secara mandiri, menyimak presentasi guru secara teliti dan hati-hati, terbiasa mengajari temannya yang lain serta percaya kepada orang lain. 16) Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), untuk mendorong peserta didik berfikir dalam suatu tim dan berani tampil mandiri. 17) Carousel. Model pembelajaran Carousel adalah dapat mendorong peserta didik untuk berfikir secara cepat pada tim yang berubah-ubah, peserta didik saling bertukar fikiran untuk menjawab pertanyaan guru. 18) Stir the Class. Model pembelajaran Stir the Class juga dapat mendorong peserta didik saling berkerja samamenjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara acak, kegiatan ini dilakukan dengan memanggil nomor yang lain sampai pertanyaan yang tersedia atau waktu pembelajaran habis. 19) Pairs Compaire. Pada model pembelajaran Pairs Compaire peserta didik juga dituntut agar dapat berfikir secara aktif dan lebih cepat sebelum waktu yang diberikan oleh guru habis. 20) Partners. Pada model pembelajaran parners, peserta didik didorong untukberfikir spontan dan berani mengajarkan kepada temantemannya. 21) Three Minutes Review(TMR). Three Minutes Review(TMR), adalah model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mendengarkan dengan cermat dan menjawab pertanyaan guru secara spontan. 22) Find Someone Who. Model pembelajaran ini mendorong peserta didik untuk berfikir secara dinamis dan siap menjawab pertanyaan yang diajukan dalam suatu LKS. Sedangkan model pembelajaran yang dikembangkan oleh bberapa ahli lainnya dalam Hanafiah dan Suhana (2012:42) adalah sebagai berikut: 1) Example Non Examples. Mendorong peserta didik untuk dapat berfikir kritis menganalisa gambar yang diberikan oleh guru, dan mendorong peserta didik agar dapat memiliki rasa percaya diri dengan maju kedepan menjelaskan gambar yang telah dijawab oleh peserta didik. 2) Ficture And Ficture. Mendorongpeserta didik untuk dapat berfikir cepat dan aktif mengurutkan gambar dalam waktu yang ditentukan oleh guru. 3) Artikulasi. Mendorong peserta didik untuk memiliki kemampuan berbicara menjelaskan materi pelajaran yang diberikan oleh guru dengan materi pembelajaran yang berbeda dengan teman sebangkunya.
20
4) Role Playing. Mendorong peserta didik agar dapat lebih aktif dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi serta mampu berbicara dengan baik ketika memerankan dialog yang sedang dimainkan. Model ini lebih tepat diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Kesenian. 5) Student Facilitator and Explaining. Mendorong peserta didik untuk dapat memiliki kepercayaan diri yang tinggi ketikan menjelaskan materi pembelajaran berdasarkan arahan dari guru. 6) Demonstration. Dapat mendorong peserta didik untuk berfikir kritis menganalisa terkait penjelasan dari peserta didik lainnya, pada model ini pserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok. Dari pemaparan para ahli di atas, peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division), karena menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:74) “Model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division) sangat tepat memotivasi belajar peserta didik”. 9. Pengertian STAD (Student Teams Achievment Division) STAD (Student Teams Achievment Division) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam Cooperative Learning yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, karena model ini sangat afektif diterapkan untuk menumbuhkan minat belajar dan hasil belajar peserta didik. Menurut Silberman (2010:164) model STAD (Student Teams Achievment Division) adalah sebagai berikut: Model yang memberi tanggung jawab kepada peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran dan menjelaskan isinya dalam kelompok tanpa dibantu guru. Tugasnya harus cukup spesifik sehingga sesi pembelajaran dapat menjadi efektif dan kelompok dapat mengatur dirinya sendiri. Menurut Slavin (Rusman, 2011:213) model STAD (Student Teams Achievment Division) merupakan “Variasi pembelajaran kooperatif yang paling
21
banyak diteliti, model ini juga mudah diadaptasi dalam matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, teknik dan banyak subyek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi”. 10. Kelebihan STAD (Student Teams Achievment Division) Menurut Kagan (Warsono dan Hariyanto:243) kelebihan STAD (Student Teams Achievment Division) adalah sebagai berikut: a) Meningkatkan saling pengertian antar ras dan antar etnik, Berdasar kajian meta-analisis ukuran dampaknya ( effect sizes, suatu istilah statistik meta-analisis) bahkan lebih besar dampaknya terhadap prestasi akademis. Pada intinya, dalam Cooperative Learning khususnya model STAD (Student Teams Achievment Division) peserta didik menumbuhkan rasa pengertian peserta didik untuk saling menerima dan menghargai perbedaan secara signifikan. b) Meningkatkan tumbuhnya empati, Dalam model STAD (Student Teams Achievment Division), para peserta didik dapat saling memahami perasaan dan berempati terhadap yang dirasakan orang lain, walaupun berbeda ras, dan berbeda tingkat ekonomi. c) Mempeerat hubungan sosial, Peserta didik dapat diterima oleh sesama rekannya dengan baik, mereka juga dapat saling peduli. Dengan begitu dapat mempeerat hubungan sosial dengan semua peserta didik. d) Meningkatkan tanggung jawab peserta didik, Pada model STAD (Student Teams Achievment Division) setiap peserta didik didalam kelompok dituntut untuk dapat menjawab soal yang telah diberikan guru, dan bertanggung jawab penuh untuk mengerjakan soal-soal tersebut dengan baik dan benar. e) Meningkatkan kecakapan sebagai pekerja, Peserta didik dapat belajar banyak bagaimana saling bergantung secara positif dalam sebuah tim. Dari pendapat para ahli tentang kelebihan STAD (Student Teams Achievment Division) tersebut di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran tersebut tidak hanya dapat meningkatkan motivaasi belajar peserta didik, tapi juga dapat mengajarkan peserta didik untuk bisa lebih bersosialisasi dengan teman satu kelompoknya dan dapat lebih bertanggung jawab dengan tugas-tugasnya.
22
11. Kelemahan STAD (Student Teams Achievment Division) Menurut
Dess
(http://hayardin.com/2013/02/kelemahan-model
pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html:20 Maret 2014) mengemukakan empat kelemahan dalam STAD (Student Teams Achievment Division) yaitu: a) Membutuhkan kemampuan khusus guru, ialah guru harus lebih menguasai model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division), apabila guru tidak menguasai model tersebut, maka guru akan kesusahan untuk menerapkannya kepada peserta didik.
b) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru, maksudnya ialah menerapkan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division), karena guru harus terlebih dahulu memepelajari model tersebut,
hal tersebut sangat menyita waktu guru dan membutuhkan waktu yang lama. c) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid. Dalam model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division), membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menerapkannya, sehingga murid sulit mencapai target kurikulum. d) Menuntut sifat tertentu dari murid (peserta didik). Dalam model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division) peserta didik dituntut harus lebih aktif, maka peserta didik akan merasa sedikit terbebani dalam kegiatan diskusi. Model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division) tidak selalu efektif dan memudahkan guru untuk
meningkatkan motivasi belajar
peserta didik, akan tetapi ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan model pembelajaran ini, baik itu yang berasal dari persiapan maupun pelaksanaan model tersebut. 12. Tahap pembelajaran model STAD (Student Teams Achievment Division) Menurut Slavin (Isjoni 2009:74) model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division) yang dilakukan sebagai berikut: 1) Penyajian Materi. Penyajian materi hal utama yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, guru menjelaskan isi materi dan tujuan materi yang sedang disampaikan, agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
23
2) Kegiatan kelompok. Setelah guru menyampaikan materi pembelajaran, maka yang selanjutnya dilakukan adalah membentuk kelompok, yang terdiri dari 4-6 orang, anggota kelompok diharapkan heterogen, supaya peserta didik dapat lebih berbaur dengan baik di dalam kelompok. 3) Tes Individual. Selanjutnya yang dilakukan guru setelah menyampaikan materi dan membentuk kelompok adalah dengan memberikan soal(tes) kepada peserta didik, secara individual. 4) Menghitung Skor Individu. Setelah diberi tes, maka guru memberikan skor (nilai), kemudian nilai tersebut dicantumkan didalam tabel perkembangan individu. 5) Penghargaan Kelompok. Nilai yang dihasilkan oleh peserta didik dalam tes individu kemudian di jumlahkan dengan anggota kelompok lain dan dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi, kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super. Dalam melaksanakan tahap-tahap model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division), diharap dapat terlaksana secara sistematis dengan waktu yang efektif. 13. Upaya meningkatkan motivasi belajar menggunakan model STAD (Student Teams Achievment Division) Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan belajar dapat diartikan sebagai 22 suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan oleh peserta
didik sebagai objek dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan utama peserta didik dalam belajar adalah untuk mendapatkan hasil(nilai) dan prestasi yang baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peserta didik diharuskan memiliki motivasi belajar, agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Maka dari itu dengan melalui model STAD (Student Teams Achievment Division) diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan hasil belajar pada
24
peserta didik. Agar peserta didik terus bersemangat dalam mendapatkan nilai dan prestasi yang baik di kelas. B. Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eka Fitriani (http://digilib.uinsuka.ac.id/3221/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf:07
Januari
2014) dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Cooperatif Learning tekhnik STAD (Student Teams Achievment Division) sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Qur’an Hadis dikelas VIII D MTsN Wates Kulon Progo Yogyakarta”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eka Fitriani dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Qur’an Hadis, hal tersebut dapat terlihat pada observasi pada observer awal 35,5%, kemudian siklus I 68,3% menjadi 80,7% pada siklus II, ada peningkatan kekatifan sebesar 45,2%, untuk motivasi belajar peserta didik, dari observasi awal 29,6%, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 65,8% dan menjadi 87,8% pada siklus II, sehingga peningkatan yang terjadi sebesar 58,2%. Sedangkan
berdasar
penelitian
dari
Siti
Faiqatul
Himmah
(http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42268:07 Januari 2014) dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif tekhnik STAD untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa kelas VIII di SMP Sriwedari Malang”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Faiqatul Himmah tekhnik STAD dapat pula meningkatkan motivasi dan hasil belajar, yakni sebelum diberi tindakan motivasi dan haisl belajar peserta didik rata-rata 52,76% , setelah diberi tindakan pada siklus I, rata-rata meningkat menjadi 73,43%. Demikian juga pada siklus II,
25
terdapat peningkatan motivasi belajar peserta didik rata-rata 77,81%, setelah diberi tindakan pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 92,22 %. C. Kerangka Berfikir Dari pengertian dan penelitian yang relevan tersebut di atas, maka motivasi belajar perlu dimiliki oleh peserta didik. Karena motivasi adalah perubahan energi untuk mencapai suatu tujuan, apabila peserta didik tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan, maka tidak kan terjadi perubahan di dalam diri peserta didik dan hasil belajar peserta didik akan selalu rendah. Itu sebabnya perlu variasi model pembelajaran, agar dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. D. Hipotesis Tindakan Hipotesis penelitian menurut Arikunto (Rujiadi, 2009:28) berpendapat bahwa “Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Dalam penelitian ini dapat dihipotesiskan bahwa “Penggunaan model STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya”.
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu dalam penelitian ini dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan sejak bulan Desember sampai bulan Juni pada tahun pelajaran 2013/2014. Adapun jadwal penelitian sebagaimana terlampir. 2. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di MTs An-Nur Palangka Raya yang berlokasi dijalan S. Parman no 31 Palangka Raya. Peneliti memilih sekolah tersebut, karena lokasi MTs An-Nur Palangka Raya sangat strategis, sehingga mudah dijangkau dan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) juga cocok untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik kelas VII di MTs An-Nur Palangka Raya. B. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Denzim dan Lincoln (Indriyati, 2013:32) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan metode yang ada”. Sedangkan menurut Sugiyono (2010:15) menyebutkan metode penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
27
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi Pada penelitian ini penulis menyelidiki fenomena yang sudah terjadi berdasarkan latar alamiah. Metode yang jelas secara alamiah sangat penting dilaksanakan oleh seorang peneliti, karena peneliti dapat mempertanggung jawabkan kebenaran tulisan secara alamiah. Dalam pelaksanaannya peneliti menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tahir (2011:86), “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) proses pencarian atau pengkajian untuk menemukan suatu masalah yang terdapat pada suatu kelas dengan menggunakan tekhnik atau sistem daur ulang dari berbagai proses kegiatan yang ada”. Daur ulang dalam Penelitian Tindakan Kelas diawali dengan kegiatan planning (perencanaan), acting (pelaksanaan tindakan), observing (mengobservasi dan mengamati tindakan), dan reflecting (melakukan refleksi). C. Kehadiran dan Peran Peneliti Kehadiran peneliti secara langsung menjalankan satu sampai dua siklus bahkan lebih mengikuti jadwal mata pelajaran pada hari senin dan selasa di MTs AnNur Palangka Raya agar data yang dipaparkan menjadi akurat, dan peran peneliti untuk meningkat motivasi belajar IPS Ekonomi peserta didik kelas VII ruang B.
28
D. Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di MTs An-Nur pada peserta didik kelas VII, dimana subyek penelitiannya adalah peserta didik kelas VII pada MTs An-Nur Palangka Raya tahun pelajaran 2013/2014. Tabel 1 Subyek Penelitian Jenis Kelamin Kelas
Jumlah Laki-laki
Perempuan
14
21
VII ruang B
35
Sumber Data: TU MTs An-Nur Palangka Raya E. Rancangan Penelitian Menurut Suyanto (Mahmud, 2011:199) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan
tertentu
untuk
memperbaiki
atau
meningkatkan
praktik-praktik
pembelajaran di kelas secara lebih professional“. Sedangkan
menurut
Kemmis dan Tanggart (Abdulhak dan Suprayogi,
2011:92) menyatakan bahwa: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah proses investigasi terkendali yang bersiklus dan bersifat reflektif dan mandiri yang dilakukan oleh guru atau tenaga kependidikan lainnya yang bertujuan untuk melakukan perbaikanperbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi pembelajaran. Jadi dari pendapat dua ahli tersebut di atas bahwa, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan untuk memperbaiki proses atau kegiatan
yang sudah terjadi
sebelumnya, agar dapat meningkatkan hasil dan prestasi belajar peserta didik. Adapun rancangan dalam penelitian ini terdiri dari empat komponen yaitu
29
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Ke empat komponen tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Agar lebih jelas dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini: Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan Tindakan
Observasi
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan Tindakan
Observasi
berhasil
berhenti
Belum Berhasil
Siklus n
Gambar 1 Prosedur Berdaur Pelaksanaan PTK Siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan, apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti menentukan rancangan untuk siklus kedua.
30
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya, apabila digunakan untuk mengulangi kesuksesan atau untuk menguatkan hasil. Jika pada tahap siklus kedua peneliti masih belum merasa puas, maka peneliti bisa melanjutkan kepada siklus n (selanjutnya), cara dan tahap sama halnya dengan siklus satu
dan dua. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus
dilaksanakan, hal tersebut bergantung kepada kepuasan dari peneliti, jika peneliti merasa puas di siklus ke satu maka penelitian dapat diberhentikan dan PTK tidak bisa dilakukan kurang dari satu siklus. 1. Siklus I a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti dan observer (penilai) megindentifikasi masalah dan memecahkan masalah tentang bagaimana model STAD (Student Team Achievement Division). Tahap kegiatan yang akan dilaksanakan dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik. 2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3. Mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar, soal diskusi, papan skor perkembangan individu yang terbuat dari kertas karton, skor bintang yang akan di tempel di papan skor, hadiah yang disesuaikan dengan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).
31
4. Mengembangkan format observasi yang telah dipersiapkan. 5. Merancang/menyusun alat evaluasi pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti menjalankan/menerapkan strategi pembelajaran yang sebelumnya telah disepakati. c. Pengamatan atau observasi Pada tahap ini peneliti dan observer (penilai) mengobservasi tindakan yang dilaksanakan dengan menggunakan format yang telah direncanakan dalam langkah perencanaan serta memberikan hasil pada pelaksanaan tersebut. d. Refleksi Pada
tahap ini yang dilakukan adalah mengadakan evaluasi
pelaksanaan pembelajaran membuat perbaikan pada tindakan berikut. Perbaikan yang dilaksanakan berkaitan tindakan siklus selanjutnya. 2. Siklus II a. Perencanaan Pada tahap ini tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. Tentu masih menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division). Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan analisis kurikulum untuk mengtahui kompetensi dasar akan disampaikan kepada peserta didik. 2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
yang
32
3. Mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar, soal diskusi, papan skor karton perkembangan individu, skor bintang yang akan di tempel di papan skor, hadiah yang disesuaikan dengan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division). 4. Mengembangkan format observasi yang telah dibuat sebelumnya. 5. Merancang alat evaluasi pembelajaran. b. Pelaksanaan tindakan Pada tahap ini peneliti melaksanakan serta menerapkan strategi dan skenario pembelajaran yang telah disepakati. c. Pengamatan atau observasi Pada tahap ini penneliti dan observer (penilai) mengobservasi tindakan yang dilakukan menggunakan format yang telah dirancang dan dikembangkan pada perencanaan dan memberi hasil pelaksanaan. d. Refleksi Pada tahap ini yang dilakukan adalah menganalisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan,serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus selanjutnnya. 3. Siklus n Siklus n adalah siklus yang dilaksanakan apabila pada siklus satu dan dua peneliti tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Maka pada siklus selanjutnya diharap akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
33
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen 1. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data tersebut dapat menggambarkan peningkatan yang terjadi dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2008:14) menyatakan; “1) Data kualitatif berupa data yang berbentuk kata-kata, gambar, dan skema, 2) Data kuantitatif berupa data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan”. Dengan kata lain, data kualititatif memaparkan data dalam bentuk katakata, sementara data kuantitatif memaparkan data dalam bentuk angka. Data-data tersebut dapat bersumber dari sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Observasi merupakan cara yang efektif dimana dilakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Observasi dan pengamatan digunakan peneliti sebagai cara untuk mengumpulkan data melalui pengamatan langsung di lapangan yang hasilnya dicatat sebagai hasil pengamatan lapangan, data yang diambil berupa beberapa data aktivitas belajar peserta didik kelas VII ruang B dalam proses pembelajaran di dalam kelas di MTs An-Nur Palangka Raya.
34
Data aktivitas per individu, di akumulasikan dengan perhitungan angket yang dijawab oleh peserta didik, dari akumulasi penilaian tersebutlah dapat diketahui ada peningkatan motivasi belajar IPS Ekonomi pada siklus 1 dan 2, sementara data perhitungan aktivitas peserta didik secara keseluruhan sebagai tolak ukur keberhasilan motivasi belajar IPS Ekonomi peserta didik secara menyeluruh. b. Angket Menurut Ali (Mahmud, 2011:177) angket (questionnnaire)
adalah
sebagai berikut: Angket (questionnnaire) dapat dipandang sebagai suatu teknik penelitian yang banyak mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam pelaksanaannya, yaitu angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara secara lisan. Sementara menurut Hasan (Mahmud, 2011:177) mengungkapkan bahwa, Angket dikatakan baik, efektif,efesien apabila memenuhi komponen sebagai berikut: 1. Subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian. 2. Ajakan, yaitu permohonan dari peneliti kepada responden untuk ikut mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan maupun peryataan yang tersedia. 3. Petunjuk pengisian angket yang mudah dimengerti dan tidak bias. 4. Pertanyaan maupun pernyataan besertatempat mengisi jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup, ataupun terbuka. Angket digunakan untuk mengukur peningkatan motivasi belajar peserta didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya, adalah angket terbuka (opened questions) dengan item pertanyaan yang digunakan adalah pilihan ganda, menurut Rusidi (Mahmud, 2011:178) menerangan bahwa “Item pertanyaan pilihan ganda adalah bentuk pertanyaan yang diikuti dengan
35
beberapa jawaban (lebih dari dua)” . Dalam angket yang akan disebarkan peneliti berjumlah 30, Setiap pertanyaan berisikan pilihan ya, kadang-kadang, dan tidak, dan menggunakan skala likert. Menurut Ali (Mahmud, 2011:181) mengatakan bahwa “Penggunaan instrumen skala dimaksudkan untuk menjaring data yang berskla interval”. Dari jawaban peserta didik nantinya akan diakumulasikan bersama skor aktivitas peserta didik, dari akumulasi nilai tersebutlah
untuk
dapat
mengetahui
peningkatan
motivasi
belajar
menggunakan model STAD (Student Team Achievement Division). G. Instrumen Pengumpulan Data a. Observasi Tabel 2 Lembar Pengamatan Belajar IPS Ekonomi Peserta Didik Penskoran No 1
Jenis termotivasi dalam pelajaran Peserta didik bergairah dalam menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran.
2
Peserta didik bersemangat dalam melihat gambar yang dijelaskan oleh guru. Peserta didik tidak malu dan ragu dalam menjawab pertanyaan guru.
3
Peserta
didik
berpindah
menuju
kelompoknya
masing-masing. Peserta didik dalam kelompok samasama antusias dalam memahami tugas yang diberikan oleh guru. 4
Peserta didik mulai berdiskusi dan saling berkerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Serta
saling
megeksplorasi
kemampuan
1
2
3
4
36
berfikirnya secara individual di dalam kelompok tanpa harus bergantung dengan guru. 5
Peserta didik mengumpulkan tugas kelompoknya dan salah satu perwakilan kelompok menempelkan atau menuliskan jawaban di papan tulis.
6
Peserta didik menanggapi dan bertanya apabila ada yang kurang dimengerti.
7
Peserta didik mendengarkan penjelasan guru dengan penuh antusias. Peserta didik penuh rasa ingin tahu, dan tidak malu bertanya dengan guru.
8
Peserta didik dengan sabar menanti hasil dari nilai yang diperolehnya maupun yang diperoleh oleh kelompoknya.
9
Peserta didik bersabar jika hasil yang diperoleh secara individu maupun kelompok tidak sesuai harapan.
10
Peserta didik menerima hadiah dengan antusias.
b. Angket Kisi-kisi penskoran motivasi belajar peserta didik akan dijabarkan dalam tabel berikut ini: Tabel 3 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Ekonomi
No 1
Indikator Bergairah dalam mengikuti kegiatan
Jumlah Item 5
Nomor Item 1, 2, 3, 4, 5
pembelajaran. 2
Bersemangat
dalam
kegiatan pembelajaran.
mengikuti
5
6, 7, 8, 9, 10
37
Lanjutan tabel 3 sebagai berikut:
No 3
Indikator Selalu bertanya ketika mengikuti
Jumlah Item 3
Nomor Item
3
14, 15, 16
5
17, 18, 19, 20, 21
11, 12, 13
kegiatan pembelajaran. 4
Mampu mengeksplorasi kemampuan berfikirnya
tanpa
menunggu
dibimbing oleh guru 5
Memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
6
Mampu berkonsentrasi dengan baik.
3
22, 23, 24
7
Mampu
3
25, 26, 27
3
28, 29, 30
menyelesaikan
kesulitan
dalam mengerjakan tugas secara mandiri. 8
Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.
Data yang sudah ditetapkan untuk diolah akan diberi skor untuk setiap jawaban sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Adapun pemberian skor sebagai berikut:
Pertanyaan Positif
Tabel 4 Pedoman Pemberian Skor Angket Motivasi Belajar Ya Kadang-kadang 3
2
Tidak 1
38
H. Validasi Instrumen Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid apabila instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Menurut Sugiyono (dalam Fitri, 2012:33) “Uji validitas terbagi menjadi dua macam yaitu uji validitas isi dan uji validitas konstruksi”. Dalam penelitian ini hanya menggunakan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Dalam validitas isi dapat menggunakan dua validator untuk menguji validitas instrumen penelitian. Sehingga dalam penelitian ini menggunakkan dua validator yang sesuai atau ahli dalam bidangnya masing-masing. I.
Teknik Analisis Data 1. Data Observasi Analisis kuantitatif digunakan untuk melihat ada atau tidaknya peningkatan motivasi belajar peserta didik menggunakan model STAD (Student Team Achievement Division). Adapun rumus yang digunakan dalam tekhnik analisis data observasi ini adalah sebagai berikut: P=
%
Keterangan: P
: persentase yang dicari
F
: frekuensi jawaban
N
: jumlah peserta didik
100%
: Bilangan Penggali (Arikunto dalam Indriyati, 2013:46)
39
Adapun skala tingkat motivasi belajar pada
peserta didik dapat
dikategorikan, sebagai berikut: Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah (Arikunto, 2010:).
: : : : :
81 -100 % 61 – 80 % 41 – 60 % 21 – 40 % 0 – 20 %
2. Data Angket Sementara menghitung hasil angket akhir berdasarkan jawaban peserta didik menggunakan rumus sebagai berikut: Normalisasi Gain = Kategori Gain Ternormalisasi disajikan sebagai berikut: Skor N-Gain Kriteria normalized Gain 0,70 < N-Gain Tinggi 0,30 < N-Gain < 0,70 Sedang N-Gain < 0,30 Rendah Hake (Setiawan, 2013:55) J.
Indikator Keberhasilan Penelitian Untuk melihat tingkat keberhasilan dari penelitian ini dengan indikator keberhasilan penelitian meliputi indikator proses yang ditandai oleh adanya peningkatan
peserta
didik
dalam
proses
pembelajaran
dan
terlaksananya
pembelajaran sesuai dengan rencana pada tahap-tahap pembelajaran tercapai dengan menerapkan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division). Peningkatan motivasi belajar peserta didik pada penelitian ini dapat ditentukan dari hasil angket. Berdasarkan perhitungan angket yang dijawab skor peserta didik memiliki skor 60 ditambah hasil observasi (pengamatan) aktivitas
40
peserta didik 30 menjadi 90 maka sudah dapat dikatakan motivasi peserta didik mengalami peningkatan. Secara klasikal jumlah skor peserta didik yang memiliki skor ≥ 90 mencapai 85% dari jumlah peserta didik. Peningkatan motivasi belajar peserta didik sangat perlu dimiliki oleh peserta didik, karena agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, dan lebih dapat memahami bahwa mata pelajaran Ekonomi sangat penting untuk dipelajari, karena bersangkutan dengan cara manusia memenuhi kebutuhan hidup. K. Jadwal Penelitian Jadwal Penelitian selama 7 bulan (Desember-Juni) akan dipaparkan melalui tabel sebagai berikut: Tabel 5 Jadwal Penelitian Bulan Keterangan A. Perencanaan penelitian 1 Melakukan observasi 2
Pengajuan Judul
3
Penyusunan proposal skripsi
4
Pendaftaran seminar proposal 5 Seminar proposal dan Revisi proposal B. Pelaksanaan penelitian 1
2
Pengumpulan dan analisis data penelitian Penyusunan skripsi
3
Ujian dan Revisi Skripsi
4
Penyerahan skripsi
Desember 1 x
2 x
3
Januari
Februari
4
1
2
3
4
x
X x
x
x
1
2
3
Maret 4
1
2
3
April 4
1
Mei
Juni
2
3
4
1
2
3
4
1
x
x
x
x
x
x
x
x
2
3
x
x
4
x
x
x
x
x
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian 1. Data Penelitian Data Penelitian diperoleh dari hasil pengamatan dua orang pengamat, pengamat 1(guru mata pelajaran), dan pengamat 2 (mahasiswa) terhadap aktivitas belajar peserta didik di siklus 1 dan siklus 2. Sementara peningkatan motivasi belajar peserta didik diperoleh dari perhitungan angket yang dijawab peserta didik. Indikator aktivitas belajar peserta didik berjumlah 10, nilai tertinggi 4 dan nilai terendah adalah 1, dan angket motivasi belajar peserta didik berjumlah 30 dengan alternatif jawaban ya bernilai 3, kadang-kadang bernilai 2, dan tidak bernilai 1. 2. Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian dengan menggunakn penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran (Student Team Achievement Division). Tabel 6 Data Peningkatan Nilai Angket Motivasi Belajar Peserta Didik Kriteria Penilaian
Siklus 1
Siklus 2
Nilai Rata-rata
75
99,6
Nilai Tertinggi
86
115
Nilai Terendah
52
89
42
Dari siklus 1 terdiri 4 tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Adapun uraian dalam tahapan siklus 1 dan 2 menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) sebagai berikut: 1. Siklus I a.
Perencanaan Pada tahap ini peneliti dan observer (penilai) megindentifikasi masalah dan memecahkan masalah tentang bagaimana model STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar Ekonomi pesert didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya. Adapun peneliti berperan sebagai guru yang mengajar peserta didik/menyampaikan pelajaran sedangkan guru menjadi pengamat 1. Perencanaan pada siklus 1 sesuai dengan langkah-lang dalam model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) sebagai berikut: 1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan dibantu guru mata pelajaran Ekonomi yang juga bertindak sebagai pengamat 1. 2. Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, karakter peserta didik yang diharapkan, materi ajar
43
tentang kegiatan Ekonomi penduduk, media pembelajaran berupa gambar, dan langkah-langkah model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division). 3. Mempersiapkan soal diskusi berupa gambar, kartu jawaban yang akan ditempel di papan tulis, papan skor karton perkembangan individu, skor bintang yang akan di tempel di papan skor, hadiah yang disesuaikan dengan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division). 4. Menyiapkan lembar pengamatan belajar IPS Ekonomi peserta didik yang akan diamati oleh 2 orang pengamat. Pengamat 1 (guru) pengamat 2 (mahasiswa). 5. Menyiapkan evaluasi pembelajaran berupa angket motivasi, yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar peserta didik dalam menggunakan
model
pembelajaran
STAD
(Student
Team
Achievement Division). b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division). Selama proses pembelajaran guru (peneliti) mengajar materi kegitan Ekonomi penduduk disesuaikan dengan langkah-langkah model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).
44
Akan di uraikan sebagai berikut: 1. Guru mengucapkan salam, mengajak peserta didik untuk berdo’a, mengabsen peserta didik, memeriksa kesiapan belajar peserta didik dan sarana prasarana penunjang kegiatan pembelajaran, menyebutkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menginformasikan model pembelajaran
STAD
(Student
Team
Achievment
Division),
memberikan motivasi pada peserta didik agar dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik, dan menuliskan judul di papan tulis. 2. Guru menjelaskan materi melalui gambar, dan memberikan tanya jawab kepada peserta didik seputar materi kegiatan
Ekonomi
penduduk. 3. Guru menempatkan peserta didik dalam tujuh kelompok. Masingmasing kelompok berjumlah lima orang. 4. Guru membagikan lembaran tugas kepada setiap kelompok. 5. Guru meminta peserta didik untuk mulai berdiskusi dengan teman kelompoknya. Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok. 6. Guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan hasil dari tugas kelompok kelompok. 7. Guru memberikan pertanyaan secara lisan dan meminta peserta didik menempelkan jawabannya di papan tulis.
45
8. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang lain untuk memberikan tanggapan dan bertanya apabila ada yang kurang dimengerti. 9. Guru memberikan peserta didik
kesempatan bertanya dan guru
mengulang materi secara singkat untuk menguatkan pemahaman peserta didik. 10. Guru mulai memberikan skor pada tabel skor perkembangan indivividu di dalam kelompok. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Tabel 7 Data Perolehan skor Kuis 1 Perkembangan Individu dan Kriteria Masing-masing Kelompok No
1
Nama Kelompok
Kelompok 1
Peningkatan skor Peserta
Rata-
Didik
rata
5
10
20
2
1
2
30
Kriteria
30 12
Sangat Baik
2
Kelompok 2
3
1
3
Kelompok 3
2
4
Kelompok 4
5
1
9
Cukup
3
8
Cukup
2
3
8
Cukup
Kelompok 5
3
2
7
Cukup
6
Kelompok 6
2
2
1
10
Baik
7
Kelompok 7
1
3
1
11
Baik
46
11. Guru memberikan penghargaan berdasarkan perolehan rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super. 12. Guru memberikan hadiah kepada kelompok baik, hebat, dan super. Dan untuk kelompok lain juga mendapat hadiah hiburan, agar peserta didik tetap merasa termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan semangatnya tidak menjadi kendur, karena tidak mendapatkan hadiah. c.
Pengamatan atau Observasi Pengamatan atau observasi adalah mengamati aktivitas guru dan peserta didik pada saat melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pengamatan tersebut dilakukan oleh guru dan mahasiswa dengan mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan. Hasil pengamatan yang dilakukan pengamat guru dan peserta didik akan di uraikan dalam tabel 8 sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Pengamatan Peserta Didik Pada Saat Pembelajaran IPS Ekonomi Siklus 1
No
Jenis termotivasi dalam pelajaran
1
Peserta didik bergairah dalam menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran.
Hasil Pengamatan P1 P2 Rata -rata 3 3 3
Kriteria
B
47
Lanjutan Tabel 8 sebagai berikut: No
Jenis Termotivasi dalam Pelajaran
2
Peserta didik bersemangat dalam melihat gambar yang dijelaskan oleh guru. Peserta didik tidak malu dan ragu dalam menjawab pertanyaan guru. Peserta didik berpindah menuju kelompoknya masing-masing. Peserta didik dalam kelompok sama-sama antusias dalam memahami tugas yang diberikan oleh guru.
3
4
5
6 7
8
9
10
Hasil Pengamatan P1 P2 Rata -rata 2 3 2,5
Kriteria
CB
3
4
3,5
B
Peserta didik mulai berdiskusi dan saling berkerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Serta saling megeksplorasi kemampuan berfikirnya secara individual di dalam kelompok tanpa harus bergantung dengan guru. Peserta didik mengumpulkan tugas kelompoknya dan salah satu perwakilan kelompokmenempelkan atau menuliskan jawaban di papan tulis. Peserta didik menanggapi dan bertanya apabila ada yang kurang dimengerti. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru dengan penuh antusias. Peserta didik penuh rasa ingin tahu, dan tidak malu bertanya dengan guru Peserta didik dengan sabar menanti hasil dari nilai yang diperolehnya maupun yang diperoleh oleh kelompoknya. Peserta didik bersabar jika hasil yang diperoleh secara individu maupun kelompok tidak sesuai harapan. Peserta didik menerima hadiah dengan antusias. Jumlah
3
3
3
B
3
4
3,5
B
2
3
2,5
CB
2
3
2,5
B
3
3
3
B
3
4
3,5
B
3
4
3,5
B
27
34
30,5
Rata-rata
2,7
3,4
3,05
B
Sedangkan tabel 12 di atas adalah hasil pengamatan pengamat 1 (guru) dan pengamat 2 (mahasiswa) terhadap aktivitas peserta didik. Dari
48
hasil pengamatan pengamat 1 secara keseluruhan terhadap 35 peserta didik berjumlah 27 dengan rata-rata 2,7, sementara berdasarkan hasil pengamatan pengamat 2 berjumlah 34 dengan rata-rata 3,4, dari penjumlahan pengamat 1 dan 2 adalah 30, 5 dengan rata-rata 3,05 dan memiliki kriteria B (Baik). Keterangan: A = 4,0 = Baik sekali B= 3,0-3,9 = Baik C=2,0-2,9 = Cukup Baik D=1,0-1,9 = Kurang baik
P1 P2 P1 P2
= Pengamat Pertama = Pengamat Kedua = Dra. Daliyah Wawarsi = Anna Sugiyarti
Untuk mengetahui hasil aktivitas peserta didik secara keseluruhan pada saat pembelajaran IPS Ekonomi dapat di presentasikan sebagai berikut: Pengamatan Peserta Didik
Setelah peneliti menerapkan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) yang diamati oleh pengamat 1 dan pengamat 2, secara menyeluruh motivasi pada kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya yang berjumlah 35 peserta didik mendapatkan nilai rata-rata 30,5 secara klasikal 76,25%., kemudian peneliti menyebarkan angket motivasi belajar peserta didik. Angket tersebut nantinya diakumulasikan dengan hasil pengamatan aktivitas peserta didik secara individual.
49
Agar dapat mengetahui peningkatan motivasi peserta didik, yang akan di uraikan pada tabel 9 berikut ini: Tabel 9 Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya Siklus 1
Kode Peserta Didik
No
1
ASW
2
AFD
3
AKH
4
Motivasi Belajar Aktivitas Angket Awal Peserta Didik
Total
24
55
79
22
46
68
ALF
30 22
56 56
86 78
5
ASM
20
57
77
6
AAP
24
54
78
7
ARU
8 9 10
DS EMA FS
30 22
46 58
76 80
26 20
59 56
85 76
11
H
20
52
72
12
IN
26
50
76
13
MA
14 15 16 17
MDA MRH MSN MDH
20 30 24 20 22
56 50 50 59 30
76 80 74 79 52
18
MHS
26
46
72
19 20 21
MS NRD NY
23 20 28
52 43 42
75 63 70
50
Lanjutan Tabel 9 sebagai berikut:
No
Kode Peserta Didik
22 23 24 25 26 27 28
NH NKN NHD RMD RHW SM SST
29
SN
30 31 32 33 34 35
SS SRA YP YS MQ EA
Motivasi Belajar Aktivitas Angket Awal Peserta Didik 20 47 20 54 24 60 22 56 20 58 30 50 30 50 24 20
24 22 20 30 20 Total Skor Total Skor(%)
Total 67 74 84 78 78 80 80
52 47
76 67
48 47 52 51 55
72 69 72 81 75 2625 75%
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar dari 35 peserta didik di kelas VII ruang B Mts An-Nur Palangka Raya berjumlah 2625 dan di presentasikan sebesar 75%. d. Indikator Keberhasilan Penelitian Berdasarkan perhitungan angket awal di siklus 1 dan ditambah dengan nilai aktivitas peserta didik, skor yang diperoleh peserta didik ≥90 hanya mencapai 75%, sementara Secara klasikal jumlah skor peserta didik yang termotivasi harus memiliki skor ≥ 90 yang mencapai 85% dari jumlah peserta didik, dengan peningkatan motivasi belajar yang tidak mencapai target, maka pelu dilakukan siklus 2.
51
e. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui atau memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran serta melihat kesesuaian antara pelaksanaan pembelajaran juga digunakan untuk menentukan perbaikan pada materi atau siklus selanjutnya. Adapun waktu yang digunakan pada pelaksanaan pembelajaran sangat terbatas, guru membimbing peserta didik dalam berdiskusi kelompok
pembelajaran Ekonomi sesuai dengan model pembelajaran
STAD (Student Team Achievement Division), setelah itu guru (peneliti) memberikan soal angket motivasi untuk di isi peserta didik, agar guru (peneliti) dapat mengetahui peningkatan motivasi belajar peserta didik di siklus 1. Untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran di siklus 1, maka pada pelaksanaan siklus 2 dapat dibuat perencanaan sebagai berikut: 1) Memberikan materi pembelajaran Ekonomi tentang kegiatan Ekonomi penduduk
kepada
peserta
didik
dengan
penyampaian
yang
menyenangkan, agar peserta didik dapat mudah memahami apa yang disampaikan oleh guru (peneliti). 2) Lebih banyak menyisipkan pertanyaan yang di kemas dalam bentuk permainan di tengah guru menjelaskan materi pembelajaran Ekonomi. 3) Jika di siklus 1 soal diskusi adalah mendeskripsikan gambar dan soal kuis diberikan secara berebut, maka di siklus 2 guru (peneliti) membuat soal tts (teka-teki silang) agar peserta didik dapat lebih
52
bersemangat ketika berdiskusi di dalam kelompok sementara soal diberikan guru sesuai dengan urutan kelompok, agar peserta didik tidak berebut dalam menjawab. 4) Guru (peneliti) lebih banyak memotivasi peserta didik dalam kegiatan kelompok. 5) Guru (peneliti) menyiapkan hadiah yang lebih menarik dibandingkan siklus 1. 2. Penelitian siklus 2 a. Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus 2 ini peneliti menyusun rencana pembelajaran yang sudah diperbaiki pada refleksi yang berdasarkan siklus 1. Karena hasil aktivitas belajar peserta didik dan peningkatan motivasi belajar peserta didik belum maksimal. Maka pada siklus 2 ini peneliti mempelajari dan memperbaiki hasil refleksi sebagai masukan agar pada siklus ini mendapatkan hasil yang memuaskan. Perencanaan siklus 2 sama halnya dengan siklus 1, yaitu masih menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division). Adapun perencanaannya sebagai berikut: 1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan dibantu guru mata pelajaran Ekonomi yang juga bertindak sebagai pengamat 1. 2. Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
53
pembelajaran, karakter peserta didik yang diharapkan, materi ajar tentang kegiatan Ekonomi penduduk, media pembelajaran berupa gambar, dan langkah-langkah model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division). 3. Mempersiapkan soal diskusi kuis TTS (Teka Teki Silang), kolom TTS yang terbuat dari karton akan ditempel di papan tulis agar peserta didik dapat menulis jawabannya di karton tersebut, papan skor karton perkembangan individu, spidol untuk menulis bintang, hadiah yang disesuaikan dengan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division). 4. Menyiapkan lembar pengamatan belajar IPS Ekonomi peserta didik yang akan diamati oleh 2 orang pengamat. Pengamat 1 (guru) pengamat 2 (mahasiswa). 5. Menyiapkan evaluasi pembelajaran berupa angket motivasi, yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar peserta didik dalam menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division). b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 juga tidak terlalu berbeda dengan siklus 1, yang dirubah hanya soal diskusi dan format penilaian di papan skor, jika sebelumnya skor di tempel menggunakan gambar bintang, di siklus 2 hanya di gambar menggunakan spidol. Berikut langkah-langkah pembelajaran di siklus 2:
54
1. Guru mengucapkan salam, mengajak peserta didik untuk berdo’a, mengabsen peserta didik, memeriksa kesiapan belajar peserta didik dan sarana prasarana penunjang kegiatan pembelajaran, menyebutkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menginformasikan model pembelajaran
STAD
(Student
Team
Achievment
Division),
memberikan motivasi pada peserta didik agar dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik, dan menuliskan judul di papan tulis. 2. Guru menjelaskan materi melalui gambar, dan memberikan tanya jawab kepada peserta didik seputar materi kegiatan
Ekonomi
penduduk. 3. Guru menempatkan peserta didik dalam tujuh kelompok. Masingmasing kelompok berjumlah lima orang, dengan anggota kelompok yang berbeda dari siklus 1. 4. Guru membagikan lembaran tugas kepada setiap kelompok. 5. Guru meminta peserta didik untuk mulai berdiskusi dengan teman kelompoknya. Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok. 6. Guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan hasil dari tugas kelompok. 7. Guru memberikan pertanyaan secara lisan dan meminta peserta didik menuliskan jawabannya di papan tulis.
55
8. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang lain untuk memberikan tanggapan dan bertanya apabila ada yang kurang dimengerti. 9. Guru memberikan peserta didik
kesempatan bertanya dan guru
mengulang materi secara singkat untuk menguatkan pemahaman peserta didik. 10. Guru mulai memberikan skor pada tabel skor perkembangan indivividu di dalam kelompok. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Tabel 10 Data Perolehan skor Kuis 2 Perkembangan Individu dan Kriteria Masing-masing Kelompok No
Nama Kelompok
Peningkatan skor Peserta Didik 5
Rata30
Kriteria
rata
10
20
30
3
1
1
16
Cukup
2
3
24
Super
1
18
Cukup
18
Cukup
1
Kelompok 1
2
Kelompok 2
3
Kelompok 3
2
2
4
Kelompok 4
1
4
5
Kelompok 5
1
3
1
20
Baik
6
Kelompok 6
1
2
2
22
Hebat
7
Kelompok 7
2
2
1
18
Cukup
56
11. Guru memberikan penghargaan berdasarkan perolehan rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super. 12. Guru memberikan hadiah kepada kelompok baik, hebat, dan super. Dan untuk kelompok lain juga mendapat hadiah hiburan, agar peserta didik
tetap
merasa
termotivasi
dalam
mengikuti
kegiatan
pembelajaran dan semangatnya tidak menjadi kendur, karena tidak mendapatkan hadiah. c. Pengamatan atau Observasi Tabel 11 Hasil Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Pada Saat Pembelajaran IPS Ekonomi Siklus 2
No
Jenis Termotivasi dalam Pelajaran
1
Peserta didik bergairah dalam menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran. Peserta didik bersemangat dalam melihat gambar yang dijelaskan oleh guru. Peserta didik tidak malu dan ragu dalam menjawab pertanyaan guru. Peserta didik berpindah menuju kelompoknya masing-masing. Peserta didik dalam kelompok sama-sama antusias dalam memahami tugas yang diberikan oleh guru. Peserta didik mulai berdiskusi dan saling berkerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Serta saling megeksplorasi kemampuan berfikirnya secara individual di dalam kelompok tanpa harus bergantung dengan guru.
2
3
4
Hasil Pengamatan P1 P2 Rata -rata 4 4 4
Krit eria
A
4
4
4
B
4
4
4
A
4
4
4
B
57
Lanjutan Tabel 11 sebagai berikut: No
Jenis Termotivasi dalam Pelajaran
5
Peserta didik mengumpulkan tugas kelompoknya dan salah satu perwakilan kelompok menempelkan atau menuliskan jawaban di papan tulis. Peserta didik menanggapi dan bertanya apabila ada yang kurang dimengerti. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru dengan penuh antusias. Peserta didik penuh rasa ingin tahu, dan tidak malu bertanya dengan guru. Peserta didik dengan sabar menanti hasil dari nilai yang diperolehnya maupun yang diperoleh oleh kelompoknya. Peserta didik bersabar jika hasil yang diperoleh secara individu maupun kelompok tidak sesuai harapan. Peserta didik menerima hadiah dengan antusias. Jumlah
6 7
8
9
10
Rata-rata
Hasil Pengamatan P1 P2 Rata -rata 4 4 4
Krit eria
A
4
4
4
A
3
3
3
B
4
4
4
A
3
4
3,5
B
4
4
4
A
37
39
38,5
3,7
3,9
3,85
B
Sedangkan berdasar tabel di atas adalah hasil pengamatan pengamat 1 (guru) dan pengamat 2 (mahasiswa) terhadap aktivitas peserta didik. Dari hasil pengamatan pengamat 1 secara keseluruhan terhadap 35 peserta didik berjumlah 37 dengan rata-rata 3,7, sementara berdasarkan hasil pengamatan pengamat 2 berjumlah 39 dengan rata-rata 3,9, dari penjumlahan pengamat 1 dan 2 adalah 38 dengan rata-rata dan memiliki kriteria B (Baik). Keterangan: A = 4,0 B= 3,0-3,9 C=2,0-2,9 D=1,0-1,9
= Baik sekali = Baik = Cukup Baik = Kurang baik
P1 P2 P1 P2
= Pengamat Pertama = Pengamat Kedua = Dra. Daliyah Wawarsi = Anna Sugiyarti
58
Aktivitas Peserta Didik
Setelah guru (peneliti) menerapkan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) yang diamati oleh pengamat 1 dan pengamat 2, maka guru menyebarkan angket motivasi belajar peserta didik, sama halnya dengan di siklus 1. Soal angket pun masih sama tidak berbeda. Setelah angket awal dan angket akhir di siklus 1 dan 2 sudah di ketahui, maka dihitung menggunakan rumus N-Gain, yang akan di uraikan pada poin selanjutnya. Agar dapat mengetahui peningkatan motivasi peserta didik, yang akan di uraikan pada tabel 12 berikut ini: Tabel 12 Peningkatan Motivasi belajar Peserta Didik Kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya Motivasi Belajar No
Kode Peserta Didik
Aktivitas Peserta Didik
Angket Akhir
Total
1
ASW
35
61
96
2
AFD
28
70
98
3
AKH
4
ALF
32 30
72 59
104 89
5
ASM
34
64
98
6
AAP
35
62
97
7
ARU
8
DS
35 30
72 66
107 96
59
9 10
EMA FS
35 32
65 65
100 97
Lanjutan Tabel 12 sebagai berikut:
Motivasi Belajar No
Kode Peserta Didik
Aktivitas Peserta Didik
Angket Akhir
Total
11
H
12 13 14 15 16 17
IN MA MDA MRH MSN MDH
33 30 31 36 32 35 22
64 66 60 74 57 67 68
97 96 91 110 89 102 90
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
MHS MS NRD NY NH NKN NHD RMD RHW SM SST SN SS
37 32 35 34 31 33 37 34 33 37 38 32 37
71 67 73 67 62 66 61 70 61 78 59 62 69
108 99 108 101 93 99 98 104 94 115 97 94 106
31 32 33 34 35
SRA YP YS MQ EA
39 38 33 34 31
74 66 68 67 63
113 104 101 101 94 3486 99,60%
Total Skor Total Skor(%)
60
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar dari 35 peserta didik di kelas VII ruang B Mts An-Nur Palangka Raya berjumlah di 3486 dan di presentasikan sebesar 99,60%. d. Indikator Keberhasilan Peneliti Berdasarkan perhitungan angket akhir di siklus 2 dan ditambah dengan nilai aktivitas peserta didik, skor yang diperoleh peserta didik ≥ 90 mencapai 99,60 % dari 35 peserta didik yang hadir, dengan skor rata-rata 99,6 sementara Peneliti tidak mencapaikan target 100% karena secara klasikal target pencapaian jumlah skor peserta didik yang termotivasi jika memiliki skor ≥ 90 mencapai 85% dari jumlah peserta didik, dengan peningkatan motivasi belajar di siklus 2, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak perlu lagi dilanjutkan ke siklus 3. Peningkatan aktivitas dan motivasi belajar peserta didik di siklus 1 dan 2 akan di gambarkan dalam diagram berikut ini: 120 100 80 60 40
Siklus 1
20
Siklus 2
0 Siklus 1
Siklus 2
Gambar 2 Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik
3. Angket Motivasi
61
Untuk menghitung angket motivasi yang dipadukan dengan aktivitas belajar peserta didik di siklus 1 dan 2 dengan menggunakan rumus N-Gain sebagai berikut: Normalisasi Gain =
=0,436
Kategori Gain Ternormalisasi disajikan sebagai berikut: Skor N-Gain Kriteria normalized Gain 0,70 < N-Gain Tinggi 0,30 < N-Gain < 0,70 Sedang N-Gain < 0,30 Rendah Hake (Setiawan, 2013:55) Dari perhitungan data angket di awal(akhir pertemuan siklus 1) dan di akhir (akhir pertemuan siklus 2) adalah 0,436 dan berkategori sedang (tuntas). e. Refleksi Pada pelaksanaan siklus 2 diketahui bahwa pengamatan peserta didik secara menyeluruh adalah 96,25% meningkat dari siklus 1 yang hanya 76,25%. Sementara peningkatan motivasi belajar peserta didik adalah 99,60% meningkat dari siklus 1 yang hanya 75%. Berdasarkan peningkatan yang di dapat dari siklus 2 maka peneliti dan guru mata pelajaran sepakat untuk tidak melanjutkan ke siklus 3, dan tidak mencapaikan 100% karena telah mencapai target ketuntasan ≥90 secara klasikal 85%. B. Pengujian Hipotesis Tindakan Berdasarkan pelaksanaan siklus 1 dan 2, pengamatan belajar IPS Ekonomi secara menyeluruh pada peserta didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya dengan penggunaan model STAD (Student Team Achievement Division), akan di uraikan melalui tabel berikut ini:
62
Tabel 13 Peningkatan Belajar IPS Ekonomi Peserta Didik Siklus
Skor Total
Skor Total (%)
Siklus 1
30,5
76,25%
Siklus 2
38,5
96,25%
Tabel di atas menunjukkan peningkatan aktivitas belajar IPS Ekonomi yang signifikan dari siklus 1 ke siklus 2, terdapat kenaikan 8,5 secara persentase 20%, Sementara peningkatan motivasi belajar IPS Ekonomi secara individu pada kelas VII ruang B akan di uraikan sebagai berikut: Tabel 14 Peningkatan Motivasi Belajar IPS Ekonomi Siklus
Skor Rata-rata
Presentase(%)
Siklus 1
75
75%
Siklus 2
99,6
99,60%
C. Pembahasan dan Hasil Penelitian Pada saat observasi sebelum menerapkan siklus 1 dan 2 dengan menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) tingkat motivasi belajar peserta didik masih rendah. Namun ketika diterapkan siklus 1 pengamatan belajar IPS Ekonomi peserta didik di siklus 1 dari 35 peserta didik yang hadir dari rata-rata hasil pengamatan aktivitas yaitu 76,25 % dan siklus II dari 35 peserta didik
63
yang hadir rata-rata hasil pengamatan aktivitas meningkat menjadi 96,25 %, terdapat kenaikan 20 %, motivasi belajar peserta yang perhitungannya di dapat dari penilaian pengamatan belajar IPS Ekonomi perindividu dan hasil jawaban angket peserta didik pada siklus I dari 35 peserta didik yang hadir, rata-rata motivasi belajarnya adalah 75 % dengan nilai rata-rata 75 dan pada siklus II dari 35 peserta didik yang hadir motivasi belajarnya meningkat menjadi 99,60 %, terdapat kenaikan 24,6 % dari kedua siklus tersebut. Sementara perhitungan angket motivasi menggunakan rumus N-Gain adalah 0,436, dan berkategori sedang (tuntas), maka siklus 1 dan 2 dengan menerapkan model
pembelajaran
STAD
(Student
Team
Achievement
Division)
dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pelajaran Ekonomi materi Kegiatan Ekonomi Penduduk. Dari uraian tersebut di atas dan dengan penerapan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi beljajar peserta didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya, materi kegiatan Ekonomi penduduk, hal ini juga mendukung penelitian-penelitian terdahulu yaitu penelitian yang
dilakukan
oleh
Eka
Fitriani
(http://digilib.uin-
suka.ac.id/3221/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf:07
Januari
2014) dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Cooperatif Learning tekhnik STAD (Student Teams Achievment Division) sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Qur’an Hadis dikelas VIII D MTsN Wates Kulon Progo Yogyakarta”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eka Fitriani dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar peserta didik pada mata
64
pelajaran Qur’an Hadis, hal tersebut dapat terlihat pada observasi pada observer awal 35,5%, kemudian siklus I 68,3% menjadi 80,7% pada siklus II, ada peningkatan kekatifan sebesar 45,2%, untuk motivasi belajar peserta didik, dari observasi awal 29,6%, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 65,8% dan menjadi 87,8% pada siklus II, sehingga peningkatan yang terjadi sebesar 58,2%. Sementara
berdasarkan
penelitian
dari
Siti
Faiqatul
Himmah
(http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42268:07 Januari 2014) dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif tekhnik STAD untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa kelas VIII di SMP Sriwedari Malang”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Faiqatul Himmah tekhnik STAD dapat pula meningkatkan motivasi dan hasil belajar, yakni sebelum diberi tindakan motivasi dan haisl belajar peserta didik rata-rata 52,76% , setelah diberi tindakan pada siklus I, rata-rata meningkat menjadi 73,43%. Demikian juga pada siklus II, terdapat peningkatan motivasi belajar peserta didik rata-rata 77,81%, setelah diberi tindakan pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 92,22 %.
65
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Dari pelaksanaan siklus 1 dan 2 dengan penggunaan model STAD (Student Team Achievement Division) dapat di simpulkan peningkatan belajar IPS Ekonomi pada kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya, penggunaan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar Ekonomi pada kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya, dimana pada siklus I dari 35 peserta didik yang hadir, rata-rata motivasi belajarnya adalah 75% dan pada siklus II dari 35 peserta didik yang hadir motivasi belajarnya meningkat menjadi 99,60%, terdapat kenaikkan 24,6% dari siklus I dan II, dengan perhitungan angket awal dan akhir 0,436 kategori sedang (tuntas). B. Rekomendasi 1. Bagi kepala sekolah Agar lebih memantau / meningkatkan kegiatan pembelajaran, untuk memotivasi peserta didik meraih hasil dan prestasi belajar yang baik khususnya pada mata pelajaran Ekonomi, dan seluruh mata pelajaran yang terdapat di MTs An-Nur Palangka Raya, selain itu diharapkan kepala sekolah dapat lebih memperhatikkan fasilitas penunjang pembelajaran Ekonomi, agar dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan tidak terlalu mononton jika belajar hanya melalu buku paket mata pelajaran. 2. Bagi guru
66
Hendaknya guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan metode yang bervariasi dan lebih kreatif meningkatkan motivasi belajar peserta didik, model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) salah satu model yang juga dapat diterapkan oleh guru mata pelajaran. 3. Bagi peserta didik Diharapkan peserta didik dapat lebih aktif, bersemangat, dan bergairah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, selain dapat meningkatkan motivasi, hal tersebut juga dapat meningkatkan hasil dan prestasi belajar.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abdullhak, I, & Suprayogi, U. (2011), Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non Formal. Bandung: PT Raja Grafindo Persada. Arikunto, S, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik Jakarta: Rneka Cipta Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima Eryadi, (2007). Intisari Pengetahuan sosial lengkap SMP, Ciganjur: PT.Kawan Pustaka. Fajar. (09 Januari 2014). Pengertian Tes. Http://bangfajars.wordpres.com. Fattah, N. (2009). Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Fitriani, E. (2009). Penerapan Strategi Cooperatif Learning tekhnik STAD (Student Teams Achievment Division) sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Qur’an Hadis dikelas VIII D MTsN Wates Kulon Progo yogyakarta (skripsi). http://digilib.uinsuka.ac.id/3221/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf. Hamalik, O.(2011). Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamzah, (2011). Teori Motivasi & Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, Gorontalo: Bumi Aksara Handoko, M (2006), Motivasi Penggerak Tingkah laku, Yogyakarta: Kanisius. Haryadin. (20 Maret 2014). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Http:// www. hayardin.com/2013/02/kelemahan-model-pembelajaran-kooperatiftipestad. html. Hendrawati, S. (09 April 2014). Artikel Tematik. Http://srihendrawati.blogspot.com. Himmah, S.F. (07 Januari 2014). Penerapan Pembelajaran Kooperatif tekhnik STAD untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa kelas VIII di SMP Sriwedari Malang (skripsi), http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42268.
68
Indriyati, I . ( 2013). Upaya Meningkatkan Perhatian dan Hasil Belajar melalui Model Quantum Teaching di SMA Negeri 4 Palangka Raya: Skripsi. Isjoni, (2009). Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan komunikasi antar Peserta didik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. (2010). Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta. Jeanne, E. (2008). Psikologi pendidikan membantu siswa tumbuh dan berkembang. Jakarta: Erlangga. Mahmud, (2011). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia. Prawira, P. A. (2012). Psikologi Pendidikan, Bandung: Ar Ruzz Media. Rujiadi , (2013). Upaya meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode tanya jawab dan metode diskusi pada kelas V SDN 1 Lahei II Barito Utara tahun pelajaran 2013/2014: Skripsi. Ruslikan, (2011). Pengembangan dan Pembelajaran Ips, Palangkaraya: Midada rahmah Press. Rusman, (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Propersionalisme guru. Jakarta: PT Raja Grafindo. Sandro, (2014). Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Kombinasi Media Konkret dan Media Gambar pada SDN Garubg 1, Kec. Jabiren Raya, Kab Pulang Pisau tahun pelaran 2013/2014: Skripsi Sardiman, (2011). Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Setiawan, M. (2013).Upaya Meningkatkan hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Strategi Belajar Sambil Bermain pada SDN- 1 Bukit Tunggal Palangka Raya. Palangkaraya: Skripsi Silberman, M (2010), 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif, Jakarta: PT Indeks. Siregar, E. & Nara H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran Bogor: Ghalia Indonesia. Siregar, E. & Nara H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran Bogor: Ghalia Indonesia.
69
Sugianto, (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik dengan menggunakan metode tanya jawab pada kelas IV di SDN-11 Palangka Raya: Skripsi. Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Supiya, (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Peserta Didik kelas V dengan menggunakan Model Cooperative Script pada SDN-1 Bukit Tunggal Palangka Raya: Skripsi. Tahir, M. (2011). Pengantar Metedologi Penelitian Pendidikan, Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar. Universitas Muhammadiyah Palangka Raya. (2013). Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Palangka Raya, Tim Penulis. Warsono, & Hariyanto, (2012). Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wina (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Sandar Proses Pendidikan Jakarta: Kencana Prenada Media.