1
BAB I PENDAHULUAN
Pokok- pokok yang dibahas dalam bab pendahuluan tesis ini meliputi: Latar belakang masalah, Identifikasi masalah, Batasan masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian dan Manfaat Penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu hal terpenting dalam setiap kehidupan manusia, gagalnya pendidikan merupakan kegagalan kehidupan dan masa depan manusia. Mutu pendidikan saat ini pun bisa dibilang merosot karena hasil belajar siswa tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan merupakan suatu proses yang bisa memanusiakan manusia. Pendidikan juga merupakan suatu usaha untuk membina dan membentuk manusia, menjadi manusia yang berkualitas, dalam pencapaian hasil belajar, tidak saja dalam hal pengetahuan, tetapi juga dalam hal iman kepercayaan kepada Tuhan. Kualitas dari lembaga pendidikan bukanlah ditinjau, dari segi fisik, melainkan dari seberapa luas cakrawala intelektual yang terwujud dalam pencapaian hasil belajar mahasiswa atau siswa. Tujuan dari pendidikan adalah bagaimana siswa memperoleh hasil belajar yang memuaskan yaitu secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh sebab itu hasil belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam konteks pendidikan, karena hasil belajar adalah tujuan dari pada belajar. Hasil belajar adalah alat ukur untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam proses belajar.
2
Hamalik menyatakan hasil belajar berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.1 Dari pendapat ini mengandung pengertian bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, hasil belajar dapat ditinjau dari perubahan karakteristik siswa sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya. Dalam undang-undang sistem Pendidikan Nasional RI No 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 menyatakan bahwa; Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkah mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Dari uraian ini mengandung pengertian bahwa pendidikan nasional mempunyai suatu tujuan bahwa lembaga pendidikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang maksimal hal ini bisa dilihat dari segi karakteristik dan moralitas siswa dalam konteks kehidupan. Akan tetapi untuk mencapai hal ini tentu pendidikan agama kristen mempunyai andil yang sangat penting. Mengapa? Karena pendidikan kristen adalah pendidikan yang didasarkan pada wahyu Allah. Pendidikan kristen Menurut Loyola adalah melibatkan para warga muda khususnya dalam latihan-latihan rohani dan intelektual yang memupuk kehidupan batiniah dan kognitif, untuk membimbing mereka mengambil bagian dalam kebaktian gereja sehingga rela menaati setiap perintahNya dengan dampaknya yang luas dalam urusan-urusan masyarakat, sampai akhirnya mereka memenuhi alasan terakhir mengapa mereka diciptakan Allah.3 1
Hamalik Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) 46 2 Depdikbud. Bahan Penataran Pengujian Pendidikan. (Jakarta : Puslitbang Sisjian Balitbang 1997) 28 3 Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen dari Plato sampai IG Loyola (Jakarta: BPK Gunumg Mulia,2006), 472
3
Hal inilah yang menjadi dasar penilaian hasil belajar agama kristen yaitu kehidupan rohani yang baik, intelektual yang cerdas serta memahami, dengan jelas dan tuntas eksitensi Allah serta menaati setiap perintahNya. Berkenaan dengan uraian yang telah dijabarkan diatas, yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dalam lembaga pendidikan sudah sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pendidikan nasional? Apakah hasil belajar agama kristen telah mencapai hasil belajar yang maksimal? Fakta menyatakan bahwa hasil belajar yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia belum tercapai secara maksimal. Mengapa demikian? Hal ini dapat ditinjau dari kenyataan umum yang terjadi pada sebagian besar sekolah yang antara lain: a. Rendahnya kepercayaan dalam diri siswa untuk mempelajari agama kristen. b. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelasaikan soal-soal agama kristen. c. Rendahnya hasil belajar bidang studi agama kristen yang terlihat dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. d. Kurangnya hasrat atau motivasi siswa untuk membaca Alkitab. e. Rendahnya mutu pendidikan tinggi kristen, hal ini dikarenakan sebagian mahasiswa lembaga pendidikan tinggi kristen yang menyelesaikan studi tanpa melalui proses pendidikan yang jelas. Uraian yang telah dijabarkan adalah suatu fakta yang tidak bisa dipungkiri, bahwa hasil belajar agama kristen belum tercapai secara optimal, hal ini akan semakin berkembang pesat dalam konteks pendidikan kristen, jikalau tidak ditelusuri dan ditinjau mengapa demikian, apa penyebab dan apa solusi yang tepat?
4
Hasil belajar agama kristen sangat penting untuk dicapai oleh siswa, dengan jalur yang tepat yaitu melalui proses pendidikan hal ini karena tujuan belajar agama kristen adalah proses untuk memanusiakan manusia yaitu siswa yang beragama kristen, untuk meraih derajat manusia seutuhnya, sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan, khususnya pendidikan agama kristen. Hasil belajar agama kristen harus dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki karakter mulia, di samping itu memiliki kemampuan akademik (kemampuan kognitif) dan keterampilan yang memadai, salah satu caranya adalah mewujudkan peserta didik yang beragama kristen, untuk memiliki karakter yang baik. Stephen tong mengatakan bahwa “ manusia adalah makluh yang sangat penting dalam pendidikan, karena manusia adalah satu-satunya makluh yang bisa mengerti kebenaran, bisa mengkaitkan diri dengan kebenaran, dan dibentuk dengan kebenaran itu sendiri.4 Dari pendapat ini dapat dikatakan bahwa siswa adalah pusat dari sistem pendidikan, karena seluruh kebenaran yang diajarkan seorang pendidik akan disampaikan kepada siswa, dan kebenaran akan dapat membentuk karakter siswa inilah tujuan hasil belajar agama kristen yaitu pembentukan karakter siswa yang agung. Mengapa? Selanjutnya Stephen tong mengatakan “Karakter merupakan istilah yang sangat penting didalam pendidikan, kita membentuk karakter, kita membentuk pribadi, merupakan kalimat yang memiliki makna yang sangat dalam. Pribadi, oknum atau karakter merupakan istilah yang menunjukan kepada sesuatu yang hidup, yang mempunyai peta dan teladan Allah, Istilah ini merupakan satu terminology yang memiliki unsure totalitas arti sesungguhnya dari peta dan teladan Allah yaitu manusia dicipta secara pribadi, sehingga dimungkinkan mengembangkan suatu kepribadian yang tidak ada duanya didunia ini.5 4 5
2012) 33
Stephen Tong, Arsitek Jiwa II (Surabaya: Momentum, 1993),16 Mery Setiawani dan Stephen Tong, Seni Membentuk Karakter Kristen (Surabaya: Momentum,
5
Implikasi dari uraian ini berarti secara internal didalam diri setiap manusia memiliki, potensi dan kemampuan, hal ini dikarenakan manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah akan tetapi jika ditinjau dari segi realita yang telah dijabarkan, mengapa hasil belajar yang maksimal belum tercapai? Apakah hal ini terjadi karena ketidak mampuan dalam diri siswa? Apabila seorang siswa mengatakan” saya tidak mampu mengikuti pelajaran agama kristen karena saya bodoh‟, sebetulnya ia tidak sedang membicarakan sulitnya agama kristen, tetapi ia sedang membicarakan dirinya sendiri. Kata-kata yang diucapkan siswa tersebut menunjukan bahwa ia menilai dirinya tidak mempunyai cukup kemampuan karena ia bodoh. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan, menunjukan adanya sikap negative terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki. Padahal segala keberhasilan banyak tergantung dari cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimilikinya. Pandangan dan sikap negative terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki, mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan
positif terhadap kualitas kemampuan yang
dimiliki, mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah diselesaikan karena mempunyai suatu keyakinan dalam diri individu. Sikap keyakinan akan kemampuan dalam diri individu disebut dengan istilah kepercayaan diri. kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun, harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. kepercayaan diri lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan.
6
Yamin menyatakan bahwa kepercayaan diri dan motivasi belajar merupakan modal utama bagi individu guna mewujudkan potensi yang dimilikinya. Individu yang memiliki rasa percaya diri dan motivasi belajar cenderung memiliki semangat yang baik untuk belajar guna mencapai kemajuan, serta penuh keyakinan terhadap peran yang akan dijalaninya.6
Dari pendapat diatas
mengandung pengertian bahwa kepercayaan diri dan
motivasi belajar adalah suatu dorongan atau semangat yang ada dalam diri siswa untuk meraih prestasi belajar, dan dengan semangat ini pula maka siswa akan berjuang semaksimal mungkin untuk mencapai hasil belajar. Namun pada faktanya masih banyak siswa yang tidak yakin akan diri sendiri, tidak percaya akan kemampuan diri sendiri, sehingga hasil belajar yang diidamkan tidak tercapai mengapa demikian?
Hakim menyatakan bahwa siswa yang tidak percaya diri cenderung tergantung pada orang lain ketika menghadapi masalah dalam pembelajaran, mudah putus asa dan sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, misalnya dengan menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri, yang menyebabkan rasa tidak percaya diri semakin buruk.7 Uraian ini artinya siswa yang tidak percaya diri adalah siswa yang tidak mempunyai prinsip, tujuan, dalam proses pembelajaran sehingga akibat yang ditimbulkan adalah melakukan hal yang tidak dinginkan. Mudjiono merumuskan motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadi proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya
6
7
Yamin, Mengali dan Melejitkan Potensi Diri. (Jakarta: Qultum Media, 2007), 112
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/02/06/teori-teori-motivasi/ (online) di akses tanggal 22 Oktober 2009
7
motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.8 Dalam hal ini, maka dapat dilihat bahwa kemampuan siswa yang begitu kuat timbul dari dalam dirinya akan dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik, akan tetapi siswa yang tidak memiliki kemampuan kuat dalam belajar maka tidak akan dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik dan tidak mencapai hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik motivasi belajar akan datang dari kesadaran seorang individu bahwa individu tersebut memiliki hasrat untuk melakukan apapun, sampai tujuan yang ia inginkan tercapai yaitu hasil belajar yang tinggi, motivasi belajar dapat mendorong siswa untuk semakin giat dalam belajar agar dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal, kepercayaan diri adalah suatu keyakinan dalam diri siswa bahwa ia mampu untuk mencapai hasil belajar yang diidamkan dan kepercayaan diripun dapat mengakibatkan siswa untuk semakin menghargai diri sendiri, mengetahui diri, dan menggali
kemampuan didalam diri
sendiri dengan jelas dan tuntas. Mengapa? Stephen Tong mengatakan “Seseorang yang hanya bisa melihat keluar dan tidak menggali diri sendiri tidak akan pernah mencapai hasil belajar yang maksimal, penggalian diri merupakan satu tugas yang penting dalam pencapaian hasil belajar, seringkali terdengar seruan: “ Baru saya tahu bahwa, saya itu orangnya seperti ini.” Kalimat seperti itu sering muncul terlambat. “Baru tahu” berarti dulu saya tidak tahu, dan sering pula kemudian mengatakan „andai kata dulu saya sudah tahu, mungkin hal yang tidak saya inginkan tidak terjadi.9
Artinya pengenalan akan diri sendiri merupakan hal yang penting bagi setiap manusia dan memahami makna dibalik eksitensinya, dan apa yang menjadi prinsip 8
Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Kependidikan, Dirjen Dikti Depdikbud 1994), 239 9 Mery Setiawani dan Stephen Tong, 99
8
utama dalam belajar agama kristen yaitu untuk menyampaikan kabar gembira yaitu berita keselamatan yang dianugerahkan Allah kepada manusia melalui Yesus Kristus dengan penuh kepercayaan diri. Rasul paulus mengatakan “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil” (Filipi 1:27).
Dari ayat ini mengandung pengertian bahwa dasar yang esensial dari hasil belajar agama kristen yaitu kebenaran injil, karena hanya dengan kebenaran injil, manusia dapat berdiri tegak, manusia dapat memahami bahwa dirinya adalah makluh yang sangat penting dan sangat mulia. Mengapa demikian? Karena Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya. Oleh sebab itu siswa harus menyakini akan kemampuan yang telah diberikan Tuhan didalam dirinya, dengan penuh kepercayaan diri dan motivasi belajar yang tinggi, hal ini dikarenakan kepercayaan diri dan motivasi belajar memungkinkan seseorang untuk mencapai hasil belajar yang tinggi. Siswa yang mencapai hasil belajar yang tinggi dapat menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Siswa yang memiliki karakter percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Siswa yang memiliki karakter percaya diri tahu apa yang harus dilakukannya, dan melakukannya dengan baik.
9
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan dapat diperoleh gambaran bahwa kepercayaan diri dan motivasi belajar merupakan faktor internal yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian hasil belajar siswa, oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti tentang kepercayaan diri dan motivasi belajar, pada siswa dalam kaitannya dengan hasil belajar agama kristen. Selain itu peneliti
ingin mengetahui apakah kepercayaan diri dan motivasi
belajar mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar agama kristen siswa di SMTK Setia bulagi, terdiri dari para pelajar yang semestinya mempunyai kepercayaan diri dan motivasi belajar yang tinggi. B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Sejauh manakah kontribusi kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng? 2. Apakah kepercayaan diri mengambil peranan penting dalam menentukan hasil belajar siswa, khususnya pada hasil belajar dibidang studi agama kristen? 3. Bagaimanakah seharusnya kepercayaan diri mempengaruhi hasil belajar siswa? 4. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng? 5. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng? 6. Berapa besar pengaruh atau kontribusi motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng?
10
7. Apakah terdapat pengaruh kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah serta agar penelitian lebih terfokus dan mendalam maka penelitian ini hanya dibatasi pada masalah:
1. Apakah kepercayaan diri berpengaruh terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi? 2.
Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi?
3. Apakah kepercayaan diri dan motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi?
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah maka, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng? 2. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng?
11
3. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng. 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng. 3. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara ilmiah bahwa kepercayaan diri
dan motivasi belajar mempunyai
pengaruh terhadap hasil belajar agama kristen. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Kegiatan penelitian ini
mampu memberikan pengalaman
yang
bermanfaat untuk melengkapi pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah. b. Bagi Peneliti Lain
12
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menjadi kompas informasi dan referensi dalam penelitian yang berhubungan dengan variabel yang sejenis, dengan catatan digunakan dengan semestinya. c. Bagi Siswa. Dapat menilai dan mengetahui tingkat kepercayaan diri dan motivasi belajar sebagai suatu potensi yang tersebunyi dalam diri siswa, sehingga siswa memiliki upaya untuk selalu meningkatkannya baik di sekolah maupun di luar sekolah. d. Bagi Guru Pendidikan Kristen. 1) Mengetahui tingkat kepercayaan diri dan motivasi belajar siswa didiknya. 2) Mengetahui pengaruh kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa. 3) Dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi belajar siswa yang masih kurang. 4) Sebagai upaya pihak sekolah khususnya guru, untuk meningkatkan dan mengembangkan kepercayaan diri dan motivasi belajar siswa di SMTK Setia Bulagi Sulteng. e. Bagi Sekolah. 1) Bagi SMTK Setia Bulagi Sulteng, penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa baik kepercayaan diri dan motivasi belajar memiliki andil pada hasil belajar siswa. 2) Sebagai pertimbangan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
13
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKAH BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1. Hakikat Hasil Belajar Agama Kristen
a. Devinisi Belajar
Belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan jenjang pendidikan, hal ini dikarenakan bahwa pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa disekolah dan lingkungan sekitarnya. Syah menyatakan bahwa pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.10 Dari uraian ini belajar merupakan suatu kegiatan berproses untuk memperoleh pengetahuan yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh Witting yaitu: a. Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi; b. Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;c.Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi.11
Implikasi dari pendapat Witting tentang tiga tahapan dalam belajar ini mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Hal ini 10
Syah Muhibbin Psikologi Belajar (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), 115 Ibid, 116
11
14
dikarenakan bahwa informasi merupakan dasar dari pengetahuan artinya agar siswa mempunyai pengetahuan maka siswa harus mendapatkan informasi dari seorang pendidik, menyimpan dalam akal budi serta mengaplikasikan dalam konteks kehidupan dilingkungan keluarga, masyarakat maupun lingkungan sekolah. Untuk menambah khasanah pengetahuan tentang belajar akan diuraikan beberapa pengertian belajar dari ahli pendidikan menurut Ausubel menyatakan belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang sudah ada.12 Implikasi dari uraian ini adalah belajar sebagai suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan siswa untuk memperdalam pengetahuan, belajar merupakan suatu proses pembentukan karakter siswa yang belajar, belajar dapat meningkatkan ketrampilan didalam diri individu yang belajar.
Uno menjabarkan pengertian belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungannya yang
12
Ibid, 2
15
dilakukan secara formal, informal, dan nonformal.13 Dalam hal ini dapat diketahui bahwa, belajar adalah sebuah proses panjang untuk dapat mengalami suatu perubahan, yaitu baik secara formal, informal, dan nonformal. Sardiman Menyatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.14 Dalam argumentasi ini, dapat disintesis bahwa belajar itu merupakan suatu perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui beberapa kegiatan berupa membaca, meniru, mendengarkan, dan mengamati secara langsung agar perubahan dalam belajar itu tidak dikatakan, sebagai secara lisan (verbalistik) atau hanya sebatas teori saja. Belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Suryabrata belajar dan mengajar adalah masalah setiap orang, karena setiap orang sejak dahulu hingga sekarang berusaha mendidik anak-anak nya dan anakanak lain yang diserahkan kepadanya untuk di didik.15 Pendapat ini mengandung arti
13
Hamzah Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007),22 14 Sardiman, 20 15 Suryhabata, 227
16
bahwa proses belajar mengajar pada dasarnya dimulai dari lingkungan keluarga, dimana orang tua berperan aktif dalam mendidik anaknya.
Sehubungan dengan ini maka Nana Syaodih Menyatakan bahwa sebagian besar dari proses perkembangan berlangsungnya melalui kegiatan belajar, belajar yang disadari atau tidak, sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau media elektronik, belajar disekolah atau dirumah, dilingkungan kerja atau masyarakat. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan dalam diri seseorang yang belajar apakah itu mengarah kepada yang lebih baik ataupun yang kurang baik, direncanakan atau tidak, dan hal lain yang terkait dalam belajar adalah pengalaman, yaitu pengalaman berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan.16 Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu hal yang tidak
bisa lepas dalam kehidupan manusia, belajar adalah hal yang sangat erat
hubungannya dengan kehidupan manusia, hal ini dikarenakan bahwa belajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja, karena belajar mempunyai tujuan yaitu perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu, yang diperoleh melalui latihan dan pengalaman, jadi belajar itu ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku atau penampilan, setelah melalui proses membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan mengalami langsung.
Pengertian belajar menurut Cronbach Mengemukakan bahwa learning is shown by change in behaviour as a result of experience (belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman). Sementara menurut Wittig belajar sebagai any relatively permanen change in an organism behavioral repertoire that accurs as a result of experience (belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman).17
16
Yusuf, Dasar-dasar Pembinaan Kemampuan Proses Belajar Mengajar (Bandung : CV. Andria, 1993) , 157 17 Djamarah, 12
17
Dari uraian para ahli pendidikan ini dapat diambil kesimpulan bahwa belajar berkaitan dengan penemuan suatu hal yang baru, perubahan karakteristik individu yang mengarah kepada sisi positif yang tidak mungkin dan tidak akan terlepas dari sebuah pengalaman. Ngalim Purwanto menyusun beberapa devinisi belajar dari beberapa tokoh pendidikan antara lain: 1. Hilgard dan bower dalam bukunya Theories Of Learning (1975) “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku sesorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. 2. Gagne, dalam buku The Conditions Of Learning (1977) “ Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi. 3. Morgan, dalam buku Introduction to psychology (1978) “ Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.18 Sedangkan menurut Muhibbin Syah belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Kemampuan anak didik memiliki dan mendapatkan ilmu pengetahuan yaitu dengan cara belajar, semakin tinggi belajar maka semakin tinggi pula ilmu pengetahuan.19 Dari pendapat ini mengandung pengertian bahwa belajar adalah proses memperdalam dan memperluas cakrawala pengetahuan siswa atau belajar adalah pilar utama dalam meningkatkan intelektual siswa.
Menurut Anurahman belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan, tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil 18
Ngalim Purwanto, 58 Muhibbin Syah , 63
19
18
pengalaman hidup itu sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya.20 Dari pengertian ini mengandung arti bahwa belajar merupakan suatu proses pembentukan kepribadian sikap siswa dari yang negative menjadi positif, dari yang tidak taat menjadi taat, dari yang tidak sopan menjadi sopan hal ini nyata dalam konteks kehidupan siswa, dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Evaline & Hartini Menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang didalamnya terkandung beberapa aspek antara lain:a. Bertambahnya jumlah pengetahuan, b. Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, c. Adanya penerapan pengetahuan, d. Menyimpulkan makna, e. Menafsirkan dan menghasilkannya dengan realitas, dan adanya perubahan sebagai pribadi.21 Dari uraian ini dapat diimplikasikan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperdalam pengetahuan siswa, belajar adalah suatu cara untuk mempertajam akal pikiran, dengan belajar siswa dapat menganalisis dan menyimpulkan suatu makna, dan dengan belajar pula siswa dapat menafsirkan suatu pengertian serta menciptakan pengertian baru dan menerapkan dalam konteks kehidupan. Menurut Oemar Hamalik bukti dari seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.22
Pendapat ini mengandung pengertian bahwa hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek mencangkup pengetahuan, pengertian, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, serta sikap anak didik, belajar juga sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha, 20
Anurrahman , Belajar dan Pembelajara, (Bandung: Alfa Beta,2009), 35 Evaline & Hartini, 4 22 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 30 21
19
untuk melakukan perubahan terhadap diri manusia, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan ataupun sikap, serta keinginan dalam diri seseorang yang menjadi motivasi untuk berkreatif dan bertindak aktif mencari dan menemukan keinginannya.
Sedangkan menurut Djamarah menguraikan pengertian belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari pengalaman individu, dalam interaksi dengan lingkungannya yang berkaitan dengan kognitif, afektif, dan psikomotorik.23 Dari beberapa uraian para ahli diatas dapat pula diketahui beberapa elemen penting tentang pengertian belajar yaitu: Pertama belajar adalah suatu proses perubahan dari ketidaktahuan, menjadi mengetahui dan memahami makna dari apa yang dipelajari hal ini dapat ditinjau dari segi kognitif.
Kedua belajar merupakan perubahan tingkah laku atau perbuatan seseorang baik bersifat positif maupun negative, dan dapat membawa suatu perubahan dalam sikap siswa
hal ini dapat dilihat dari segi kehidupan siswa. Ketiga belajar dapat
meningkatkan ketrampilan dalam diri siswa, artinya dengan belajar siswa mulai menggali potensi dalam dirinya, mengembangkan kemampuan yang dimiliki serta mengaplikasikan ketrampilan itu dalam konteks kehidupan nyata. Keempat belajar merupakan faktor penentu kesuksesan yang diraih oleh siswa, hal ini didasarkan pada ketekunan dan kegigihan siswa dalam belajar, artinya dengan semangat belajar maka siswa akan memperoleh hasil belajar yang sukses, yang tidak mengecewakannya.
23
Djamarah, 13
20
Cronbach Menyatakan unsur utama dalam proses belajar antara lain: Tujuan, kesiapan, situasi, interpretasi, respons, konsekwensi, dan reaksi terhadap kegagalan.24 Dari pendapat Cronbach tentang unsur utama dalam belajar mengandung pengertian bahwa belajar dimulai karena ada tujuan yang ingin dicapai, dan tujuan itu muncul untuk memenuhi kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan untuk mencapai tujuan belajar atau hasil belajar. Untuk dapat melakukan aktifitas atau perbuatan belajar dibutuhkan kesiapan fisik dan psikis, kematangan, dan kecakapan-kecakapan yang mendasar. Kegiatan belajar berlangsung atau berjalan dalam situasi belajar.
Dalam situasi belajar individu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan membuat kesimpulan. Berupa usaha coba-coba (trial and eror) atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan. Setiap usaha membawah hasil, akibat atau konsekwensi entah suatu keberhasilan atau suatu kegagalan.
Dalam
situasi
belajar
ada
kemungkinan
terjadinya
kegagalan
yang
mengakibatkan menurunya semangat, kesedihan, penyesalan, dan kekecewaan. Dari kegagalan tersebut bisa membuat seseorang untuk bangkit atau bahkan terpuruk atau tidak berusaha sama sekali dan menyerahkan kepada nasib atau takdir. Selanjutnya Uno menyatakan pada prinsipnya, dalam belajar terdapat empat komponen kegiatan, yaitu
24
Sutratina Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya (Jakarta : Bina Aksara, 1954), 49
21
(1) melakukan persepsi terhadap stimulus, (2) menggunakan pengetahuan prasyarat, (3) merencanakan respon, dan (4) pelaksanaan respon yang dipilih.25
Dari pengertian yang dijabarkan oleh Uno mengandung pengertian bahwa didalam belajar terdapat prinsip yang dapat mengaktifkan kegairahan siswa dalam belajar, penerimaan pada kegairahan untuk belajar, dapat mengatur bagaimana cara untuk dapat mengaplikasikan kegairahan dan penerimaan dalam pelaksanaan prinsip belajar.
Suparno menjelaskan beberapa prinsip dalam belajar sebagai berikut: (a) Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami; (b) Kontruksi makna adalah proses yang terus menerus; (c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan kegiatan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri; (d) hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungan belajar; (e) hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.26 Dalam penjabaran Suparno dapat disimpulkan bahwa belajar berarti menganalisis setiap kejadian, belajar berarti suatu proses memperluas cakrawala pemikiran dari pemikiran sempit menuju pemikiran luas, belajar bertujuan memperoleh hasil belajar oleh sebab itu pada bagian ini akan dibahas apa itu hasil belajar?
b. Devinisi Hasil Belajar
25
Hamzah Uno, Teori motivasi dan pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), 18
26
Suparmo, Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. (Makalah tidak diterbitkan, PPs UPI Bandung, 2007), 37
22
Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting dalam konteks pendidikan, hal ini dikarenakan bahwa dengan mengetahui hasil belajar maka siswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya dalam proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan hasil akhir yang telah dicapai siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan. Menurut kamus besar bahasa indonesia ”Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dikerjakan”27. Demikian pula menurut M. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa hasil belajar adalah pengungkapan hasil belajar ideal yang meliputi; Ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dalam proses belajar siswa atau mahasiswa.28
Dari pendapat M. Ngalim Purwanto ini lebih menekankan aspek
kejiwaan
dalam artian bahwa prestasi belajar dapat ditinjau dari perubahan psikologis dalam diri siswa, hasil belajar adalah gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran.
Selanjutnya hasil belajar menurut Hamalik berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.29 Pendapat ini mengandung pengertian bahwa hasil belajar dapat ditinjau dari perubahan karakteristik siswa sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya. Djamarah juga merumuskan pengertian tentang hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang
27
Tim Penyusun , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 444 28 Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000) 32 29 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Manager (Bandung : Sinar Baru Algessindo, 2000) ,48
23
baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.30
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diimplikasikan bahwa hasil belajar adalah nilai pelajaran sekolah, yang dicapai oleh siswa berdasarkan kemampuan atau usahanya dalam belajar. Hasil belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu yang menyangkut kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses belajar yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui suatu proses pembelajaran berhasil atau tidak diperlukan suatu pengukuran.
Nurkancana menyatakan pengukuran adalah proses penentuan luas kuantitas sesuatu.31 Artinya hasil belajar sebagai proses belajar siswa biasanya diukur melalui evaluasi pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran yang disajikan dalam buku laporan prestasi belajar siswa atau raport. Raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa.32
Dari uraian ini berarti hasil belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi anak didik, pendidik, wali murid dan sekolah, karena nilai atau angka yang diberikan merupakan manifestasi dari prestasi belajar siswa dan berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap siswa yang bersangkutan maupun
30
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), 13 Nurkancana, Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1986),2 32 Ibid, 3 31
24
sekolah. Hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Saifudin Azwar menyatakan hasil belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan.33 Dari pendapat Saifudin mengenai hasil belajar dapat ditinjau dari segi evaluasi atau penilaian yang diberikan seorang pendiidik. Hasil belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar karena setiap perbuatan manusia untuk mencapai tujuan, selalu diikuti oleh pengukuran dan penilaian, demikian pula halnya dengan proses pembelajaran.
Dengan mengetahui hasil belajar, dapat diketahui kedudukan anak di dalam kelas, apakah anak termasuk kelompok pandai, sedang atau kurang. Hasil belajar ini dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun simbol pada periode tertentu, misalnya tiap caturwulan atau semester.
Nasution Menyatakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazim diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan guru. Bila angka yang diberikan guru rendah, maka hasil belajar seseorang dianggap rendah. Bila angka yang diberikan guru tinggi, maka hasil belajar seorang siswa dianggap tinggi sekaligus dianggap sebagai siswa yang sukses dalam belajar.34 Pendapat ini mengandung pengertian bahwa hasil belajar mengarah kepada optimal dari kegiatan belajar. Supartha, menyatakan bahwa hasil belajar adalah 33
Saifudin Azwar. Pengantar Psikologi Intelegens (Jogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996) 34 Farid Nasution, Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan Belajar, Sarana Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. (Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 8. Nomor 1. 2001), 72 34
25
kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes.35 Penjabaran ini mengandung pengertian bahwa tes merupakan cara untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam usaha belajar yang dilakukan dalam periode tertentu. Hasil belajar dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui materi pelajaran yang telah diajarkan atau dipelajari.
Sehubungan dengan ini maka, selanjutnya Supartha, merumuskan kegunaan hasil belajar diantaranya adalah : (1) untuk mengetahui efisiensi hasil belajar yang dalam hal ini diharapkan mendorong siswa untuk belajar lebih giat, (2) untuk menyadarkan siswa terhadap tingkat kemampuannya; dengan melihat hasil tes atau hasil ujiannya siswa dapat menyadari kelemahan dan kelebihannya sehingga dapat mengevaluasi dan bagaimana caranya belajar selama ini, (3) untuk petunjuk usaha belajar siswa, dan (4) untuk dijadikan dasar untuk memberikan penghargaan.36 Melihat dari pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang berwujud perubahan ilmu pengetahuan, keterampilan motorik, sikap dan nilai yang dapat diukur secara aktual sebagai hasil dari proses belajar. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut
hasil belajar dalam hal ini secara
konseptual diartikan sebagai hasil kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak baik berupa kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dapat diukur melalui tes atau ujian. Dari uraian tentang hasil belajar ini yang menjadi pertanyaan adalah apa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar? Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar 35
Supartha, ” Validitas Prediktif Nilai Tes Kemampuan Awal Akademik Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMA Unggulan Se-Kota Denpasar”. Tesis (tidak diterbitkan) Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja, 2004), 33 36 Ibid, 34
26
Menurut Suryabrata (1) faktor belajar yang berasal dari luar diri si pelajar yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial, instrumental kurikulum, program, sarana dan guru, (2) faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar faktor fisiologis (kondisi fisik secara umum, kondisi panca indera dan faktor psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif).37 Dalam konteks ini mengandung pengertian bahwa faktor yang mempengaruh hasil belajar terdiri dari dua bagian yaitu secara internal dan eksternal. Secara internal yaitu hasil belajar diraih oleh siswa karena kerja keras siswa dalam proses pembelajaran atau suatu motivasi, dorongan didalam diri siswa untuk meraih hasil belajar yang memuaskan. Sedangkan secara eksternal prestasi belajar terwujud karena dipengaruhi oleh lingkungan alam, kehidupan sosial siswa dan guru sebagai ujung tombak yang menentukan prestasi belajar siswa.
Berkenaan dengan ini maka Sardiman Menyatakan ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu : faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal), faktor internal ini biasanya berupa minat, motivasi, kondisi fisik sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal), biasanya berupa : hadiah, guru atau dosen, keluarga.38
Dari pengertian yang dijabarkan Sardiman jelas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kondisi belajar yang mempengaruhi perbuatan belajar berasal dari dalam diri anak itu sendiri dan faktor eksternal yaitu kondisi belajar dipengaruhi dari luar diri siswa.
37
Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : CV. Rajawali, 1987), 233 Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta. PT. Raya Grafindo Persada, 2001), 43 38
27
Natawijaya menyatakan faktor internal antara lain adalah: motif, kematangan, kondisi jasmani, keadaan alat indera, minat dan kemampuan. Faktor eksternal dalam belajar adalah faktor yang berasal dari luar diri pelajar seperti penghargaan, hadiah, maupun hukuman. Belajar akan lebih berhasil bila individu yang belajar diberikan hadiah yang dapat memperkuat stimulus dan respon.39
Dari pendapat ini dapat disintesis bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara internal yaitu motivasi belajar dalam diri siswa dan keadaan fisik siswa yang sehat dapat meningkatkan prestasi belajar. Sedangkan secara eksternal dapat ditinjau dari penghargaan yang diberikan oleh guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Soeitoe mengatakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah suasana dan tempat belajar juga mempengaruhi individu dalam berlajar baik di sekolah dan di luar sekolah, antara lain keadaan udara, cuaca, dan tempat belajar perlu diatur jangan terlalu dingin dan jangan terlalu panas, disamping itu cahaya juga penting sekali, bagi anak-anak yang berjam-jam lamanya harus menulis dan membaca dengan penuh konsentrasi. Ruangan yang tenang memberikan suasana yang gembira dari pada ruangan yang gelap.40 Dari penjabaran ini lebih menekankan aspek tempat dan fasilitas belajar yang memadai. Sedangkan muhammad Surya menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain dari sudut si pelajar, proses belajar dan dapat pula dari sudut situasi belajar.41
39
Natawijaya, Psikologi Pendidikan (Jakarta : CV. Mutiara 1987) , 30 Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1987) ,105 41 Muhammad Surya Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. (Bandung : Jurusan PPB FIB IKIP Bandung, 1996), 56 40
28
Dari argumentasi ini yang dimaksud dengan sudut si pembelajar yaitu siswa, prestasi belajar seseorang dipengaruhi antara lain oleh kondisi kesehatan jasmani siswa, kecerdasan, bakat, minat dan motivasi, penyesuaian diri serta kemampuan berinteraksi siswa dan yang bersumber dari proses belajar, maka kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran sangat menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang menguasai materi pelajaran dengan baik, menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat, mampu mengelola kelas dengan baik dan memiliki kemampuan untuk menumbuh kembangkan motivasi belajar siswa untuk belajar, akan memberi pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa untuk belajar. Sedangkan situasi belajar siswa, meliputi situasi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.
c. Devinisi Hasil Belajar PAK
Pendidikan Agama kristen dimulai dengan terpanggilnya abraham menjadi nenek moyang umat pilihan Tuhan, bahkan Agama Kristen berpokok kepada Allah sendiri, karena Allah yang menjadi pendidik agung bagi umatNya. 42 Artinya latar belakang histori dari agama kristen yaitu pada saat Allah memanggil atau memilih abraham untuk keluar dari keluarganya, dan pergi ketempat yang Allah janjikan baginya. Dalam kejadian 18:19 Allah berkata mengenai Abraham,‟ Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-ananknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan dengan melakukan
42
I. H. Enklaar dan E.G. Homrihausen, Pendidikan Agama Kristen. (Jakarta: Gunung Mulia,
2009 ), 1
29
kebenaran dan keadilan, dan supaya Tuhan memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikanNya kepadanya.‟ Melalui kata-kata ini kita diberitahu alasan mengapa Alllah memutuskan untuk memberi Abraham sebuah pengertian mengenai keputusanNya untuk menghancurkan kota-kota lembah Yordan.
Abraham dipilih Allah untuk menjadi bapa dari sebuah bangsa yang besar dan menjadi berkat bagi semua bangsa dibumi. Tetapi supaya janji kepada Abraham dapat terpenuhi dan Tuhan dapat memberikan berkat yang telah dijanjikanNya, Abraham harus mengajarkan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang telah ditunjukkan Tuhan dengan melakukan kebenaran dan keadilan.
Dari ayat ini menurut Louis Berkhof dan Cornelius Van Til menyatakan bahwa Tuhan Menyatakan demikian supaya Abraham dapat menjadi guru yang benar-benar efektif yang mengajarkan bahwa berkat dari Yahweh hanya dapat dinikmati dengan ketaatan, dan ketidaktaatan diiganjar maut, maka harus diberitahukannya kepadanya bahwa kota-kota lembah Yordan akan dihancurkan karena tuntutan kebenaran dan keadilan.43
Hal ini memperingatkan bangsa Israel untuk selalu rajin mengingatkan anakanak mereka mengenai pekerjaan ajaib Allah yang telah memimpin bangsa itu dimasa lalu supaya anak-anak ini melayani Allah dengan kerelaan hati, dan kita mendengar apa yang dianggap sebagai jawaban sukacita dari orang Israel yang benar terhadap semua peringatan ini sebagaimana tercatat dalam Mzm 78 : 2-7
43
Louis Berkhof dan Cornelius Van Til, Dasar Pendidikan Kristen, ( Surabaya: Momentum,
2008), 45
30
Aku mau membuka mulut mengatakan Amsal Aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala Yang telah kami dengar dan kami ketahui, Dan yang telah diceritakan kepada kami, oleh nenek moyang kami, Kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, Tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian Puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatanNya Dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukanNya. Telah ditetapkanNya peringatan di Yakup Dan hukum taurat diberiNya di Israel Nenek moyang kita diperingatkanNya, untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka, Supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, Supaya anak-anak yang akan lahir kelak, Bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka, Supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah Dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah Tetapi memegang perintah-perintahNya. Sehubungan dengan hal ini menurut Robert R. Boehlke menyatakan pemilihan Allah kepada Abram berdasarkan keyakinan bahwa Allah memanggil Abram dan ia menjawab melalui imannya, keturunannya disebut bangsa yang terpilih, dari segi para
31
teolog pertengahan abad ke-7 seb. M., pemilihan itu terjadi hanya karena anugerah Tuhan saja dan bukan sebagai hasil perbuatan hebat abram dan keluarganya.44 Argumentasi ini berdasarkan kitab Ul 7:7-8 Menyatakan “Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati Tuhan terpikat olehmu dan memilih kamu- Bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? tetapi karena Tuhan mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah di ikrarkanNya kepada nenek moyangmu, maka Tuhan telah membawah kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan”
Selanjutnya I.H Enklaar dan E. G. Homrihousen, menyatakan bahwa agama kristen merupakan pemberian dan amanat Tuhan sendiri kepada jemaatNya bahwa Tuhan telah memanggil dan mengangkat dari antara anggota-anggota gereja baik rasulrasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, pelbagai tugas diletakkan Tuhan atas bahu jemaat, beberapa pelayanan dipercayakanNya kepada gerejaNya dibumi ini diantaranya termasuk pula tugas mengajar dan mendidik orang atau siswa dalam agama kristen. 45 Dari uraian ini mengandung pengertian bahwa tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik kristen merupakan tugas yang sangat mulia, dan penting karena hal ini merupakan mandat dari Allah kepada para pendidik.
Calvin menguraikan pengertian tentang agama kristen adalah pemupukan akal orang-orang percaya dan anak-anak mereka dengan firman Allah dibawah 44
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen dari Plato sampai IG Loyola (Jakarta: BPK Gunumg Mulia,2006), 472 45 I. H. Enklaar dan E.G. Homrihausen, 21
32
bimbingan Roh Kudus, melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja, sehingga dalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang bersinabung yang diejawantahkan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus berupa tindakan-tindakan kasih terhadap sesamanya.46 Implikasi dari argumentasi celvin tentang pendidikan kristen yaitu pendidikan kristen bertujuan mendidik peserta didik untuk menaklukan rasio dibawah kebenaran Allah, pendidikan kristen mendasarkan aspek kerohanian pesertadidik dapat bertumbuh dikarenakan bimbingan dari Roh Kudus, pendidikan kristen menekankan kepada pesertadidik agar mengabdikan diri secara total kepada Tuhan Yesus dalam bentuk tindakan kasih terhadap Tuhan dan manusia. Dasar pembelajaran agama kristen dapat ditinjau dari kitab Ulangan 6:4-9 “ Dengarlah hai orang israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu, apa yang kuperintahkan kepadamu haruslah engkau perhatikan, dan haruslah
engkau
mengajarkanya
berulang-ulang
kepada
anak-anakmu
dan
membicarakanya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang didahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu”. Dari ayat ini dapat ditafsirkan bahwa dasar yang esensial dari pendidikan kristen adalah tindakan
kasih terhadap Tuhan dan sesama, kasih dalam hal ini bukanlah
kepura-puraan melainkan kasih yang berasal dari dalam hati manusia serta 46
Robert R. Boehlke, 413
33
mengajarkannya berulang-ulang kali, dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah sesuai dengan ajaran yang benar yaitu firman Allah yang telah dinyatakan dalam Alkitab. Penulis Amsal 22: 6 Menyatakan“ Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Dari ayat ini dapat ditafsirkan bahwa jalan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kebenaran Allah atau wahyu Allah artinya seorang pendidik kristen harus mendidik siswa sesuai dengan wahyu Allah agar dimasa tua ia tidak menyimpang dari kebenaran Allah. Bukan hanya itu saja dalam konteks perjanjian baru dalam kitab Efesus 6:1-4 menyatakan “ Hai anak-anak, taatilah orang tuamu didalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayah dan ibumu ini adalah suatu perintah yang penting seperti yang nyata dari janji ini, supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu dibumi. Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah didalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka didalam ajaran dan nasihat Tuhan” Dari ayat ini pengajaran menekankan aspek ketataan anak terhadap orang tua didalam Tuhan dan didikan yang bijak dari orang tua kepada anak hal ini harus dilandaskan firman Allah. Mengapa? Karena firman Allah adalah ajaran yang mutlak benar, hal ini dikarenakan bahwa dasar dari kebenaran firman adalah bersumber dari kebenaran itu sendiri yaitu Allah. Selanjutnya dalam II Timotius 3:16 Menyatakan “ Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” Dari ayat-
34
ayat ini ada beberapa elemen penting dalam konteks pengajaran agama kristen yaitu pengajaran tentang keTuhanan diajarkan oleh pendidik dari masa dalam kandungan hingga akhir hayat agar bertumbuh iman dan pengenalan yang sejati tentang Yesus Kristus. Dasar pengajaran kristen bersifat Imperatif yaitu suatu unsur keharusan mutlak yang tidak boleh tidak, mutlak untuk mendidik atau membesarkan didalam ajaran Tuhan. Mendasarkan pengajaran pada Firman Allah. Pendekatan yang digunakan adalah multi metode, berpusat pada peserta didik, peserta didik adalah subjek dan isi dari pengajaran berupa nasihat, didikan ajaran norma Tuhan dalam pembentukan nilainilai karakteristik peserta didik. Pengajaran agama kristen mempunyai andil yang sangat penting dalam pembentukan karakteristik peserta didik, hal ini dikarenakan pengajaran kristen bersifat Teosentri yaitu melandasi kedaulatan Allah sebagai pusat dari pengajaran, artinya hanya Allah yang berdaulat membentuk karakteristik peserta didik. Agama kristen juga memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan peserta didik, agama kristen menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari peran agama kristen amat penting bagi kehidupan peserta didik maka pembelajaran agama kristen sebagai pilar utama dalam pendidikan, baik pendidikan dilingkungan keluarga, dilembaga pendidikan formal, maupun nonformal dalam masyarakat. Mengapa? Karena pendidikan kristen dimaksudkan untuk peningkatan potensi spritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Aklak mulia
35
mencangkup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama kristen. Peningkatan potensi spiritual, mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai ajaran kristen serta pengalaman nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun dalam masyarakat. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi yang dimiliki peserta didik yang aktualisasinya, mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makluh Tuhan. Pendidikan agama kristen membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Inilah rancangan pendidikan kristen lebih menekan moralitas moral knowing, moral feeling, dan moral action. Agama Kristen merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menunjang kehidupan dalam segala perwujudan makna: hidup sepanjang hayat, dan dorongan peningkatan
kehidupan.
Lingkup
bidang
kajiannya
memungkinkan
manusia
memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek-aspek spasial eksistensi manusia, agar manusia memahami karakteristik dunianya dan tempat hidupnya.
Bidang kajian Agama kristen meliputi seluruh ciptaan Allah, hubungan antara manusia dengan Tuhan, lingkungan, serta pertalian antara manusia dengan sesama manusia. Pendidikan agama kristen disajikan kepada siswa dengan tujuan supaya siswa mampu mengalami perjumpaan dengan Tuhan dalam pengalaman keseharian dan dengan demikian dapat mengalami transformasi nilai-nilai kehidupan. Hal ini dikarenakan siswa kristen yang hidup dimasa kini berhadapan dengan berbagai tawaran nilai-nilai kehidupan yang bersifat positif maupun negatif.
36
Oleh sebab itu maka seorang pendidik kristen harus memahami sistem penilaian dalam pendidikan agama kristen merupakan hal yang sangat penting, hal ini dikarenakan bahwa upaya untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar perlu dilakukan penilaian atau evaluasi dengan penilaian dapat diketahui kemampuan, kesanggupan, penguasaan seseorang tentang pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai.
Secara umum pengertian penilaian adalah metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu, pesertadidik atau kelompok.47 Sementara Abdul Majid mengungkapkan bahwa penilaian adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar.48
Dari kedua pendapat diatas dapat diimplikasikan bahwa penilaian adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengumpulkan data atau informasi tentang perkembangan siswa dalam belajar. Penilaian adalah suatu upaya seorang pendidik untuk mengetahui secara akurat sejauh mana kompetensi yang telah dikuasai oleh seorang siswa dan data tersebut dapat dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengambil keputusan apakah siswa tersebut berhasil dalam prosese pembelajaran atau tidak.
Supartha
menyatakan
penilaian
pendidikan
adalah
penilaian
tentang
perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, tujuan
47
Abdul Ghofur, Pedoman umum pengembangan penilaian, (Jakarta: Diknas, 2004),10 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda, 2005),185
48
37
penilaian
adalah
untuk
mengetahui
dan
mengumpulkan
informasi
terhadap
perkembangan dan kemajuan, dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum.49 Dari pendapat ini mengandung pengertian bahwa penilaian dalam proses pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengetahui perkembangan intelektual atau pengetahuan siswa.
Selanjutnya Supartha, Menyatakan penilaian dalam pendidikan ada beberapa jenis, yaitu penilaian formatif, sumatif, penempatan, dan diagnostik. Di samping itu, dapat juga dikatakan bahwa jenis-jenis penilaian sebagai berikut: (1) ulangan harian mencakup bahan kajian satu pokok bahasan atau beberapa pokok bahasan untuk memperoleh umpan balik bagi guru, (2) ulangan umum merupakan ulangan yang mencakup seluruh pokok bahasan, konsep, tema, atau unit dalam catur wulan atau semester yang bersangkutan dalam kelas yang sama. Hasil ulangan umum selain untuk mengetahui pencapain siswa juga digunakan untuk keperluan laporan kepada orang tua siswa dan keperluan administrasi lain, bentuk alat penilaiannya adalah berupa pilihan ganda dan sering dilakukan secara bersama-sama pada suatu wilayah maupun wilayah tingkat I, (3) ujian akhir, ujian akhir ada yang bersifat nasional, ada yang bersifat regional, dan ada yang bersifat lokal. Hasil penilaian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan kelulusan siswa dan digunakan untuk pemberian surat tanda tamat belajar.50 Sedangkan menurut Purwanto menyatakan penilaian adalah suatu evaluasi yang dilakukan sekolah mempunyai tiga fungsi pokok yang penting, yaitu: (1) untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan, dalam rangka waktu tertentu, (2) untuk mengetahui sampai di mana perbaikan suatu metode yang digunakan guru dalam mendidik dan mengajar, dan (3) dengan mengetahui kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam evaluasi selanjutnya dapat diusahakan perbaikan.51 Dari uraian ini dapat diimplikasikan bahwa penilaian merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan karena dengan penilaian maka seorang pendidik dapat mengetahui perkembangan 49
Supartha, 2004,36 Ibid,37 51 Ngalim Purwanto, 42 50
38
intelektual peserta didik, dan dengan penilaian pula seorang pendidik dapat mengevaluasi sistem pengajaran.
Menurut Merry Setiawani dan Sthepen Tong Penilaian kristen terdiri dari dua bagian antara lain:1.Penilaian Berdasarkaan Hasil belajar antara lain:a. Penilaian berdasarkan nilai b. Penilaian berdasarkan bakat c. Penilaian berdasarkan tingkah laku 2. Penilaian Berdasarkan Proses Belajar a. Memperkembangkan yang terbaik b. Berdasarkan etika kristen c. Mementingkan pertumbuhan kristen52 Dari pendapat diatas dapat dianalisis beberapa hal yaitu penilaian berdasarkan hasil belajar mengandung pengertian bahwa evaluasi hasil belajar siswa dapat diketahui berdasarkan nilai yang telah diberikan guru kepada siswa. Nilai yang diberikan guru kepada siswa sebagai suatu penentu kesuksesan siswa dalam memperoleh hasil belajar.
Penilaian berdasarkat bakat menonjolkan aspek psikologis dalam diri siswa artinya bahwa seorang siswa harus mampu untuk mengembangkan bakat atau potensi yang ada dalam dirinya secara semaksimal mungkin, dan penilaian berdasarkan tingkah laku lebih menekankan aspek moralitas didalam diri siswa, hal ini bisa dinilai oleh seorang pendidik dari pengamatan langsung karakteristik siswa dalam kehidupan lingkungan sekolah apakah siswa tersebut mempunyai tingkah laku atau perbuatan yang baik ataukah tidak? Artinya perbuatan adalah penentu apakah siswa memperoleh nilai yang sukses atau tidak?
Sedangkan penilaian berdasarkan proses belajar berkenaan dengan ruang dan waktu dalam melaksanakan proses pembelajaran, hal ini bisa ditinjau dari segi kepribadian siswa dalam artian bahwa apakah siswa secara aktif mengembangkan yang 52
Mary Setiawani dan Sthepen Tong, Seni Membentuk karakter Kristen, (Surabaya: Momentum, 2012),22-27
39
terbaik pada saat proses pembelajaran berlangsung atau tidak, mengembangkan yang terbaik dalam hal ini adalah dimana siswa menaati tata tertib atau peraturan dalam berlangsungnya proses belajar mengajar, siswa aktif dalam berinteraksi dengan pendidik.
Berkenaan dengan penilaian PAK maka Sariaman Sitanggang menyatakan bahwa tujuan penilaian PAK adalah: 1. Penelusuran proses pembelajaran PAK yang telah dilaksanaakan, apakah pembelajaran tersebut telah sesuai dengan perencanaan pembelajaaran PAK atau belum. 2. Untuk mengecek, apakah pesertadiddik memiliki kelemahan-kelemahan dalam merespon pembelajaran PAK yang dilakukan.3. Pencarian hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan-kelemahan yang dimiliki pesertadidik tersebut. 4. Penetapan kesimpulan apakah pesertadidik telah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan dalam standar isi (SI) atau belum.53 Dari uraian yang telah dijabarkan diatas dapat dianalis bahwa tujuan dari evaluasi yaitu untuk meneliti secara akurat dan sistematis tentang apakah proses pembelajaran siswa telah mencapai tujuan yang maksimal ataukah belum, tujuan maksimal dalam proses pembelajaran ini biasanya ditinjau dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tujuan evaluasi yaitu untuk meneliti apakah secara psikologis dan fisiologis attau kondisi fisik siswa mempunyai kelemahan atau tidak, dan tujuan evaluasi yaitu untuk menelusuri sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kelemahan siswa dalam belajar, tujuan yang terakhir dari evaluasi yaitu untuk mengambil keputusan tentang seberapa besar hasil kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.
Tujuan penilaian adalah untuk mengukur atau mengetahui secara mendalam tentang kedalaman pengetahuan siswa atau seberapa besarkah kecerdasan siswa dalam 53
Sariaman Sitanggang,152
40
proses pembelajaran. Dan fungsi penilaian pula sebagai bahan evaluasi bagi seorang pendidik dan siswa bagaimana cara belajar siswa dan bagaiaman cara mengajar pendidik, apakah cara belajar siswa telah mencapai hasil maksimal ataukah belum, apakah cara mengajar pendidik sudah mencapai tujuan maksimal ataukah belum hal ini dapat ditinjau dari segi hasil belajar siswa.
Agar penilaian PAK dapat mencapai tujuan dan fungsi penilaian yang akurat dan mendalam maka penilaian harus dilandaskan oleh prinsip penilaian PAK. Menurut Sariaman Sitanggang terdiri dari lima bagian antara lain:1). Berfokus pada penjejangan kompetensi pesertadidik. 2). Penilaian bekelanjutan. 3). Bersifat mendidik. 4). Mengumpulkan data dan informasi. 5). Untuk menyimpulkan mana yang benar dan mana yang salah.54
Dari lima prinsip yang dijabarkan diatas mengandung pengertian bahwa prinsip dalam penilaian harus berpusat pada keahlihan, kemampuan dan ketrampilan dalam diri siswa, prinsip dalam penilaian harus bersifat berkelanjutan atau terus menerus untuk mengumpulkan informasi tentang hasil belajar siswa, prinsip dalam penilaian juga harus dilandasi oleh kebenaran artinya seorang pendidik harus dengan penuh kebenaran untuk menilai hasil belajar siswa.
Dalam sistem penilaian pembelajaran PAK terdapat beberapa bentuk penilaian selanjutnya menurut Sariaman Sitanggang bentuk-bentuk penilaian antara lain:1. Tes
54
Sariaman Sitanggang,153
41
tertulis 2. Pertanyaan lisan 3. Penilaian kinerja 4. Penilaian forto folio 5. Penilaian proyek 6. Penilaian sikap. 55
Dari pendapat ini dapat dianalisis bahwa bentuk-bentuk penilaian terdiri dari enam indikator yang mengandung pengertian bahwa dalam proses penilaiaan maka seorang pendidik perlu untuk memahami secara jelas tentang bentuk-bentuk penilaian karena hal ini dapat menghasilkan hasil penilaian yang valid atau sahih dan dapat dipercaya. Penilaian dalam bentuk tertulis hal ini dapat ditinjau dari segi test tertulis yang diberikan guru kepada siswa, tes tertulis terdiri dari tiga bagian yaitu test objektif (dalam bentuk pilihan ganda), tes non objektif (dalam bentuk isian singkat), uraian ( dalam bentuk bebas).
Test dalam bentuk pertanyaan lisan mengandung peengertian bahwa dalam proses pembelajaran seorang pendidik harus memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui apakah siswa memahami materi yang sudah dijelaskan atau tidak? Pertanyaan lisan ini juga dapat digunakan untuk mengetahui daya atau tarap serap siswa yang berkenaan dengan ranah kognitif.
Test dalam bentuk kinerja adalah suatu cara penilaian yang menekankan siswa untuk mendemontrasikan pengetahuan yang ia miliki terhadap berbagai konteks sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh seorang pendidik. Bentuk penilaian forto folio mengandung pengertian bahwa penilaian dilakukan berdasarkan kumpulan kertas berharga yang dimiliki siswa sebagai bahan dalam melaksanakan penilaiaan.
55
Ibid,154-156
42
Penilaian proyek mengandung pengertian bahwa dalam melakukan penilaian terhadap siswa maka seorang pendidik harus memberikan tugas kepada siswa untuk diikerjakan, tugas yang diberikan guru kepada siswa adalah cara seorang pendidik untuk memberikan penilaiaan dalam bentuk penilaian proyek dan hal yang paling penting dalam penilaiaan adalah sikap siswa apakah mengarah ke hal yang bersifat positif ataukah negatif. Penilaan sikap menekankan aspek afektif yaitu perubahan karakteristik siswa yang dapat ditinjau dari segi kehidupan siswa, sistem penilaian ini dapat dilakukan dengan mengamati kehidupan belajar siswa disekolah maupun
diluar
sekolah. Dari uraian para ahli pendidikan kristen dan para teolog tentang hasil belajar PAK maka hal ini dapat ditinjau dari tiga bagian penting yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
1). Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak dalam pengertian segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Menurut Anurrahman ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku yaitu Pengetahuan, Pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi.56
Dari pendapat ini mengandung pengertian bahwa pengetahuan mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari oleh siswa dan tersimpan didalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode yang telah dipelajari siswa. Pemahaman,
56
Annurahman,48
43
mengandung pengertian bahwa kemampuan menangkap sari dan makna hal-hal yang telah dipelajari siswa.
Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk menghadapi masalah nyata dan baru dalam konteks kehidupan. Perilaku ini misalnya tampak dalam kemampuan menggunakan prinsip. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya tampak dalam kemampuan menyusun program belajar. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Sebagai contoh kemampuan menilai hasil belajar siswa setelah mempelajari agama kristen. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2). Ranah afektif Ranah afektif yaitu system penilaian hasil belajar yang ditinjau dari segi sikap. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa
44
pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi, ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Menurut Annurahman terdiri dari lima jenis perilaku: a). Penerimaan, b). Partisipasi c). Penilaian dan penentuan sikap, d). Organisasi, e). Pembentukan pola hidup.57 Dari kelima jenis ini dapat dikatakan bahwa penirimaan mencakup kepekaan tentang hal-hal tertentu dan keseediaan memperhatikan hal tersebut. Partisipasi berkenaan dengan kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Penilaian mencakup penerimaan terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap. mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan menghayati nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
3). Psikomotorik Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif atau memahami sesuatu dan kemudian mengimplementasikan dalam bentuk sikap yang nyata dari hasil belajar afektif. Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Menurut Annurahman terdiri dari tujuh perilaku:a). Persepsi, b). Kesiapan, c). Gerakan 57
Ibid, 49
45
terbimbing, d). Gerakan terbiasa, e). Gerakan kompleks, f). Penyesuaian pola gerakan, g). Kreativitas,58
Hal ini mencakup kemampuan memilah-milah atau mendeskripsikan sesuatu secara khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu tersebut. Kesiapan, mencakup kemampuan menempatkan diri dalam suatu keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan, kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan. Misalnya meniru gerak tari, membuat lingkaran diatas pola. Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh, misalnya melakukan lempar peluru dengan tepat.
Gerakan kompleks, mencakup kemampuan melakukan gerakan atau ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efesien, dan tepat. Misalnya bongkar pasang peralatan secara tepat. Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya kemampuan bertanding dengan lawan tanding. Kreativitas, mencakup melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat gerakan senam sendiri.59
Dari uraian ranah psikomotor maka dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
58
Ibid, 50 Anurrahman, 48-54
59
46
kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
2. Hakikat Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri merupakan hal yang sangat penting dalam diri individu, hal ini dikarenakan bahwa kepercayaan diri adalah keadaan psikologis dalam diri seseorang, yang secara internal dapat mempengaruhi kehidupan siswa. Untuk memperdalam khasanah pengetahuan tentang kepercayaan diri maka kita akan meninjau hakikat dari percaya diri?
a. Devinisi Percaya Diri
Percaya diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri hal ini sesuai yang dijabarkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia percaya diri adalah: “Keyakinanan akan kemampuan, kelebihan diri sendiri bahwa akan meraih apa yang diinginkan, atau perasaan mendalam seseorang bahwa ia mampu berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.60
Uraian ini mengandung pengertian bahwa percaya diri adalah suatu hasrat yang mendalam didalam diri seseorang, untuk menganalisis segala kemampuan, dan potensi yang ada dalam dirinya, percaya diri merupakan kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. 60
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 856
47
Kepercayaan diri juga dapat dikatakan suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupannya serta bagaimana orang tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri. Pribadi yang percaya diri adalah pribadi yang percaya terhadap diri sendiri, meyakini diri sendiri, dan hal ini ada dalam diri setiap orang, percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat, percaya diri tak lain dan tak bukan adalah percaya terhadap diri sendiri, percaya akan kemampuan sendiri. Sehubungan dengan percaya diri Maslow Menyatakan “Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain“.61 Pendapat ini mengandung pengertian bahwa percaya diri mempunyai andil yang sangat penting, dalam diri manusia, yaitu berkaitan dengan pengenalan
tentang
eksitensi diri, dengan adanya kepercayaan diri maka individu mulai memahami apa yang ada dalam dirinya? Apa kelebihan dan apa kekurangan didalam dirinya? Sehingga individu tersebut merasa puas, merasa bangga, terhadap diri sendiri, karena memahami diri sendiri.
Orang yang dikatakan memiliki kepercayaan diri ialah orang yang merasa puas dengan dirinya adapun gambaran merasa puas terhadap dirinya adalah orang yang merasa mengetahui dan mengakui terhadap ketrampilan dan kemampuan yang 61
Maslow,123
48
dimilikinya, serta mampu menunjukkan keberhasilan yang dicapai dalam kehidupan bersosial. Untuk mencari atau menggali definisi yang akurat tentang percaya diri, maka harus menganalisis tentang unsur-unsurnya yang khas. Hal ini dilakukan dengan mendaftarkan sifat-sifat dan ketrampilan-ketrampilan hasil pengamatan terhadap orang yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
Individu yang percaya diri adalah orang yang mengetahui dengan jelas dan tuntas tentang eksitensi dirinya, dan berani untuk melangkah meskipun menghadapi suatu tantangan atau rintangan, sebaliknya orang yang tidak percaya diri adalah orang yang tidak tahu apa potensi yang ada dalam dirinya hal ini juga dapat memberikan indikasi bahwa orang yang tidak percaya diri adalah orang yang kehilangan identitas dirinya.
Angelis mengatakan kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun, harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Kepercayaan diri
lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan
sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan.62 Artinya kepercayaan diri akan datang dari kesadaran seorang individu bahwa individu tersebut memiliki prinsip untuk melakukan apapun, sampai tujuan yang ia inginkan tercapai. Percaya diri yaitu suatu keyakinan seseorang, terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu, untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
62
Anggelis Apa itu Percaya Diri. (Jakarta: Qultum Media, 2000),10
49
Jadi dari devinisi ini dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan optimis, di dalam melakukan semua aktivitasnya, dan mempunyai tujuan yang realistik, artinya individu tersebut akan membuat tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan akan berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Siswa yang memiliki kepercayaan diri akan mampu mengetahui kelebihan yang dimilikinya, karena siswa tersebut menyadari bahwa segala kelebihan yang dimiliki, kalau tidak dikembangkan, maka tidak akan ada artinya, akan tetapi kalau kelebihan yang dimilikinya mampu dikembangkan dengan optimal, maka akan mendatangkan kepuasan sehingga menumbuhkan kepercayaan diri.
Siswa yang percaya diri akan memandang kelemahan sebagai hal yang wajar dimiliki oleh setiap individu, karena individu yang percaya diri, akan mengubah kelemahan yang dimiliki, menjadi motivasi untuk mengembangkan kelebihannya dan tidak akan membiarkan kelemahannya tersebut, menjadi penghambat dalam mengaktualisasikan kelebihan yang dimilikinya.
Sebagai contoh, siswa yang selalu menjadi juara kelas mampu menguasai materi pelajaran yang diajarkan di sekolah, sehingga ia merasa yakin dan tidak takut jika disuruh gurunya untuk mengerjakan soal di depan kelas. Bahkan, di dalam setiap mata pelajaran, jika guru bertanya atau meminta seseorang untuk mengerjakan soal di depan kelas, siswa yang menjadi juara kelas dapat mengajukan diri tanpa diperintah. Mengapa demikian? Karena siswa tersebut merasa yakin dan perccaya akan kemampuan yang ada dalam dirinya.
50
Sehubungan dengan ini maka Luxori menyatakan bahwa, percaya diri adalah hasil dari percampuran antara pikiran dan perasaan yang melahirkan perasaan rela terhadap diri sendiri, meyakini diri sendiri.63 Pendapat ini mengandung pengertian bahwa dengan memiliki kepercayaan diri, seseorang akan selalu merasa baik, rela dengan kondisi dirinya, akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang berkualitas dan berbobot.
Hal ini dapat ditinjau dalam berbagai bidang kehidupan, pekerjaan, kekeluargaan, dan kemasyarakatan, sehingga dengan sendirinya seseorang yang percaya diri selalu merasakan bahwa dirinya adalah sosok yang berguna dan memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dan bekerja sama, dengan masyarakat lainnya dalam berbagai bidang. Rasa percaya diri yang dimiliki seseorang akan mendorongnya untuk mempunyai keyakinan diri dalam menyelesaikan setiap aktivitas belajar dengan baik. Siswa yang percaya diri adalah siswa mengikuti konsep diri atau pemahaman didalam diri sendiri. Individu yang percaya diri adalah individu yang menghargai diri sendiri hal ini akan ditinjau dari faktor terbentuknya percaya diri.
63
Luxori, Keefektifan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa yang Tidak Naik Kelas Skripsi. (Semarang: UNNES. 2007),5 Tidak diterbitkan
51
b. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya percaya diri
1. Keyakinan Diri
Keyakinan diri merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup mengetahui dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.64 Konsep keyakinan diri pertama kali dikemukakan oleh Bandura keyakinan diri mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu.65
Pervin memberikan pandangan yang memperkuat pernyataan Bandura tersebut. Pervin menyatakan bahwa keyakinan diri adalah kemampuan yang dirasakan untuk membentuk perilaku yang relevan pada tugas atau situasi yang khusus.66 Berdasarkan persamaan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa keyakinan diri adalah perasaan individu mengenai kemampuan dirinya untuk membentuk perilaku yang relevan dalam situasi-situasi khusus yang mungkin tidak dapat diramalkan dan mungkin menimbulkan stres.
Menurut Lauster Orang yang memiliki keyakinan diri adalah a. Orang yang mempunyai keyakinan akan kemampuan tentang dirinya bahwa mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.b. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan.c. Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut pribadinya sendiri. d. Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala 64
Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia,2008).5 65 Ibid, 6 66 Ibid, 7
52
sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. e. Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu kejadian, dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai kenyataan.67 Dari argumentasi diatas dapat diikatakan bahwa keyakinan diri adalah suatu hal yang sangat penting dalam kepribadian siswa hal ini dikarenakan bahwa keyakinan diri akan mendorong seseorang untuk dapat melakukan sesuatu dengan penuh kemampuan agar apa yang dilakukan dapat tercapai dengan baik, keyakinan diri individu dapat ditinjau dari kemampuan individu dalam mengerjakan suatu tugas. Mengapa? Karena kemapuan individu dalam mengerjakan sesuatu mempunyai tingkat keyakinan yang berbeda, hal ini sesuai apa yang diungkapkan oleh Bandura Menyatakan keyakinan diri individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam tingkat kesulitan tugas. Individu memiliki keyakinan diri yang tinggi pada tugas yang mudah dan sederhana, atau juga pada tugas-tugas yang rumit dan membutuhkan kompetensi yang tinggi. Individu yang memiliki keyakinan diri yang tinggi cenderung memilih tugas yang tingkat kesukarannya sesuai dengan kemampuannya.68 Dari pendapat diatas mengandung pengertian bahwa keyakinan diri menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu. Keyakinan diri menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun.
2. Konsep Diri
Terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya 67
Lauster, Psikologi Pendidikan (Jakarta : CV. Mutiara, 1987) Bandura,9
68
53
mempunyai konsep diri negative, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif. Rogers mengunngkapkan bahwa gagasan-gagasan psikologi-psikologi mengenai konsep diri merupakan pendekatan operasional terhadap pernyataan abadi para filsuf „Siapa diri saya?‟ kita semua telah mengajukan pernyataan ini kepada diri kita sendiri berkali-kali dan sementara kadang-kadang kita merasa bahwa kita sungguh-sungguh mengetahui siapa diri kita sendiri, dan kadang-kadang kita merasa kebinggungan dan tidak dapat memutuskan persoalan tersebut.69 Menurut Sunarya self concept atau konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh, menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual.70 Hasballah M. Jaad menyatakan defenisi sebagai self concept atau konsep diri adalah kesadaran atau pengertian tentang diri sendiri, yang menyangkup pandangan tentang dunia, kepuasan tentang kehidupan, dapat menghargai atau menyakiti diri sendiri, maupun mengevaluasi kemampuan sendiri dan presepsi mengenai dirinya sendiri.71 Dari pendapat ini dikatakan bahwa self concept atau konsep diri adalah cara bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. konsep diri sebenarnya adalah keyakinan seseorang tentang pendapat orang yang penting baginya mengenai dirinya. Dengan demikian, konsep diri ini merupakan bayangan cermin yang memperlihatkan atau menunjukan takaran maupun mengenai keberanian, keyakinan, gambaran, pandangan, pemikiran, dan perasaan terhadap apa yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri yang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungan 69
Rogers, Pengantar Ilmu Filsafat, (Yogyakarta:Liberty, 2000) 24 Sunarya,32 71 Ibid,33 70
54
dengan orang lain, serta bagaimana reaksi orang lain terhadap dirinya, atau merupakan suara hati dalam melakukan penilaian diri sendiri. 3. Menjadi Diri Sendiri Menjadi diri sendiri memang sama sekali bukanlah sesuatu hal yang mudah dan terjadi begitu saja. Bagi seorang anak kecil, misalnya menjadi dirinya sendiri terjadi dalam suatu rangkaian prospek ketakutan untuk berdiri sendiri, terlepas dan suatu pengawasan penuh dari kedua oang tuanya. Kembali akan ditekankan disini bahwa perjuangan untuk menjadi seseorang pribadi dalam suatu identitas yang unik, adalah suatu perjalanan penuh liku dan air mata. Mulai perkembangan awal pada fase kanak-kanak dan terus berkembang dalam perrjuangan hidup sebagai remaja bahkan sampai dewasa dan tua pun orang masih saja mencari identitas dirinya sendiri. Mereka masih bertanya-tanya bagaiman mengalami apa yang dinamakan menjadi diri sendiri. Apa artinya menjadi diri sendiri? Pengalaman tentang menjadi diri sendiri merupakan suatu konviksi dasar dimana manusia mulai merasakan dan mengalami diri sebagai suatu "ada" secara psikologis.72 Dari pendapat ini dapat dikatakan bahwa menjadi diri sendiri adalah suatu identitas diri sebagai suatu ada secara psikologis berarti bahwa orang yang berpengalaman seperti itu telah menjadi begitu dekat dan intim dengan keberadaan diri yang dimilikinya. 4. Kondisi Fisik Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri hal ini dikarenakan penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya percaya diri
72
Ibid,20
55
seseorang.73 Artinya ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara. Berkenaan dengan kondisi fisik maka Schneiders Menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah keadaan fisik (physical conditions), kondisi fisik individu merupakan faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri, sebab keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi terciptanya kepercayaan diri yang baik. Adanya cacat fisik dan penyakit kronis akan melatarbelakangi adanya hambatan pada individu dalam kepercayaan diri.
Pendapat ini mengandung pengertian bahwa kondisi fisik yang lengkap dan sehat merupakan hal yang mutlak sangat penting dalam kepribadian seseorang, hal ini dikarenakan bahwa kondisi fisik yang sehat dan lengkap dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan diri individu baik dilingkungan masyarakat maupun lingkungan keluarga. 5. Pendidikan Pendidikan juga dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan. Rogers Mengemukakan bahwa bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri
73
Ibid,18
56
dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga didapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.74
6. Lingkungan dan Pengalaman Hidup
Lingkungan yang dimaksud dalam hal ini adalah lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota keluarga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat dan semakin tinggi pula kepercayaan diri.
Pembentukan kepercayaan diri juga bersumber dari pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa kanak-kanak akan menyebabkan individu kurang percaya diri.
Berorientasi dari setiap pendapat di atas maka dapat disimpulkan, bahwa kepercayaan diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau siswa yang terdiri dari keyakinan diri, konsep diri, menjadi diri sendiri, kondisi fisik, pendidikan dan lingkungan pengalaman hidup. Oleh karena itu, di dalam dunia pendidikan formal juga merupakan suatu kegiatan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Proses pembelajaran siswa tidak sesuai dengan tujuan pendidikan dan juga mendapatkan hasil belajar yang nihil, karena
74
Rogers,26
57
kurangnya kepercayaan diri siswa yang dapat dilihat dan diukur dari indikatorindikatornya. Untuk mendapatkan hasil belajar dari tujuan pendidikan formal yang ada, maka perlu menumbuhkan kepercayaan diri siswa sehingga boleh mendapatkan hasil belajar yang memuaskan serta sesuai dengan tujuan pendidikan.
3. Hakikat Motivasi Belajar
a. Devinisi Motivasi
Kata motif menurut Sardiman diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.75 Dalam pengertian bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam diri individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi adalah pendorong atau pemberi semangat dalam diri individu untuk bertindak, motif adalah pengerak apa yang belum gerak dalam diri individu dan motif adalah semangat dalam diri individu untuk mencapai tujuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu atau suatu usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya.76
75
Sardiman A. M,73 Kamus Besar Bahasa Indonesia,756
76
58
Uraian ini mengandung pengertian bahwa segala tindakan yang dilakukan oleh individu berasal dari suatu motivasi atau tujuan. Motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” yang berarti mendorong atau menggerakkan manusia untuk melakukan aktivitasnya. Menurut soen siregar dalam buku kepemimpinan kristiani Motivasi adalah dorongan mengelolah internal self dalam diri kita sendiri, agar memberi respon positif dan konsisten terhadap situasi, keberhasilan tantangan masalah yang dihadapi, dalam arena kehidupan yang digeluti.77 Dari argumentasi ini mengandung pengertian bahwa motivasi merupakan penggerak didalam diri manusia, untuk mencari solusi yang tepat dalam suatu masalah yang dihadapi. Sedangkan menurut Mc donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.78 Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung pengertian bahwa motivasi adalah mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap manusia. Motivasi ditandai dengan munculnya suatu rasa dalam diri seseorang. Motivasi dirangsang karena adanya suatu tujuan yang hendak dicapai. Menurut Purwanto menyatakan istilah ”motif” dan ”motivasi” keduanya sukar dibedakan secara tegas. Dijelaskan bahwa motif menunjukan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah ”pendorongan” suatu usaha yang
77
Soen Siregar, Kepemimpinan Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003),6 Ibid,7
78
59
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.79
Sedangkan menurut Uno istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat.80 Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa motivasi berasal dari kata motif yang artinya sebagai suatu kekuatan yang ada dalam diri individu yang dapat menggerakkan individu itu untuk melakukan sesuatu.
Seperti yang dikemukakan Hamalik motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.81 Dalam hal ini, mengandung pengertian bahwa ketika seseorang memiliki motivasi maka dengan sendirinya ia melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Djaali motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna untuk mencapai suatu tujuan (kebutuhan).82 Dalam hal ini maka dapat disintesis bahwa motivasi merupakan kebutuhan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkannya. Hal ini senada yang dikemukakan oleh Mudjiono dan Dimyati merumuskan motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadi proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya
79
Purwanto,71 Uno,3 81 Hamalik,158 82 Djaali,101 80
60
motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.83 Dalam hal ini, maka dapat dilihat bahwa kemampuan siswa yang begitu kuat timbul dari dalam dirinya akan dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik, akan tetapi siswa yang tidak memiliki kemampuan kuat dalam belajar maka tidak akan dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik. Sanjaya Menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu.84 Dalam hal ini, guru sebagai salah satu motivator utama atau pengerak utama apa yang belum gerak dalam proses pembelajaran dengan menegaskan bahwa pentingnya pengalaman dan materi pembelajaran bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan lebih giat lagi dalam belajar bukan untuk mendapatkan nilai dan pujian melainkan siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi hidupnya dan masa depannya. Djamarah berpendapat bahwa motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.85 Dalam hal ini, jelas bahwa dalam suatu kegiatan belajar siswa harus membutuhkan kesiapan dalam belajar sebab belajar merupakan suatu proses kegiatan yang membutuhkan kesiapan. Motivasi belajar secara khusus merupakan gejala aktivitas manusia yang sangat diperlukan khususnya dalam mengarungi kehidupan yang sarat dengan persaingan. Motivasi merupakan suatu dorongan bagi setiap manusia yang ingin melakukan suatu 83
Mudjiono dan Dimyati,239 Sanjaya,135 85 Djamarah,200 84
61
kegiatan dalam dunia yang penuh dengan persaingan. Siswa yang belajar pun merupakan suatu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar yang lebih giat, agar siswa boleh mendapatkan prestasi belajar yang baik dan tidak kalah saing terhadap perkembangan IPTEK yang semakin berkembang pesat.
Motivasi menurut William G Scot bahwa Motivasi merupakan suatu proses psikologi, yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang dan motivasi sebagai proses psikologi timbul diakibatkan oleh faktor didalam diri seseorang itu sendiri yang disebut instrinsik dapat berupa kepribadian, sikap pengalaman dan pendidikan atau harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan.86 Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan energi seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri, motivasi intrinsik maupun dari luar individu motivasi ekstrinsik. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Sardiman Menyatakan motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai); (b) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memiliki dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya); (c) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pembaratasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral dan sebagainya); (d) lebih senang bekerja mandiri; (e) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif); (f) dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu); (g) tidak mudah melepaskan hal yang dinyakini itu; (h) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.87
86
William G Scot Apa itu Psikologi (Kerlinger & Pedhazur, 1997),161 Sardiman,83
87
62
Dalam hal ini dapat diketahui, bahwa motivasi memilki ciri-ciri yang seperti diuraikan diatas. Ciri-ciri motivasi dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian siswa belajar juga mengalami masalah yang dimana siswa dapat menyelasaikanya dengan tekun dan giat dalam belajar. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja prestasi seseorang.
Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi, individu dapat ditinjau dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.88 Djamarah menyatakan motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang disebut”motivasi instrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang disebut”motivasi ekstrinsik”.89 Dalam argumentasi ini, motivasi terdiri dua bagian yaitu motivasi yang ada dalam diri siswa yang disebut instrinsik yang dapat melakukan sesuatu tanpa ada dorongan dari luar, dan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang dialami oleh siswa untuk melakukan sesuatu dengan adanya dorongan dari luar. Uraian Djamarah ini senada yang dijabarkan oleh Mudjiono dan Dimyati sifat motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri, yang dikenal sebagai
88
89
Abin, Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan Bandung : Rosdakarya, 1996)56
Djamarah,149
63
motivasi internal dan dari luar diri seseorang dikenal sebagai motivasi eksternal.90 Dalam hal ini, dapat disintesis bahwa setiap manusia telah memiliki sifat motivasi yang sudah ada pada diri seseorang yaitu disebut sebagai sifat motivasi interen. Sedangkan motivasi eksteren adalah motivasi yang ada pada diri seseorang ketika orang itu melihat keadaan disekitarnya. Selanjutnya Djamarah menyatakan ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar sebagai berikut: (a) motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar, (b) motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar, (c) motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman, (d) motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar, (e) motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar, (f) motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.91
Dalam penjabaran Djamarah, prinsip dari pada motivasi yaitu mengerakan apa yang tidak gerak, hal ini dapat ditinjau dari hasrat atau minat siswa dalam belajar, apakah siswa memperoleh semangat belajar ataukah tidak? Semangat siswa dalam belajar tentu dipengaruhi oleh suatu motivasi, apakah motivasi yang berasal dari dalam diri ataukah motivasi yang dari luar diri tentu segala tindakan siswa dalam belajar ditentukan oleh suatu motivasi. Dalam argumentasi ini juga Djamarah membandingkan bahwa motivasi instrinsik lebih utama dari ekstrinsik. Mengapa? Karena motivasi instrinsik adalah suatu dorongan atau gerakan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sedangkan secara ekstrinsik yaitu suatu dorongan yang berasal dari luar diri individu. Seperti yang dikemukakan Suhana dan Hanafiah beberapa prinsip yang ada dalam motivasi yaitu: (a) peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbedabeda sesuai dengan pengaruh lingkungan internal, (b) pengalaman belajar masa lalu yang sesuai dan dikaitkan dengan pengalaman belajar yang baru akan menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, (c) motivasi belajar peserta didik 90
Mudjiono dan Dimyati,90 Djamarah,153
91
64
akan berkembang jika disertai pujian daripada hukuman, (d) motivasi instrinsik dalam belajar akan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik, meskipun keduanya saling menguatkan, (e) motivasi peserta didik yang satu dapat merambat kepada peserta didik yang lain, (f) motivasi peserta didik akan berkembang jika disertai dengan tujuan yang jelas, (g) motivasi belajar peserta didik akan berkembang jika disertai implementasi keberagaman metode, (h) bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar akan menumbuh kembangkan motivasi belajar peserta didik, (i) motivasi yang besar dapat mengoptimalkan potensi dan prestasi belajar peserta didik, (j) gangguan emosi siswa dapat menghambat terhadap motivasi dan mengurangi prestasi belajar siswa, (k) tinggi rendahnya motivasi berpengaruh terhadap tinggi rendahnya gairah belajar peserta didik, (l) motivasi yang besar akan berpengaruh terhadap terjadinya proses pembelajaran secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.92 Syah Menyatakan motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, dan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.93 Berdasarkan uraian tentang motivasi dari para ahli diatas maka motivasi adalah suatu dorongan yang berasal dari dalam diri dan luar diri yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu, dan dalam hal belajar maka motivasi adalah suatu dorongan yang ada dalam diri individu untuk tekun dalam belajar, aktif dalam belajar, pilihan serta keinginan siswa untuk belajar, hal ini akan dibahas dalam dimensi aspek yang mempengaruhi motivasi belajar.
b. Aspek yang mempengaruhi motivasi belajar 1. Ketekunan dalam belajar.
92
Suhana dan Hanafiah,253 Syah,151
93
65
Uno seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik.94 Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa motivasi untuk belajar dapat menyebabkan seseorang tekun belajar. Dari ketekunan itu dapat mendatangkan kebaikan yaitu hasil dari seorang melakukan sesuatu. Ketekunan memiliki beberapa ciri yaitu seperti rajin, kerja keras dan bersungguh-sunguh, dalam hal ini seseorang tekun berarti rajin dalam melakukan suatu pekerjaan yang di kerjakannya dengan rasa kepercayaan yang tinggi dan sungguh-sungguh melakukan pekerjaan itu sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal. Dalam hal ini, siswa dalam kegiatan belajar juga memilki ciri ketekunan untuk dapat melakukan kegiatan belajar dengan memperoleh hasil yang baik. Hasil yang diperoleh siswa, bukan karena tidak sungguh-sungguh dalam belajar melainkan hasil tersebut merupakan hasil dari kejujurannya dalam aktivitas kegiatan belajar serta kerja kerasnya, yaitu baik siswa belajar secara formal, informal, dan non formal. Akan tetapi pada kenyataannya banyak siswa yang tidak tekun dalam belajar, sebagai akibat hasil belajarnyapun menurun karena siswa tersebut tidak termotivasi dalam belajar.
2. Keaktifan belajar. Purwanto motivasi dalam belajar anak-anak itu adalah motif intrinsik dengan motivasi intrinsik anak/orang itu aktif sendiri, bekerja sendiri tanpa suruhan atau paksaan orang lain.95 Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa siswa aktif dalam melakukan kegiatan belajar karena adanya motivasi instrinsik siswa. Motivasi intrinsik 94
Uno,28 Purwanto,65
95
66
yaitu merupakan suatu motif yang ada di dalam diri siswa dan dapat mendorong siswa itu untuk melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, maka dengan sendirinya siswa tersebut melakukan
suatu
kegiatan belajar untuk pencapaian tujuan belajar dengan dilihat dari siswa tersebut aktif memenitkan waktunya dalam belajar, dalam artian bahwa siswa tersebut tidak menyianyiakan waktunya untuk belajar. Siswa yang sudah aktif dalam mengatur waktunya untuk belajar maka sudah barang tentu siswa itu setiap harinya hanya dapat menyibukkan diri dengan belajar yaitu baik belajar secara individu maupun kelompok. Dalam hal ini, siswa yang sudah aktif dalam belajar, maka akan memperoleh hasil dari belajar yang dapat memuaskan, namun ada siswa juga yang tidak aktif dalam belajar yaitu baik secara individu maupun kelompok sebagai akibat ahsil belajarnya menurun. 3. Pilihan siswa Purwanto motivasi mengacu pada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Dalam hal ini, dapat disintesis bahwa pilihan siswa dapat dipengaruhi oleh motivasi dalam kegiatan belajar. Pilihan yang didasari oleh motivasi dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Dalam hal ini, pilihan merupakan hal terpenting dalam belajar. Siswa belajar jangan dipaksakan kehendak kita untuk siswa itu menentukan pilihan dalam belajar, sebab belajar merupakan suatu proses panjang yang membutuhkan energi yang begitu besar, ketika dipaksakan pilihan siswa dalam belajar maka sudah barang tentu siswa itu akan malas dalam belajar sehingga hasil yang didapatpun tidak memuaskan. Dalam hal ini, maka siswa belajar menurut pilihannya sendiri sehingga pelajarannya yang
67
dipilihnya itu merupakan sebuah pelajaran yang baginya adalah segala-galanya sebagai akibat hasil belajarnya sudah pasti baik dan memuaskan. 4. Kesedian dan keinginan siswa untuk belajar. Suhana dan Hanafiah motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.96
Dalam hal ini, motivasi merupakan dasar penggerak dalam siswa belajar, guna mencapai suatu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan. Dan juga motivasi dapat memberikan perubahan yang mendasar dalam aspek kehidupan belajar peserta didik yaitu mencakupi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Akan tetapi pada kenyatannya peserta didik tidak memilki motivasi sebagi alat pembangun kesediaan dan keinginannya dalam belajar sehingga dapat menyebabkan banyak siswa yang mengalami kegagalan dalam belajar. Sebagai contoh, dalam proses belajar agama kristen guru memberikan ulangan secara mendadak maka siswa itu tidak bisa menjawab setiap soal yang diberikan. Dalam hal ini, maka dapat diketahui bahwa siswa tidak memilki kesediaan dan keinginan dalam belajar agama kristen. Namun ada siswa juga yang memilki kesedian dan keinginannya dalam belajar agama kristen, sebagai contoh ada siswa yang selalu siap dan serius dalam mengikuti kegiatan proses belajar agama kristen. Akibat dari kesedian dan keinginannya untuk belajar terlihat dalam pencapaia hasil belajar siswa tersebut. 96
Suhana dan Hanafiah ,26
68
Berorientasi pada setiap pendapat diatas maka dapat disimpulkan, bahwa untuk melakukan suatu kegiatan tidak terlepas dari motivasi, sebab motivasi merupakan motor utama dalam seseorang melakukan sesuatu, demikian juga halnya dalam belajar. Sebagai penentu suatu keberhasilan dan pencapaian tujuan ialah motivasi, dan demikian siswa bisa belajar untuk mendapatkan suatu hasil belajar dan tujuan belajar yang memuaskan karena adanya motivasi yang kuat dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya yang dapat dilihat dari indikator-indikator dalam motivasi belajar siswa. Akan tetapi, siswa juga mengalami kendala dalam belajar yang disebabkan karena tidak ada atau kurangnya motivasi siswa dalam belajar sehingga mengakibatkan hasil belajarnya menurun dan tujuan belajar juga tidak tercapai. Dalam hal ini, maka perlu adanya pemberian motivasi belajar yang baik kepada siswa agar siswa tersebut boleh kembali termotivasi dalam belajar, sehingga kembali mendapatkan hasil belajar yang baik dan juga tujuan belajar tercapai.
B. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh antara kepercayaan diri terhadap hasil belajar
Kepercayaan diri tidak lain dan bukan lain adalah percaya terhadap diri sendiri, keyakinan didalam diri sendiri, akan kemampuan yang ada dalam diri. Dengan adanya suatu kepercayaan diri dalam diri siswa maka siswa akan percaya terhadap kemampuan yang ada dalam diri, potensi yang ada dalam diri dan tidak takut untuk menyampaikannya. Dalam konteks meraih sebuah hasil belajar, peranan kepercayaan
69
diri sangat penting, karena dengan adanya kepercayaan diri maka muncullah suatu konsep diri atau suatu pemahaman siswa bahwa ia mampu, ia sanggup untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan.
Siswa yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, mengetahui dengan jelas, mengetahui dengan tuntas, apa kelebihan dan kekurangan dalam dirinnya. Siswa yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dapat meraih prestasi belajar yang tinggi hal ini terjadi karena percaya akan kemampuan dalam pengertian ia merasa, meyakini bahwa ia mampu, untuk meraih apa yang dicita-citakannya, dengan demikian maka ada suatu dorongan, suatu tekad, suatu ambisi dalam diri sehingga apa yang diinginkan dapat tercapai berarti kepercayaan diri mempunyai andil yang sangat penting dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
2. Pengaruh antara motivasi belajar terhadap hasil belajar
Motivasi belajar mempunyai andil yang sangat penting, dalam mencapai prestasi belajar siswa. Mengapa? Karena motivasi belajar adalah suatu hasrat yang mendalam dalam diri siswa, yang membuat siswa termotivasi untuk semakin giat belajar demi meraih sebuah prestasi dalam belajar. Motivasi belajar adalah suatu tujuan yang jelas dalam diri siswa bahwa ia ingin berhasil dalam proses belajar, yaitu mencapai hasil belajar yang mengagungkan, berbobot, bermutu yang memuaskan karena menghasilkan nilai yang tinggi. Motivasi belajar tak mungkin dan tak akan bisa pisah dari hasil belajar. Mengapa? Karena motivasi belajar adalah dorongan dalam diri siswa untuk belajar
sedangkan tujuan dari belajar adalah hasil belajar maka demikian tanpa
motivasi belajar siswa tak dapat meraih hasil belajar yang memuaskan.
70
3. Pengaruh antara kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar
Kepercayaan diri dan motivasi belajar dalam diri siswa merupakan hal yang sangat penting karena kedua hal ini dapat mengakibatkan siswa dapat berani untuk melangkah, meraih sebuah cita cita yang diimpikan, hal ini dapat diwujudkan dengan kepercayaan diri dan motivasi belajar yang tinggi. Mengapa? Karena kepercayaan diri dan motivasi
belajar adalah suatu keberanian, suatu tekad, suatu kemauan, suatu
kemampuan, suatu potensi, suatu dorongan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Kepercayaan diri dan motivasi belajar sangat penting peranannya bagi siswa dalam usaha mencapai hasil belajar yang tinggi.
Siswa yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi belajar yang tinggi, cenderung menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran, mereka biasanya kelihatan lebih menaruh perhatian bersungguh-sungguh dalam belajar dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas. Siswa yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi belajar yang tinggi akan lebih tekun, bersemangat, lebih tahan dan memiliki ambisi yang lebih tinggi dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang kurang atau tidak memiliki kepercayaan diri dan motivasi belajar. Mereka yang tidak memiliki kepercayaan diri dan motivasi belajar akan kelihatan kurang atau tidak bergairah dalam belajar maupun mengikuti pembelajaran di kelas, tidak menaruh perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, apatis dan tidak berpartisipasi aktif dalam belajar. Kondisi
71
siswa yang kurang memiliki kepercayaan diri dan motivasi belajar sudah tentu tidak mampu menghasilkan hasil belajar yang memuaskan.
Dalam kaitannya dengan materi pelajaran agama kristen, selama ini siswa cenderung tidak memiliki keyakinan dalam diri untuk mempelajarinya. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya kepercayaan diri dan motivasi yang diberikan oleh pengajar dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut di atas, maka dapat diduga terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi.
C.
Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan teori-teori dari beberapa ahli yang diuraikan diatas serta bertolak dari kerangkah berpikir, maka penulis membuat kesimpulan sementara yang dirumuskan sebagai berikut:
1). Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi SulTeng
2). Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi SulTeng
3). Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa SMTK Setia Bulagi SulTeng.
72
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metodologi adalah pendekatan atau cara yang dipakai untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.97 Dari pengertian diatas, maka metodologi penelitian adalah pendekatan atau cara yang dipakai dalam proses penelitian untuk mencapai tujuan penelitian.
A. Tujuan Operasional Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng. 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng. 3. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMTK SETIA Bulagi Banggai Kepulauan (Sul-Teng ) Kelas X-XII semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. 97
Tim Penyusun , Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 740
73
2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Semester 1 tahun ajaran 2015/2016 yakni dari tanggal 27 September 2014 dan 20 Oktober 2014.
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian ex post facto dengan pendekatan kuantitatif. Secara umum dikenal beberapa macam teknik pengumpulan data yaitu: pengamatan atau observasi, penelusuran literatur, penggunaan kuesioner dan angket. Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara pembagian kuesioner. Sugiyono menyatakan penelitian ex post facto yaitu proses penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan melihat kebelakang dengan mengumpulkan data-data untuk menemukan faktor-faktor yang mendahului atau menemukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti.98
Metode ini digunakan untuk mencari pengaruh antara variabel-
variabel yang ada dalam proses penelitian ini. Ada dua bentuk pernyataan skala likert yaitu bentuk pernyataan positif untuk mengukur sikap positif (favorable) dan bentuk pernyataan negatif untuk mengukur sikap negatif (unfavorable). Pada pernyataan positif diberikan skor 5, 4, 3, 2, 1. Sedangkan bentuk pernyataan negatif diberikan skor 1, 2, 3, 4, 5.
98
Sugiyono, Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R dan D, (Bandung: AlfaBeta, 2010), 50
74
Adapun contoh bentuk pernyataan, alternatif
jawaban dan skornya seperti
berikut ini. Daftar Penilaian skor atas jawaban responden
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Butir-butir Pertanyaan Positif Negatif Favorable (+) Unfavorable (-) 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5
Karena instrumen adalah alat untuk mendapatkan data atau seperti alat ukur dalam pekerjaan teknik, maka diperlukan syarat-syarat tertentu agar data yang diperoleh dari pengukuran tersebut sahih (valid) dan terandalkan (reliable). Instrumen yang valid merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang sahih dan dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diteliti dengan tepat. Sedangkan suatu alat ukur yang disebut mempunyai reliabilitas tinggi jika alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (pre-dictabiliy), dalam pengertian alat ukur tersebut tidak berubahubah pengukurannya
75
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: X1 r1 R
Y
r2 X2
Keterangan: X1
= Kepercayaan diri siswa
X2
= Motifasi belajar siswa
Y
= Hasil belajar agama kristen siswa
r1
=Pengaruh kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama kristen
r2
= Pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen
R
= Pengaruh kepercayaan diri dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar agama kristen.
76
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Menurut Arikunto yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.99 Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X XII sebanyak 70 siswa SMTK SETIA Bulagi Banggai Kepulauan (Sul-Teng) semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. 2. Sampel Menurut Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.100 Dalam penelitian ini sampel dari populasi terjangkau sebanyak 65 siswa SMTK SETIA
Bulagi Banggai Kepulauan (Sul-Teng) dengan
mengunakan random sampling technic (teknik sampel acak sederhana). Untuk menentukan kelas yang akan digunakan dalam penelitian, penulis menggunakan cara mengundi. Sebab dengan cara ini dapat memungkinkan setiap kelas untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut: langkah pertama setiap populasi diurutkan sesuai dengan kelasnya masing-masing; kemudian diadakan pengambilan sampel dengan cara diundi (memilih dengan acak) dari kelompok populasi.
99
Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 109 100 Ibid, 110
77
E. Variabel Penelitian dan Sumber Data
1. Variabel penelitian Variabel menunjukan suatu arti yang dapat membedakan antara sesuatu dengan yang lainnya. Ada dua ciri khas utama suatu variabel: a. Variabel dapat membedakan suatu benda dengan benda lainnya, dan b. Variabel harus dapat diukur.101 Dalam penelitian ini ada dua variabel independent (variabel bebas), yaitu kepercayaan diri sebagai variabel X1 dan Motivasi belajar sebagai variabel X2; serta variabel denpendent (variabel terikat) yaitu hasil belajar agama kristen sebagai variabel Y.
2. Sumber Data Sebagai sumber data untuk kepercayaan diri, diperoleh melalui kuesioner atau angket kepercayaan diri, yang dibuat berdasarkan indikator-indikator yang ditentukan. Sedangkan sumber data untuk hasil belajar siswa diperoleh melalui tes tertulis agama kristen sampai pada pokok bahasan terakhir yang telah dipelajari. Ada tiga jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini, yaitu: 1. Angket atau kuesioner Kepercayaan Diri Angket tersebut dibuat untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama kristen. 2. Angket atau kuesioner motivasi belajar
101
Ibid, 47
78
Angket tersebut dibuat untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen. 3.
Butir-butir tes soal agama kristen Butir-butir tes agama kristen ini dibuat untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam bidang studi agama kristen. Semakin tinggi nilai yang diperoleh siswa, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki hasil belajar yang tinggi dalam bidang studi agama kristen tersebut. Sebaliknya, semakin rendah nilai yang didapat oleh siswa, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki hasil belajar rendah pada pelajaran agama kristen.
F. Teknik Pengumpulan Data Hal-hal yang diperlukan dalam pengumpulan data adalah: 1. Variabel yang diteliti a. Variabel bebas : kepercayaan diri (X1) dan motivasi belajar (X2) b. Variabel terikat : hasil belajar agama kristen (Y) 2. Metode pengumpulan data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex post facto dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan angket atau kuesioner dan Tes (menyebarkan soal-soal). Menurut Sugiyono, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
79
responden untuk dijawab.102 Menurut Arikunto Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimilki oleh individu atau kelompok.103 Ada tiga macam data yang akan diambil dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut: a) Angket kepercayaan diri b) Angket motivasi belajar c) Soal tes hasil belajar agama kristen Angket yang dibuat untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen sebelumnya diujicobakan. Setelah itu hasil uji coba perlu dihitung validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu, sebelum diberikan sebagai sumber pengumpulan data penelitian.
G. Instrumen Penelitian dan Pengujian Instrumen 1. Instrumen Penelitian Sugiyono mengatakan alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.104 Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ada tiga data yang dikumpulkan yaitu kepercayaan diri siswa, motivasi belajar dan hasil belajar agama kristen. Data diperoleh dari instrumen angket kepercayaan diri dan instrumen angket motivasi belajar, sementara hasil belajar diperoleh dari instrumen soal-soal (soal test). 102
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: AlfaBeta, 2005) , 199 Arikunto, 127 104 Sugiyono, 148 103
80
a. Variabel kepercayaan diri (X1) 1. Defenisi konseptual
kepercayaan diri dalam penelitian ini adalah keyakinan dalam diri siswa akan kemampuan yang ada dalam diri sendiri, memahami dirinya dengan mengacu kepada konsep diri serta bertindak apa adanya berdasarkan diri sendiri.
2. Defenisi operasional
kepercayaan diri dalam penelitian ini adalah respon siswa terhadap sejumlah pernyataan mengenai keyakian akan kemampuan atau kelebihan yang ada dari dalam diri siswa, memiliki pandangan atau konsep diri terhadap keberhasilan dalam belajar serta lebih mengikuti dirinya sendiri. Adapun penyusunan instrumen pengukuran kepercayaan diri mengacu pada indikator seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
Butir-Butir Pernyataan Untuk Mengukur Variabel Kepercayaan Diri No
Indikator
1
Keyakinan Diri Konsep Diri Menjadi Diri Sendiri Pengalaman hidup Total
2 3 4
Butir Pernyataan Favorable Unfavorable (+) (-) 1, 7, 19, 32, 38 4, 9,11, 22, 28
Jumlah
2, 15, 25, 29, 36 3, 10, 12, 34, 40 6, 13, 17, 27, 30 20
10 10 10 40
8, 16, 24, 31, 33 14, 18, 21, 26, 37 5, 20, 23, 35, 39 20
10
Instrumen untuk kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen disusun berdasarkan skala likert yang terdiri dari pernyataan positif dan negative dengan bentangan skor 1–5 seperti keterangan di bawah ini:
81
Nilai Pernyatan Positif
Nilai Pernyataan Negatif
5 = sangat setuju
1 = sangat setuju
4 = setuju
2 = setuju
3 = kurang setuju
3 = kurang setuju
2 = tidak setuju
4 = tidak setuju
1 = sangat tidak setuju
5 = sangat tidak setuju
Sebelum diterapkan dalam penelitian yang sesungguhnya, instrumen yang disusun terlebih dahulu diujicobakan untuk memperoleh pernyataan yang valid dan reliabel.
b. Variabel motivasi belajar agama kristen (X2) 1. Defenisi konseptual Motivasi dalam penelitian ini, merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari dalam diri siswa untuk memberikan kesiapan agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Motivasi belajar dalam penelitian ini merupakan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri siswa untuk belajar lebih giat demi mencapai atau memperoleh hasil belajar yang mengagungkan yaitu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang lebih baik dari sebelumnya sebagai hasil pengalaman siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 2. Defenisi operasional Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah respon siswa terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri siswa agar tumbuh dorongan untuk belajar dan tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai, Adapun
82
penyusunan instrumen pengukuran motivasi belajar mengacu pada indikator seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
No
1 2 3 4
Butir-butir Pertanyaan Untuk Mengukur Variabel Motivasi Belajar Indikator Butir Pernyataan Jumlah Favorable (+) Unfavorable (-) Ketekunan dalam 1, 7, 19, 32, 38 4, 9,11, 22, 28 10 belajar agama kristen Keaktifan dalam 2, 15, 25, 29, 36 8, 16, 24, 31, 33 10 belajar agama Kristen Pilihan dalam belajar 3, 10, 12, 34, 40 14, 18, 21, 26, 37 10 agama Kristen Kesediaan dan 6, 13, 17, 27, 30 5, 20, 23, 35, 39 10 keinginan untuk belajar agama Kristen Total 20 20 40
Instrumen untuk kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen disusun berdasarkan skala likert yang terdiri dari pernyataan positif dan negative dengan bentangan skor 1 - 5 seperti keterangan di bawah ini: Nilai Pernyatan Positif
Nilai Pernyataan Negative
5 = sangat setuju
1 = sangat setuju
4 = setuju
2 = setuju
3 = kurang setuju
3 = kurang setuju
2 = tidak setuju
4 = tidak setuju
1 = sangat tidak setuju
5 = sangat tidak setuju
Sebelum diterapkan dalam penelitian yang sesungguhnya, instrumen yang disusun terlebih dahulu diujicobakan untuk memperoleh pernyataan yang valid dan reliabel.
83
c. Variabel Hasil Belajar Agama Kristen (Y) 1. Defenisi konseptual Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, jumlah skor tes hasil belajar bidang studi agama kristen yang diperoleh melalui tes (dalam hal ini tes yang disusun oleh peneliti) SMTK Setia bulagi banggai kepulauan (Sul-Teng) 2. Defenisi operasional Hasil belajar agama kristen adalah tingkat penguasaan siswa dalam mempelajari agama kristen sesuai dengan tujuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Taksonomi Bloon, kognitif itu mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa, dan evaluasi. Adapun penyusunan instrumen pengukuran hasil belajar agama kristen mengacu pada indikator seperti terlihat pada tabel di bawah ini : Penyebaran Butir-butir Soal Instrumen Tes Hasil Belajar Agama Kristen No
1
2 3 4
Sub Pokok Bahasan
Butir Soal Pengetahuan Pemahaman (C1) (C2) Pengertian 1, 12, 21, 22, 7, 31, 33 pemimpin dalam 32., PL Arti nama Yesus 11, 13, 28 14, 25, 35, 26,
Jumlah Aplikasi (C3) 23, 24
10
34, 37, 38
10
10, 17, 39
10
Makna Roh Kudus 2, 8, 15 Tujuan turunnya Roh Kudus 3, 9,
5, 19, 36, 40
6, 14, 16, 18, 20, 29, 30 27
10
Total
15
40
15
10
Penskoran hasil belajar agama kristen, diberi nilai 1 untuk jawaban yang benar dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Dan nilai akhir siswa ditentukan sebagai berikut:
84
Nilai akhir =
jumlah jawaban yang benar 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑜𝑎𝑙
x 100%
2. Pengujian Instrumen Sebelum instrumen penelitian dibagikan kepada sampel yang sebenarnya maka terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen untuk sejumlah siswa. Hasil uji coba ini akan diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel, tidak akan digunakan. a. Validitas Instrumen Menurut Arikunto validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.105 Rumus yang digunakan dalam menguji validitas adalah rumus korelasi produc tmoment dengan angka kasar yaitu: rxy =
NΣXY − ΣX (ΣY) {NΣX 2 − (ΣX)2 }{NΣY 2 − ΣY 2 }
Dimana: rxy = validitas N = jumlah siswa ΣXY = jumlah perkalian antara nilai data X dan nilai data Y ΣX = jumlah nilai data X ΣY = jumlah nilai data Y ΣX 2 = jumlah kuadrat nilai data X ΣY 2 = jumlah kuadrat nilai data Y. 106 b. Reliabilitas Instrumen
105
Arikunto, 144 Arikunto, 146
106
85
Menurut Arikunto mengatakan reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.107 1. Reliabilitas instrumen kepercayaan diri dan motivasi belajar dihitung dengan menggunakan chronbach alpha, sebelum menggunakan rumus tersebut, akan dicari dahulu jumlah varians skor tiap-tiap item.
σb 2 =
(ΣX)2 N N
ΣX 2 −
Selanjutnya digunakan rumus alpha: k
r1 1 = k−1 1 −
Σσb 2 σt 2
Dimana: r1 1 = reliabilitas instrumen k
= banyak butir pernyataan/banyak soal
Σσb 2 = jumlah varians butir soal σt 2 = varians total. 108 2. Reliabilitas instrumen hasil belajar agama kristen dihitung dengan menggunakan KR-20, dicari terlebih dahulu standar deviasinya dengan menggunakan rumus: 2
S =
( X )2 109 N
X2−
N
.
Maka reliabilitas instrumen hasil belajar agama kristen adalah :
107
Ibid, 154 Ibid, 173 109 Ibid, 160 108
86
r11 =(
𝑛 𝑛−1
)(
𝑆 2 − 𝑃𝑄 𝑠2
)
Dimana: r11 : reliabilitas instrumen. p
: proporsi subyek yang menjawab benar pada suatu butir (proporsi subyek
yang mendapat skor 1) 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑢𝑏𝑦𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑛𝑦𝑎 1
p
:
q
: proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
𝑛
(Q = 1 – p ) 𝑝𝑞 : jumlah hasil perkalian antara P dan Q n : banyaknya item S : varians total. 110 c. Daya Pembeda Daya pembeda butir soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antar siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angkah yang menunjukkan daya pembeda disebut indeks diskriminasi yang memilki nilai antara 0,00 – 1,00. Untuk melakukan perhitungan, digunakan rumus daya pembeda soal atau indeks diskriminasi sebagai berikut: D=
𝐵𝐴 𝐽𝐴
=
B𝐵 JB
= PA - PB
Dimana; J 110
Ibid, 162
: Jumlah peserta tes
87
JA
: Jumlah Peserta kelompok atas
JB
: Jumlah peserta kelompok bawah
BA
: Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB
: Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran). PB
: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Klasifikasi daya pembeda: D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor) D : 0,21 – 0,40 : cukup (satisfactori) D : 0,41 – 0,70 : baik (good) D : 0,71 – 1,00 : baik sekali (excellent) D : negatif, semua tidak baik, jadi semua butir yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.111
d. Tingkat Kesukaran Uji taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui soal-soal yang mudah, sedang dan sukar, untuk menghitung digunakan rumus indeks kesukaran: P=
𝐵 𝐽𝑆
Dimana; P = Indeks kesukaran
111
Ibid, 213-214
88
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Klasifikasi tingkat kesukaran : P : 0,00 – 0,30 : sukar P : 0,31 – 0,70 : sedang P : 0,71 – 1,00 : mudah.112
H. Teknik Persyaratan Analisis Data a. Analisis Deskriptif 1. Distribusi frekuensi masing-masing variabel. Menentukan rentang data Rentang = data terbesar - data terkecil Menentukan banyaknya kelas memakai aturan sturges Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log(n) Menentukan panjang kelas interval Panjang kelas (p) =
Ibi .113
2. Menentukan mean atau rata-rata Χ = 𝑋𝑜 + 𝑃
fici fi
. 114
3. Menentukan median Me = b + p
1 2
−𝐹 𝑓
Keterangan : Me 112
= Median
Ibid, 208-210 Sudjana, Metoda statistika, (Bandung: Tarsito, 2005) , 47 114 Ibid,. 71 113
89
N
= Ukuran sampel atau banyaknya data
F
= Jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median
F
= Frekuensi kelas median
b
= batas bawah kelas median, ialah dimana median akan terletak
p
= Panjang kelas median
4. Menentukan modus Mo = b + p
b1 b1+ b2
. 115
Keterangan : Mo = Modus B = Batas bawah kelas modus. Kelas modus adalah kelas interval yang memiliki frekuensi terbanyak/tertinggi. p = panjang kelas b1= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya. b2= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya. 5. Varians : S2 = p2
𝑛𝛴𝑓𝑖𝑐 𝑖 2 −(𝛴𝑓𝑖𝑐 𝑖)2 𝑛 (𝑛 −1)
. 116
b. Persyaratan Analisis Data Persyaratan analisis dilakukan dengan pengujian normalitas, analisis regresi, dan analisis keberartian regresi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
115
Ibid, 79 Ibid, 77
116
90
1. Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah data X dan Y berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas data dengan rumus Liliefors pada taraf signifikansi α = 0,05. Dengan kriteria pengujian berdistribusi normal apabila Lhitung< Ltabel, dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Kolom satu (Xi) merupakan skor hasil tes yang diperoleh 2. Kolom dua Zi adalah harga z (skor baku) untuk setiap skor yang tertera pada kolom satu dan dicari dengan rumus: Z1
=
𝑋1 −𝑋1 𝑆
Keterangan : Xi : Sampel ke-i X : Rata-rata sampel s : Simpangan baku 3. Kolom tiga (F) merupakan frekuensi siswa yang memperoleh skor tertentu. 4. Kolom empat (F(Zi)) merupakan probabilitas Zi pada kurva normal 5. Kolom lima (S(Zi)) = merupakan probabilitas (Zi) pada kurva normal 6. Kolom enam (F│(𝑧1 ) – S(𝑧1 )│) merupakan harga mutlak dari selisih antara F(Zi) dan S(Zi) H0 : Data distribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal Nilai Lhitung< Ltabel dengan taraf α = 0,05, dengan penarikan kesimpulan Jika Lhitung> Ltabel maka H0 ditolak, diterima H1 Jika Lhitung< Ltabel maka H0 diterima, ditolak H1. 117
117
Ibid, 99
91
2. Uji Linieritas Persyaratan uji kelinieran, diperlukan untuk melakukan analisis inferensial dalam uji asosiasi dengan hipotesis: Ho:Y= a + bx (linear), melawan H1:Y ≠ a + bx (tidak linear).118
3. Uji analisis Korelasi Analisis korelasi merupakan suatu bentuk analisis inferensial yang digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan, selain itu analisis ini dapat juga digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh suatu variabel bebas atau beberapa variabel bebas secara bersama terhadap variabel terikat melalui analisis koefisien determinasi. a. Analisis Koefisien Korelasi Korelasi merupakan istilah yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antar variabel. Pada korelasi positif, semakin besar nilai variabel yang satu akan diikuti oleh semakin besar pula variabel berikutnya. Sedangkan pada korelasi negatif, semakin besar nilai variabel yang satu, semakin kecil variabel berikutnya. Perhitungan regresi sederhana menggunakan rumus sebagai berikut: 𝑛
rx1y1 = 𝑛
𝑋 𝑖 𝑌𝑖−
𝑋𝑖
𝑋𝑖2 − ( 𝑋 𝑖 )2 𝑛
𝑌𝑖 𝑌𝑖2 −
𝑌𝑖 2
Dimana : rxiyi : Koefisien korelasi sederhana antara Xi dan Yi n
118
Ibid, 97 Ibid, 369
119
: Jumlah sampel.119
92
Interpretasi positif 0,800 < rxy≤ 1 Sangat tinggi 0,600 < rxy ≤0,800 Tinggi 0,400< rxy ≤ 0,600 Cukup 0,200< rxy ≤ 0,400 Rendah 0, < rxy ≤ 0,200 Sangat rendah
Interpretasi negative -1< rxy ≤ -0,800 -0,800< rxy ≤ -0,600 -0,600< rxy ≤ -0,400 -0,400< rxy ≤ -0,200 -0,200< rxy ≤ 0
Sagat rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat tinggi
Sedangkan perhitungan korelasi ganda menggunakan rumus sebagai berikut: 𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔 . 120 2 𝑌 𝑛 𝑋1 𝑌−
Ry12 = ry1 = 𝑛
𝑛
Dimana : ry1
𝑋12 − ( 𝑋 1 )2 𝑛 𝑛
ry2 =
𝑋1
𝑋2 𝑌−
𝑌 𝑌2−
𝑋2
𝑋22 − ( 𝑋 2 )2 𝑛
𝑌 2
𝑌 𝑌2−
𝑌 2
: Koefisien korelasi sederhana antara Y dan X1
ry2
: koefisien korelasi antara Y dan X2
R12
: koefisien korelasi X1 dan X2
Korelasi Parsial, 1. Koefisien korelasi parsial antara X1 dan Y, jika X2 konstanta
ry1,2 =
𝑟𝑦 1 −𝑟𝑦 2 . 𝑟12 1−𝑟𝑦 2 2 1−𝑟12 2
2. Koefisien korelasi parsial antara X2 dan Y, jika X1 konstan
ry2,1 =
𝑟𝑦 2 −𝑟𝑦 1 . 𝑟12 1−𝑟𝑦 1 2 1−𝑟12 2
3. Koefisien korelasi parsial antara X1 dan X2, jika Y konstan
r12,y =
𝑟𝑦 12 −𝑟𝑦 1 . 𝑟𝑦 2
. 121
1−𝑟𝑦 1 2 1−𝑟𝑦 2 2
b. Analisis Keberartian Korelasi Untuk melihat keberartian hubungan antara variabel Xi dan Y , maka perlu dilakukan uji keberartian korelasi dengan menggunakan rumus t-student.
120
Ibid, 383 Ibid, 386
121
93
t=
𝑟
(𝑛−2) 1− 𝑟 2
Dimana : t : Keberartian korelasi r : Koefisien korelasi n : Jumlah sampel Kriteria analisis : Jika thitung > ttabel pada α = 0.05 dan dk = n-2, maka Ho ditolak Jika thitung < ttabel pada α = 0.05 dan dk = n-2, maka Ho diterima.122 c. Analisis Koefisien Determinasi Untuk mengetahui besarnya korelasi atau kontribusi antara kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen, digunakan rumus koefisien determinasi atau koefisien penentu : KD = ( rxy)2 x 100%
4. Uji analisis Regresi Analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, dan setiap analisis regresi pasti ada korelasinya, tetapi analisis korelasi belum tentu dilanjutkan dengan analisis regresi. a. Mencari Persamaan Garis Regresi Linier Penelitian ini menelaah tiga variabel, oleh sebab itu garis regresinya terdiri atas linier sederhana dan regresi linier ganda. Untuk menentukan regresi linier sederhana digunakan regresi sebagai berikut: 𝑌 = a + b X1
122
Ibid, 377
94
Keterangan : 𝑌: hasil dari regresi a : konstanta untuk sampel b : koefisien regresi x : hasil tes.123 Dengan rumus :
b=
𝑛
𝑋𝑌−
𝑛
𝑋2
𝑋
𝑖− (
𝑌 𝑋)2
a = 𝑌 – bX1
.124
Regresi linier sederhana ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara langsung antara variabel Y atas Xi. Untuk menentukan linier ganda digunakan persamaan regresi sebagai berikut :
𝑌 = a0 + a1 X1 + a2 X2. 125 Dengan rumus :
a0 = 𝑌 - a1𝑋1 + a2𝑋2 a1 = a2 =
2 𝑋2𝑖
𝑋 1𝑖 𝑦𝑖 − 2 𝑋1𝑖
2 𝑋1𝑖
2 𝑋2𝑖
𝑋 1𝑖 𝑋 2𝑖
−( 𝑋 1𝑖 𝑋 2𝑖 )2
𝑋 2𝑖 𝑦𝑖 − 2 𝑋1𝑖
2 𝑋2𝑖
𝑋 2𝑖 𝑦𝑖
𝑋 1𝑖 𝑋 2𝑖
𝑋 1𝑖 𝑦𝑖
−( 𝑋 1𝑖 𝑋 2𝑖 )2
Regresi linier ganda digunakan untuk mengetahui pengaruh secara langsung antara variabel Y atas Xi secara bersama-sama. b.Uji Kelinieran Regresi Uji kelinieran regresi dapat diketahui dengan mencari harga F kemudian harga F itu dikonsultasikan dengan tabel distribusi F dengan dk pembilang = k – 2 dan dk penyebut n – k.
123
Ibid, 312 Ibid, 315 125 Ibid, 348-349 124
95
Untuk mencari harga F digunakan rumus :
F=
2 𝑆𝑇𝐶
𝑆𝑒2
. 126
Kriteria pengujian keberartian regresi : jika Fhitung< Ftabel pada α = 0,05, maka H0 ditolak, Jika Fhitung> Ftabel pada 𝛼 = 0,05, maka H1 diterima Dengan Ho : regresi linier dan dalam hal lainnya H1: regresi nonlinier. Sedangkan uji kelinieran ganda, harga F dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : F =
𝑱𝑲𝒓𝒆𝒈/ 𝒌 𝑱𝑲𝒓𝒆𝒈/ 𝒏−𝒌−𝟏
. 127
Kriteria pengujian linier ganda adalah : Jika Fhitung< Ftabel pada 𝛼 = 0,05, dengan dk pembilang = k-2 dan dk penyebut = n - k pada 𝛼 = 0,05, maka H0 ditolak, dan sebaliknya, Jika Fhitung> Ftabel pada 𝛼 = 0,05, dengan dk pembilang = k-2 dan dk penyebut = n-k pada 𝛼 = 0,05, maka H0 diterima Dengan, H0 H1
: Regresi tidak linier : Regresi linier
c. Uji Keberartian Regresi Uji keberartian regresi dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
F=
2 𝑆𝑟𝑒𝑔 2 𝑆𝑟𝑒𝑠
Kriteria pengujian keberartian regresi : jika Fhitung< Ftabel pada α = 0,05, maka regresi berarti Hi diterima. jika Fhitung> Ftabel pada α = 0,05, maka H0 ditolak. Dengan, H0 126
Ibid, 332 Ibid, 335
127
: Koefisien arah regresi tidak berarti
96
H1
: Koefisien arah regresi berarti.
Selanjutnya hasil dari uji kelinieran dan keberartian regresi dimasukan ke dalam tabel ANAVA sebagai berikut. TABEL ANALISIS VARIANS REGRESI LINIER Sumber Variasi
Dk
Regresi (a) Regresi b l a Residu
1 1 n–2
JK
KT
𝑌1
2/n
JKreg = JK (b l a) JKres = Σ(Yi – Ŷi)2
F
𝑌1
S2reg =
Total
k–2 n–k
N
JK(TC) JK (E)
Σ𝑌𝑖2
2 𝑆𝑇𝐶 𝑆𝐸2
𝐽𝐾 𝑇𝐶
2 𝑆𝑇𝐶 =
𝑆𝐸2 =
2 𝑆𝑟𝑒𝑔 2 𝑆𝑟𝑒𝑠
JK (b l a)
(𝑌𝑖 − 𝑌𝑖)2 = 𝑛−2
2 𝑆𝑟𝑒𝑔
Tuna Cocok Kekeliruan
2/n
𝑘−2 𝐽𝐾 𝐸 𝑛−𝑘
Σ 𝑌𝑖2
_
I. Hipotesis Statistik 1. Ho ∶ ρy.1 = 0; Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama kristen siswa. Ha ∶ ρy.1 > 0; Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan hasil belajar agama kristen siswa. 2. Ho ∶ ρy.2 = 0; Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa. Ha ∶ ρy.2 > 0; Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar agama kristen dengan hasil belajar agama kristen siswa.
97
3. Ho ∶ ρy.12 = 0; Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kepercayaan diri dan motivasi belajar agama kristen terhadap hasil belajar agama kristen siswa. Ha ∶ ρy.12 > 0; Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa. J. Prosedur Penelitian 1. Tahap persiapan Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan adalah konsultasi interaksi terkait, dalam hal ini pejabat yang berwenang adalah kepala sekolah SMTK Setia Bulagi Banggai Kepulauan. Pada waktu konsultasi bersama kepala sekolah dan guru bidang studi agama kristen tentang rencana dan tujuan penelitian, selanjutnya peneliti menyampaikan informasi rencana dan tujuan penelitian kepada dosen pembimbing tesis, untuk mengadakan penelitian. 2. Tahap pelaksanaan i. Dilakukan uji coba dengan pembagian angket kepercayaan diri, dan
motivasi
belajar siswa untuk di isi dan dikumpulkan. ii. Dilakukan uji coba dengan pembagian angket variabel hasil belajar untuk diisi dan dikumpulkan. 3. Tahap akhir Data yang terkumpul diolah dan dianalisis.
98
BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data
1. Data Hasil Belajar Agama Kristen Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah hasil belajar agama kristen. Data hasil belajar agama kristen diperoleh dari hasil penyebaran soal-soal agama kristen dari 65 siswa yang dipilih dengan teknik sampel acak sederhana. Dari data yang terkumpul, data hasil belajar agama kristen terbesar adalah 96 dan data terkecil adalah 36. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai X rata-rata sebesar 67,27; simpangan baku sebesar 15,63; modus sebesar 69,25; median sebesar 68,06 (lihat lampiran 25). Karena nilai X rata-rata, modus dan median mendekati nilai yang hampir sama berarti data hasil belajar agama kristen berdistribusi normal. Distribusi frekuensi data hasil belajar agama kristen dapat dilihat pada tabel dibawah ini, dimana rentang skor adalah 60, banyak kelas adalah 7 dan panjang interval kelas adalah 9 (lihat lampiran 25). Data selengkapnya tentang hasil belajar dapat dilihat dalam tabel dan distribusi frekuensi dan histogram sebagai berikut:
99
Tabel IV.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Agama Kristen Interval
Batas Kelas
Frekuensi Frekuensi Frekuensi
Kelas
Bawah Atas
Kelas(fi) Relatif % Kumulatif
36 – 44
35,5
44,5
3
4,6
3
45 – 53
44,5
53,5
8
12,3
11
54 – 62
53,5
62,5
11
16,9
22
63 – 71
62,5
71,5
17
26,2
39
72 – 80
71,5
80,5
15
23,1
54
81 – 89
80,5
89,5
10
15,4
64
90 – 98
89,5
98,5
1
1,5
65
65
100
Dalam tabel diatas, frekuensi dinyatakan dengan banyak data yang terdapat dalam tiap kelas sebanyak 7 dan tepi kelas dari 35,5 sampai dengan 98,5; jadi dalam bentuk frekuensi kelas diperoleh 3 pada kelas 1 dengan interval 36 – 44 dan lain-lain menggunakan cara yang sama. Untuk frekuensi relatif kelas 1 diperoleh dari
3 65
x 100%
= 4,6% dan yang lain-lain menggunakan cara yang sama. Dan untuk frekuensi kumulatif dapat dibentuk dari daftar diatas, dengan cara menjumlahkan frekuensi dari frekuensi pada frekuensi kumulatif lebih dari
100
20
HISTOGRAM HASIL BELAJAR AGAMA KRISTEN
15 17 15
10
11
5
10
8
3 1
35,5
44,5
53,5
62,5
71,5
80,5
89,5
98,5
Gambar IV.1 Grafik Histogram Hasil Belajar Agama Keisten Untuk menyajikan data yang telah disusun dalam daftar tabel distribusi frekuensi hasil belajar agama kristen digunakan diagram yang disebut dengan histogram pada hasil belajar agama kristen. Pada sumbuh mendatar untuk menyatakan kelas interval dengan tepi kelas 35,5 sampai 98,5 dan sumbuh tegak untuk menyatakan frekuensi baik kelas/absolut maupun relatif. Bentuk diagramnya seperti diagram batang hanya disini sisi-sisi batang berdekatan harus berhimpitan. Pada histogram diatas dapat dilihat bahwa:
101
a. Terdapat sebanyak 3 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen dengan tepi kelas 35,5 – 44,5. b. Terdapat sebanyak 8 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen dengan tepi kelas 45,5 – 53,5. c. Terdapat sebanyak 11 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen dengan tepi kelas 53,5 – 62,5. d. Terdapat sebanyak 17 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen dengan tepi kelas 62,5 – 71,5. e. Terdapat sebanyak 15 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen dengan tepi kelas 71,5 – 80,5. f. Terdapat sebanyak 10 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen dengan tepi kelas 80,5 – 89,5. g. Terdapat sebanyak 1 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen dengan tepi kelas 80,5 – 98,5. 2. Data Kepercayaan Diri Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas pertama (X1) adalah kepercayaan diri siswa. Data kepercayaan diri siswa diperoleh dari hasil penyebaran angket dari 65 siswa yang dipilih dengan teknik sampel acak sederhana. Dari data yang sudah diperoleh, data kepercayaan diri siswa terbesar adalah 131 dan data terkecil adalah 76. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai (X) rata-rata sebesar 103,99; simpangan baku sebesar 13,34; modus sebesar 103,5; median sebesar 103,72 (lihat lampiran 26). Karena nilai X rata-rata, modus dan median mendekati nilai yang hampir sama berarti data kepercayaan diri siswa berdistribusi normal.
102
Distribusi frekuensi data kepercayaan diri siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini, dimana rentang skor adalah 55, banyak kelas adalah 7 dan panjang interval kelas adalah 8 (lihat lampiran 26). Data selengkapnya tentang kepercayaan diri siswa dapat dilihat dalam tabel dan distribusi frekuensi dan histogram sebagai berikut: Tabel IV.2 Distribusi Frekuensi Kepercayaan Diri Interval
Batas Kelas
Frekuensi Frekuensi Frekuensi
Kelas
Bawah
Atas
Kelas (fi)
Relatif % Kumulatif
76 – 83
75,5
83,5
4
6,2
4
84 – 91
83,5
91,5
9
13,8
13
92 – 99
91,5
99,5
10
15,4
23
107
99,5
107,5
18
27,7
41
108 - 115
107,5
115,5
10
15,4
51
116 - 123
115,5
123,5
8
12,3
59
124 - 131
123,5
131,5
6
9,2
65
65
100
100 –
Dalam tabel diatas, frekuensi dinyatakan dengan banyak data yang terdapat dalam tiap kelas sebanyak 7 dan tepi kelas dari 75,5 sampai dengan 131,5; jadi dalam bentuk frekuensi kelas diperoleh 4 pada kelas 1 dengan interval 76 – 83 dan lain-lain menggunakan cara yang sama. Untuk frekuensi relatif kelas 1 diperoleh dari
4 65
x 100%
= 6,2% dan yang lain-lain menggunakan cara yang sama. Dan untuk frekuensi
103
kumulatif dapat dibentuk dari daftar diatas, dengan cara menjumlahkan frekuensi dari frekuensi pada frekuensi kumulatif lebih dari. HISTOGRAM KEPERCAYAAN DIRI 20 15 18 10
5 10
10
9 8 6 4
75,5
83,5
91,5
99,5
107,5
115,5 123,5
131,5
Gambar IV.2 Grafik Histogram Kepercayaan Diri Untuk menyajikan data yang telah disusun dalam daftar tabel distribusi frekuensi kepercayaan diri siswa digunakan diagram yang disebut dengan histogram pada kepercayaan diri siswa. Pada sumbuh mendatar untuk menyatakan kelas interval dengan tepi kelas 75,5 sampai 131,5 dan sumbuh tegak untuk menyatakan frekuensi baik
104
kelas/absolut maupun relatif. Bentuk diagramnya seperti diagram batang hanya disini sisi-sisi batang berdekatan harus berhimpitan. Pada histogram diatas dapat dilihat bahwa: a. Terdapat sebanyak 4 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan tepi kelas 75,5 – 83,5. b. Terdapat sebanyak 9 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan tepi kelas 83,5 – 91,5. c. Terdapat sebanyak 10 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan tepi kelas 91,5 – 99,5. d. Terdapat sebanyak 18 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan tepi kelas 99,5 – 107,5. e. Terdapat sebanyak 10 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan tepi kelas 107,5 – 115,5. f. Terdapat sebanyak 8 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan tepi kelas 115,5 – 123,5. g. Terdapat sebanyak 6 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan tepi kelas 123,5 – 131,5. 3. Data Motivasi Belajar Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas kedua (X2) adalah motivasi belajar. Data motivasi belajar diperoleh dari hasil penyebaran angket dari 65 siswa yang dipilih dengan teknik sampel acak sederhana. Dari data yang sudah diperoleh, data motivasi belajar agama kristen terbesar adalah 129 dan data terkecil adalah 75. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai (X) rata-rata sebesar 103,23; simpangan baku sebesar
105
13,28; modus sebesar 102,81; median sebesar 102,97 (lihat lampiran 27). Karena nilai X rata-rata, modus dan median mendekati nilai yang hampir sama berarti data motivasi belajar agama kristen berdistribusi normal. Distribusi frekuensi data motivasi belajar agama kristen dapat dilihat pada tabel dibawah ini, dimana rentang skor adalah 54, banyak kelas adalah 7 dan panjang interval kelas adalah 8 (lihat lampiran 27). Data selengkapnya tentang motivasi belajar agama kristen dapat dilihat dalam tabel dan distribusi frekuensi dan histogram sebagai berikut: Tabel IV.3 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Agama kristen Interval
Batas Kelas
Frekuensi Frekuensi Frekuensi
Kelas
Bawah
Atas Kelas (fi) Relatif % Kumulatif
75 – 82
74,5
82,5
3
4,62
3
83 – 90
82,5
90,5
10
15,38
13
91 – 98
90,5
98,5
10
15,38
23
99 – 106
98,5
106,5
17
26,15
40
107 – 114
106,5
114,5
11
16,92
51
115 – 122
114,5
122,5
8
12,31
59
123 – 130
123,5
130,5
6
9,23
65
65
100
Dalam tabel diatas, frekuensi dinyatakan dengan banyak data yang terdapat dalam tiap kelas sebanyak 7 dan tepi kelas dari 74,5 sampai dengan 130,5; jadi dalam bentuk frekuensi kelas diperoleh 3 pada kelas 1 dengan interval 75 – 82 dan lain-lain menggunakan cara yang sama. Untuk frekuensi relatif kelas 1 diperoleh dari
3 65
x 100%
= 4,62% dan yang lain-lain menggunakan cara yang sama. Dan untuk frekuensi
106
kumulatif dapat dibentuk dari daftar diatas, dengan cara menjumlahkan frekuensi dari frekuensi pada frekuensi kumulatif lebih dari. HISTOGRAM MOTIVASI BELAJAR AGAMA KRISTEN 20
15
17 17
10 11 11 1010
5
1010 88 66
3
74,5
82,5
90,5
98,5
106,5 114,5
122,5
130,5
Gambar IV.3 Grafik Histogram Motivasi Belajar Agama Kristen Untuk menyajikan data yang telah disusun dalam daftar tabel distribusi frekuensi motivasi belajar agama kristen digunakan diagram yang disebut dengan histogram pada motivasi belajar agama kristen. Pada sumbuh mendatar untuk menyatakan kelas interval dengan tepi kelas 74,5 sampai 129,5 dan sumbuh tegak untuk menyatakan frekuensi baik kelas/absolut maupun relatif. Bentuk diagramnya seperti diagram batang hanya disini sisi-sisi batang berdekatan harus berhimpitan.
107
Pada histogram diatas dapat dilihat bahwa: a. Terdapat sebanyak 3 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama kristen dengan tepi kelas 74,5 – 82,5. b. Terdapat sebanyak 10 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama kristen dengan tepi kelas 82,5 – 90,5. c. Terdapat sebanyak 10 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama kristen dengan tepi kelas 90,5 – 98,5. d. Terdapat sebanyak 17 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama kristen dengan tepi kelas 98,5 – 106,5. e. Terdapat sebanyak 11 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama kristen dengan tepi kelas 106,5 – 114,5. f. Terdapat sebanyak 8 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama kristen dengan tepi kelas 114,5 – 122,5. g. Terdapat sebanyak 6 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama kristen dengan tepi kelas 122,5 – 129,5.
B. Pengujian Persyaratan Analisis Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap data yang diperoleh agar memperoleh persyaratan analisis, yaitu: 1. Uji Normalitas 2. Uji Analisis Regresi (Uji kelinieran Regresi dan Uji Keberartian Regresi) Pengujian normalitas dimaksudkan agar diketahui secara jelas apakah sebaran data penelitian itu berasal dari data distribusi normal.
108
Uji kelinieran tersebut dilakukan untuk diketahui mengenai hubungan yang diperkirakan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), apakah linier atau tidak. Uji keberartian regresi dilakukan untuk mengetahui signifikan atau efektivitas garis regresi yang diperoleh mendukung atau melihat secara statistik kesimpulan yang dibuat sesuai dengan hipotesis penelitian. 1. Uji Normalitas Data Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas data dengan rumus Liliefors pada taraf signifikan α = 0,05 dengan kriteria pengujian berdistribusi normal apabila Lhitung < Ltabel. a. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil untuk hasil belajar agama kristen Lhitung sebesar 0,0669 sedangkan Ltabel pada α = 0,05 dan n = 65 sebesar 0,1098. Karena Lhitung (0,0669) < (0,1098), maka dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar agama kristen berdistribusi normal (lihat pada lampiran 25). b. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil untuk kepercayaan diri Lhitung sebesar 0,0997 sedangkan Ltabel pada α = 0,05 dan n = 65 sebesar 0,1098. Karena Lhitung (0,0997) < (0,1098), maka dapat disimpulkan bahwa data kepercayaan diri berdistribusi normal (lihat pada lampiran 26). c. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil untuk motivasi belajar agama kristen Lhitung sebesar 0,1082 sedangkan Ltabel pada α = 0,05 dan n = 65 sebesar 0,1098. Karena Lhitung (0,1082) < (0,1098), maka dapat disimpulkan bahwa data motivasi belajar agama kristen berdistribusi normal (lihat pada lampiran 27). 2. Uji kelinieran dan keberartian regresi
109
Setelah data memenuhi persyaratan analisis uji normalitas, kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi linier. Analisis terhadap pasangan data penelitian antar variabel. a. Analisis regresi antara kepercayaan diri (X1) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) Kepercayaan diri (X1) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) menghasilkan koefisien arah regresi sebesar = 0,506 dan konstanta sebesar 14,90. Jadi pengaruh antara kepercayaan diri (X1) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) memiliki persamaan regresi sebagai berikut Ŷ = 14,90 + 0,506X1(lihat pada lampiran 31) Berikut dilakukan uji keberartian dan kelinieran regresi yang hasil perhitungannya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel IV.4 Tabel ANAVA Untuk Pengujian Keberartian dan Kelinieran Persamaan Regresi Kepercayaan Diri (X1) Terhadap Hasil Belajar Agama kristen (Y) Sumber
Dk
JK
RJK
Fhitung
Varians Regresi (a)
1
300424,0154
Regresi (b/a)
1
3397,681
Residu
63
8685,3036
Tuna Cocok
25
3451,3036
138,05
Kekeliruan
38
5234
137,74
Total
65
310527
Ftabel 0,05
0,01
24,65*
3,99
7,06
1,002*
1,79
2,21
300424,0154 3397,681 137,86
310527
-
Fh < Ft = 1,002 < 1,79, maka linier.
110
Keterangan: *
Fhitung = Fhitung = 24,65 > Ftabel pada α = 0,05, maka regresi berarti.
*Fhitung = Fhitung = 1,002 < Ftabel pada α = 0,05, maka regresi linier. *
= signifikan
ns
= non signifikan Hasil pengujian seperti yang ditunjukkan pada tabel IV diatas menyimpulkan
bahwa bentuk pengaruh kepercayaan diri (X1) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) adalah berarti dan linier. Selanjutnya regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kanaikan satu skor kepercayaan diri (X1) dapat menyebabkan kenaikan hasil belajar agama kristen siswa (Y) sebesar 0,506 pada konstanta14,90. Hasil pengujian menunjukkan kepercayaan diri (X1) secara kebetulan mempunyai hubungan yang positif terhadap hasil belajar agama kristen (Y), dan menunjukkan hubungan yang signifikan pada α = 0,05. Lebih jelasnya persamaan regresi Ŷ = 14,90 + 0,506X1 diperlihatkan pada gambar dibawah ini :
Hasil Belajar Agama Kristen
Garis Persamaan Regresi 120 y = 14,90+ 0,506x
100 80 60 40 20 0 0
20
40
60
80
100
120
140
Kepercayaan Diri
Gambar IV.4 Grafik Persamaan Regresi Ŷ = 14,90 + 0,506X1
111
b. Analisis regresi antara motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) Motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) menghasilkan koefisien arah regresi sebesar 0,525 dan konstanta sebesar 13,26. Jadi pengaruh antara motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) memilki persamaan regresi sebagai berikut 13,26 + 0,525X2 (lihat pada lampiran 31) Berikut dilakukan uji keberartian dan kelinieran regresi yang hasil perhitungannya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel IV.5 Tabel ANAVA Untuk Pengujian Keberartian dan Kelinieran Persamaan Regresi Motivasi Belajar (X2) Terhadap Hasil Belajar Agama Kristen (Y) Sumber
Dk
JK
RJK
Fhitung
Varians
Ftabel 0,05
0,01
25,10*
3,99
7,06
1,803
2,50
Regresi (a)
1
300424,015
300424,015
Regresi (b/a)
1
3442,53
3442,53
Residu
63
8640,455
137,15
Tuna Cocok
23
4529,455
196,93
Kekeliruan
40
4111
102,78
1,91 ns
Total
65
312507
312507
-
Fh > Ft = 1,91 > 1,80, maka tidak linier.
Keterangan:
112
ns
Fhitung = Fhitung = 25,10 > Ftabel 3,99 pada α = 0,05, maka regresi berarti.
*Fhitung
= Fhitung = 0,91 > Ftabel 1,80 pada α = 0,05, maka regresi tidak linier.
*
= signifikan
ns
= non signifikan Hasil pengujian seperti yang ditunjukkan pada tabel V.5 diatas menyimpulkan
bahwa bentuk pengaruh antara motivasi belajar (X2) dengan hasil belajar agama kristen (Y) adalah berarti dan tidak linier. Selanjutnya regresi tersebut berarti menunjukkan bahwa setiap kanaikan satu skor motivasi belajar (X2) dapat menyebabkan kenaikan hasil belajar agama kristen siswa (Y) sebesar 0,525 pada konstanta 13,26; Dan tidak linier, artinya tidak terdapat hubungan yang linier antara motivasi belajar dengan hasil belajar agama kristen siswa, melainkan hubungan berbentuk lain. Hasil pengujian menunjukkan motivasi belajar (X2) secara kebetulan mempunyai hubungan yang positif terhadap hasil belajar agama kristen (Y), dan menunjukkan hubungan yang signifikan pada α = 0,05. Lebih jelasnya persamaan regresi Ŷ = 13,26 + 0,525X2 diperlihatkan pada gambar dibawah ini :
Hasil Belajar Agama Kristen
Garis Persamaan Regresi 120 y = 13,26 + 0,525x
100 80 60 40 20 0 0
20
40
60
80
100
Motivasi Belajar Agama kristen
120
140
113
Gambar IV.5 Grafik Persamaan Regresi Ŷ = 13,26 + 0,525X2
c. Analisis regresi antara kepercayaan diri (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) Kepercayaan diri (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) menghasilkan koefisien arah regresi dan konstanta sebesar 2,48. Dengan demikian pengaruh kepercayaan diri (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar (Y) memiliki persamaan regresi sebagai berikut Ŷ = 2,48 – 0,038X1 + 0,688X2 (lihat pada lampiran 31) Berikut dilakukan uji keberartian dan kelinieran regresi yang hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel IV.6 Tabel ANAVA Untuk Pengujian Keberartian dan Kelinieran Persamaan Regresi Kepercayaan Diri (X1) dan Motivasi Belajar (X2) Terhadap Hasil Belajar Agama Kristen (Y)
Jumlah kuadrat
JK(reg) = 4256
Fhitung
16,89
F tabel (dk = 2 : 63) 0,05
0,01
3,140
4,950
JK(res) = 7827
Berdasarkan pengujian di atas, diperoleh Fhitung = 16,89 > Ftabel = 3,140; signifikan pada α = 0,05, berarti regresi ganda Y atas X1 dan X2 signifikan.
114
C. Analisis Korelasi dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis korelasi dan pengujian hipotesis kepercayaan diri (X1) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) Untuk melihat seberapa jauh hubungan kepercayaan diri (X1) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) diperlihatkan oleh tabel dibawah ini: Tabel IV.7 Pengujian Signifikan Koefisien Korelasi Antara X1 dan Y Korelasi
Kofisien
Koefisien
antara X1 korelasi
determinasi
dan Y
28,09
0,53
Thitung
Ttabel
4,423
1,665
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,53 dan signifikan pada α = 0,05 (lihat pada lampiran 31). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup kuat antara kepercayaan diri (X1) terhadap hasil belajar agama kristen (Y). Pengujian hipotesis untuk melihat keberartian korelasi dapat diperoleh Thitung = 4,96 > Ttabel = 1,665 yang didapat melalui interpolasi pada α = 0,05 (lihat pada lampiran 31). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama kristen pada siswa SMTK Setia Bulagi Banggai Kepulauan. Besarnya koefisien determinasi sebesar 28,09 hal ini berarti terdapat variansi skor hasil belajar agama kristen pada sampel yang diteliti, dipengaruhi oleh kepercayaan diri sebesar 28,09%. Selebihnya 71,91% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti faktor Guru, lingkungan belajar siswa, interaksi belajar siswa, disiplin belajar siswa, dan lain-lain. (lihat pada lampiran 31).
115
2. Analisis korelasi dan pengujian hipotesis motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) Untuk melihat seberapa jauh hubungan motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) diperlihatkan oleh tabel dibawah ini:
Tabel IV.8 Pengujian Signifikan Koefisien Korelasi Antara X2 dan Y Korelasi
Kofisien
Koefisien
antara X2 korelasi
determinasi
dan Y
29,16
0,54
Thitung
Ttabel
5,092
1,665
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,54 dan signifikan pada α = 0,05 (lihat pada lampiran 31). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup kuat antara motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y). Pengujian hipotesis untuk melihat keberartian korelasi dapat diperoleh Thitung = 5,092 > Ttabel = 1,665 yang didapat melalui interpolasi pada α = 0,05 (lihat pada lampiran 31). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen pada SMTK Setia Bulagi Banggai Kepulauan. Besarnya koefisien determinasi sebesar 29,16, hal ini berarti terdapat variansi skor hasil belajar agama kristen pada sampel yang diteliti, dipengaruhi oleh motivasi belajar sebesar 29,16%. Selebihnya 70,84% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti faktor Guru, lingkungan belajar siswa, interaksi belajar siswa, disiplin belajar siswa dan lain-lain. (lihat pada lampiran 31).
116
3. Analisis korelasi dan pengujian hipotesis kepercayaan diri (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) Untuk melihat seberapa jauh hubungan kepercayaan diri (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) diperlihatkan oleh tabel dibawah ini: Tabel IV.9 Pengujian Signifikan Koefisien Korelasi Antara X1, X2, dan Y Korelasi
Kofisien
Koefisien
antara X1, korelasi
determinasi
X2 dan Y
34,81
0,59
Thitung
Ttabel
5,754
3,140
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,59 dan signifikan pada α = 0,05 (lihat pada lampiran 31). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup kuat antara kepercayaan diri (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y). Pengujian hipotesis untuk melihat keberartian korelasi dapat diperoleh Thitung = 5,754 > Ttabel = 3,140 yang didapat melalui interpolasi pada α = 0,05 (lihat pada lampiran 31). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama Kristen siswa SMTK Setia Bulagi Banggai Kepulauan Sul-Teng. Besarnya koefisien determinasi sebesar 34,81, hal ini berarti terdapat variansi skor hasil belajar agama kristen pada sampel yang diteliti, dipengaruhi oleh kepercayaan diri dan motivasi belajar sebesar 34,81%. Selebihnya 65,19% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti faktor guru, lingkungan belajar siswa, interaksi belajar siswa, disiplin belajar siswa dan lain-lain. (lihat pada lampiran 31). D. Pembahasan Hasil Penelitian
117
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fhitung = 16,89 dan Ftabel = 3,140 karena Fhitung > Ftabel maka hipotesis penelitian diterima. Artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Banggai Kepulauan Sul-Teng. Dari hasil perhitungan koefisien regresi sederhana terlihat jelas bahwa kepercayaan diri memiliki pengaruh terhadap hasil belajar agama kristen yaitu 4,96. Hal ini memang telah diteliti oleh banyak orang dan memiliki kesimpulan yang sama bahwa hasil belajar seseorang ditentukan oleh kepercayaan diri. Untuk menguji regresi sederhana motivasi belajar agama kristen terhadap hasil belajar agama kristen memiliki koefisien regresi 5,09. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar mempengaruhi hasil belajar agama kristen. Perhitungan koefisien korelasi gandanya adalah sebesar 44,61. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan ketiga variabel cukup baik. Kenaikan hasil belajar agama kristen dengan kepercayaan diri dapat dilihat dari persamaan 𝑌 = 14,90 + 0,506X1. Persamaan regresi ini bersifat linier artinya kenaikan hasil belajar agama kristen dipengaruhi oleh kepercayaan diri. Dan uji regresi ini berarti, artinya bahwa tingkat kenaikan hasil belajar agama kristen ditentukan oleh kepercayaan diri siswa. Sehubungan dengan motivasi belajar agama kristen dapat dilihat dari persamaan 𝑌 = 13,26 + 0,525X2. Persamaan regresi ini bersifat tidak linier artinya tidak terdapat hubungan yang linier antara motivasi belajar dengan hasil belajar agama kristen siswa, melainkan hubungan berbentuk lain. Tetapi dalam uji keberartian regresi, regresi ini berarti, artinya bahwa tingkat kanaikan hasil belajar agama kristen selalu ditentukan oleh motivasi belajar agama kristen.
118
Melalui perhitungan regresi linier ganda Ŷ = 2,48 – 0,038X1 + 0,688X2. Pengujian regresi linier ganda menyatakan bahwa regresi linier ganda Y atas X1 dan X2 bersifat linier.
E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tentu saja masih belum sempurna karena sampel yang digunakan sedikit, sehingga tidak mesti jadi patokan dalam penelitian selanjutnya. Jika para pembaca ingin mengkaji ulang judul yang penulis kerjakan, mungkin saja menghasilkan hasil baru. Penelitian ini juga hanya berlaku di SMTK Setia Bulagi Banggai Kepualuan Sul-Teng, dengan demikian tidak dapat dipakai sebagai generalisasi sekolah-sekolah lain.
119
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian teoritis dan analisis, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama
kristen pada siswa kelas X-XII SMTK Setia Bulagi Banggai
Kepulauan sebesar r = 0,53, yang di uji menggunakan α = 0,05; diperoleh Thitung = 4,96 > Ttabel = 1,665 pada taraf nyata α = 0,05. 2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen pada siswa kelas X-XII SMTK Setia Bulagi Banggai Kepulauan sebesar r = 0,54, yang di uji menggunakan α = 0,05; diperoleh Thitung = 5,09 > Ttabel = 1,665 pada taraf nyata α = 0,05. 3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepercayaan diri dan motivasi belajar agama kristen secara bersama-sama terhadap hasil belajar agama kristen pada siswa kelas X-XII SMTK Setia Bulagi Banggai Kepulauan sebesar r = 0,59, yang di uji menggunakan α = 0,05; diperoleh Thitung = 5,57 > Ttabel = 3,140 pada taraf nyata α = 0,05.
120
B. Saran 1. Untuk menigkatkan hasil belajar yang baik mestinya diperhatikan aspek eksternal dan internal. 2. Guru sebagai fasilitator belajar siswa, harus terus memperlengkapi diri, dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. 3. Guru agama kristen harus menumbuhkan kepercayaan diri siswa didiknya sehingga siswa dapat mengaktualisasikan segala potensi dirinya dengan penuh kepercayaan diri. 4. Guru agama kristen sebagai tenaga pengajar harus memberikan semangat, dorongan atau motivasi bagi siswa, sehingga siswa tidak terus menerus mengandalkan guru dalam memperoleh pengetahuan.
121
DAFTAR PUSTAKA Alkitab, Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajara,. Bandung: Alfa Beta, 2009 Boehlke R. Robert, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen dari Plato sampai IG. Loyola, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2006. Boehlke R. Robert, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen dari Yohanes Amos Comenius sampai Perkembangan PAK di Indonesia, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2006. Berkhof Louis dan Van Til Cornelius, Dasar Pendidikan Kristen Surabaya: Momentum 2008. Cully V Iris, Dinamika Pendidikan Kristen, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2009. Djaali, Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008. Djamarah, Syaiful, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Enklaar I H dan Homrighausen E G, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2009. Hadis, Abdul, Psikologi Dalam Pendidikan, Bandung: Alfa Beta, 2006. Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
122
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar dan Manager. Bandung : Sinar Baru Algessindo, 2000. Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Jihad Asep, Haris Abdul, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Presindo, 2008. Lasotisasari, D, Keefektifan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa yang Tidak Naik Kelas Skripsi. Semarang: UNNES. Tidak diterbitkan, 2007 Mudjiono, Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Makmun, Abin Syamsudin, Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya, 1996. Moeliono, Anton, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka, 2002. Nasution, Berbagai pendekatan dalam proses belajar menajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010. Natawijaya, Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV. Mutiara, 1987 Natawidjaja, Rahman, Peranan Guru dalam Bimbingan. Bandung : Abardin, 1988. Nasution, Farid, Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan Belajar, Sarana Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 8. Nomor 1, 2001. Nasution, Noehi, Psikologi Pedidikan. Jakarta : Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Dan Universitas Terbuka, 1974. Nurkancana, Wayan dan Sunartana, Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1986 Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2010.
123
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo, 2011. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Soemanto, wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Sumarmo, Utari, Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah tidak diterbitkan, PPs UPI Bandung, 2007. Sudjana, Metoda statistika, Bandung: Tarsito, 2005. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: AlfaBeta, 2005. Sugiyono, Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R dan D, Bandung: AlfaBeta, 2010. Suhana Cucu, Hanafiah Nanang, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Refika Aditama, 2009. Sulo La, Tirtarahardja Umar, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008. Surya, Mohamad, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Jakarta: CV. Mahaputra Adidaya, 2003. Sitanggang Sariaman, Bagaimana Menyusun KTSP dan Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan menengah, Jakarta:Egkrateia Putra Jaya, 2008. Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Grafindo Persada 2004. Purwanto, Ngalim, Psikologi pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2000. Tong, Stephen, Seni membentuk karakter kristen, Surabaya: Momentum, 2012. Tong, Stephen, Arsitek Jiwa I, Surabaya: Momentum, 2010. Tong, Stephen, Arsitek Jiwa II, Surabaya: Momentum, 2010.
124
Uno, Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007. Uno, Hamzah, Teori motivasi dan pengukurannya, Jakarta: PT Bumi Aksara 2008. Zain aswan, Djamarah Syaiful, Strategi belajar mengajar, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006.
125
BIODATA
A. Biodata Pribadi: Nama
: Fransisko Oes Asa
Tempat/Tanggal Lahir
: Atambua 20 Februari 1987
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Istri
: Misva Kokudang
Anak 1
: Thereisa Amelia Putri Asa
Alamat
: Meselesek, Kec. Bulagi, Sul-Teng.
B. Pendidikan: Lulus SMA Tahun 2007 dari SMA Kristen Atambua Lulus Sarjana Pendidikan Kristen Tahun 2011 dari STT STT SETIA Jakarta Lulus Magister Pendidikan Agama Kristen Tahun 2015 dari STT SETIA Jakarta
126
Lampiran 1 SOAL TES HASIL BELAJAR AGAMA KRISTEN PETUNJUK : 1. Tuliskan tanda silang (X) pada pilihan obsen (A, B, C, dan D) yang menurut anda benar. 2. Pilihlah dengan jujur. 3. Pilihan anda dirahasiakan.
Nama :.............................................. Kelas : .............................................
1. Pemimpin bangsa Israel dari mesir ialah...... A. Musa
B. Yosua
C. Kaleb
D. Harun
2. Nabi yang menegur raja Daud ialah: A. Natan
B. Yesaya
C. Yeremia
D. Elia
3. “Mesias” adalah nama yang diberikan Allah kepada.... A. Yosua
B. Yesus
C. 𝑌𝑒𝑠𝑎𝑦𝑎
D. 𝑌𝑢𝑑𝑎𝑠
4. “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan” Firman ini didengar oleh Yohanes pembaptis ketika Yesus..... A. Diurapi
B. Dilahirkan C. Dibaptis
5. Bukti kuasa Yesus terhadap alam ialah......
D. Disalibkan
127
A. Membangkitkan orang mati
C. Meredahkan angin ribut
B. Mengubah air menjadi anggur
D. Menyembuhkan orang buta
6. Musa menerima sepuluh hukum dibukit...... A. Sinai
B. Zaitun
C. Nebo
D. Golgota
7. Tulah kesepuluh bunyinya...... A. Air berubah menjadi darah
C. Lalat pikat
B. Kematian anak sulung
D. Kematian belalang-belalang
8. Raja yang membangun bait Allah adalah..... A. Saul
B. Salomo
C. Ahab
D. Goliat
9. Permintaan raja salomo kepada Allah ialah..... A. Hikmat dan pengertian
B. Kekayaan
C. Jabatan
D. Kehormatan
10. Raja yang diurapi pada usia 8 tahun ialah..... A. Amos
C. Daud
B. Yosia
D. Yeskiel
11. Amanat agung yang disampaikan Yesus kepada murid-muridnya Terdapat dalam kitab injil....... A. Keluaran 20:1-17
C. Matius 28:19-20
B. Matius 6:13-19
D. Yohanes 3:16
12. Orang yang ditobatkan oleh Tuhan Yesus dan diutus menjadi rasul ialah.... A. Petrus
B. Yohanes
C. Yakobus
D. Paulus
13. Tujuan Saulus kekota Damsyik ialah........ A. Memberitakan Injil
C. Mendoakan orang sakit
128
B. Menganiaya Pengikut Yesus
D. Menyembuhkan orang sakit
14. Nabi yang menubuatkan kelahiran Yohanes pembaptis ialah...... A. Maleakih B. Natan
C. Nehemia
D. Yeremia
15. Hukuman Allah kepada raja Daud adalah...... A. Kerajaan terbagi dua
C. Kematian istrinya
B. Kematian anak-anaknya
D. Mati dalam peperangan
16. Terbentuknya gereja pertama terjadi dikota...... A. Yerusalem
C. Nasaret
B. Betlehem
D. Yudea
17. Tugas Zakharia di bait suci adalah........ A. Raja
C. Imam
B. Hakim
D. Rasul
18. Meninggalkan perbuatan yang jahat dan kembali berbuat yang baik adalah arti dari.... A. Bertobat B.Kasih
C. Baptisan
D. Menyangkut diri
19. Hari turunnya Roh kudus disebut hari....... A. Paskah
B. Natal
C. Pentakosta D. Jumat Agung
20. Dasar dari segala kehidupan manusia adalah...... A. Kasih
B. Kehormatan
C. Harta
D. Jabatan
21. “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku” Perkataan ini terdapat dalam kitab….. A. Yohanes 14:6
B. Matius 15:6
B. Lukas 14:6
D. Markus 5:16
129
22. Raja Daud jatuh kedalam dosa karena..... A. Mengawini istri Uria
B. Menyembah berhala
C. Menghujat Allah
D. Membunuh panglimanya
23. Mukjisat yang dibuat Tuhan Yesus dikota kana adalah...... A. Batu menjadi roti
C. Memberi makan lima ribu orang
B. Air menjadi anggur
D. Menyembuhkan sepeluh orang kusta
24. Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang didanau..... A. Tiberias
B. Galilea
C. Yordan
D. Nil
25. Orang buta yang disembuhkan Yesus adalah..... A. Lasarus
B. Bartemeus C. Orang kusta
D.Simon petrus
26. Tuhan Yesus berdoa ditaman..... A. Firdaus
B. Nasaret
C. Getsemani D. Betlehem
27. Tuhan Yesus terangkat kesorga disebuah bukit....... A. Horeb
B. Golgota
C. Moria
D. Zaitun
28. Arti “Paskah” ialah..... A. Ketuangan Roh Kudus
C. Kebangkitan
B. Kenaikan
D. Kematian
29. Yang membuat manusia jatuh kedalam dosa ialah..... A. Pelanggaran manusia di taman eden B. Menurut kemauan sendiri C. Ingin sama dengan Allah D. Pilihan A,B dan C benar semua 30. Waktu turunyan Roh Kudus dikota Yerusalem terjadi tiga tanda yaitu......
130
A. Bunyi, angin, api B. Guntur, bunyi,api C. Angin, guntur, api D. Api, angin, guntur 31. Maksud percakapan Yesus dan Nikodemus adalah...... A. Lahir Baru
B. Baptisan
C. Kelahiran
D. Pengampunan
32. Dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat adalah pengertian dari...... A. Kasih C. Iman
B. Suka cita
D. Kesetiaan
33. Iman yang tidak disertai dengan perbuatan pada hakekatnya akan....... A. Mati
B. Lemah
C. Lemah
D. Layu
34. Yang diutus Allah kedalam dunia untuk menebus dosa manusia ialah........ A. Musa C. Abraham
B. Yesus Kristus
D. Yohanes Pembaptis
35. Dibetsaida Yesus menyembuhkan orang yang sakit........ A. Buta
B. Lumpuh
C. Pendarahan
D. Kusta
36. Yesus mengusir roh yang menyebabkan seorang anak menjadi bisu dan tuli. Peristiwa ini membuktikan bahwa Yesus berkuasa atas roh..... A. Jahat
B. Manusia
C. Alam semesta
D. Anak-anak
37. Perumpamaan yang menggambarkan kasih Allah kepada manusia adalah tentang... A. Anak yang hilang
B. Talenta
C. Gadis-gadis yang bijak
D. Seorang penabur
38. Pada hari Jumat agung, umat kristiani memperingati.....
131
A. Kebangkitan Tuhan Yesus
B. Turunnya Roh Kudus
C. Kematian Tuhan Yesus
D. Kenaikan Yesus kesorga
39. Kebangkitan Tuhan Yesus mempunyai arti...... A. Hidup baru telah datang
B. Keselamatan belum sempurna
C. Maut telah di kalahkan
D. Manusia harus berobat
40. Doa yang diajarkan Tuhan Yesus disebut doa.... A. Ucapan syukur
B. Bapa kami
C. Pengampunan
D. Syafaat
132
Kunci Jawaban
1. A
11. C
21. A
31. A
2. A
12. D
22. A
32. C
3. B
13. B
23. B
33. A
4. C
14. D
24. B
34.B
5. C
15. A
25. B
35.A
6. A
16. A
26. C
36. A
7. B
17. C
27. D
37. A
8. B
18. A
28. C
38. C
9. A
19. C
29. D
39. C
10. C 20. A
30. A
40. B
133
Lampiran 2 Uji Coba Instrumen Angket Percayaan Diri PETUNJUK : 1. Tuliskan tanda silang (X) pada pilihan yang tersedia dalam masingmasing pernyataan. 2. Keterangan jawaban : SS = Sangat Setuju S = Setuju RR = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju 3. Nyatakan pendapat anda dengan jujur. 4. Pilihan anda dirahasiakan.
Nama : ............................................. Kelas : ............................................. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
PERNYATAAN Saya percaya pada kemampuan saya saat ulangan Saya senang saat presentasi di depan kelas Saya ingin di delegasikan oleh sekolah untuk lomba atau olimpiade Saya suka menjadi diri saya seperti sekarang Saya menjelaskan materi pelajaran kepada teman yang belum paham Saya tidak suka meniru gaya orang lain (mis:gaya berpakaian) Saya suka mengikuti kegiatan-kegiatan pemuda ditempat tinggal saya Saya suka mengerjakan soal yang sulit karena menantang. Saya menerima jika pendapat saya tidak disetujui orang lain Saya bangga dengan almamater atau sekolah saya Saya senang berdebat dengan teman saya tentang suatu hal
SS
S
KS
TS
STS
134
12 13 14
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Saya berani mengungkapkan pendapat saya Saya selalu yakin saat menyelesaikan masalah Saya senang, bila saya dapat mempertanggung jawabkan soal-soal yang saya kerjakan. Saya selalu berpikir bahwa nilai rapor saya bagus Saat diberi tugas oleh guru, saya yakin bisa mengerjakannya Saya memiliki suatu kemampuan yang lebih baik daripada orang lain Saya selalu yakin dapat menyelesaikan tugas sekolah dengan baik Saya dapat mempertahankan pendapat saat berdiskusi. Saya menyukai hal-hal baru dan menantang Saya puas dengan hasil yang telah saya kerjakan Saya selalu puas dengan nilai ulangan saya Saya memiliki kelebihan daripada orang lain Saya malu bertanya, jika belum paham tentang materi belajar di kelas. Saya puas bisa bersekolah di sekolah saya saat ini Saya puas dengan hasil rapor saya Saya percaya akan kemampuan saya Saya yakin bahwa akan memeperoleh apa yang saya inginkan Saya tidak pernah menghindar dari suatu rintangan Saya yakin bahwa saya pasti berhasil Saya ingin menjadi yang terbaik Saya bangga dengan nilai saya Saya suka bertanya pada guru pada saat belajar Saya ikut memberikan sumbangan dalam mengerjakan soal yang diberi guru. Saya tidak mengikuti teman jika mengejakan soal ujian Saya puas dengan kpribadian saya Saya tidak akan berhenti jika apa yang saya inginkan belum diperoleh Saya yakin suatu saat nanti saya akan berhasil
135
39 40
Saya tidak takut jika ditanya oleh guru Jika guru menjelaskan materi yang sulit, maka saya bersemangat lagi untuk belajar.
136
Lampiran 3 Uji Coba Instrumen Angket Motivasi Belajar PETUNJUK : 1. Tuliskan tanda silang (X) pada pilihan yang tersedia dalam masingmasing pernyataan. 2. Keterangan jawaban : SS = Sangat Setuju S = Setuju RR = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju 3. Nyatakan pendapat anda dengan jujur. 4. Pilihan anda dirahasiakan.
Nama : ............................................. Kelas : ............................................. No 1
2 3
4 5 6 7 8 9 10
PERNYATAAN Pertama kali saya melihat pembelajaran ini,saya percaya bahwa pembelajaran ini mudah bagi saya. Saya mengajukan pertanyaan jika tidak paham saat belajar. Saya diam dan mendengarkan teman yang sedang mempresentasikan tugas didepan kelas. Saya tidak melatih kembali soal-soal agama dirumah. Saya tidak memiliki kemauan untuk belajar agama. Saya suka mengerjakan soal yang sulit karena merasa tertantang. Saya mengulang pelajaran agama dirumah. Saya senang, bila guru agama tidak memberikan PR. Saya malas mengerjakan soal-soal agama. Jika jam belajar agama, maka saya mengikutinya dengan tenang dan serius.
SS
S
KS
TS
STS
137
11 12 13 14 15 16 17 18 19
20
21
22 23 24 25 26 27
28 29 30 31 32 33
Saya mengerjakan latihan soal bila disuruh guru. Giat dan tekun adalah pilihan saya untuk belajar agama. Saya bersedia untuk belajar agama. Saya lebih mementingkan bermain daripada belajar agama. Saya akan memeriksa kembali PR sebelum dikumpul. Saya tidak aktif dalam kegiatan belajar kelompok agama. Saya giat dalam melatih kembali soal. Saya bolos jika saya tidak mengerjakan PR. Jika saya tidak tahu mengerjakan tugas, maka saya tidak malu untuk bertanya kepada guru. Saya tidak siap untuk mengikuti ulangan agama yang diberikan guru secara mendadak. Jika jawaban yang saya buat berbeda dengan jawaban teman maka saya mengikuti jawaban teman. Saya tidak tertarik dengan belajar agama secara berkelompok. Saya merasa materi itu sangat sulit dipahami. Saya malas mengerjakan PR. Saya mengajukan pertanyaan jika tidak paham saat belajar agama. Jika guru menjelaskan materi di depan kelas maka saya mengganggu teman. Jika guru memberikan ulangan secara mendadak, maka saya bersedia untuk mengerjakan. Saya mengerjakan soal dengan asal-asalan. Saya mengajak teman yang lain untuk menyelesaiakan masalah agama. Kemauan saya untuk belajar agama itu sangat tinggi. Saya menolak ajakan teman untuk bersamasama mengerjakan tugas. Saya tidak mudah puas ketika berhasil menyelesaikan soal. Jika saya tidak tau mengerjakan tugas maka saya malu untuk bertanya.
138
34 35 36 37 38 39 40
Jika guru memberikan PR maka saya langsung mengerjakan. Saya tidak ada persiapan untuk mengikuti proses belajar agama di kelas. Saya aktif dalam kegiatan belajar Saya akan berhenti mengerjakan soal jika mengalami jalan buntu. Saya mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran agama. Saya tidak mau melatih kembali soal. Saya belajar kembali pelajaran agama dirumah.
139
Lampiran 7 Data Uji Reliabilitas Angket Hasil Belajar Agama Kristen A
B
δ^2
(X)2
(ΣX)2/N
ΣX2(ΣX)2/N
b/N
N
No Butir Soal
X
X2
1
35
35
1225
30,625
4,375
0,109
40
2
30
30
900
22,500
7,500
0,188
40
3
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
4
11
11
121
3,025
7,975
0,199
40
5
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
6
35
35
1225
30,625
4,375
0,109
40
7
22
22
484
12,100
9,900
0,248
40
8
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
9
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
10
22
22
484
12,100
9,900
0,248
40
11
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
12
34
34
1156
28,900
5,100
0,128
40
13
32
32
1024
25,600
6,400
0,160
40
14
16
16
256
6,400
9,600
0,240
40
15
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
16
22
22
484
12,100
9,900
0,248
40
17
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
140
18
11
11
121
3,025
7,975
0,199
40
19
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
20
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
21
34
34
1156
28,900
5,100
0,128
40
22
32
32
1024
25,600
6,400
0,160
40
23
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
24
38
38
1444
36,100
1,900
0,048
40
25
22
22
484
12,100
9,900
0,248
40
26
32
32
1024
25,600
6,400
0,160
40
27
11
11
121
3,025
7,975
0,199
40
28
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
29
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
30
37
37
1369
34,225
2,775
0,069
40
31
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
32
35
35
1225
30,625
4,375
0,109
40
33
30
30
900
22,500
7,500
0,188
40
34
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
35
11
11
121
3,025
7,975
0,199
40
36
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
37
11
11
121
3,025
7,975
0,199
40
38
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
39
29
29
841
21,025
7,975
0,199
40
141
40
25
25
Σ
625
15,625
9,375
0,234
31391
784,775
296,225
7,406
40
Perhitungan reliabilitas instrumen hasil belajar agama kristen dihitung dengan menggunakan rumus K – R 20. Sebelum menggunakan rumus K – R 20, terlebih dahulu diberi standar deviasinya sebagai berikut: S2 =
𝛴𝑋 2 − (
𝛴𝑋 2 ) 𝑁
𝑁
=
31395 − (
(1081 )2 ) 40
40
= 54,52
Maka reliabilitas instrumen hasil belajar agama kristen adalah: r11
𝑛
= 𝑛−1 40
= 40 − 1
𝑆2 − 𝛴𝑃𝑄 𝑆2 54,52 – 8,7 54,52
= 0,862
Dari perhitungan diatas diperoleh r11 = 0,862 dan r tabel = 0,312, maka dapat disimpulkan bahwa r11 > rtabel; 0,862 > 0,312, sehingga pernyataan untuk hasil belajar agama kristen adalah reliabel.
142
Lampiran 8 DAYA BEDA BUTIR SOAL A
d
a/b
c/d
PA-PB
BA JA BB JB
PA
PB
D
Keterangan
1
18
20
17
20
0,9
0,85
0,05
Jelek
2
17
20
13
20
0,85
0,65
0,2
Jelek
3
17
20
12
20
0,85
0,6
0,25
Cukup
4
6
20
5
20
0,3
0,25
0,05
Jelek
5
19
20
10
20
0,95
0,5
0,45
Baik
6
17
20
18
20
0,85
0,9
-0,05
Jelek
7
12
20
10
20
0,6
0,5
0,1
Jelek
8
17
20
12
20
0,85
0,6
0,25
Cukup
9
17
20
12
20
0,85
0,6
0,25
Cukup
10
12
20
10
20
0,6
0,5
0,1
Jelek
11
17
20
12
20
0,85
0,6
0,25
Cukup
12
17
20
17
20
0,85
0,85
0
Jelek
13
15
20
17
20
0,75
0,85
-0,1
Jelek
14
11
20
5
20
0,55
0,25
0,3
Jelek
15
17
20
12
20
0,85
0,6
0,25
Cukup
16
12
20
10
20
0,6
0,5
0,1
Jelek
17
19
20
10
20
0,95
0,5
0,45
Baik
18
6
20
5
20
0,3
0,25
0,05
Jelek
No
B
c
143
19
19
20
10
20
0,95
0,5
0,45
Baik
20
19
20
10
20
0,95
0,5
0,45
Baik
21
17
20
17
20
0,85
0,85
0
Jelek
22
15
20
17
20
0,75
0,85
-0,1
Jelek
23
19
20
10
20
0,95
0,5
0,45
Baik
24
19
20
19
20
0,95
0,95
0
Jelek
25
9
20
13
20
0,45
0,65
-0,2
Jelek
26
15
20
17
20
0,75
0,85
-0,1
Jelek
27
6
20
5
20
0,3
0,25
0,05
Jelek
28
17
20
12
20
0,85
0,6
0,25
Cukup
29
19
20
10
20
0,95
0,5
0,45
Baik
30
18
20
19
20
0,9
0,95
-0,05
Jelek
31
19
20
10
20
0,95
0,5
0,45
Baik
32
18
20
17
20
0,9
0,85
0,05
Jelek
33
17
20
13
20
0,85
0,65
0,2
Jelek
34
17
20
12
20
0,85
0,6
0,25
Cukup
35
6
20
5
20
0,3
0,25
0,05
Jelek
36
19
20
10
20
0,95
0,5
0,45
Baik
37
6
20
5
20
0,3
0,25
0,05
Jelek
38
17
20
12
20
0,85
0,6
0,25
Cukup
39
19
20
10
20
0,95
0,5
0,45
Baik
40
11
20
14
20
0,55
0,7
-0,15
Jelek
144
Dari perhitungan diatas diperoleh soal yang jelek sebanyak 22 soal yaitu : 1, 2, 4, 6, 7, 10, 12, 13, 14, 16, 18, 21, 22, 25, 26, 27, 30, 32, 33, 35, 37, dan 40. Soal yang cukup sebanyak 8 soal yaitu : 3, 8, 9, 11, 15, 28, 34, dan 38. Soal yang baik sebanyak 10 soal yaitu : 5, 17, 19, 20, 23, 29, 31, 36 dan 39.
145
Lampiran 9 MENGUJI TARAF KESUKARAN SOAL A
B
a/b
No
B
JS
P
Keterangan
1
35
40
0,88
Mudah
2
30
40
0,75
Mudah
3
29
40
0,73
Mudah
4
11
40
0,28
Sukar
5
29
40
0,73
Mudah
6
35
40
0,88
Mudah
7
22
40
0,55
Sedang
8
29
40
0,73
Mudah
9
29
40
0,73
Mudah
10
22
40
0,55
Sedang
11
29
40
0,73
Mudah
12
34
40
0,85
Mudah
13
32
40
0,80
Mudah
14
16
40
0,40
Sedang
15
29
40
0,73
Mudah
16
22
40
0,55
Sedang
17
29
40
0,73
Sedang
18
11
40
0,28
Sukar
146
19
29
40
0,73
Mudah
20
29
40
0,73
Mudah
21
34
40
0,85
Mudah
22
32
40
0,80
Mudah
23
29
40
0,73
Mudah
24
38
40
0,95
Sedang
25
22
40
0,55
Mudah
26
32
40
0,80
Sedang
27
11
40
0,28
Sukar
28
29
40
0,73
Sedang
29
29
40
0,73
Mudah
30
37
40
0,93
Sedang
31
29
40
0,73
Mudah
32
35
40
0,88
Mudah
33
30
40
0,75
Mudah
34
29
40
0,73
Sedang
35
11
40
0,28
Sukar
36
29
40
0,73
Sedang
37
11
40
0,28
Sukar
38
29
40
0,73
Mudah
39
29
40
0,73
Mudah
40
25
40
0,63
Sedang
147
Dari perhitungan diatas diperoleh soal yang sukar sebanyak 5 soal yaitu : 4, 18, 27, 35, dan 37. Soal yang sedang sebanyak 11 soal yaitu : 7, 10, 14, 17, 24, 26, 28, 30, 34, 36, dan 40. Soal yang mudah sebanyak 24 soal yaitu : 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 29, 31, 32, 33, 38, dan 39.
148
Lampiran 13 Data Uji Reliabilitas Angket Kepercayaan Diri Perhitungan
Reliabilitas
kuesioner
Kepercayaan
Diri
dihitung
dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Sebelumnya dicari terlebih dahulu jumlah varians skor tiap-tiap soal dengan rumus : σb 2 =
(Σ X )2 N
ΣX 2 −
N
Tabel Perhitungan Reliabilitas Kepercayaan Diri No X
X2
A
B
δ^2
(ΣX)2/N
ΣX2-(ΣX)2/N
b/N
N
(X)2
Butir 1
118
402
13924
348,100
53,900
1,348
40
2
129
437
16641
416,025
20,975
0,524
40
3
121
393
14641
366,025
26,975
0,674
40
4
131
457
17161
429,025
27,975
0,699
40
5
128
436
16384
409,600
26,400
0,660
40
6
129
445
16641
416,025
28,975
0,724
40
7
120
398
14400
360,000
38,000
0,950
40
8
133
465
17689
442,225
22,775
0,569
40
9
128
436
16384
409,600
26,400
0,660
40
10
127
425
16129
403,225
21,775
0,544
40
11
132
460
17424
435,600
24,400
0,610
40
12
127
425
16129
403,225
21,775
0,544
40
13
124
414
15376
384,400
29,600
0,740
40
149
14
122
396
14884
372,100
23,900
0,597
40
15
126
416
15876
396,900
19,100
0,478
40
16
132
466
17424
435,600
30,400
0,760
40
17
126
438
15876
396,900
41,100
1,028
40
18
128
440
16384
409,600
30,400
0,760
40
19
122
404
14884
372,100
31,900
0,797
40
20
123
397
15129
378,225
18,775
0,469
40
21
125
421
15625
390,625
30,375
0,759
40
22
129
439
16641
416,025
22,975
0,574
40
23
130
458
16900
422,500
35,500
0,888
40
24
116
354
13456
336,400
17,600
0,440
40
25
118
370
13924
348,100
21,900
0,547
40
26
122
390
14884
372,100
17,900
0,447
40
27
132
458
17424
435,600
22,400
0,560
40
28
134
474
17956
448,900
25,100
0,628
40
29
132
470
17424
435,600
34,400
0,860
40
30
126
424
15876
396,900
27,100
0,678
40
31
115
355
13225
330,625
24,375
0,609
40
32
132
454
17424
435,600
18,400
0,460
40
33
133
477
17689
442,225
34,775
0,869
40
34
128
446
16384
409,600
36,400
0,910
40
35
131
455
17161
429,025
25,975
0,649
40
150
36
130
446
16900
422,500
23,500
0,588
40
37
129
445
16641
416,025
28,975
0,724
40
38
121
399
14641
366,025
32,975
0,824
40
39
128
434
16384
409,600
24,400
0,610
40
40
131
475
17161
429,025
45,975
1,149
40
Σ
5068
17194 643100 16077,500
1116,500
27,913 1600
Dari tabel diatas diperoleh jumlah varians butir soal (Σσ 21) = 27,913
σt
Varians total :
2
=
= =
(ΣX )2 N
ΣX 2 −
N 649854 −
(5068 )2 40
40 649854 – 642115 ,59 40
= 193.461 Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan rumus Alpha Crobach :
r1 1 = =
40 40 − 1
k k−1
1−
1−
Σσb 2 σt 2
27,913 193,461
= 0,878 Dari perhitungan diatas diperoleh r11 = 0,878 dan rtabel = 0,312, maka dapat disimpulkan bahwa r11 > rtabel; 0,878 > 0,312, sehingga pernyataan untuk kepercayaan diri adalah reliabel.
151
Lampiran 17 Data Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar Perhitungan
Reliabilitas
kuesioner
Motivasi
Belajar
dihitung
dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Sebelumnya dicari terlebih dahulu jumlah varians skor tiap-tiap soal dengan rumus : σb 2 =
(Σ X )2 N
ΣX 2 −
N
Tabel Perhitungan Reliabilitas Motivasi Belajar A
No X
X2
δ^2
B
(X)2
N 2
Butir
2
2
(ΣX) /N
ΣX -(ΣX) /N
b/N
1
132
466
17424
435,600
30,400
0,760
40
2
118
392
13924
348,100
43,900
1,098
40
3
128
440
16384
409,600
30,400
0,760
40
4
122
404
14884
372,100
31,900
0,797
40
5
137
523
18769
469,225
53,775
1,344
40
6
112
354
12544
313,600
40,400
1,010
40
7
129
455
16641
416,025
38,975
0,974
40
8
130
454
16900
422,500
31,500
0,788
40
9
137
511
18769
469,225
41,775
1,044
40
10
87
207
7569
189,225
17,775
0,444
40
11
133
493
17689
442,225
50,775
1,269
40
12
129
437
16641
416,025
20,975
0,524
40
13
121
393
14641
366,025
26,975
0,674
40
14
130
450
16900
422,500
27,500
0,688
40
152
15
127
429
16129
403,225
25,775
0,644
40
16
105
297
11025
275,625
21,375
0,534
40
17
113
333
12769
319,225
13,775
0,344
40
18
119
373
14161
354,025
18,975
0,474
40
19
124
408
15376
384,400
23,600
0,590
40
20
131
449
17161
429,025
19,975
0,499
40
21
126
428
15876
396,900
31,100
0,778
40
22
131
461
17161
429,025
31,975
0,799
40
23
131
455
17161
429,025
25,975
0,649
40
24
129
437
16641
416,025
20,975
0,524
40
25
121
393
14641
366,025
26,975
0,674
40
26
131
457
17161
429,025
27,975
0,699
40
27
128
436
16384
409,600
26,400
0,660
40
28
129
445
16641
416,025
28,975
0,724
40
29
123
395
15129
378,225
16,775
0,419
40
30
124
404
15376
384,400
19,600
0,490
40
31
128
446
16384
409,600
36,400
0,910
40
32
131
455
17161
429,025
25,975
0,649
40
33
130
446
16900
422,500
23,500
0,588
40
34
129
445
16641
416,025
28,975
0,724
40
35
113
337
12769
319,225
17,775
0,444
40
36
111
331
12321
308,025
22,975
0,574
40
153
37
137
505
18769
469,225
35,775
0,894
40
38
138
506
19044
476,100
29,900
0,747
40
39
134
482
17956
448,900
33,100
0,828
40
40
131
457
17161
429,025
27,975
0,699
40
Σ
5019
16989 633577 15839,425
1149,575 28,739375
Dari tabel diatas diperoleh jumlah varians butir soal (Σσ 21) = 28,74 2
σt =
Varians total :
= =
(Σ X )2 N
ΣX 2 −
N 635767 −
(5019 )2 40
40 635767 – 629759 ,03 40
= 150,19 Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan rumus Alpha Crobach :
r1 1 = =
40 40 − 1
k k−1
1−
1−
Σσ b 2 σt 2
28,74 150,19
= 0,831 Dari perhitungan diatas diperoleh r11 = 0,831 dan r tabel = 0,312, maka dapat disimpulkan bahwa r11 > rtabel; 0,831 > 0,312, sehingga pernyataan untuk motivasi belajar adalah reliabel.
154
Lampiran 18 SOAL TES HASIL BELAJAR AGAMA KRISTEN PETUNJUK : 4. Tuliskan tanda silang (X) pada pilihan obsen (A, B, C, dan D) yang menurut anda benar. 5. Pilihlah dengan jujur. 32. Pemimpin bangsa dari mesir ialah...... 6. Pilihan andaIsrael dirahasiakan. B. Musa
B. Yosua
C. Kaleb D. Harun Nama :.............................................. 33. Nabi yang menegur raja Daud ialah: Kelas : ............................................. B. Natan
B. Yesaya
C. Yeremia
D. Elia
34. “Mesias” adalah nama yang diberikan Allah kepada.... A. Yosua
B. Yesus
C. 𝑌𝑒𝑠𝑎𝑦𝑎
D. 𝑌𝑢𝑑𝑎𝑠
35. “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan” Firman ini didengar oleh Yohanes pembaptis ketika Yesus..... A. Diurapi B. Dilahirkan C. Dibaptis D. Disalibkan 36. Bukti kuasa Yesus terhadap alam ialah...... C. Membangkitkan orang mati
C. Meredahkan angin ribut
D. Mengubah air menjadi anggur
D. Menyembuhkan orang buta
37. Musa menerima sepuluh hukum dibukit...... A. Sinai B. Zaitun C. Nebo 38. Tulah kesepuluh bunyinya......
D. Golgota
C. Air berubah menjadi darah
C. Lalat pikat
D. Kematian anak sulung
D. Kematian belalang-belalang
39. Raja yang membangun bait Allah adalah.....
155
B. Saul
B. Salomo
C. Ahab
D. Goliat
40. Permintaan raja salomo kepada Allah ialah..... A. Hikmat dan pengertian B. Kekayaan C. Jabatan D. Kehormatan 41. Raja yang diurapi pada usia 8 tahun ialah..... C. Amos
C. Daud
D. Yosia
D. Yeskiel
42. Amanat agung yang disampaikan Yesus kepada murid-muridnya Terdapat dalam kitab injil....... C. Keluaran 20:1-17
C. Matius 28:19-20
D. Matius 6:13-19
D. Yohanes 3:16
43. Orang yang ditobatkan oleh Tuhan Yesus dan diutus menjadi rasul ialah.... B. Petrus
B. Yohanes
C. Yakobus
D. Paulus
44. Tujuan Saulus kekota Damsyik ialah........ C. Memberitakan Injil
C. Mendoakan orang sakit
D. Menganiaya Pengikut Yesus
D. Menyembuhkan orang sakit
45. Nabi yang menubuatkan kelahiran Yohanes pembaptis ialah...... A. Maleakih B. Natan C. Nehemia D. Yeremia 46. Hukuman Allah kepada raja Daud adalah...... C. Kerajaan terbagi dua
C. Kematian istrinya
D. Kematian anak-anaknya
D. Mati dalam peperangan
47. Terbentuknya gereja pertama terjadi dikota...... A. Yerusalem C. Nasaret B. Betlehem D. Yudea 48. Tugas Zakharia di bait suci adalah........
156
C. Raja
C. Imam
D. Hakim
D. Rasul
49. Meninggalkan perbuatan yang jahat dan kembali berbuat yang baik adalah arti dari.... A. Bertobat B.Kasih C. Baptisan 50. Hari turunnya Roh kudus disebut hari....... B. Paskah
B. Natal
D. Menyangkut diri
C. Pentakosta D. Jumat Agung
51. Dasar dari segala kehidupan manusia adalah...... A. Kasih
B. Kehormatan
C. Harta
D. Jabatan
52. Nabi yang memberitahukan hukuman dan kecelakaan bagi bangsa israel adalah...... C. Elia
B. Amos
C. Elisa
D. Natan
53. Raja Daud jatuh kedalam dosa karena..... B. Mengawini istri Uria
B. Menyembah berhala
C. Menghujat Allah D. Membunuh panglimanya 54. Mukjisat yang dibuat Tuhan Yesus dikota kana adalah...... C. Batu menjadi roti
C. Memberi makan lima ribu orang
D. Air menjadi anggur
D. Menyembuhkan sepeluh orang kusta
55. Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang didanau..... B. Tiberias
B. Galilea
C. Yordan
D. Nil
56. Orang buta yang disembuhkan Yesus adalah..... B. Lasarus
B. Bartemeus C. Orang kusta
D.Simon petrus
57. Tuhan Yesus berdoa ditaman..... B. Firdaus
B. Nasaret
C. Getsemani D. Betlehem
157
58. Tuhan Yesus terangkat kesorga disebuah bukit....... A. Horeb B. Golgota 59. Arti “Paskah” ialah.....
C. Moria
D. Zaitun
C. Ketuangan Roh Kudus
C. Kebangkitan
D. Kenaikan
D. Kematian
158
Lampiran 19 Instrumen Penelitian Angket Kepercayaan Diri PETUNJUK : 1. Tuliskan tanda silang (X) pada pilihan yang tersedia dalam masingmasing pernyataan. 2. Keterangan jawaban : SS = Sangat Setuju S = Setuju KT =Kurang Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju 3. Nyatakan pendapat anda dengan jujur. 4. Pilihan anda dirahasiakan.
Nama : ............................................. Kelas : .............................................
No 1
PERNYATAAN Saya percaya pada kemampuan saya saat ulangan
2
Saya senang saat presentasi di depan kelas
3
Saya ingin di delegasikan oleh sekolah untuk lomba atau olimpiade
4
Saya suka menjadi diri saya seperti sekarang
5
Saya menjelaskan materi pelajaran kepada
SS
S
KS
TS
STS
159
teman yang belum paham 6
Saya tidak suka meniru gaya orang lain (mis:gaya berpakaian)
7
Saya
suka
mengikuti
kegiatan-kegiatan
pemuda ditempat tinggal saya 8
Saya suka mengerjakan soal yang sulit karena menantang.
9
Saya menerima jika pendapat saya tidak disetujui orang lain
10
Saya bangga dengan almamater atau sekolah saya
11
Saya senang berdebat dengan teman saya tentang suatu hal
12
Saya berani mengungkapkan pendapat saya
13
Saya selalu percaya diri saat menyelesaikan masalah
14
Saya senang, bila saya dapat mempertanggung jawabkan soal-soal yang saya kerjakan.
15
Saya selalu berpikir bahwa nilai rapor saya bagus
16
Saat diberi tugas oleh guru, saya yakin bisa mengerjakannya
160
17
Saya memiliki suatu kemampuan yang lebih baik daripada orang lain
18
Saya selalu yakin dapat menyelesaikan tugas sekolah dengan baik
19
Saya dapat mempertahankan pendapat saat berdiskusi.
20
Saya menyukai hal-hal baru dan menantang
21
Saya puas dengan hasil yang telah saya kerjakan
22
Saya selalu puas dengan nilai ulangan saya
23
Saya memiliki kelebihan daripada orang lain
24
Saya malu bertanya, jika belum paham tentang materi belajar di kelas.
25
Saya puas bisa bersekolah di sekolah saya saat ini
26
Saya puas dengan hasil rapor saya
27
Saya percaya akan kemampuan saya
28
Saya yakin bahwa akan memeperoleh apa yang saya inginkan
29
Saya tidak pernah menghindar dari suatu rintangan
161
Lampiran 20 Instrumen Penelitian Angket Motivasi Belajar
PETUNJUK : 5. Tuliskan tanda silang (X) pada pilihan yang tersedia dalam masingmasing pernyataan. 6. Keterangan jawaban : SS = Sangat Setuju S = Setuju RR = Ragu-ragu TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju 7. Nyatakan pendapat anda dengan jujur. 8. Pilihan anda dirahasiakan.
Nama : ............................................. Kelas : .............................................
No 1
PERNYATAAN Pertama kali saya melihat pembelajaran ini,saya percaya bahwa pembelajaran ini mudah bagi saya.
SS
S
KS
TS
STS
162
2
Saya mengajukan pertanyaan jika tidak paham saat belajar.
3
Saya diam dan mendengarkan teman yang sedang mempresentasikan tugas didepan kelas.
4
Saya tidak melatih kembali soal-soal agama dirumah.
5
Saya tidak memiliki kemauan untuk belajar agama.
6
Saya suka mengerjakan soal yang sulit karena merasa tertantang.
7
Saya mengulang pelajaran agama dirumah.
8
Saya senang, bila guru agama tidak memberikan PR.
9
Saya malas mengerjakan soal-soal agama.
10
Jika jam belajar agama, maka saya mengikutinya dengan tenang dan serius.
11
Saya mengerjakan latihan soal bila disuruh guru.
12
Giat dan tekun adalah pilihan saya untuk belajar agama.
13
Saya bersedia untuk belajar agama.
14
Saya lebih mementingkan bermain daripada
163
belajar agama. 15
Saya akan memeriksa kembali PR sebelum dikumpul.
16
Saya tidak aktif dalam kegiatan belajar kelompok agama.
17
Saya giat dalam melatih kembali soal.
18
Saya bolos jika saya tidak mengerjakan PR.
19
Jika saya tidak tahu mengerjakan tugas, maka saya tidak malu untuk bertanya kepada guru.
20
Saya tidak siap untuk mengikuti ulangan agama yang diberikan guru secara mendadak.
21
Jika jawaban yang saya buat berbeda dengan jawaban teman maka saya mengikuti jawaban teman.
22
Saya tidak tertarik dengan belajar agama secara berkelompok.
23
Saya merasa materi itu sangat sulit dipahami.
24
Saya malas mengerjakan PR.
25
Saya mengajukan pertanyaan jika tidak paham saat belajar agama.
164
26
Jika guru menjelaskan materi di depan kelas maka saya mengganggu teman.
27
Jika guru memberikan ulangan secara mendadak, maka saya bersedia untuk mengerjakan.
165
Lampiran 24 DATA MENTAH Hasil
Motivasi
Minat
NO
Nama siswa
Belajar
Belajar
Belajar
1
Aprian Pletemo
68
105
102
2
Akreni Tondion
86
123
122
3
Alfonita Samuding
75
113
113
4
Cristo Lesama
68
114
114
5
Debri Yela Bapiosikene
64
100
99
6
Desiwati Siabungi
54
88
88
7
Desiyanti K. Tae
75
95
95
8
Enggelin Virni Goniwala
71
80
84
9
Endri Valeu
75
113
113
10
Esprin Mangusa
89
113
113
11
Estin liboola
89
113
113
12
Elvin Tambolang
57
89
89
13
Evan A.T
89
129
127
14
Firjun Malakus
68
127
126
15
Fitri
50
95
95
16
Fitri Daliamo
86
107
105
17
Firmus Agato Djanimo
61
95
95
166
18
Fandra Lamasuit
86
114
114
19
Farida Lapisa
57
123
122
20
Feronika Sambayo
71
100
99
21
Herwin M
36
105
102
22
Hendriven
50
89
89
23
Herto Kamdobong
61
107
105
24
Juliarti Langi
71
105
102
25
Jhos Bilalu
50
89
89
26
Kristamela
71
107
105
27
Kristo Bayu Libayo
54
126
127
28
Kalpat Rouma
79
115
114
29
Lili Marlina Punsay
61
122
122
30
Linda Tala bugani
64
99
96
31
Melda Tundoni
75
112
112
32
Meisen Yasokan
50
76
75
33
Noni Ali
71
107
105
34
NerciLaogi
50
85
86
35
Nofrius Libayo
79
122
122
36
Nerlin
57
80
80
37
Oktararian
79
122
122
38
Okliana Monggumi
79
123
122
39
Priskayani R Kandondan
75
128
128
167
40
Resna Tadak
75
107
105
41
Serli Sepriko
86
122
122
42
Telpa Mindra Sulantri
71
104
99
43
Vendri P
86
130
124
44
Vendro P
86
85
85
45
Wulandari Sinduano
39
88
88
46
Wulandari
57
92
94
47
Yiska Wasti Saat
43
80
80
48
Yurni Yanti Pania
79
115
114
49
Yebiko Luniben
75
107
105
50
Yarit
64
101
99
51
Yusuf
68
92
95
52
Yohana Marta
86
131
129
53
Yosia Rafael
61
92
94
54
Heskiel Wileam
71
121
121
55
Gabriel Sudikin
50
95
95
56
Efita Septiani
54
88
88
57
Ayu Eka
50
105
102
58
Irvan Adalta
64
90
94
59
Gelsa
68
100
100
60
Esti Nilan
75
100
100
61
Nabila Kokudang
96
92
90
168
62
Dian
46
101
96
63
Anita
64
107
112
64
Jordan
75
99
99
65
Hotman
79
112
112
4419
6811
6773
Σ
169
Lampiran 25 ANALISA DATA III. Analisa Data Hasil Belajar Agama Kristen a. Menentukan tabel distribusi frekuensi hasil belajar agama kristen Diketahui :
n
= 65 xmax
= 96
xmin
= 36
1. Banyak kelas, menentukan jumlah kelas menggunakan kriterium sturges (K) K = 1 + 3,3 log (n) = 1 + 3,3 log (65) = 1 + 3,3 (1,748) = 1 + 5, 768 = 6, 768 ≈ 7 Jadi banyaknya kelas adalah 7 2. Panjang interval kelas (P) 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
P = =
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 96 − 36 7
, dimana rentang = xmax – xmin = 8, 572 ≈ 9
Jadi panjang interval kelas adalah 9 3.
Daftar distribusi frekuensi hasil belajar agama kristen (tabel dan grafik
berikut).
170
a. Tabel dan Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar agama kristen Batas Kelas
Fkls
Frel
Interval
Bawah
Atas
(fi)
(%)
Fkum
Xi
Ci fiCi Ci2 fiCi2
36 – 44
35,5
44,5
3
4,6
3
40
-3
-9
16
48
45 – 53
44,5
53,5
8
12,3
11
49
-2
-16
9
72
54 - 62
53,5
62,5
11
16,9
22
58
-1
-11
4
44
63 - 71
62,5
71,5
17
26,2
39
67
0
0
1
17
72 - 80
71,5
80,5
15
23,1
54
76
1
15
0
0
81 - 89
80,5
89,5
10
15,4
64
85
2
20
1
10
90 - 98
89,5
98,5
1
1,5
65
94
3
3
4
4
65
100
2
35
195
171
20
15 17 15 10
11
5
10
8
3 1 35,5
44,5
53,5
62,5
b. Mean X
= Xo + P
= 67 + 9
𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖 𝛴𝑓𝑖 2 65
= 67,27 Jadi nilai rata-ratanya 67,27 c. Modus (Mo)
71,5
80,5
89,5
98,5
172
Mo
𝑏1
=b+p
𝑏1+𝑏2 6
= 62,5 + 9
6+2
= 62,5 + 9 (0,75) = 62,5 + 6,75 = 69,25 d. Median (Me) Me
1 𝑛 2
=b+p
−𝐹 𝑓 1 2
= 62,5 + 9
65 − 22 17
= 62,5 + 9 (0,62) = 68,058 e. Simpangan Baku S
𝑛𝛴 𝑓𝑖𝑐𝑖 2 −(𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖 )2
=
𝑝2
=
(9)2 (
=
81 (
= 81
𝑛 (𝑛 −1) 65 193 − (2 )2
12545 − 4 4160
12541 4160
= 244,18 = 15,63
65 (65 − 1)
)
)
173
TABEL NORMALITAS DATA UJI NORMALITAS HASIL BELAJAR AGAMA KRISTEN X = 67,27
N = 65
S = 15,63 No
X1
F
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
1
36
1
-2,00
0,0228
0,0154
0,0074
2
39
1
-1,81
0,0532
0,0307
0,0225
3
43
1
-1,55
0,0606
0,0461
0,0145
4
46
1
-1,36
0,0091
0,0615
0,0524
5
50
-1,10
0,1357
0,1692
0,0335
6
50
-1,10
0,1357
0,1692
0,0335
7
50
-1,10
0,1357
0,1692
0,0335
8
50
-1,10
0,1357
0,1692
0,0335
9
50
-1,10
0,1357
0,1692
0,0335
10
50
-1,10
0,1357
0,1692
0,0335
11
50
-1,10
0,1357
0,1692
0,0335
12
54
-0,85
0,1977
0,2153
0,0176
13
54
-0,85
0,1977
0,2153
0,0176
14
54
-0,85
0,1977
0,2153
0,0176
15
57
-0,66
0,2546
0,2769
0,0223
16
57
-0,66
0,2546
0,2769
0,0223
17
57
-0,66
0,2546
0,2769
0,0223
7
3
4
174
18
57
-0,66
0,2546
0,2769
0,0223
19
61
-0,40
0,3446
0,3384
0,0062
20
61
-0,40
0,3446
0,3384
0,0062
4 21
61
-0,40
0,3446
0,3384
0,0062
22
61
-0,40
0,3446
0,3384
0,0062
23
64
-0,21
0,4168
0,4153
0,0015
24
64
-0,21
0,4168
0,4153
0,0015
25
64
-0,21
0,4168
0,4153
0,0015
26
64
-0,21
0,4168
0,4153
0,0015
27
64
-0,21
0,4168
0,4153
0,0015
28
68
0,05
0,5199
0,4923
0,0276
29
68
0,05
0,5199
0,4923
0,0276
30
68
0,05
0,5199
0,4923
0,0276
31
68
0,05
0,5199
0,4923
0,0276
32
68
0,05
0,5199
0,4923
0,0276
33
71
0,24
0,5948
0,6000
0,0052
34
71
0,24
0,5948
0,6000
0,0052
35
71
0,24
0,5948
0,6000
0,0052
36
71
0,24
0,5948
0,6000
0,0052
37
71
0,24
0,5948
0,6000
0,0052
38
71
0,24
0,5948
0,6000
0,0052
39
71
0,24
0,5948
0,6000
0,0052
5
5
7
175
40
75
0,49
0,6879
0,7384
0,0505
41
75
0,49
0,6879
0,7384
0,0505
42
75
0,49
0,6879
0,7384
0,0505
43
75
0,49
0,6879
0,7384
0,0505
44
75
0,49
0,6879
0,7384
0,0505
45
75
0,49
0,6879
0,7384
0,0505
46
75
0,49
0,6879
0,7384
0,0505
47
75
0,49
0,6879
0,7384
0,0505
48
75
0,49
0,6879
0,7384
0,0505
49
79
0,75
0,7734
0,8307
0,0573
50
79
0,75
0,7734
0,8307
0,0573
51
79
0,75
0,7734
0,8307
0,0573
9
6 52
79
0,75
0,7734
0,8307
0,0573
53
79
0,75
0,7734
0,8307
0,0573
54
79
0,75
0,7734
0,8307
0,0573
55
86
1,20
0,8708
0,9384
0,0676
56
86
1,20
0,8708
0,9384
0,0676
57
86
1,20
0,8849
0,9384
0,0535
58
86
1,20
0,8849
0,9384
0,0535
59
86
1,20
0,8849
0,9384
0,0535
60
86
1,20
0,8849
0,9384
0,0535
61
86
1,20
0,8849
0,9384
0,0535
7
176
62
89
63
89
64
89
65
96
3
1
1,39
0,9177
0,9846
0,0669
1,39
0,9177
0,9846
0,0669
1,39
0,9177
0,9846
0,0669
1,84
0,9671
1,0000
0,0329
JLH 4419 65
Diperoleh Lhitung < Ltabel (0,0669 < 0,1098), pada taraf α = 00,5 dan jumlah n = 65. maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil belajar agama kristen berasal dari populasi berdistribusi normal.
177
Lampiran 26 ANALISA DATA I. Analisa Data Kepercayaan Diri a. Menentukan tabel distribusi frekuensi hasil belajar agama kristen Diketahui :
n
= 65 xmax
= 131
xmin
= 76
1. Banyak kelas, menentukan jumlah kelas menggunakan kriterium sturges (K) K = 1 + 3,3 log (n) = 1 + 3,3 log (65) = 1 + 5, 982 = 6, 982 ≈ 7 Jadi banyaknya kelas adalah 7 2. Panjang interval kelas (P) P = P =
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
, dimana rentang = xmax – xmin
131 − 76 7
= 7,857 ≈ 8
Jadi panjang interval kelas adalah 8 3.
Daftar distribusi frekuensi kepercayaan diri (tabel dan grafik berikut) a.
Interval
Tabel dan Grafik Distribusi Frekuensi kepercayaan diri Batas Kelas
Fkls
Frel
Kelas
Bawah
Atas
(fi)
(%)
Fkum
Xi
Ci
fiCi
76 – 83
75,5
83,5
4
6,2
4
79,5
-3
-12
Ci2 fiCi2 9
36
178
84 – 91
83,5
91,5
9
13,8
13
87,5
-2
-18
4
36
92 – 99
91,5
99,5
10
15,4
23
95,5
-1
-10
1
10
100 – 107
99,5
107,5
18
27,7
41
103,5
0
0
0
0
108 – 115
107,5
115,5
10
15,4
51
111,5
1
10
1
10
116 – 123
115,5
123,5
8
12,3
59
119,5
2
16
4
32
124 – 131
123,5
131,5
6
9,2
65
127,5
3
18
9
54
65
100
4
28
178
20 18 15
10 10
10
9
5
8 6 4
75,5
83,5
91,5
99,5
107,5
115,5 123,5
Keterangan pengisian kolom pada tabel frekuensi sebagai berikut:
131,5
179
Untuk mengisi kolom Fkls sebagai berikut : dari tabel diatas terlihat bahwa Fkls = 4 untuk kelas interval pertama, yang artinya bahwa ada 4 orang siswa yang mendapat nilai hasil tes soal paling rendah 76 dan paling tinggi 83 sebanyak 4 orang, dan selanjutnya meggunakan hal yang sama. Untuk mengisi kolom Frel sebagai berikut: dari tabel diatas terlihat bahwa Frel = 6,2 untuk kelas interval pertama, yang diperoleh dari pembagian nilai Fkls = 4 pada kelas interval pertama dengan banyaknya siswa yang disingkat N sebanyak 65 dan dikalikan 4
dengan 100% (65 𝑥 100%). Untuk selanjutnya dihitung dengan jalan yang sama. Untuk mengisi kolom Fkum dapat dibentuk dari daftar distribusi frekuensi biasa, dengan jalan menjumlahkan frekuensi demi frekuensi: Fkls = 4 pada kelas interval pertama dijumlahkan degan Fkls = 9 pada interval kedua dan seterusnya. Adapun tabel dan kurva kumulatif lebih dari dan kurang dari sebagai berikut :
180
1. Tabel dan kurva kumulatif lebih sama dengan. Kurva kumulatif lebih dari dapat dicari dengan jalan mengurangkan nilai dari banyak siswa dengan banyak kelas interval frekuensi sebagai berikut:
Nilai 76 atau lebih 84 92 100 108 116 124 132
Frekuensi Kumulatif 65 61 52 42 24 14 6 0
Keterangan. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai penelitian mulai dari nilai terendah 76 hingga tertinggi 131 namun dalam penulisan frekuensi kumulatif menjadi 132. Pada tabel tersebut diketahui 76 adalah sejajar dengan 65 karena merupakan total/patokan dari keseluruhan siswa yang diteliti untuk memperoleh nilainya. 61 didapat dari 65 – 4 pada frekuensi pertama tabel analisa. 52 didapat dari 65 kurang dengan jumlah 4 + 9 = 13 pada frekuensi kelas ke 1 dan 2. Selanjutnya dihitung dengan jalan yang sama. Dari tabel diatas maka kurvanya sebaga berikut:
181
Frekuensi Kumulatif 70 60 50 40 30 20 10 0 76
84
92
100
108
116
124
132
2. Tabel dan kurfa kumulatif kurang dari. Kurva kumulatif kurang dari dapat dicari dengan jalan mengurangkan nilai dari Fkum yang sudah dicari pada frekuensi kumulatif lebih dari nilai teratas dikurang dengan banyaknya siswa dan nilai dibawahnya, contoh pada Fkum lebih dari nilai teratas adalah 65 – 65 = 0, 65 – 61 = 4, 65 – 52 = 13, dan seterusnya menggunakan jalan yang sama. Nilai dari hasil pengurangan tersebut dimasukkan dalam tabel Fkum kurang dari yang diurutkan dari 0. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel dan kurfa di bawah ini :
Frekuensi Nilai
Kumulatif
kurang dari 76
0
84
4
92
13
182
100
23
108
41
116
51
124
59
132
65
Frekuensi Kumulatif 70 60 50 40 30 20 10 0 76
84
92
100
108
116
124
132
Untuk mengisi kolom Xi ( nilai tengah) yaitu di lakukan dengan jalan pada kelas interval pertama adalah 76 – 83 dengan frekuensi f = 4. Ujung bawah kelas = 76, ujung atas = 83. Adapun batas bawah kelas = 75,5 dan batas atas 83,5. Maka untuk memperoleh nilai pada kolom Xi kelas interval pertama dapat diperoleh dengan jalan menjumlahkan ujung bawah dan ujung atas kelas interval pertama dan dibagi dengan 2, 1
sebagai contoh 2(76 + 83) = 79,5, dan pada kolom selanjutnya dengan jalan yang sama. Untuk mengisi kolom Ci merupakan cara menghitung rata-rata dari data dalam daftar distribusi frekuensi dengan cara sandi/singkat. Untuk ini maka ambilkan salah satu tanda kelas , namakan Xo. Untuk harga Xo ini diberi nilai sandi c = 0. Nilai tengah
183
yang lebih kecil dari Xo berturut-turut diberi nilai harga sandi c = -1, c = -2, c = -3 dan seterusnya. Tanda kelas yang lebih besar dari Xo berturut-turut mempunyai harga-harga sandi c = +1, c = +2, c = +3 dan seterusnya. Berdasarkan pada tabel diatas Xo berada pada interval kelas ke 4, karena data tersebut berada pada kelas rata-rata yang dapat diketahui dengan jalan menjumlahkan rata-rata nilai tengah xi pada tabel dibagi dengan banyaknya nilai xi itu sendiri disebut sebagai xi rata-rata, dan semua nilai xi di kurang dengan x rata-rata maka nilai nol berada pada kelas ke 4. Nilai tengah kelas yang lebih kecil dari Xo adalah diberi tanda -1,-2, da -3 pada interval kelas ke 3, 2, dan 1. Nilai tengah kelas yang lebih besar dari Xo diberi tanda +1,+2, dan +3 pada interval kelas ke 5, 6, dan 7. Untuk mengisi kolom fici yaitu perkalian anta nilai fi kelas interval pertama dikalikan dengan nilai ci pada interval pertama. Selajutnya didapat dengan jalan yang sama. Untuk mengisi kolom ci2 didapat dari perkalian nilai ci dengan ci pada interval pertama. Selanjutnya dengan jalan yang sama. Untuk mengisi kolom fici2 didapat dari perkalian nilai fi interval pertama dengan nilai ci2 interval pertama. Selanjutnya dengan jalan yang sama. b. Mean X
= Xo + P
= 104 + 8
𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖 𝛴𝑓𝑖 4 65
= 103,992307692 ≈ 103,99 Jadi nilai rata-ratanya 103,99
184
c. Modus (Mo) Mo
𝑏1
=b+p
𝑏1+𝑏2 8
= 99,5 + 8
8+8
= 99,5 + 8 (0,5) = 103,5 d. Median (Me) Me
=b+p
1 𝑛 2
−𝐹 𝑓
= 99,5 + 8
1 2
65 – 23 18
= 99,5 + 8 (0,528) = 103,72 e. Simpangan Baku S
𝑛𝛴 𝑓𝑖𝑐𝑖 2 −(𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖 )2
=
𝑝2
=
(8)2 (
=
64 (
=
64
𝑛 (𝑛 −1) 65 178 − (4 )2 65 (65 − 1)
11570 − 16 4160
11554 4160
= 64 2,78 S
= 178 = 13,34
)
)
185
TABEL NORMALITAS DATA UJI NORMALITAS KEPERCAYAAN DIRI X = 103,99
N = 65
S = 13,34 No
X1
F
Zi
1
76
1
-2,10
0,0179 0,0154
0,0025
2
80
-1,80
0,0259 0,0615
0,0356
3
80
-1,80
0,0259 0,0615
0,0356
4
80
-1,80
0,0259 0,0615
0,0356
5
85
-1,42
0,0778 0,0923
0,0145
3
F(Zi)
S(Zi)
F(Zi) - S(Zi)
2 6
85
-1,42
0,0778 0,0923
0,0145
7
88
-1,20
0,1151 0,1385
0,0234
8
88
-1,20
0,1151 0,1385
0,0234
9
88
-1,20
0,1151 0,1385
0,0234
10
89
-1,12
0,1314 0,1846
0,0532
11
89
-1,12
0,1314 0,1846
0,0532
12
89
-1,12
0,1314 0,1846
0,0532
13
90
-1,05
0,1469 0,2000
0,0531
14
92
-0,90
0,1841 0,2615
0,0774
15
92
-0,90
0,1841 0,2615
0,0774
16
92
-0,90
0,1841 0,2615
0,0774
3
3
1
4
186
17
92
-0,90
0,1841 0,2615
0,0774
18
95
-0,67
0,2514 0,3231
0,0717
19
95
-0,67
0,2514 0,3231
0,0717
4 20
95
-0,67
0,2514 0,3231
0,0717
21
95
-0,67
0,2514 0,3231
0,0717
22
99
-0,37
0,2557 0,3538
0,0981
2 23
99
-0,37
0,2557 0,3538
0,0981
24
100
-0,30
0,3821 0,4154
0,0333
25
100
-0,30
0,3821 0,4154
0,0333
4 26
100
-0,30
0,3821 0,4154
0,0333
27
100
-0,30
0,3821 0,4154
0,0333
28
101
-0,22
0,4129 0,4265
0,0136
-0,22
0,4129 0,4265
0,0136
2 29
101
30
104
31
105
32
105
33
1
0,00
0,5
0,4615
0,0385
0,08
0,5319 0,5231
0,0088
0,08
0,5319 0,5231
0,0088
105
0,08
0,5319 0,5231
0,0088
34
105
0,08
0,5319 0,5231
0,0088
35
107
0,23
0,591
0,6307
0,0397
36
107
0,23
0,591
0,6307
0,0397
37
107
0,23
0,591
0,6307
0,0397
38
107
0,23
0,591
0,6307
0,0397
4
7
187
39
107
0,23
0,591
0,6307
0,0397
40
107
0,23
0,591
0,6307
0,0397
41
107
0,23
0,591
0,6307
0,0397
42
112
0,60
0,7257 0,6615
0,0642
2 43
112
0,60
0,7257 0,6615
0,0642
44
113
0,68
0,7517 0,7231
0,0286
45
113
0,68
0,7517 0,7231
0,0286
4 46
113
0,68
0,7517 0,7231
0,0286
47
113
0,68
0,7517 0,7231
0,0286
48
114
0,75
0,7734 0,7538
0,0196
0,75
0,7734 0,7538
0,0196
0,83
0,7967 0,7846
0,0121
0,83
0,7967 0,7846
0,0121
1,28
0,8997 0,8000
0,0997
2 49
114
50
115 2
51
115
52
121
53
122
1,35
0,9115 0,8615
0,0500
54
122
1,35
0,9115 0,8615
0,0500
55
122
1,35
0,9115 0,8615
0,0500
56
122
1,35
0,9115 0,8615
0,0500
57
123
1,43
0,9236 0,9077
0,0159
58
123
1,43
0,9236 0,9077
0,0159
59
123
1,43
0,9236 0,9077
0,0159
60
126
1,65
0,9505 0,9231
0,0274
1
4
3
1
188
61
127
1
1,72
0,9573 0,9384
0,0189
62
128
1
1,80
0,9641 0,9538
0,0103
63
129
1
1,87
0,9693 0,9692
0,0001
64
130
1
1,95
0,9744 0,9846
0,0102
65
131
1
2,02
0,9783 1,0000
0,0217
Σ
6811 65
Diperoleh Lhitung < Ltabel (0,0997 < 0,1098), pada taraf α = 00,5 dan jumlah n = 65. maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data kepercayaan diri berasal dari populasi berdistribusi normal. Keterangan pengisian kolom tabel normalitas sebagai berikut: Kolom x1 adalah kolom nilai data mentah yang dikumpulkan dari hasil penyebaran angket dengan 5 alternatif jawaban yaitu SS, S, KS, TS, dan STS yang sudah diurutkan mulai dari terkecil hinggga tertinggi, nilai terkecil 76 dan tertinggi 131 pada tabel normalitas. Kolom F merupakan jumlah siswa yang mendapatkan nilai sama ketika data itu sudah diurutkan berdasarkan nilai terkecil hingga tertinggi. Pada kolom F nomor urut 1 yaitu 1, karena ketika data diurutkan dari nilai terkecil hingga tertinggi hanya ada 1 siswa yang mendapatkan nilai 76, kolom F nomor urut 2, 3 dan 4 yaitu 3, karena ada 3 siswa yang memiliki nilai yang sama yaitu 80, kolom F nomor urut 5 yaitu 2, karena ketika data diurutkan dari nilai terkecil hingga tertinggi hanya ada 2 siswa yang mendapatkan nilai 85, dan seterusnya dapat diketahui dengan jalan yang sama.
189
Kolom Zi merupakan hasil dari pengurangan nilai x dengan x rata-rata dibagi dengan nilai simpangan baku (
𝑥−− 𝑥 𝑠
). Pada kolom Zi nomor urut 1 yaitu -2,10 yaitu
diperoleh dari nilai x pada nomor urut 1 dikurang dengan x rata-rata dibagi nilai simpangan baku (
76 – 103,99 13,34
=
−27,99 13,34
= −2,10). Pada kolom Zi nomor urut 2 yaitu
-1,80 yaitu diperoleh dari nilai x pada nomor urut 2 dikurang dengan x rata-rata dibagi nilai simpangan baku (
80 – 103,99 13,34
=
−23,99 13,34
= −1,80), nilai kolom pada Zi nomor
urut 3 dan 4 sama dengan nomor urut 2 karena memiliki nilai x yang sama, yaitu 80 sehingga perhitungan dan pengisian nilai kolom Zi nomor urut 3, dan 4 pun sama dengan kolom Zi nomor urut 2. Pada kolom Zi nomor urut 5 yaitu -1,42 yaitu diperoleh dari nilai x pada nomor urut 5 dikurang dengan x rata-rata dibagi nilai simpangan baku
(
85 – 103,99 13,34
=
−18,99 13,34
= −1,42). Pada nomor urut 6, 7, dan seterusnya
menggunakan jalan yang sama. Pada kolom F(Zi) merupakan kolom yang diisi berdasarkan pada kurfa normal, bila nilai Zi nya negatif maka dia berada disebelah kiri kurva sehingga dapat dicari dengan rumus 0,05 ditambah dengan nilai Zi, sedangkan bila nilai Zi positif maka dia berada disebelah kanan kurva sehingga dapat dicari dengan rumus 0,05 kurang dengan nilai Zi. Pada kolom F(Zi) nomor urut 1 yaitu 0,0179, yang dapat dilihat dari kolom Zi 2,10 pada daftar tabel kurva distribusi normal dengan luas 0,05. Pada kolom F(Zi) nomor urut 2 yaitu 0,0259, yang dapat dilihat dari kolom Zi -1,80 pada daftar tabel kurva distribusi normal dengan luas 0,05, dan pada kolom Zi nomor urut 3 dan 4 sama dengan nomor urut 2 karena memiliki nilai Zi yang sama yaitu -1,80. Pada kolom F(Zi)
190
nomor urut yaitu 0,0778, yang dapat dilihat dari kolom Zi -1,42 pada daftar tabel kurva distribusi normal dengan luas 0,05. Pada kolom Zi 6, 7 dan seterusnya menggunakan jalan yang sama. Pada kolom S(Zi) merupakan kolom yang diisi berdasarkan banyaknya siswa pada kolom F dibagi dengan banyaknya siswa secara keseluruhan dalam penelitian. Pada kolom S(Zi) nomor urut 1 adalah 0,0154 yang diketahui dari siswa yang memiliki nilai 76 pada kolom F hanya sebanyak 1 orang dibagi dengan jumlah siswa secara 1
keseluruhan pada penelitian sebanyak 65 orang (65 = 0,0154). Pada kolom S(Zi) nomor urut 2 adalah 0,0615 yang diketahui dari siswa yang memiliki nilai 80 pada kolom F hanya sebanyak 3 orang ditambah dengan 1 orang sebelumnya dibagi dengan 4
jumlah siswa secara keseluruhan pada penelitian sebanyak 65 orang (65 = 0,0615), dan pada kolom S(Zi) nomor urut 3 dan 4 sama dengan nomor 2 karena memiliki nilai F yang sama sebanyak 3 orang. Pada kolom S(Zi) nomor urut 5 adalah 0,0923 yang diketahui dari siswa yang memiliki nilai 85 pada kolom F hanya sebanyak 2 orang ditambah dengan 4 orang sebelumnya dibagi dengan jumlah siswa secara keseluruhan 6
pada penelitian sebanyak 65 orang (65 = 0,0923). Pada kolom 6, 7 dan seterusnya menggunakan jalan yang sama. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) merupakan hasil dari pengurangan nilai F(Zi) nomor urut 1 dengan nilai S(Zi) nomor urut 1, dan harga dari nilai F(Zi) – S(Zi) negatif maka dapat dimutlakkan menjadi positif. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 1 yaitu 0,0179 – 0,0154 = 0,0025. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 2 yaitu 0,0259 – 0,0615 = – 0,0356 yang dapat dimutlakkan menjadi 0,0356, dan F(Zi) – S(Zi) nomor 3 dan 4 sama karena memiliki nilai yang sama dengan F(Zi) – S(Zi) nomor urut 2. Pada kolom F(Zi)
191
– S(Zi) nomor urut 5 yaitu 0,0779 – 0,0923 = –0,0145 yang dapat dimutlakkan menjadi 0,0145. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 6, 7 dan seterusnya menggunakan jalan yang sama.
192
Lampiran 27 ANALISA DATA II. Analisa Data Motivasi Belajar a. Menentukan tabel distribusi frekuensi hasil belajar agama kristen Diketahui :
n
1.
= 65 xmax
= 129
xmin
= 75
Banyak kelas, menentukan jumlah kelas menggunakan kriterium sturges (K)
K = 1 + 3,3 log (n) = 1 + 3,3 log (65) = 1 + 5, 982 = 6, 982 ≈ 7 Jadi banyaknya kelas adalah 7 2. P = =
Panjang interval kelas (P)
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
, dimana rentang = xmax – xmin
129 − 75 7
= 7,7428571429 ≈ 8 Jadi panjang interval kelas adalah 8
193
3.
Daftar distribusi frekuensi motivasi belajar (tabel dan grafik berikut) a. Tabel dan Grafik Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Batas Kelas
Interval
Fkls
Frel fiCi Ci2 fiCi2
Kelas
Bawah
Atas
(fi)
(%)
Fkum
Xi
Ci
75 - 82
74,5
82,5
3
4,62
3
78,5
-3
-9
9
27
83 - 90
82,5
90,5
10
15,38
13
86,5
-2
-20
4
40
91 - 98
90,5
98,5
10
15,38
23
94,5
-1
-10
1
10
99 - 106
98,5
106,5
17
26,15
40
102,5
0
0
0
0
107 - 114
106,5
114,5
11
16,92
51
108,5
1
11
1
11
115 - 122
114,5
122,5
8
12,31
59
116,5
2
16
4
32
123 - 130
122,5
130,5
6
9,23
65
124,5
3
18
9
54
65
100
6
28
174
20
15
17
10 11 10
5
10 8 6
74,5
82,5 3
90,5
98,5
106,5 114,5
122,5
130,5
194
Keterangan pengisian kolom pada tabel frekuensi sebagai berikut: Untuk mengisi kolom Fkls sebagai berikut : dari tabel diatas terlihat bahwa Fkls = 3 untuk kelas interval pertama, yang artinya bahwa ada 3 orang siswa yang mendapat nilai hasil tes soal paling rendah 75 dan paling tinggi 82 sebanyak 3 orang, dan selanjutnya mneggunakan hal yang sama. Untuk mengisi kolom Frel sebagai berikut: dari tabel diatas terlihat bahwa Frel = 3 untuk kelas interval pertama, yang diperoleh dari pembagian nilai Fkls = 3 pada kelas interval pertama dengan banyaknya siswa yang disingkat N sebanyak 65 dan dikalikan 3
dengan 100% (65 𝑥 100%). Untuk selanjutnya dihitung dengan jalan yang sama. Untuk mengisi kolom Fkum dapat dibentuk dari daftar distribusi frekuensi biasa, dengan jalan menjumlahkan frekuensi demi frekuensi: Fkls = 3 pada kelas interval pertama dijumlahkan degan Fkls = 10 pada interval kedua dan seterusnya. Untuk mengisi kolom Xi (nilai tengah) yaitu dilakukan dengan jalan pada kelas interval pertama adalah 75 – 82 dengan frekuensi f = 3. Ujung bawah kelas = 75, ujung atas = 82. Adapun batas bawah kelas = 74,5 dan batas atas 82,5. Maka untuk memperoleh nilai pada kolom Xi kelas interval pertama dapat diperoleh dengan jalan menjumlahkan ujung bawah dan ujung atas kelas interval pertama dan dibagi dengan 2, 1
sebagai contoh 2(75 + 85) = 78,5. Dan pada kolom selanjutnya dengan jalan yang sama Untuk mengisi kolom Ci merupakan cara menghitung rata-rata dari data dalam daftar distribusi frekuensi dengan cara sandi/singkat. Untuk ini maka ambilkan salah satu nilai tengah kelas , namakan Xo. Untuk harga Xo ini diberi nilai sandi c = 0. Nilai tengah yang lebih kecil dari Xo berturut-turut diberi nilai harga sandi c = -1, c = -2, c =
195
-3 dan seterusnya. Nilai tengah kelas yang lebih besar dari Xo berturut-turut mempunyai harga-harga sandi c = +1, c = +2, c = +3 dan seterusnya. Berdasarkan pada tabel diatas Xo berada pada interval kelas ke 4, karena data tersebut berada pada kelas rata-rata yang dapat diketahui dengan jalan menjumlahkan rata-rata nilai tengah xi pada tabel dibagi dengan banyaknya nilai xi itu sendiri disebut sebagai xi rata-rata, dan semua nilai xi dikurang dengan x rata-rata maka nilai nol berada pada kelas ke 4. tanda kelas yang lebih kecil dari Xo adalah diberi tanda -1,-2, da -3 pada interval kelas ke 3, 2, dan 1. Nilai tengah kelas yang lebih besar dari Xo diberi tanda +1,+2, dan +3 pada interval kelas ke 5, 6, dan 7. Untuk mengisi kolom fici yaitu perkalian anta nilai fi kelas interval pertama dikalikan dengan nilai ci pada interval pertama. Selajutnya didapat dengan jalan yang sama. Untuk mengisi kolom ci2 didapat dari perkalian nilai ci dengan ci pada interval pertama. Selanjutnya dengan jalan yang sama. Untuk mengisi kolom fici2 didapat dari perkalian nilai fi interval pertama dengan nilai ci2 interval pertama. Selanjutnya dengan jalan yang sama. Pada frekuensi kumulatif dapat dilihat pada kurva lebih dari dan kurang dari sebagai berikut: 1. Kurfa lebih dari sama dengan Kurva kumulatif lebih dari dapat dicari dengan jalan mengurangkan nilai dari banyak siswa dengan banyak kelas interval frekuensi sebagai berikut: Nilai 75 atau lebih
Fkum 65
196
83
62
91
52
99
42
107
25
115
14
123
16
130
0
Keterangan, Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai penelitian mulai dari nilai terendah 75 hingga tertinggi 130 namun dalam penulisan frekuensi kumulatif menjadi 131. Pada tabel tersebut diketahui 75 adalah sejajar dengan 65 karena merupakan total/patokan dari keseluruhan siswa yang diteliti untuk memperoleh nilainya. 62 didapat dari 65 – 3 pada frekuensi pertama tabel analisa. 52 didapat dari 65 kurang dengan jumlah 3 + 10 = 13 pada frekuensi kelas ke 1 dan 2. Selanjutnya dihitung dengan jalan yang sama. Dari tabel diatas maka kurvanya sebaga berikut:
Frekuensi Kumulatif 70 60 50 40 30 20 10 0 75
83
91
99
107
115
123
130
197
2. Kurva kurang dari Kurva kumulatif kurang dari dapat dicari dengan jalan mengurangkan nilai dari Fkum yang sudah dicari pada frekuensi kumulatif lebih dari nilai teratas dikurang dengan banyaknya siswa dan nilai dibawahnya, contoh pada Fkum lebih dari nilai teratas adalah 65 – 65 = 0, 65 – 62 = 3, 65 – 52 = 13, dan seterusnya menggunakan jalan yang sama. Nilai dari hasil pengurangan tersebut dimasukkan dalam tabel Fkum kurang dari yang diurutkan dari 0. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel dan kurfa di bawah ini :
Frekuensi Nilai
Kumulatif
kurang dari 75
0
83
3
91
13
99
23
107
40
115
51
123
49
130
65
198
Frekuensi Kumulatif 70 60 50 40 30 20 10 0 75
83
91
99
107
115
123
b. Mean X
= Xo + P
𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖 𝛴𝑓𝑖 6
= 102,5 + 8
65
= 103,238461538 ≈ 103,23 Jadi nilai rata-ratanya 103,23 c. Modus (Mo) Mo
𝑏1
=b+p
𝑏1+𝑏2
= 98,5 + 8
7 7 +6
b = 98,5
= 98,5 + 8 (0,538)
b1 = 17 – 10 = 7
= 98,5 + 4,31
b2 = 17 – 11 = 6
= 102,81 d. Median (Me)
130
199
Me
=b+p
1 𝑛 2
𝑓 1 2
= 98,5 + 8
Me
−𝐹
65 − 23 17
= 98,5 + 8 (0,56) = 102,97
e. Simpangan Baku S
S
𝑛𝛴 𝑓𝑖𝑐𝑖 2 −(𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖 )2
=
𝑝2
=
(8)2 (
=
64 (
=
64
𝑛 (𝑛 −1) 65 174 − (7 )2 65 (65 − 1)
11310 − 49 4160
)
)
11263 4160
= 64 2,71 =
173,27 = 13,279623077 ≈ 13,28
TABEL NORMALITAS DATA UJI NORMALITAS MOTIVASI BELAJAR AGAMA KRISTEN X = 103,23
N = 65
S = 13,28 No
X2
F
1
75
1
2
80
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(Zi) - S(Zi)
-2,13 0,0166 0,0154
0,0012
-1,75 0,0401 0,0462
0,0061
-1,75 0,0401 0,0462
0,0061
2 3
80
200
4
84
1
-1,45 0,0735 0,0615
0,0120
5
85
1
-1,37 0,0853 0,0769
0,0084
6
86
1
-1,30 0,0968 0,0923
0,0045
7
88
-1,15 0,1251 0,1384
0,0133
8
88
-1,15 0,1251 0,1384
0,0133
9
88
-1,15 0,1251 0,1384
0,0133
10
89
-1,07 0,1423 0,1846
0,0423
11
89
-1,07 0,1423 0,1846
0,0423
12
89
-1,07 0,1423 0,1846
0,0423
13
90
-1,00 0,1587 0,2000
0,0413
14
94
-0,70
0,242
0,2461
0,0041
15
94
-0,70
0,242
0,2461
0,0041
16
94
-0,70
0,242
0,2461
0,0041
17
95
-0,62 0,2676 0,3231
0,0555
18
95
-0,62 0,2676 0,3231
0,0555
19
95
-0,62 0,2676 0,3231
0,0555
20
95
-0,62 0,2676 0,3231
0,0555
21
95
-0,62 0,2676 0,3231
0,0555
22
96
-0,54 0,2946 0,3538
0,0592
23
96
-0,54 0,2946 0,3538
0,0592
24
99
-0,32 0,3745 0,4307
0,0562
25
99
-0,32 0,3745 0,4307
0,0562
3
3
1
3
5
2
5
201
26
99
-0,32 0,3745 0,4307
0,0562
27
99
-0,32 0,3745 0,4307
0,0562
28
99
-0,32 0,3745 0,4307
0,0562
29
100
-0,24 0,4052 0,4615
0,0563
2 30
100
-0,24 0,4052 0,4615
0,0563
31
102
-0,09 0,4641 0,5231
0,0590
32
102
-0,09 0,4641 0,5231
0,0590
4 33
102
-0,09 0,4641 0,5231
0,0590
34
102
-0,09 0,4641 0,5231
0,0590
35
105
0,13
0,5517 0,6154
0,0637
36
105
0,13
0,5517 0,6154
0,0637
37
105
0,13
0,5517 0,6154
0,0637
6 38
105
0,13
0,5517 0,6154
0,0637
39
105
0,13
0,5517 0,6154
0,0637
40
105
0,13
0,5517 0,6154
0,0637
41
112
0,66
0,7454 0,6615
0,0839
42
112
0,66
0,7454 0,6615
0,0839
43
112
0,66
0,7454 0,6615
0,0839
44
113
0,74
0,7704 0,7231
0,0473
45
113
0,74
0,7704 0,7231
0,0473
46
113
0,74
0,7704 0,7231
0,0473
47
113
0,74
0,7704 0,7231
0,0473
3
4
202
48
114
49
114
0,81
0,791
0,7846
0,0064
0,81
0,791
0,7846
0,0064
4 50
114
0,81
0,791
0,7846
0,0064
51
114
0,81
0,791
0,7846
0,0064
52
121
1,33
0,9082 0,8000
0,1082
53
122
1,41
0,9207 0,9076
0,0131
54
122
1,41
0,9207 0,9076
0,0131
55
122
1,41
0,9207 0,9076
0,0131
56
122
1,41
0,9207 0,9076
0,0131
57
122
1,41
0,9207 0,9076
0,0131
58
122
1,41
0,9207 0,9076
0,0131
59
122
1,41
0,9207 0,9076
0,0131
60
124
1
1,56
0,9418 0,9231
0,0187
61
126
1
1,71
0,9564 0,9384
0,0180
62
127
1,79
0,9633 0,9692
0,0059
63
127
1,79
0,9633 0,9692
0,0059
64
128
1
1,87
0,9693 0,9846
0,0153
65
129
1
1,94
0,9734 1,0000
0,0266
Σ
6773 65
1
7
2
Diperoleh Lhitung < Ltabel (0,1082 < 0,1098), pada taraf α = 00,5 dan jumlah n = 65. maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data Motivasi belajar agama kristen berasal dari populasi berdistribusi normal.
203
Keterangan pengisian kolom pada tabel normalitas sebagai berikut: Kolom x2 adalah kolom nilai data mentah yang dikumpulkan dari hasil penyebaran angket dengan 5 alternatif jawaban yaitu SS, S, KS, TS, dan STS yang sudah diurutkan mulai dari terkecil hinggga tertinggi, nilai terkecil 75 dan tertinggi 129 pada tabel normalitas. Kolom F merupakan jumlah siswa yang mendapatkan nilai sama ketika data itu sudah diurutkan berdasarkan nilai terkecil hingga tertinggi. Pada kolom F nomor urut 1 yaitu 1, karena ketika data diurutkan dari nilai terkecil hingga tertinggi hanya ada 1 siswa yang mendapatkan nilai 75, kolom F nomor urut 2 dan 3 yaitu 2, karena ada 2 siswa yang memiliki nilai yang sama yaitu 80, kolom F nomor urut 4 yaitu 1, karena ketika data diurutkan dari nilai terkecil hingga tertinggi hanya ada 1 siswa yang mendapatkan nilai 84, kolom F nomor urut 5 yaitu 1, karena ketika data diurutkan dari nilai terkecil hingga tertinggi hanya ada 1 siswa yang mendapatkan nilai 85, dan seterusnya dapat diketahui dengan jalan yang sama. Kolom Zi merupakan hasil dari pengurangan nilai x dengan x rata-rata dibagi dengan nilai simpangan baku (
𝑥−− 𝑥 𝑠
). Pada kolom Zi nomor urut 1 yaitu -2,13 yaitu
diperoleh dari nilai x pada nomor urut 1 dikurang dengan x rata-rata dibagi nilai simpangan baku (
75 – 103,23 13,28
=
−28,23 13,28
= −2,13). Pada kolom Zi nomor urut 2 yaitu
-1,75 yaitu diperoleh dari nilai x pada nomor urut 2 dikurang dengan x rata-rata dibagi nilai simpangan baku (
80 – 103,23 13,28
=
−23,23 13,28
= −1,75), nilai kolom pada Zi nomor
urut 3 sama dengan nomor urut 2 karena memilki nilai x yang sama, yaitu 80 sehingga perhitungan dan pengisian nilai kolom Zi nomor urut 3 pun sama dengan kolom Zi
204
nomor urut 2. Pada kolom Zi nomor urut 4 yaitu -1,45 yaitu diperoleh dari nilai x pada nomor urut 4 dikurang dengan x rata-rata dibagi nilai simpangan baku ( −19,23 13,28
84 – 103,23 13,28
=
= −1,45). Pada kolom Zi nomor urut 5 yaitu -1,37 yaitu diperoleh dari nilai
x pada nomor urut 5 dikurang dengan x rata-rata dibagi nilai simpangan baku
(
85 – 103,23 13,28
=
−18,23 13,28
= −1,37). Pada nomor urut 6, 7, dan seterusnya
menggunakan jalan yang sama. Pada kolom F(Zi) merupakan kolom yang diisi berdasarkan pada kurfa normal, bila nilai Zi nya negatif maka dia berada disebelah kiri kurva sehingga dapat dicari dengan rumus 0,05 ditambah dengan nilai Zi, sedangkan bila nilai Zi positif maka dia berada disebelah kanan kurva sehingga dapat dicari dengan rumus 0,05 kurang dengan nilai Zi. Pada kolom F(Zi) nomor urut 1 yaitu 0,0166, yang dapat dilihat dari kolom Zi 2,13 pada daftar tabel kurva distribusi normal dengan luas 0,05. Pada kolom F(Zi) nomor urut 2 yaitu 0,0401, yang dapat dilihat dari kolom Zi -1,75 pada daftar tabel kurva distribusi normal dengan luas 0,05, dan pada kolom Zi nomor urut 3 sama dengan nomor urut 2 karena memilki nilai Zi yang sama yaitu -1,75. Pada kolom F(Zi) nomor urut 4 yaitu 0,0735, yang dapat dilihat dari kolom Zi -1,45 pada daftar tabel kurva distribusi normal dengan luas 0,05. Pada kolom F(Zi) nomor urut 5 yaitu 0,0853, yang dapat dilihat dari kolom Zi -1,37 pada daftar tabel kurva distribusi normal dengan luas 0,05. Pada kolom Zi 6, 7 dan seterusnya menggunakan jalan yang sama. Pada kolom S(Zi) merupakan kolom yang diisi berdasarkan banyaknya siswa pada kolom F dibagi dengan banyaknya siswa secara keseluruhan dalam penelitian. Pada kolom S(Zi) nomor urut 1 adalah 0,0154 yang diketahui dari siswa yang memiliki
205
nilai 75 pada kolom F hanya sebanyak 1 orang dibagi dengan jumlah siswa secara 1
keseluruhan pada penelitian sebanyak 65 orang (65 = 0,0154). Pada kolom S(Zi) nomor urut 2 adalah 0,0462 yang diketahui dari siswa yang memiliki nilai 80 pada kolom F hanya sebanyak 2 orang ditambah dengan 1 0rang sebelumnya dibagi dengan 3
jumlah siswa secara keseluruhan pada penelitian sebanyak 65 orang (65 = 0,0462), dan pada kolom S(Zi) nomor urut 3 sama dengan nomor 2 karena memiliki nilai F yang sama sebanyak 2 orang. Pada kolom S(Zi) nomor urut 4 adalah 0,0615 yang diketahui dari siswa yang memiliki nilai 84 pada kolom F hanya sebanyak 1 orang ditambah dengan 3 orang sebelumnya dibagi dengan jumlah siswa secara keseluruhan pada 4
penelitian sebanyak 65 orang (65 = 0,0615). Pada kolom S(Zi) nomor urut 5 adalah 0,0769 yang diketahui dari siswa yang memiliki nilai 85 pada kolom F hanya sebanyak 1 orang ditambah dengan 4 orang sebelumnya dibagi dengan jumlah siswa secara 5
keseluruhan pada penelitian sebanyak 65 orang (65 = 0,0769). Pada kolom 6, 7 dan seterusnya menggunakan jalan yang sama. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) merupakan hasil dari pengurangan nilai F(Zi) nomor urut 1 dengan nilai S(Zi) nomor urut 1, dan harga dari nilai F(Zi) – S(Zi) negatif maka dapat dimutlakkan menjadi positif. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 1 yaitu 0,0166 – 0,0154 = 0,0012. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 2 yaitu 0,0401 – 0,0462 = – 0,0061 yang dapat dimutlakkan menjadi 0,0061, dan F(Zi) – S(Zi) nomor 3 sama karena memiliki nilai yang sama dengan F(Zi) – S(Zi) nomor urut 2. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 4 yaitu 0,0735 – 0,0615 = 0,0120. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 5
206
yaitu 0,0853 – 0,0769 = 0,0084. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 6, 7 dan seterusnya menggunakan jalan yang sama.
207
Lampiran 28 PENGUJIAN HIPOTESIS Tabel Kerja Uji Regresi dan Korelasi Y, X1 dan X2 No
Y
X1
X2
Y2
X12
X22
X1Y
X2Y
X1X2
1
68
105
102
4624
11025
10404
7140
6936
10710
2
82
123
122
6724
15129
14884
10086
10004
15006
3
79
113
113
6241
12769
12769
8927
8927
12769
4
68
114
114
4624
12996
12996
7752
7752
12996
5
64
100
99
4096
10000
9801
6400
6336
9900
6
54
88
88
2916
7744
7744
4752
4752
7744
7
75
95
95
5625
9025
9025
7125
7125
9025
8
71
80
84
5041
6400
7056
5680
5964
6720
9
79
113
113
6241
12769
12769
8927
8927
12769
10
89
113
113
7921
12769
12769
10057
10057
12769
11
89
113
113
7921
12769
12769
10057
10057
12769
12
57
89
89
3249
7921
7921
5073
5073
7921
13
89
129
127
7921
16641
16129
11481
11303
16383
14
68
127
126
4624
16129
15876
8636
8568
16002
15
50
95
95
2500
9025
9025
4750
4750
9025
16
86
107
105
7396
11449
11025
9202
9030
11235
17
61
95
95
3721
9025
9025
5795
5795
9025
18
86
114
114
7396
12996
12996
9804
9804
12996
208
19
57
123
122
3249
15129
14884
7011
6954
15006
20
71
100
99
5041
10000
9801
7100
7029
9900
21
36
105
102
1296
11025
10404
3780
3672
10710
22
50
89
89
2500
7921
7921
4450
4450
7921
23
61
107
105
3721
11449
11025
6527
6405
11235
24
71
105
102
5041
11025
10404
7455
7242
10710
25
50
89
89
2500
7921
7921
4450
4450
7921
26
71
107
105
5041
11449
11025
7597
7455
11235
27
54
126
127
2916
15876
16129
6804
6858
16002
28
79
115
114
6241
13225
12996
9085
9006
13110
29
61
122
122
3721
14884
14884
7442
7442
14884
30
64
99
96
4096
9801
9216
6336
6144
9504
31
75
112
112
5625
12544
12544
8400
8400
12544
32
50
76
75
2500
5776
5625
3800
3750
5700
33
71
107
105
5041
11449
11025
7597
7455
11235
34
50
85
86
2500
7225
7396
4250
4300
7310
35
79
122
122
6241
14884
14884
9638
9638
14884
36
57
80
80
3249
6400
6400
4560
4560
6400
37
79
122
122
6241
14884
14884
9638
9638
14884
38
79
123
122
6241
15129
14884
9717
9638
15006
39
75
128
128
5625
16384
16384
9600
9600
16384
40
75
107
105
5625
11449
11025
8025
7875
11235
209
41
86
122
122
7396
14884
14884
10492
10492
14884
42
71
104
99
5041
10816
9801
7384
7029
10296
43
86
130
124
7396
16900
15376
11180
10664
16120
44
82
85
85
6724
7225
7225
6970
6970
7225
45
39
88
88
1521
7744
7744
3432
3432
7744
46
57
92
94
3249
8464
8836
5244
5358
8648
47
43
80
80
1849
6400
6400
3440
3440
6400
48
79
115
114
6241
13225
12996
9085
9006
13110
49
75
107
105
5625
11449
11025
8025
7875
11235
50
64
101
99
4096
10201
9801
6464
6336
9999
51
68
92
95
4624
8464
9025
6256
6460
8740
52
86
131
129
7396
17161
16641
11266
11094
16899
53
61
92
94
3721
8464
8836
5612
5734
8648
54
71
121
121
5041
14641
14641
8591
8591
14641
55
50
95
95
2500
9025
9025
4750
4750
9025
56
54
88
88
2916
7744
7744
4752
4752
7744
57
50
105
102
2500
11025
10404
5250
5100
10710
58
64
90
94
4096
8100
8836
5760
6016
8460
59
68
100
100
4624
10000
10000
6800
6800
10000
60
75
100
100
5625
10000
10000
7500
7500
10000
61
96
92
90
9216
8464
8100
8832
8640
8280
62
46
101
96
2116
10201
9216
4646
4416
9696
210
63
64
107
112
4096
11449
12544
6848
7168
11984
64
75
99
99
5625
9801
9801
7425
7425
9801
65
79
112
112
6241
12544
12544
8848
8848
12544
JML
4419
6811
6773 312507 726801 718089 469758 467017 722317
Rta2 67,98 104,8
104
4796,7
11286
11065
7275,8
7191,9
11037
211
Lampiran 29 Pengelompokkan Data Y dan X1 JK No
X1
Y
Kelompok
Y2
ΣY2
ΣY
(ΣY)2
n
(G)
1
76
50
1
2500
2500
50
2500
1
0
2
80
71
2
5041 10139 171
29241
3
392
3
80
57
3249
4
80
43
1849
5
85
50
6
85
86
7
88
54
8
88
39
1521
9
88
54
2916
10
89
57
11
89
50
2500
12
89
50
2500
13
90
64
6
4096
14
92
57
7
15
92
68
4624
16
92
61
3721
17
92
96
9216
18
95
75
3
2500
9896
136
18496
2
648
7353
147
21609
3
150
8249
157
24649
3
33
4096
64
4096
1
0
3249 20810 282
79524
4
929
55696
4
422
7396 4
5
8
2916
3249
5625 14346 236
212
19
95
50
2500
20
95
61
3721
21
95
50
2500
22
99
64
23
99
75
24
100
64
25
100
71
5041
26
100
68
4624
27
100
75
5625
28
101
64
29
101
46
30
104
71
12
5041
31
105
68
13
32
105
36
1296
33
105
71
5041
34
105
50
2500
35
107
86
36
107
61
3721
37
107
71
5041
38
107
71
5041
39
107
75
5625
40
107
75
5625
9
4096
9721
139
19321
2
61
4096 19386 278
77284
4
65
5625 10
11
4096
6212
110
12100
2
162
5041
71
5041
1
0
4624 13461 225
50625
4
805
7396 36545 503 253009
7
401
2116
14
213
41
107
64
4096
42
112
75
43
112
79
44
113
75
45
113
75
5625
46
113
89
7921
47
113
89
7921
48
114
68
49
114
86
50
115
79
51
115
79
52
121
71
19
5041
53
122
61
20
54
122
79
6241
55
122
79
6241
56
122
86
7396
57
123
86
58
123
57
3249
59
123
79
6241
60
126
54
22
2916
2916
61
127
68
23
4624
62
128
75
24
5625
15
5625 11866 154
23716
2
8
5625 27092 328 107584
4
196
23716
2
162
24964
2
0
71
5041
1
0
3721 23599 305
93025
4
343
49284
3
458
54
2916
1
0
4624
68
4624
1
0
5625
75
5625
1
0
6241 16
17
4624 12020 154 7396
18
6241 12482 158 6241
21
5041
7396 16886 222
214
63
129
89
25
7921
7921
89
7921
1
0
64
130
86
26
7396
7396
86
7396
1
0
65
131
86
27
7396
7396
86
7396
1
0
k= JML 6811 4419
27
5234
215
Lampiran 30 Pengelompokkan Data Y dan X2 JK No
X2
Y
Kelompok
Y2
ΣY2
ΣY
(ΣY)2
n
(G)
1
75
50
1
2500
2500
50
2500
1
0
2
80
57
2
3249
5098
100
10000
2
98
3
80
43
4
84
71
3
5041
5041
71
5041
1
0
5
85
86
4
7396
7396
86
7396
1
0
6
86
50
5
2500
2500
50
2500
1
0
7
88
54
6
2916
7353
147
21609
3
150
8
88
39
1521
9
88
54
2916
10
89
57
8249
157
24649
3
33
11
89
50
2500
12
89
50
2500
13
90
96
8
9216
9216
96
9216
1
0
14
94
57
9
3249 11066 182
33124
3
25
15
94
61
3721
16
94
64
4096
17
95
75
92416
5
487
18
95
50
1849
7
10
3249
5625 18970 304 2500
216
19
95
61
3721
20
95
68
4624
21
95
50
2500
22
96
64
23
96
46
24
99
64
25
99
71
5041
26
99
71
5041
27
99
64
4096
28
99
75
5625
29
100
68
30
100
75
31
102
68
32
102
36
1296
33
102
71
5041
34
102
50
2500
35
105
86
36
105
61
3721
37
105
71
5041
38
105
71
5041
39
105
75
5625
40
105
75
5625
11
4096
6212
110
12100
2
162
4096 23899 345 119025
5
94
20449
2
25
50625
4
805
7396 32449 439 192721
6
329
2116 12
13
4624 10249 143 5625
14
15
4624 13461 225
217
41
112
75
16
42
112
64
4096
43
112
79
6241
44
113
75
45
113
75
5625
46
113
89
7921
47
113
89
7921
48
114
68
49
114
86
7396
50
114
79
6241
51
114
79
6241
52
121
71
19
5041
53
122
86
20
7396 40485 527 277729
54
122
57
3249
55
122
61
3721
56
122
79
6241
57
122
79
6241
58
122
79
6241
59
122
86
7396
60
124
86
21
7396
7396
86
61
126
68
22
4624
4624
62
127
89
23
17
18
5625 15962 218
47524
3
121
5625 27092 328 107584
4
196
97344
4
166
5041
1
0
7
809
7396
1
0
68
4624
1
0
7921 10837 143
20449
2
613
4624 24502 312
5041
71
218
63
127
54
64
128
75
24
5625
5625
75
5625
1
0
65
129
85
25
7225
7225
85
7225
1
0
k=25
4111
JML 6773 4419
2916
219
Lampiran 31 PROSEDUR UJI REGRESI LINIER SEDERHANA Menentukan persamaan garis regresi Ŷ = a + bX, dengan terlebih dahulu menghitung nilai koefisien regresi “b dan a”. Rumus yang digunakan menghitung “b dan a” adalah: b=
𝑛
𝑋𝑌− 𝑛
𝑋
𝑋2− (
𝑌 𝑋)2
= dan a = Y - bX
Keberartian regresi diperiksa melalui pengujian hipotesis: H0 : β = 0; koefisien regresi tidak berarti (tidak nyata) H1 : β ≥ 0; koefisien regresi berarti (nyata) Untuk membuktikan hipotesis ini digunakan rumus: Fh =
2 𝑆𝑟𝑒𝑔 2 𝑆𝑟𝑒𝑠
Kaidah pengujian keberartian : Jika Fhitung > Ftabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan Fhitung < Ftabel, terima Ha artinya tidak signifikan Dengan nilai Ftabel pada α = 0,05 dan 0,01; derajat kebebasan (dk) untuk pembilang = 1, derajat kebebasan untuk penyebut = n – 2. Kelinieran regresi diperiksa melalui pengujian hipotesis: H0 : Ŷ = α + βX; regresi linier H1 : Ŷ ≠ α + βX; regresi tidak linier Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: Fhitung =
2 𝑆𝑇𝐶
𝑆𝐺2
Kaidah pengujian linieritas : Jika Fhitung > Ftabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan Fhitung < Ftabel, terima Ha artinya tidak signifikan
220
Dengan nilai Ftabel pada α = 0,05 dan 0,01; derajat kebebasan (dk) untuk pembilang = k – 2 , derajat kebebasan untuk penyebut = n – k. Rumus-rumus yang digunakan untuk membuktikan kedua hipotesis diatas adalah: JK(T) = ΣY2 JK(a) =
𝛴𝑌^2 𝑛
JK(b1a) = b 𝛴𝑋𝑌 −
𝛴𝑋 𝛴𝑌 𝑛
JK(res) = JK(T) – JK(a) – JK(b1a) JK (G) = Σ 𝛴𝑌 2 −
𝛴𝑌 ^2 𝑛
JK (TC) = JK (res) – JK(G) S2reg
= JK (b1a)
S2res
=
S2(TC) = S2G
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 𝑛 −2 𝐽𝐾 (𝑇𝐶) 𝑘 −2
=
𝐽𝐾 (𝐺) 𝑛 −𝑘
Hasil-hasil perhitungan regresi antar variabel dengan menggunakan rumus-rumus di atas dapat diperlihatkan dalam tabel analisis varians (ANAVA), sebagai berikut:
Tabel ANAVA regresi linier sederhana
221
Sumber
Ftabel
Variasi
Dk
Jk
Regresi (a)
1
𝑌1
Regresi (b l a)
1
Residu
n-2
Tuna Cocok Kekeliruan
Total
2/n
JKres = Σ(Yi – Ŷi)2
k-2
JK(TC)
n-k
(ΣY1)2/n
2 𝑆𝑟𝑒𝑔 2 𝑆𝑟𝑒𝑠
N
2 𝑆𝑇𝐶 =
Σ𝑌𝑖2
= Banyaknya data
dk
= Derajat kebebasan
a
= konstanta regresi
b
= banyaknya kelompok data
JK
= Jumlah kuadrat = Rata-rata jumlah kuadrat
Fh
= Statistik F hasil perhitungan
Ft
= Statistik F hasil berdasarkan tabel
JK(a) = Jumlah kuadrat a JK(b) = Jumlah kuadrat b = Jumlah kuadrat regresi
JK(res) = Jumlah kuadrat residu JK(G) = Jumlah kuadrat galat
(𝑌𝑖−𝑌𝑖)2
S2res=
JK (E)
n
JK(b1a)
Fhit
JK(b l a) JKreg = JK(b l a)2 S reg =
Keterangan:
RJK
KT
𝑛 −2
𝐽𝐾 𝑇𝐶 𝑘−2
2 𝑆𝑇𝐶 =
2 𝑆𝑇𝐶 𝑆𝐸2
𝐽𝐾 𝐸 𝑛 −𝑘
Σ𝑌𝑖2
-
(0,05)
(0,01)
222
JK(TC)
= Jumlah kuadrat tuna cocok
S2reg
= varians regresi
S2res
= Varians residu
S2TC
= Varians tuna cocok
S2G
= Varians galat
223
Uji Hipotesis Pertama Uji regresi linear sederhana Y atas X1 b=
b= b=
𝑛
𝑋1𝑌− 𝑋2
𝑛
𝑋1
1− (
𝑌
𝑋1)2
65(469758 ) – 6811 4419 65 726801 − ( 6811 )2 30534270 − 30097809 47242065 − 46389721
b = 0,506 a = Y – bΧ1 a = 67,98 – (0,506)(104,49) a = 14,90 Jadi persamaan regresi Y atas X1 adalah 𝐘 = 14,90 + 0,506X1 Uji keberartian Regresi Y atas X1 JK(T) = ΣY2 = 312507 JK(a) =
𝛴𝑌^2 𝑛
=
(4419)^2 65
=
19527561 65
= 300424,0154
𝛴𝑋 𝛴𝑌
JK(b/a)
= b 𝛴𝑋𝑌 −
JK(b/a)
= 0,506 469758 −
𝑛 6811 4419 65
= 0,506(6714,785) = 3397,681 JK(res) = JKT – JK(a) – JK(b/a) = 312507 – 300424,0154 – 3397,681 = 8685,3036 JK(E)
= 5234
224
= JK(res) – JK (E)
JK (TC)
= 8685,3036 – 5234 = 3451,3036 S2reg
= JK(b/a) = 3397,681
S2res
=
S2TC
=
S2E
=
𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑠 ) 𝑛 −2 𝐽𝐾 (𝑇𝐶) 𝑘 −2
𝐽𝐾 (𝐸) 𝑛 −𝑘
=
63
3451 ,3036
=
=
8685,3036
25
5234 38
= 137,8619619 ≈ 137,86
= 138,052144 ≈ 138,05
= 137,736842105 ≈ 137,74
Uji keberartian Fhitung =
2 𝑆𝑟𝑒𝑔 2 𝑆𝑟𝑒𝑠
=
3397,681 137,86
= 24,64588 ≈ 24,65
Uji kelinieran : Fhitung =
2 𝑆𝑇𝐶
𝑆𝐸2
=
138,05 137,74
Sumber
= 1,0022506171 ≈ 1,002 Dk
JK
RJK
Fhitung
Varians Regresi (a)
1
300424,0154
Regresi (b/a)
1
3397,681
Residu
63
8685,3036
Tuna Cocok
25
3451,3036
138,05
Kekeliruan
38
5234
137,74
Total
65
310527
Ftabel 0,05
0,01
24,65*
3,99
7,06
1,002*
1,79
2,21
300424,0154 3397,681 137,86
310527
-
Fh < Ft = 1,002 < 1,79,
225
maka linier. Keterangan: *
= signifikan
ns
= tidak signifikan
Uji Korelasi X1 terhadap Y Diketahui : ΣX1 = 6811
ΣX12 = 726801
ΣX2= 6773
ΣX22 = 718089
ΣY
ΣX1.Y = 469758
= 4419
Χ1 = 104,49
ΣX2.Y = 467017
Χ2 = 104,20
Y
= 67,98 ΣY2
ΣX1.X2 = 722317 Penyelesaian : 𝑛
ry1 = 𝑛
= = =
𝑋 𝑖 𝑌𝑖 −
𝑋𝑖
𝑋𝑖2 − ( 𝑋 𝑖 )2 𝑛
𝑌𝑖 𝑌𝑖2 −
𝑌𝑖 2
65 469758 − 6811 (4419) 65 726801 − (6811 )2 65 312507 −(4419)2 436461 47242065 − 46389721 436461 (852344 )(785394 )
=
n = 65
436461 818184 ,5
= 0,53345059 ≈ 0,53
20312955 −(19527561 )
= 312507
226
Koefisien determinasi KD = r2y1 x 100% = (0,53)2 x 100% = 0,2809 x 100% = 28,09%
Uji keberartian Koefisien Korelasi thitung=
𝑟𝑦 1
(𝑛 −2)
(1− 𝑟 2 )
=
0,53
(65−2)
(1−(0,53)2 )
=
ry1
4,206744585 0,847997642
Ttabel (dk = 65 – 2)
thitung
0,53
= 4,960797505 ≈ 4,96
4,96
0,05
0,01
1,665
2,375
Diperoleh thitung > ttabel, signifikan pada α = 0,05; tolak Ho, berarti dapat pengaruh yang positif dan signifikan X1 terhadap Y. Hipotesis pertama terbukti. Uji korelasi parsial ry12 Diketahui : ry1 = 0,53 ry2 = 0,54 r1.2 = 0,59 ry1.2
𝑟𝑦 1−𝑟𝑦 2𝑟12
=
1−𝑟 2 𝑦2
(1−𝑟 2 12)
=
0,53 − 0,54 (0,59) 1−(0,54)2 (1−0,59)2 )
= 0,42571
Uji keberartian koefisien korelasi parsial thitung =
𝑟 𝑦 1.2 (𝑛 −3) 1− 𝑟 𝑦 1.2 2
=
0,426
65− 3
1− (0,426)2
= 4,423274 ≈ 4,423
Jadi thitung = 4,423 > ttabel = 1,665, koefisien korelasi parsial ry1.2 signifikan.
227
Uji Hipotesis Kedua Uji regresi linear sederhana Y atas X2 𝑛
b=
b= b=
𝑋2𝑌− 𝑋2
𝑛
𝑋2
2− (
𝑌
𝑋2)2
65(467017 ) – 6773 4419 65 718089 − ( 6773 )2 30356105 − 29929887 46675785 − 45873529
= 0,525
a = Y – bΧ2 a = 67,98 – (0,525)(104,20) a = 13,26 Jadi persamaan regresi Y atas X2 adalah 𝐘 = 13,26 + 0,525X2 Uji keberartian Regresi Y atas X2 JK(T) = ΣY2 = 312507 JK(a) =
𝛴𝑌 2 𝑛
=
(4419)2 65
=
JK(b/a)
= b 𝛴𝑋𝑌 −
JK(b/a)
= 0,525
19527561 65
= 300424,0154
(𝛴𝑋)(𝛴𝑌) 𝑛
467017 −
(6773 )(4419) 65
= 0,525 (6557,2) = 3442,53 JK(res) = JKT – JK(a) – JK(b/a) = 312507 – 300424,0154 – 3442,53 = 8640,455 JK(E)
= 4111
JK (TC)
= JK(res) – JK (E)
228
= 8640,455 – 4111 = 4529,455 S2reg
= JK(b/a) = 3442,53
S2res
=
S2TC
=
S2E
=
𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑠 )
=
𝑛 −2 𝐽𝐾 (𝑇𝐶) 𝑘 −2 𝐽𝐾 (𝐸) 𝑛 −𝑘
63 4529,455
=
=
8640,455
23
4111 40
= 137,1501 ≈ 137,15 = 196,932826086 ≈ 196,93
= 102,78
Uji keberartian Fhitung =
2 𝑆𝑟𝑒𝑔 2 𝑆𝑟𝑒𝑠
=
3442 ,53 137,15
= 25,10047 ≈ 25,10
Uji kelinieran : Fhitung =
2 𝑆𝑇𝐶
𝑆𝐸2
=
196,93 102,78
Sumber
= 1,91262135922 ≈ 1,91 Dk
JK
RJK
Fhitung
Varians
Ftabel 0,05
0,01
25,10*
3,99
7,06
1,803
2,50
Regresi (a)
1
300424,015
300424,015
Regresi (b/a)
1
3442,53
3442,53
Residu
63
8640,455
137,15
Tuna Cocok
23
4529,455
196,93
Kekeliruan
40
4111
102,78
1,91 ns
Total
65
312507
312507
-
Fh > Ft = 1,91 > 1,80, maka tidak linier.
229
Keterangan: *
= signifikan
ns
= tidak signifikan
Uji Korelasi X2 terhadap Y Diketahui : ΣX1 = 6811
ΣX12 = 726801
ΣX2= 6773
ΣX22 = 718089
ΣY
ΣX1.Y = 469758
= 4419
Χ1 = 104,49
ΣX2.Y = 467017
Χ2 = 104
Y ΣY2
ΣX1.X2 = 722317
= 67,98 = 312507
Penyelesaian : 𝑛
ry2 = 𝑛
=
=
𝑋2 𝑌−
𝑋2
𝑌2
𝑋22 − ( 𝑋 2 )2 𝑛
𝑌22 −
𝑌2 2
65 467017 − 6773 (4419) 65 718089 − (6773 )2 65 312507 −(4419)2
=
n = 65
426218 (802258 )(785394 )
426218 793780
= 0,536947111 ≈ 0,54 Koefisien determinasi KD = r2y2 x 100% = (0,54)2 x 100% = 0,2916 x 100% = 29,16%
230
Uji keberartian Koefisien Korelasi thitung=
𝑟𝑦 2
(𝑛 −2)
(1− 𝑟 2 )
=
0,54 (65−2) (1−(0,54 2 ))
ry2
=
4,286117 0,84167
Ttabel (dk = 65 – 2)
thitung
0,54
= 5,092426 ≈ 5,092
5,092
0,05
0,01
1,665
2,375
Diperoleh thitung > ttabel, signifikan pada α = 0,05; tolak Ho, berarti dapat pengaruh yang positif dan signifikan X2 terhadap Y. Hipotesis kedua terbukti. Uji korelasi parsial ry12 Diketahui : ry1 = 0,53 ry2 = 0,54 r12 = 0,59 ry2.1 =
𝑟𝑦 2−𝑟𝑦 1.𝑟12 1−𝑟 2 𝑦1
(1−𝑟 2 12)
=
0,54 − 0,53 (0,59) 1 − (0,53)2 1−(0,59)2
= 0,331982
Uji keberartian koefisien korelasi parsial thitung =
𝑟 𝑦 2.1 (𝑛 −3) 1− 𝑟 𝑦 2.1 2
=
0,332
65−3
1−(0,332)2
= 3,198276 ≈ 3,198
Jadi thitung = 3,198 > ttabel = 1,665, koefisien korelasi parsial ry2.1 signifikan.
231
Uji Hipotesis Ketiga Uji regresi Jamak Y atas X1 dan X2 Untuk menghitung kofesien regresi jamak Y dan X1 dan X2, dibutuhkan data berikut: ΣX1 = 6811
ΣX12 = 726801
ΣX2= 6773
ΣX22 = 718089
ΣY
n = 65
ΣX1.Y = 469758
= 4419
Χ1 = 104,49
ΣX2.Y = 467017
Χ2 = 104
Y
= 67,98
ΣY2
ΣX1.X2 = 722317
= 312507
Untuk memudahkan penentuan koefisien regresi jamak maka terlebih dahulu melakukan penyederhanaan data sebagai berikut: ΣY2
= 312507 = ΣY2 -
𝛴𝑌 2 𝑛
ΣX12 = 726801 = ΣX12 -
= 312507 – 𝛴𝑋1 2 𝑛
𝛴𝑋2 2 𝑛
ΣX1.Y = 469758 = ΣX1.Y -
(𝛴𝑋1)(𝛴𝑌) 𝑛
ΣX1.X2= 722317 = ΣX1.X2 -
= 718089 –
46389721
(𝛴𝑋1)(𝛴𝑋2) 𝑛
= 13113
65
45873529
= 469758 –
(𝛴𝑋2)(𝛴𝑌) 𝑛
= 12083
65
= 726801 –
ΣX22 = 718089 = ΣX22 -
ΣX2.Y = 467017 = ΣX2.Y -
19527561
65
= 12342
6811 (4419) 65
= 467017 – = 722317 –
= 6715
6773 (4419) 65
6811 (6773) 65
= 6557
= 12611
Bentuk umum regresi jamak Y atas X1 dan X2 ditaksir oleh Ŷ = ao +a1X1 + a2X2 Dimana : Y = nilai observasi (data hasil pencatatan)
232
Ŷ = nilai regresi
a0 = Ŷ - a1𝑋1 - a2𝑋2 2 𝑋2𝑖
a1 =
𝑋 1𝑖 𝑦𝑖 − 2 𝑋1𝑖
2 𝑋1𝑖
a2 =
2 𝑋2𝑖
𝑋 1𝑖 𝑋 2𝑖
−( 𝑋 1𝑖 𝑋 2𝑖 )2
𝑋 2𝑖 𝑦𝑖 − 2 𝑋1𝑖
2 𝑋2𝑖
𝑋 2𝑖 𝑦𝑖
𝑋 1𝑖 𝑋 2𝑖
𝑋 1𝑖 𝑦𝑖
−( 𝑋 1𝑖 𝑋 2𝑖 )2
Maka :
a1 = = a2 = =
718089 469758 − 722317
467017
726801 718089 − (722317 )2 −6265927 165954800 726801
= -0,03776 ≈ -0,038
467017 − 722317 469758
726801
718089 − (722317 )2
114233331 165954800
= 0,688340024 ≈ 0,688 a0 = 67,98 + 0,038 (104,49) – 0,688(104) = 67,98 + 3,97 – 69,47 = 2,48 Jadi persamaan regresi linier ganda Y dan X1 dan X2 adalah: Ŷ = 2,48 – 0,038X1 + 0,688X2 Uji keberartian koefisien regresi jamak Rumus-rumus yang digunakan: JK(reg) = a1Σx1y + a2Σx2y JK(res) = ΣY2 – JK(reg)
233
Masing-masing jumlah kuadrat (JK) di atas memiliki derajat bebas (db) yang besarnya k untuk JK(reg) dan (n – k – 1) untuk JK(res). Selanjutnya statistik F dihitung dengan menggunakan rumus: 𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑔 )
Fh =
𝑘 𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑠 ) (𝑛 −𝑘−1)
Dimana : k = banyaknya variabel bebas n = jumlah sampel Dari perhitungan sebelumnya diketahui: a1 = -0,038; a2 = 0,688; ΣY2 = 12083; ΣX1Y = 6715; ΣX2Y = 6557 Sehingga dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut: JK(reg) = (-0,038)(6715) + (0,688)(6557) = 4256 JK(res) = 12083 – 4256 = 7827 Dapat ditentukan statistik Fh : 𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑔 )
Fh =
4256 𝑘 2 = 𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑠 ) (𝑛 −𝑘−1) 7827 65−2−1
= 16,89
Rangkuman hasil pengujian : Jumlah kuadrat
JK(reg) = 4256
Fhitung
16,89
F tabel (dk = 2 : 63) 0,05
0,01
3,140
4,950
JK(res) = 7827
Diperoleh Fhitung = 16,89 > Ftabel = 3,140 ; berarti regresi ganda Y atas X1 dan X2 signifikan.
234
Uji korelasi ganda Untuk menghitung korelasi ganda (Ry12) antara X1,X2 dan Y digunakan rumus: Ry12 =
𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑔 ) 𝛴𝑌 2
Dimana : JK(reg) = a1Σx1y + a2Σx2y Diketahui : a1 = -0,038; a2 = 0,688; ΣY2 = 12083; ΣX1Y = 6715; ΣX2Y = 6557 JK(reg) = (-0,038)(6715) + (0,688)(6557) = 4256 Sehingga : Ry.122 =
4256 12083
= 0,35223040636 ≈ 0,35
Ry.12 = 0,35 = 0,591608 ≈ 0,59 Kontribusi X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap variabel Y adalah: KD = (Ry.12)2 = (0,59)2 x 100% = 0,3481 = 34,81% Uji keberartian koefisien korelasi jamak Ry.12 Diketahui: R2 = 0,59; k = 2; n = 65 Sehingga: Fhitung =
𝑅2 𝑘 (1−𝑅 2 )
(𝑛 −𝑘−1)
=
0,59 2 (1−0,59) (65−2−1)
=
0,295 0,00661290323
= 44,6097560692 ≈ 44,61
235
Ry.12
Fhitung
0,59
Ftabel (dk = 2 : 63)
44,61
0,05
0,01
3,140
4,950
Diperoleh Fhitung = 44,61 > Ftabel = 3,140; berarti hubungan antara X1, X2 dan Y signifikan. Hipotesis ketiga terbukti. Uji korelasi parsial r12.Y t=
𝑟12− 𝑟 1𝑦 𝑟 2 1− 𝑟1𝑦
2𝑦
2 1− 𝑟2𝑦
=
0,59 − (0,53)(0,54) 1−0,53 2
(1−0,54 2 )
=
0,3038 0,71373
= 0,426
Uji keberartian koefisien korelasi parsial ry.12 thitung =
𝑟𝑦 .12 𝑛−3 1− 𝑟𝑦2.12
=
0,59 65 − 3 1− (0,59)2
= 5,753834 ≈ 5,754
Jadi, thitung = 5,754 > ttabel = 3,140 ; koefisien korelasi parsial ry.12 signifikan Kriteria korelasi parsial antara y, x1, dan x2 sebagai berikut: Jika korelasi parsial antara y dan x1 konstan maka x2 ditulis sebagai berikut: ry.2 Jika korelasi parsial antara y dan x2 konstan maka x1 ditulis sebagai berikut: ry.1 Jika korelasi parsial antara y konstan maka x1 dan x2 ditulis sebagai berikut: r12.y