3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasangan kateter merupakan salah satu intervensi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan saluran perkemihan. Kateter sendiri mengganggu pertahanan alami dari saluran perkemihan dengan menghalangi saluran periurethral, mengiritasi mukosa kandung kemih serta membuat rute buatan bagi organisme untuk memasuki kandung kemih. Organisme tersebut dapat mengakibatkan terjadinya infeksi saluran perkemihan (Hinkle et al., 2014). Oleh karena itu, kateter dapat menyebabkan infeksi saluran perkemihan. Prevalensi infeksi saluran perkemihan di Turki mencapai angka 1,82% (Tasbakan et al., 2013). Infeksi saluran perkemihan menempati peringkat keempat dalam semua infeksi yang didapatkan dari tenaga kesehatan dengan presentase 12,9%. Presentase tersebut sebesar 67,7%-nya berhubungan dengan pemasangan kateter (Magill et al., 2014). Sedangkan prevalensi dari Catheter Associated Urinary Tract Infection (CAUTI) di rumah sakit sebesar 6,2% (Barbadoro et al., 2015). Meskipun dapat menyebabkan komplikasi seperti CAUTI, kateterisasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari bagi sebagian pasien. Bahkan kateterisasi urin pun sering digunakan secara rutin di ICU, umumnya pada pasien yang membutuhkan monitoring urin output (Elpern et al., 2009) Pemasangan kateter tidak dapat dihindari untuk beberapa kondisi pasien, sehingga yang bisa diusahakan adalah pengurangan atau pencegahan terjadinya CAUTI. Berbagai usaha sudah dilakukan untuk mengurangi insidensi CAUTI seperti penyusunan panduan tentang pemasangan dan kapan pelepasan kateter di
3
4
rumah sakit, penggantian lateks dengan silikon sebagai bahan baku kateter, penggunaan zat antimikrobial pada kateter, serta teknik pemasangan dan perawatan kateter yang benar (Gray, 2010). Teknik pemasangan kateter yang benar adalah dengan menggunakan alat yang steril dan teknik aseptik (HICPAC, 2009). Survey mengatakan bahwa pemasangan dan perawatan kateter paling sering dilakukan oleh perawat (Fink et al., 2012). Mayoritas perawat pun lebih sering membuat keputusan klinis untuk pemasangan kateter kepada pasiennya berdasarkan pertimbangan yang perawat buat sendiri (Mizerek et al., 2015). Namun, dalam pemasangan kateter mahasiswa keperawatan banyak yang melanggar teknik aseptik (Gonzalez dan Sole, 2014). Hal ini menyebabkan pemahaman indikasi pemasangan kateter dan kemampuan pemasangan kateter merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang perawat. Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan standar kerja yang ditetapkan (PPNI, AIPNI, dan AIPDiKi, 2012). Sebagai institusi pendidikan yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi, PSIK FK UGM pun mengajarkan keterampilan kateterisasi urin. Berdasarkan kurikulum di PSIK FK UGM, keterampilan kateterisasi urin diajarkan melalui pembelajaran skills laboratory (skills lab) pada blok 2.6 (Panduan Akademik PSIK UGM, 2014). Skills Lab merupakan metode pengajaran bagi keterampilan yang dilakukan secara berulang dan terdapat instruktur yang memandu di dalamnya (Suryadi,
5
2008). Terdapat beberapa metode evaluasi pembelajaran clinical skills tersebut. Penilaian clinical skills dapat dilakukan dengan short case examination, long case examination, viva voce atau oral examination dan dengan OSCE (Khan et al., 2013). Di PSIK FK UGM, penilaian clinical skills dilakukan dengan metode OSCE pada tiap akhir semester (Panduan Akademik PSIK UGM, 2014). Penilaian OSCE digunakan secara luas karena pendekatan ini sesuai untuk menilai domain psikomotor dan emosional mahasiswa yang umumnya sulit dinilai dengan pengujian tertulis (Sakurai et al., 2013). Beberapa komponen yang menyusun OSCE adalah skenario keterampilan dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai. Salah satu instrumen penilaian dalam OSCE adalah checklist. Checklist yang baik adalah yang itemnya mudah dibaca dan dipahami oleh penguji serta sudah dilakukan uji reliabilitas (Suryadi, 2008). Alat ukur atau dalam hal ini checklist harus memiliki dua fungsi pokok yaitu alat ukur harus mengukur apa yang hendak diukur (validitas) dan sejauh mana alat ukur tersebut dapat diandalkan (reliabilitas). Hal-hal yang berpengaruh dalam reliabilitas dan validitas adalah instrumen itu sendiri, subjek yang diukur, dan petugas yang melakukan pengukuran
(Matondang, 2009). Hal-hal yang berpengaruh pada
reliabilitas OSCE sendiri adalah pasien simulasi yang digunakan, penilai atau rater (Gledhill dan Capatos, 1985). Dewasa ini, evaluasi dari hasil simulasi yang membahas mengenai validitas dan reliabilitas instrumen jarang ditemukan di literatur (Jeffries, 2007 dikutip dari Cazzell dan Howe, 2012). Systematic review yang dilakukan Patricio et al. (2009) menemukan bahwa dari 104 penelitian tentang OSCE, 68 penelitian tidak
6
menyediakan evidence tentang reliabilitas dalam penilaian. Diantara penelitian tersebut, 9 penulis mengatakan bahwa OSCE merupakan penilaian yang reliabel tanpa memberikan bukti yang jelas. Sedangkan sejak pertama kali keterampilan kateterisasi urin diujikan di PSIK FK UGM hingga sekarang, belum pernah diadakan uji reliabilitas terhadap checklist. Padahal seperti yang diketahui, penguji OSCE kateterisasi urin tidak selalu sama tiap kelompok mahasiswa. Sehingga diperlukan penelitian mengenai uji reliabilitas dari instrumen checklist kateterisasi urin yang digunakan untuk menilai OSCE mahasiswa PSIK FK UGM B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah di latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana interrater reliability instrumen checklist OSCE kateterisasi urin di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada?” C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interrater reliability instrumen checklist OSCE kateterisasi urin di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan berdasarkan riset tentang reliabilitas instrumen yang akan digunakan sebagai alat penilai bagi salah satu aspek kompetensi mahasiswa. 2. Manfaat Praktis
7
a. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengkajian terhadap kualitas dari instrumen checklist OSCE di PSIK FK UGM dan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memperbaiki instrumen OSCE jika dibutuhkan. b. Bagi Mahasiswa PSIK FK UGM Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang status reliabilitas dari checklist penilaian OSCE kateterisasi urin E. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengetahuan penulis dan penelusuran literatur, penelitian tentang pengujian reliabilitas instrumen checklist OSCE keterampilan pemasangan kateter di PSIK UGM belum pernah dilakukan. Namun penelitian sejenis pernah dilakukan oleh: 1. Cazzell dan Howe (2012) dengan judul “Using Objective Structured Clinical Evaluation for Stimulation Evaluation: Checklist Consideration for Interrater Reliability”. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan inter-rater reliability terhadap checklist pada OSCE dengan keterampilan administrasi medikasi untuk anak. Hasil penelitian ini menunjukkan inter-rater reliability dapat diterima pada item yang meliputi domain psikomotor dan kognitif. Namun terdapat kesulitan pada pengukuran secara kuantitatif dalam domain afektif mahasiswa sehingga nilai reliabilitasnya rendah. Persamaan dari penelitian ini
8
adalah tujuan dari penelitian dan statistik yang dipakai untuk mengukur reliabilitas. Sedangkan perbedaannya meliputi subyek penelitian, metode yang digunakan dalam menilai OSCE mahasiswa dan keterampilan yang diujikan. 2. Malau-Aduli, B.S., Mulcahy, S., Warnecke, E., Otahal, P., Teague, P.A., Turner, R., Vleuten, C. (2012) dengan judul “Inter-rater Reliabiity: Comparison of Checklist and Global Scoring for OSCEs”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji adakah perbedaan interrater reliability dengan metode OSCE dengan menggunakan instrumen checklist dan global rating score. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa global rating scale merupakan pengukuran yang lebih tepat digunakan pada pengukuran sumatif daripada pengukuran menggunakan checklist pada ujian yang berbasis tindakan. Persamaan dari penelitian ini adalah pengujian reliabilitas terhadap instrumen penguji OSCE. Perbedaan dari penelitian ini adalah objek yang diuji yaitu pada perbandingan tingkat reliabilitas antara checklist dan global rating scale 3. Hassanein, S., El-Sayed, Z., Raouf, H.A. (2013) dengan judul “Validity and Reliability of Checklist Used for Objective Structured Clinical Examination: Piloting Modified Tools”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas terhadap 10 checklist pilihan pada OSCE yang menguji keterampilan bidang Keperawatan Medikal Bedah. Hasil penelitian ini adalah semua checklist merupakan instrumen yang valid. Uji reliabilitas menunjukkan 7 dari 10
9
checklist merupakan checklist yang reliabel. Keterampilan yang diujikan pada ketujuh checklist tersebut yaitu pengkajian balans cairan, injeksi intravena, injeksi intramuscular, surgical scrub, gloving, wound dressing dan wound drain. Kedua checklist yaitu checklist injeksi subkutan dan pengambilan obat dari vial didapat bahwa checklist tersebut tidak reliabel. Checklist surgical gown masih dipertanyakan reliabilitasnya. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti reliabilitas checklist OSCE keperawatan medikal bedah. Perbedaannya berupa jenis keterampilan yang diujikan dan jumlah checklist yang diujikan.