BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein karena kerusakan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Penyakit ini menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia karena perannya dalam perkembangan penyakit optik, renal, neuropatik dan kardiovaskuler (American Diabetes Association, 2008). Diabetes tipe 2 merupakan tipe diabetes terbanyak di seluruh dunia, sekitar 90% kasus. Angka kejadian diabetes tipe 2 meningkat secara dramatis pada dua dekade terakhir dengan 1,6 juta kasus terdiagnosis setiap tahunnya di Amerika Serikat (Ahmad & Crandall, 2010). Pada saat ini di Indonesia DM menempati posisi keempat dari jumlah penderita DM seluruh dunia. Prevalensi DM untuk semua kelompok umur di seluruh dunia diperkirakan meningkat menjadi 4,4% tahun 2030. Prevalensi DM di negara berkembang diperkirakan meningkat dua kali lipat antara tahun 2000 dan 2030 (Wild et al., 2004). Diabetes Melitus meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskuler, seperti retinopati, neuropati, dan nefropati (Lorraine et al., 2011) serta komplikasi makrovaskuler meliputi pembuluh darah perifer, penyakit kardiovaskular dan penyakit neurologis (termasuk cerebrovaskular) (Bell, 2002; Deshpande et al., 2008). Selain komplikasi-komplikasi umum yang telah diketahui, terdapat pula komplikasi lain yang merupakan kombinasi dari mikro dan makrovaskuler yaitu
1
2
gangguan fungsi kognitif. Beberapa studi telah menunjukkan hubungan antara diabetes melitus dan gangguan kognitif (Luchsinger et al., 2001) dan terjadinya penurunan fungsi kognitif secara cepat (Knopman et al., 2001). Diabetes berhubungan dengan mortalitas yang dini dan faktor risiko untuk terjadinya gangguan fungsi kognitif ringan, demensia vaskuler, maupun penyakit Alzheimer. Individu dengan diabetes 1,5 kali lebih sering untuk mengalami gangguan kognitif, dan diperkirakan akan berkembang menjadi demensia sekitar 1,7 kali lipat, risiko menjadi penyakit Alzeimer berkisar 1,2-2,3 daripada individu tanpa diabetes (Cukierman et al., 2005). Beberapa studi yang telah dilakukan mendapatkan adanya penurunan fungsi kognitif kisaran rerata dari 1,3-1,4% pada pasien dengan diabetes (Gregg, et al., 2000). Suatu penelitian yang dilakukan Yaffe et al.(2004) pada 503 pasien diabetes dengan usia ≥ 65 d
an follow up
selama 4-6 tahun tahun menemukan bahwa kejadian vascular cognitive impairment memiliki RR 1,8 (1,2-2,5) dengan 95% CI. Proses diabetes berhubungan dengan berbagai macam variabel seperti lama menderita diabetes, kontrol penderita diabetes dan komplikasi mikrovaskular yang menyebabkan gangguan kognitif pada diabetes belum diteliti secara mendalam (Biessels, 2006). Penelitian yang dilakukan
oleh Rosebud
et al.,(2008) menyebutkan
bahwa durasi dan derajat keparahan, yang diukur dengan komplikasi pada penderita diabetes dan jenis terapi yang diperoleh mungkin penting dalam patofisiologi terjadinya gangguan kognitif pada penderita diabetes. Sebaliknya, late onset diabetes, durasi yang pendek, atau diabetes terkontrol, mempunyai
3
dampak yang lebih ringan. Lama menderita DM berhubungan dengan penyakit makrovaskular serebral yang lebih besar. Secara klinis didapatkan infark cerebri, dan infark subklinis yang dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif (Longstreth et al., 1998). Dikatakan pula bahwa durasi yang lebih lama mungkin berhubungan dengan penyakit makrovaskular serebral yang lebih besar, infark serebral yang tampak secara klinis, dan infark subklinis yang dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif. Durasi yang lebih lama mungkin juga berhubungan dengan gangguan kognitif yang lebih buruk (Elias et al., 1997; Gregg, 2000) namun untuk menentukan akurasi lama menderita DM merupakan hal yang sulit, karena DM mungkin ada selama beberapa tahun sebelum terdiagnosis (Harris et al., 1992). Penelitian yang dilakukan oleh Jane et al.,(2008) menyebutkan bahwa dari 163 subyek yang terdiagnosa DM tipe 2 dengan median durasi penyakit 9 tahun, (interquartile range, 3–19); 14,7 % telah mempunyai DM sebelumnya, 28,8 % telah terdiagnosa sebelum pemeriksaan. Sebuah penelitian AGESReykjavik study , 27 % telah terdiagnosa 7-14 tahun sebelumnya dan 29,5 % telah terdiagnosa ≥15 th . Dibandingkan dengan partisipan yang terdiagnosa dalam tahun sebelumnya, pasien dengan durasi ≥ 15 tahun mempunyai kadar insulin yang lebih tinggi. Di satu sisi, faktor demografi dan klinis tidak bervariasi oleh karena durasi diabetes. Dibandingkan dengan orang normoglikemia, orang dengan DM ≥15 tahun secara signifikan lebih awal mempunyai kecepatan proses berpikir lebih lambat dan penampilan fungsi eksekutif yang lebih buruk.
4
Studi yang dilakukan oleh Ebady et al.,(2008) menyebutkan terdapat hubungan yang signifikan antara lama menderita menderita DM dengan skor modified Mini Mental State Examination (mMMSE) yang didapat dengan rerata durasi 8,45 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Scott et al.,(1998) meyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan antara diabetes melitus tipe 2 dengan fungsi kognitif pada subyek dengan lama menderita DM selama 3 tahun. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan Nugroho et al.,(2011) yang melakukan penelitian pada penderita DM lanjut usia di Semarang, menyimpulkan terdapat hubungan tidak bermakna antara lama menderita DM dengan status kognitif dengan rerata durasi 12,4 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Sampe, et al.,(2008) pada subjek kasus penelitian ditemukan rata-rata lama menderita DM sampai terjadinya demensia vaskuler 4,79 tahun dengan nilai p=0,886. DM akan meningkatkan risiko terjadinya demensia vaskuler pada penderita stroke sebesar 4,58 kali dibandingkan penderita stroke yang tidak mempunyai riwayat DM dan rentang kepercayaan 95% CI: 1,54-13,6 artinya riwayat penyakit DM akan meningkatkan risiko terjadinya demensia vaskuler pada penderita stroke dengan sebaran nilai antara 1,54-13,6 dibandingkan penderita stroke yang tidak mempunyai riwayat DM . Namun, kontribusi durasi penyakit sehubungan dengan disfungsi kognitif masih belum konsisten. Ketidakkonsistenan dalam temuan mungkin karena perbedaan dalam desain penelitian, sumber subyek penelitian, dan perbedaan dalam kriteria untuk diagnosis diabetes atau gangguan kognitif. Namun, juga
5
mungkin karena perbedaan dalam durasi atau keparahan diabetes pada subyek penelitian. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui apakah ada korelasi lama menderita DM dengan gangguan kognitif, dan berapa lama seorang penderita DM dapat mengalami gangguan fungsi kognitif. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan masalah sebagai berikut : 1. Prevalensi penderita DM semakin tinggi. 2. Gangguan kognitif sering kali terjadi sebagai komplikasi penyakit Diabetes Melitus tipe 2. 3. Penelitian terdahulu tentang korelasi lama menderita DM dengan gangguan fungsi kognitif masih belum jelas. C. Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat korelasi antara lama menderita DM dengan gangguan fungsi kognitif? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi lama menderita DM dengan gangguan fungsi kognitif. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat penelitian bagi klinisi adalah meningkatkan perhatian para klinisi untuk dapat mendeteksi secara lebih dini terjadinya gangguan fungsi kognitif pada penderita DM. 2. Manfaat penelitian bagi pasien dan keluarga adalah dapat memberikan informasi lebih jelas tentang kapan mulai terjadi gangguan kognitif pada pasien
6
atau keluarganya, sehingga pasien mengetahui pentingnya mengontrol kadar gula darah. 3. Manfaat penelitian bagi ilmu pengetahuan adalah memberikan sumbangan kemajuan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi tambahan data pendukung bagi penelitian lain yang sejenis.
7
F. Keaslian Penelitian Dari hasil penelusuran, diperoleh beberapa penelitian mengenai lama menderita DM dengan gangguan kognitif sebagai berikut: Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti
Judul
Metode
Alat ukur
Hasil
Rosebud et al., 2008
Duration and Severity of Diabetes Are Associated with Mild Cognitive Impairment
Case-control populationbased
Clinical Dementia Rating MMSE
Cognition in type 2 diabetes: association with vascular risk factors, complications of diabetes and depression Cognitive Impairment: An Increasingly Important Complication of Type 2 Diabetes The Age, Gene/Environment Susceptibility– Reykjavik Study
Crosssectional Hospitalized based
Trial A test, CERAD RUDAS
Crosssectional populationbased study
Nugroho, et al., 2011
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Status Kognitif pada penderita Diabetes Tipe-2 lanjut usia
Crosssectional Hospitalizedbased
California Verbal Learning Test Digit Symbol Substitution Test , Figure Comparison Test and the Stroop Test Part I (word naming) and Part II (color naming). Digits Backward Test, Spatial Working Memory Test of the CambridgeNeuropsychological Test Automated Battery and the Stroop Test, Part III MMSE
MCI berhubungan dengan onset diabetes sebelum usia 65 dan lama diabetes ≥10 tahun. Gangguan Fungsi Kognitif tidak berhubungan dengan durasi diabetes Lama menderita DM 15 tahun berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif, terutama fungsi eksekutif
Penelitian ini
Korelasi Lama Menderita DM tipe 2 dengan Gangguan Fungsi Kognitif
Crosssectional Hospitalizedbased
Lype et al., 2009
Jane et al., 2008
MoCA-Ina
Lama menderita DM tidak berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif