BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan jumlah 3 juta perempuan dan 2,5 juta laki-laki meninggal setiap tahunnya. Di Amerika, dapat dikatakan seseorang meninggal karena stroke setiap 3 menitnya. Laporan statistik dari American Heart Association tahun 2011, stroke juga penyebab kecacatan serius dan jangka panjang nomor satu di Amerika dan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negaranegara yang sedang berkembang (Roger dkk., 2011). Di Indonesia menurut data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bahwa 20 penyakit yang angka kejadiannya terbanyak di Indonesia peringkat 5 besar salah satunya adalah stroke hemoragi. Stroke juga menjadi penyebab paling tinggi yaitu mencapai 15,9% pada kelompok umur yaitu 45 sampai 54 tahun dan meningkat menjadi 26,8% pada kelompok umur 55 sampai 64 tahun (Yuniadi, 2010). Menurut Dipiro dkk. (2008), stroke termasuk satu dari penyakit paling mahal di Amerika dengan menelan biaya di atas US $ 50 Miliar per tahun. Biaya ini diperkirakan akan meningkat di masa depan karena peningkatan populasi lanjut usia. Di Singapura, rata-rata biaya rawat inap stroke dilaporkan pada tahun
1
2
2000 sebesar US $ 5.000 per pasien dengan presentase biaya kamar 38%, radiologi 15%, biaya dokter 10%, obat-obatan 8% dan terapi 7% (World Health Organization, 2011). Stroke merupakan jenis penyakit katastropik yaitu penyakit yang berbiaya tinggi dan secara komplikasi dapat mengancam jiwa. Penyakit katastropik yang berasal dari catastrophic yang berarti bencana atau malapetaka, merupakan penyakit yang high cost, high volume dan high risk yang menyebabkan banyak para penentu kebijakan mengkhawatirkan terjadinya pembengkakan biaya penyakit sehingga penyelenggaraan asuransi kesehatan tidak mencantumkan penyakit tersebut kedalam paket manfaatnya (Budiarto dan Sugiharto, 2013). Penyakit stroke sendiri dibedakan menjadi dua sesuai dengan penyebabnya yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragi / stroke perdarahan (Dipiro dkk., 2008). Dampak sosial ekonomi stroke termasuk stroke hemoragi selalu terkait dengan prevalensi tinggi, angka rawat inap, morbiditas dan mortalitas. Akibat besarnya biaya pada penyakit stroke ini, maka sangat penting adanya suatu studi tentang analisis biaya pasien stroke sehingga dapat mendukung pembuat kebijakan kesehatan publik dalam pengembangan strategi manajemen stroke (Kang dkk., 2011). Penyakit stroke termasuk stroke hemoragi merupakan penyakit yang memerlukan biaya pengobatan yang cukup besar. Jaminan kesehatan nasional diluncurkan untuk membantu masyarakat dari keterpurukan karena kehabisan uang untuk berobat. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari
3
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran (bukan Penerima Bantuan Iuran/bukan PBI) atau iurannya dibayar oleh Pemerintah (Penerima Bantuan Iuran/PBI) (Pemerintah RI, 2004). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Transformasi kelembagaan PT ASKES (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT Taspen (Persero), dan PT ASABRI (Persero) menjadi BPJS sesuai Undang – Undang no. 24 Tahun 2011. Tranformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban (Pemerintah RI, 2011). Undang – Undang tersebut menegaskan bahwa salah satu tugas pokok BPJS adalah BPJS Kesehatan yang merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program pemerintah untuk memberikan bantuan dana berobat kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, yang berasal dari kas negara untuk peserta JKN PBI yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan Undang – Undang SJSN dan berasal dari iuran peserta untuk peserta JKN bukan PBI dan diperuntukkan bagi golongan masyarakat tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan diatur
4
melalui peraturan pemerintah. Iuran diberikan oleh pembayar dana setelah melalui proses verifikasi oleh tim verifikator yang ditunjuk oleh pemerintah. Kelompok peserta lainnya adalah para peserta Jaminan Sosial Kesehatan (Wajib) yang sudah ada selama ini, yaitu peserta ASKES, Peserta Jamsostek, TNI-POLRI, Jamkesmas / Jamkesda, Pensiunan Pegawai Pemerintah dan peserta ASKES Komersial, seluruhnya akan terhimpun dalam sistem BPJS. Dengan adanya sistem BPJS ini mempunyai manfaat akan meningkatkan status kesehatan penduduk Indonesia yang selanjutnya akan meningkatkan produktivitasnya. Pembiayaan melalui sistem JKN akan semakin meningkat karena peningkatan kesadaran penduduk akan kesehatan, peningkatan jumlah penyakit menular yang memakan biaya yang sangat besar, perekonomian semakin berkembang dan mobilitas horizontal penduduk serta pertambahan penduduk itu sendiri. Di lain pihak, rumah sakit sebagai provider pelayanan kesehatan peserta JKN sering mengeluhkan bahwa biaya klaim JKN masih lebih rendah dibandingkan biaya tarif rumah sakit, sehingga rumah sakit merasa rugi dengan pelayanan JKN. Sejalan dengan permasalahan tersebut, dimana disatu pihak penyakit stroke merupakan ancaman terhadap membengkaknya pembiayaan JKN di masa datang, sedangkan di pihak lain, rumah sakit merasakan bahwa tarif INA CBGs lebih rendah dari tarif yang berlaku di rumah sakit, sehingga rumah sakit merasakan kerugian dengan pola klaim berdasarkan tarif INA CBGs, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk melakukan komparasi
5
biaya riil dengan tarif INA CBGs dan analisis komponen biaya yang berpengaruh pada pasien penyakit stroke hemoragi peserta JKN yang rawat inap di rumah sakit Kabupaten Pekalongan. Komponen biaya rumah sakit yang akan dianalisis meliputi : biaya akomodasi, biaya obat dan alat kesehatan, biaya laboratorium, biaya keperawatan, biaya radiologi, biaya rehab medik, biaya alat medis, biaya tindakan non operatif, biaya visite dokter dan biaya rawat darurat. Rumah sakit Kabupaten Pekalongan yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu RSUD Kraton. Kabupaten Pekalongan sendiri mempunyai dua rumah sakit negeri yaitu RSUD Kraton dan RSUD Kajen dengan tipe rumah sakit yang berbeda. RSUD Kajen merupakan tipe rumah sakit kelas C sedangkan RSUD Kraton tipe rumah sakit kelas B non pendidikan. Rumah Sakit Umum Daerah Kraton (RSUD Kraton) Kabupaten Pekalongan terletak di pusat Kota Pekalongan yaitu Jalan Veteran No.31 Pekalongan. Penelitian ini hanya dilakukan di RSUD Kraton karena telah menjadi rujukan di Kabupaten Pekalongan bagi rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu serta klinik atau sarana kesehatan lainnya baik milik pemerintah ataupun swasta di Kabupaten Pekalongan dan sekitarnya. Komparasi biaya riil dengan tarif INA CBGs pasien stroke hemoragi di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan perlu dilakukan terkait dengan pelayanan kesehatan yang sadar biaya dan adanya persoalan biaya terapi stroke hemoragi yang lebih besar daripada tarif paket INA-CBGs.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah sebagai berikut : 1.
Apakah terdapat perbedaan biaya riil dengan tarif paket INA CBGs pada pasien penyakit stroke hemoragi rawat inap peserta JKN di rumah sakit Kabupaten Pekalongan?
2.
Berapa proporsi setiap komponen biaya yang berpengaruh pada pasien penyakit stroke hemoragi rawat inap peserta JKN di rumah sakit Kabupaten Pekalongan?
C. Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui perbedaan biaya riil dengan tarif paket INA CBGs pada pasien penyakit stroke hemoragi rawat inap peserta JKN di rumah sakit Kabupaten Pekalongan.
2.
Untuk mengetahui berapa proporsi setiap komponen biaya yang berpengaruh pada pasien penyakit stroke hemoragi rawat inap peserta JKN di rumah sakit Kabupaten Pekalongan.
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi peneliti dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang perbedaan biaya pengobatan riil dengan biaya klaim berdasarkan tarif INA CBGs pada pasien penyakit stroke hemoragi di rumah
7
sakit serta mengetahui berapa proporsi setiap komponen biaya yang berpengaruh pada pengobatan penyakit stroke hemoragi di rumah sakit, oleh karena itu dapat menentukan langkah apa saja yang akan dilakukan untuk memberikan usul perbaikan sehingga kualitas pelayanan dan keselamatan pasien dapat ditingkatkan. 2.
Bagi pihak rumah sakit hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan untuk pihak manajemen dalam mengambil kebijakan yang terkait dengan efisiensi dan efektivitas serta peningkatan kualitas pelayanan pasien rawat inap peserta JKN.
3.
Sebagai masukan bagi Kementerian Kesehatan dalam menentukan kebijakan JKN untuk kedepannya khususnya untuk pasien penderita penyakit stroke hemoragi.
E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai komparasi biaya riil dengan tarif INA CBGs dan analisis komponen biaya yang berpengaruh pada pasien penyakit stroke hemoragi rawat inap peserta JKN di rumah sakit Kabupaten Pekalongan menurut pengetahuan peneliti hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian. Penelitian yang mirip dan berkaitan dengan komparasi biaya riil dengan biaya klaim tarif INA CBGs dan analisis komponen biaya yang berpengaruh untuk penyakit stroke hemoragi di rumah sakit terbagi dalam Tabel 1.
8
Tabel 1. Keaslian Penelitian No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Feladita (2014) Analisis Biaya Penelitian ini meneliti Penelitian ini 1. Terapi Stroke Hemoragi pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta November 2011-2013
tentang komponen yang mempengaruhi biaya riil pada penyakit stroke hemoragi dan membandingkan antara biaya riil dengan biaya INA CBGs Penelitian ini meneliti tentang biaya riil dengan tarif paket INA CBGs serta menganalisiskomponen yang mempengaruhi biaya riil
dilakukan pada era JKN dan pada rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Pekalongan
2.
Sari (2013), tentang Perbandingan Biaya Riil dengan Tarif Paket InaCBG’s dan Analisis Faktor yang Mempengaruhi Biaya Riil pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Inap Jamkesmas di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
Penelitian ini dilakukan pada era JKN dan pada penyakit stroke hemoragi
3.
Budiarto dan Sugiharto (2013), tentang Biaya Klaim INA CBGs dan Biaya Riil Penyakit Katastropik Rawat Inap Peserta Jamkesmas di Rumah Sakit Studi di 10 Rumah Sakit Milik Kementerian Kesehatan Januari – Maret 2012
Penelitian ini meneliti tentang biaya riil dengan tarif paket INA CBGs pada pasien penyakit katastropik salah satunya yaitu stroke
Penelitian ini dilakukan pada era JKN, lebih spesifik untuk penyakit stroke hemoragi dan hanya pada satu rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Pekalongan
4.
Putra (2013), tentang Komparasi Biaya Riil dengan Tarif INA-CBG’s dan Analisis Faktor yang Mempengaruhi Biaya Riil pada Pasien Thalasemia Rawat Inap Jamkesmas di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Penelitian ini meneliti tentang biaya riil dengan tarif paket INA CBGs serta menganalisis komponen yang mempengaruhi biaya riil
Penelitian ini dilakukan pada era JKN dan pada penyakit stroke hemoragi
Faktor pembeda yang utama dari penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan pada era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dimana tarif INA CBGs 2014 mulai diberlakukan. Selain itu yang menjadi perbedaan dari penelitian sebelumnya terletak pada objek yang dibahas, waktu, dan tempat penelitian.