BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, hipertensi telah menyebabkan kematian 9,4 juta jiwa warga dunia setiap tahunnya. Penderita hipertensi diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Hipertensi biasanya terjadi tanpa gejala. Walaupun pengobatannya mudah, namun apabila penyakit ini tidak diobati akan menimbulkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung dan pembuluh darah, gangguan ginjal yang akhirnya dapat mengakibatkan cacat maupun kematian (Bustan, 1995). Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang pengobatannya harus dilakukan seumur hidup sehingga dalam masa pengobatan dapat terjadi berbagai efek samping obat yang tidak diinginkan.
Menurut
penelitian
Ikawati,dkk.,
(2008),
sebanyak
33,8%
pasien
mengalamisedikitnya satu efek samping obat yang berkaitan dengan pengobatan hipertensi. Beberapa terapi yang dijalani pasien hipertensi adalah dengan pemberian obat, pengaturan diet dan olahraga (Yulianti dan Maloedyn, 2006). Harga obat yang mahal dan pengobatan yang lama menyebabkan pasien memilih terapi alternatif. Obat herbal banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengatasihipertensi yang dideritanya karena diyakini memiliki efek samping yang relatif sedikit (Sustrani, dkk., 2004). Beberapa penelitian telah membuktikan khasiat buah dan daun belimbing wuluh sebagai antihipertensi. Yuskha (2008) menyimpulkan bahwaekstrak etanol buah belimbing wuluh memiliki potensi sebagai diuretik alami. Menurut penelitian Hernani, dkk., (2009), ekstrak etanol daun belimbing wuluh memiliki senyawa phytol yang diduga dapat
1
menurunkan tekanan darah pada kucing. Selain itu, ekstrak daun belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid yang memiliki efek diuretik (Prasetya, 2007). Menurut penelitian Nurikha (2015) menyimpulkan bahwa ekstrak etanol daun belimbing wuluh dosis 60 dan 120 mg/kgBB/hari mampu menurunkan tekanan darah pada tikus hipertensi yang diinduksi monosodium glutamat. Salah satu obathipertensi adalah bisoprolol. Bisoprolol merupakan antihipertensi golongan antagonis reseptor β-adrenergik atau disebut juga dengan beta-bloker. Beta-bloker menghambat secara kompetitif reseptor β-adrenergik dari senyawa-senyawa endogen seperti norepinefrin dan epinefrin. Obat ini dengan memperlambat denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung sehingga tekanan darah yang disebabkan oleh pompa jantung berkurang. Efek sampingbisoprolol berupa bronkospasme, perburukan gangguan pembuluh darah perifer, rasa lelah, insomnia, eksaserbasi gagal jantung dan menutupi gejala-gejala hipoglikemia (Nafrialdi dan Ganiswara, 2007). Salah satualternatif pengobatan yang digunakan adalah terapi kombinasi (McKenney, 1995). Terapi obat herbal dan obat sintesis dianggap aman dan efektif karena dapat mengurangi efek samping penggunaan obat sintesis. Menurut JNC 7 pengobatan hipertensi dapat menggunakan lebih dari satu macam obat, yaitu menggunakan obat hipertensi diuretik yang bisa dikombinasikan dengan ACE-inhibitor,ARB maupun beta-bloker (Sukandar, dkk., 2008). Penelitian ini mencoba kombinasi antara obat sintesis dan obat herbal yaitu bisoprolol yang merupakan obat hipertensi golongan beta-bloker dengan ekstrak etanol daun belimbing wuluh yang diduga memiliki efek diuretik. Pemberian bisoprolol dan ekstrak etanol daun belimbing wuluh dalam penelitian ini diharapkan dapat meminimalkan terjadinya efek samping pada penggunaan bisoprolol, serta mampu memberikan efek yang sinergis dengan mekanisme kerja yang berbeda. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti ingin mengetahui 2
pengaruh pemberian ekstrak etanol daun belimbing wuluh terhadap efek antihipertensi bisoprolol pada tikus hipertensi yang diinduksi monosodium glutamat.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah pemberian ekstrak etanol daun belimbing wuluh dapat meningkatkan efek antihipertensi bisoprolol pada tikus hipertensi yang diinduksi monosodium glutamat? C. Tujuan Penelitian Membuktikan adanya peningkatan efek antihipertensi bisoprolol pada tikus hipertensi setelah diberi perlakuan ekstrak etanol daun belimbing wuluh pada tikus hipertensi yang diinduksi dengan monosodium glutamat. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah data ilmiah tentang kombinasi ekstrak etanol daun belimbing wuluh dan bisoprolol untuk menurunkan tekanan darah dan pengaruh ekstrak etanol daun belimbing wuluh dalam meningkatkan efek antihipertensi bisoprolol yang lebih baik dari sediaan bisoprolol tunggal maupun sediaan ekstrak etanol daun belimbing wuluh tunggal yang kemungkinan dapat diterapkan dalam masyarakat.
E. Tinjauan Pustaka 1. Hipertensi Hipertensi merupakansuatu keadaan tekanan darahdiatas normal (≥ 140 mmHg untuk sistolik dan ≥ 90 mmHg untuk diastolik) (Priyanto, 2008). Diagnosa hipertensi dapat ditegakkan dengan pengukuran tekanan darah berulang menggunakan sfigmomanometer
3
yang memperlihatkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik diatas nilai normal (Corwin, 2000). Faktor resiko terjadinya hipertensi yaitu laki-laki usia ≥ 40 tahun, keturunan, obesitas dan perubahan gaya hidup seperti merokok, konsumsi makanan yang asin/garam dan konsumsi kopi yang berlebihan (Wahyuni, 2013). Hipertensi yang tidak segera ditangani mengakibatkanmunculnya beberapa komplikasi seperti stoke, penyakit jantung, gagal ginjal dan kerusakan otak (Corwin, 2000). Penyakit inimerupakan penyebab kematian peringkat ketiga dengan jumlah penderita yang akan meningkat setiap tahunnya (WHO, 2010). Penyebab hipertensi hanya bisa ditetapkan pada sekitar 10-15% pasien, seperti konstriksi arteri ginjal, koartasio aorta, feokromositoma, penyakit cushingdan aldosteronisme primer. Pasien yang tidak memiliki penyebab khusus terjadinya hipertensi dapat disebut dengan hipertensi esensial.Bukti epidemiologis menunjukkan faktor genetik, stress psikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium)diduga sebagai penyebab terjadinya hipertensi (Katzung, 2001). Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥ 18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih tersaji pada tabel I. Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik < 120mmHg dan tekanan darah diastolik < 80 mmHg (Chobanian, 2004). Tabel I. Klasifikasi Hipertensi menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC 7) (Chobanian, 2004). Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Tekanan Darah (mmHg) Diastolik (mmHg) Normal Prehipertensi Hipertensi tahap 1 Hipertensi tahap 2
< 120 120 – 139 140 – 159 ≥ 160
< 80 80 – 89 90 – 99 ≥ 100
Penggolongan obat yang digunakan untuk terapi hipertensi dibagi dalam beberapa kelompok yaitu (Palmer dan Williams, 2007): 4
a. Diuretika Mekanisme kerja diuretikasebagai antihipertensi yaitu bekerja pada ginjal yang menyebabkan ginjal akan mengeluarkan kelebihan garam melalui urin sehingga mengurangi volume cairan dalam sirkulasi dan akan mengakibatkan penurunan.Contoh obat diuretika yang sering digunakan adalah hidroklorothiazida dan spironolakton. b.
Beta-bloker Mekanisme kerja beta-bloker dalam menurunkan tekanan darah adalah dengan memperlambat denyut jantung dankekuatan kontraksi jantung sehingga tekanan darah yang disebabkan oleh pompa jantung berkurang.Contoh obat ini adalah bisoprolol, atenolol, asebutolol dan metoprolol.
c. Alfa-bloker Mekanisme kerja alfa-bloker dengan cara menghambat reseptor di otot polos pembuluh. Jika reseptor tersebut dihambat, pembuluh darah akan melebar (dilatasi) sehingga darah mengalir lebih lancar. Akibatnya, tekanan darah akan menurun. Contoh obat ini adalah prazosin, terazosin, doksazosin dan bunazosin. d. Vasodilator Vasodilator dapat menurunkan tekanan darah dengan cara merelaksasi otot polos arteriolsehinggadapat
melebarkan
penbuluh
darah.
Vasodilatasi
yang
terjadi
menyebabkan peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung, peningkatan renin dan retensi cairan.Contoh antihipertensi dari golongan vasodilator adalah hidralazin, diazoksid, natrium nitroprusid dan minoxidil. e. Penghambat enzim konversi angiotensin Angiotensin adalah hormon peptida yang berasal dari protein angiotensinogen. Angiotensinogen akan diubah menjadi angiotensin I dengan bantuan renin, selanjutnya angiotensin I diubah menjadi angiotensin II yang diperantarai oleh enzim angiotensin
5
converting
enzyme
(ACE).
Penghambatan
pada
aktivitas
enzim
ini
akan
menyebabkanvasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron, ekskresi natrium dan air serta retensi kalium sehingga tekanan darah mengalami penurunan. Contoh obat golongan ini adalah kaptopril,enalapril, lisinopril, ramipril dan fosinopril. f. Antagonis reseptor angiotensin II Efek angiotensin II dapat menyebabkan kontraksi arteri, memicu sekresi aldosteron, meningkatkan reabsorpsi ion natrium pada tubulus ginjaldan meningkatkan pelepasan epinefrin. Akibatnya, tekanan darah meningkat. Obat golongan antagonis reseptor angiotensin II akan menghambat efek angiotensin II sehingga menyebabkan vasodilatasi akibatnya aliran darah lancar dan tekanan darah menurun. Contoh obat golongan ini adalah losartan, valsartan, irbesartan dan kandesartan. g. Calcium chanel blocker Calcium chanel blocker bekerja dengan cara menghambat pemasukan ion kalsium menuju sel otot jantung dan arteri sehingga terjadi penyempitan pembuluh arteri.Akibatnya, aliran darah akan lancar dan tekanan darah turun. Contoh obat golongan ini adalah nifedipin, amlodipin, verapamil dan diltiazem. 2. Bisoprolol Bisoprolol merupakan antihipertensi golongan antagonis reseptor β-adrenergik atau disebut juga dengan beta-bloker. Beta-bloker menghambat secara kompetitif reseptor βadrenergikdari senyawa-senyawa endogen seperti norepinefrin dan epinefrin. Obat ini dengan memperlambat denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung sehingga tekanan darah yang disebabkan oleh pompa jantung berkurang (Palmer dan Williams, 2007). Beta-bloker juga digunakan untuk penyakit jantung iskemik, aritmia jantung, antiangina, metabolisme karbohidrat dan lemak, glaukoma, hipertiroidisme dan penyakit neurologis (Katzung, 2001). 6
Peranan beta-bloker dalam pengaturan sistem kardiovaskuler adalahmengurangi kebutuhan oksigen miokard dengan cara mengurangi frekuensi denyut jantung, kontraktilitas miokard dan tekanan darah(Nafrialdi dan Ganiswara, 2007). Bisoprolol merupakan beta-bloker yang kardioselektif karena mempunyai afinitas yanglebih tinggi terhadap reseptor β1 bila dibandingkan terhadap reseptor β2. Bisoprolol larut dalam air dan lemak. Obat ini mengalami metabolisme di hati dan mempunyai waktu paruh yang panjang.Dosis awal yang diberikan sebagai antihipertensi adalah2,5mg/hari(Nafrialdi dan Ganiswara, 2007).Efek samping penggunaan bisoprolol dapat berupadekompensasi jantung, rasa dingin di jari-jari kaki tangan,gangguan lambung-usus dan penurunan kolesterol-HDL (Tjay dan Rahardja, 2007).Struktur kimia bisoprolol dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Struktur kimia bisoprolol (Nafrialdi dan Ganiswara, 2007)
3. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Belimbing wuluh tumbuh pada area yang cukup memperoleh sinar matahari, cukup lembab dan termasuk kelompok pohon kecil. Tingginya bisa mencapai 10 meter dengan ukuran batang yang tidak terlalu besar. Tanaman ini mempunyai batang yang kasar dengan banyak tonjolan,percabangan tanaman condong ke atas. Daun belimbing wuluh termasuk daun majemuk menyirip ganjil dengan 21- 45 pasang anak daun. Anak daun belimbing wuluh bertangkai pendek, berbentuk bulat telur sampai jorong, ujung runcing, pangkal membulat,
7
tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, berwarna hijau dan permukaan bawah berwarna hijau muda. Bunga tanaman belimbing wuluh berbentuk majemuk tersusun dalam malai, berkelompok, keluar dari batang atau percabangan besar. Bunga berukuran kecil berbentuk bintang dan berwarna ungu kemerahan. Buah belimbing wuluh berupa buni, berbentuk bulatlonjong dengan panjang 4-6,5 cm,berwarna hijau kekuningan, berair banyak jika masak dengan rasa asam. Bentuk biji bulat telur dan gepeng (Dalimartha, 2008). Gambar tanaman belimbing wuluh dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbiL.)
Belimbing wuluh memiliki berbagai nama daerah, diantaranya adalah limeng, selimeng, thlimeng (Aceh); asom,belimbing,balimbingan (Batak); malimbi (Nias);belimbing asam (Melayu); balimbing (Lampung); calincing, balingbing (Sunda); blimbing wuluh (Jawa) ; bhalimbhing bulu (Madura); balimbing buloh (Bali); limbi (Bima); balimbeng (Flores); belereng (Sangi)(Nurrahmani, 2012). Klasifikasi tanaman belimbing wuluh menurut Backer dan Van Den Brink (1963) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
:Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) 8
kelas
: Magnoliopsida-Dycotyledoneae (berkeping dua / dikotil)
Sub kelas
:-
Ordo
: Oxalidales
Familia
: Oxalidaceae
Genus
: Averrhoa
Spesies
: Averrhoa bilimbiL. (Belimbing Wuluh)
Belimbing wuluh secara empiris telah digunakanoleh masyarakat untuk mengobati batuk dan sariawan. Daunnya digunakan sebagai pereda rasa sakit, mengobati gondongan dan rematik. Buah belimbing wuluh juga telah digunakan untuk mengatasi batuk rejan, gusi berdarah, sariawan, sakit gigi, jerawat, panu, mengecilkan pori-pori, hipertensi,kolesteroldan memperbaiki fungsi pencernaan (Nurrahmani, 2012).Beberapa hasil penelitian yang telah digunakan untuk membuktikan khasiat belimbing wuluh diantaranya adalah sebagai berikut: a. Ekstrak etanol buah belimbing wuluh memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa darah pada tikus jantan yang diinduksi aloksan (Candra, 2012). b. Ekstrak etanol buah belimbing wuluh dikategorikan sebagai toksik ringan dengan nilai LD50 sebesar 11,724 g/kgBB (Manggung, 2008). c. Ekstrak etanol buah belimbing wuluh memiliki aktivitas sebagai diuretika (Yuskha, 2008). d. Ekstrak etanol daun belimbing wuluh dapat menurunkankadar SGOT-SGPT pada tikus jantan galur Wistar yang diinduksi minyak goreng curah bekas pakai (Pamudia, 2012). e. Ekstrak etanol dan fraksi n-heksan daun belimbing wuluh dapat menurunkan tekanan darah kucing teranestesi (Hernani, dkk., 2009). Daun belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid, glikosida dan tanin (Kresnanugraha, 2012). Berdasarkan penelitian Hernani, dkk., (2009), hasil identifikasi 9
senyawa aktif dengan menggunakan gas cromathograpy mass spectrometry (GCMS) menyimpulkan bahwa kandungan kimia daun belimbing wuluh yang paling dominan adalah dietil-ftalat dan phytol. Struktur senyawa phytol dapat dilihat pada gambar 3.
COOH
Gambar 3. Stuktur senyawa phytol (Hernani, dkk., 2009)
4. Ekstraksi Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak terlarut dengan menggunankan cairan penyari yang sesuaidua cara, yaitu ekstraksi secara panas seperti refluks, dekok, sokhletasi, digesti, infundasi dan destilasi, sedangkan ekstraksi secara dingin yaitu maserasi dan perkolasi (Ansel, 1989). Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling sederhana. Maserasi adalah proses pembuatan ekstrak dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dengan beberapa kali pengadukan yang dilakukan pada suhu kamar. Metode maserasi umumnya digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Maserasi dilakukan dengan cara merendam 10 bagian simplisia dalam bejana maserasi dengan 75 bagian cairan penyari. Bejana maserasi ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya dan diaduk berulang-ulang. Setelah tigahari, sari diserkai dan ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai setelah tiga hari sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian, kemudian maserat diuapkan dengan rotary evaporator (Depkes RI, 1986). Keuntungan metode maserasi adalah proses pengerjaan dan peralatan yang digunakanrelatif sederhana dan mudah didapatkan. Kerugian proses
10
ekstraksi metode ini adalah waktu yang dibutuhkan relatif lama dan hasil penyariannya kurang sempurna (Voigt, l994). Cairan penyari yang seringdigunakan untukpembuatan ekstrak dengan metode maserasi adalah air, etanol dan campuran etanol-air (etanol 70%). Etanol 70% lebih disukai untuk digunakan sebagai cairan penyari karena memiliki berbagai keunggulan, antara lain tidak menyebabkan pembengkakan membran sel, menghambat kerja enzim, sangat efektif dalam menghasilkan jumlah senyawa aktif non-polar yang optimal(Voigt, l994). 5. Monosodium Glutamat (MSG) Monosodium glutamat (gambar 4) merupakanbahan tambahan makanan yang sering digunakan masyarakat sebagai penyedap rasa masakan. Penggunaan MSG tidak sebagai penyedap makanan hanya dalam masakan ibu rumah tangga, akan tetapi MSG telah banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam setiap olahan makanan yang diproduksi oleh industri makanan maupun restoran (Ardyanto, 2004).
Gambar 4. Sruktur kimia MSG (Loliger, 2000)
Komponen utama MSG berupa senyawa glutamat yang merupakan salah satu molekul neurotransmitter dalam otak. Menurut penelitian Simon dkk., (2013), pemberian monosodium glutamat peroral dapat menyebabkan eksitotoksik glutamat pada neuron, khususnya neuron piramidal diregio CA1 hipokampus. Hipokampus merupakan daerah pada otak yang berperan penting dalam proses belajar dan ingatan (learning and memory). Pemberian MSG pada tikus dapat memicu terjadinya hipertensi melalui kenaikan kadar total kolesterol, trigliserid, VLDL, LDL dan mengalami penurunan kadar HDL. Akibatnya, arterosklerosis akan terjadi pada pembuluh darah sehingga menyebabkan peningkatan 11
tekanan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah (Singh, dkk., 2011).Pemberian MSG juga dapat menyebabkan penurunan kadar hormon testosteron dan berat testis pada tikus sehingga menyebabkan infertil. Keadaan ini timbul karena stress oksidatif yang ditandai terbentuknya radikal bebas dan penurunan kadar asam askorbat. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit degeneratif seperti hipertensi (Elpiana, 2011). 6. Tikus Putih (Rattus norvegicus) Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan dikembangkan untuk mempelajari berbagai macam bidang ilmu melalui kegiatan penelitian atau pengamatan laboratorium (Malole dan Pramono,1989). Salah satu hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian farmakologi adalah tikus. Secara garis besar, fungsi, bentuk organ, proses biokimia dan biofisik antara tikus dan manusia memiliki banyak kemiripan sehingga data yang dihasilkan dari penelitian menggunakan tikus dapat diinterpolasikan pada manusia (Hedrich, 2006). Spesies tikus yang paling sering digunakan sebagai model hewan percobaan pada berbagai penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus). Rattus norvegicus memiliki ciri-ciri rambut berwarna putih dan mata berwarna merah. Berat badan umum tikus jantan dewasa berkisar 267-500 g dan betina 225-325 g (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Rattus norvegicus mempunyai tiga galur, yaitu Sprague Dawley, Wistar, dan Long Evans. Galur Sprague Dawley memiliki tubuh yang ramping, kepala kecil, telinga tebal dan pendek dengan rambut halus, serta ukuran ekor lebih panjang daripada badannya. Tikus galur Wistar memiliki kepala yang besar dan ekor yang pendek. Tikus galur Long Evans memiliki ukuran tubuh yang kecil serta bulu pada kepala dan bagian tubuh depan berwarna hitam (Malole dan Pramono, 1989). Tikus galur Wistarbersifat normotensif dan tidak hiperaktif sehingga sering digunakan dalam penelitianhipertensi (Sutanto dan De kloet., 1994). Tikus mengalami hipertensi apabila tekanan darah sistol ≥ 150 mmHg dan tekanan darah diastol ≥ 120 mmHg (Lailani, dkk., 2013).
12
F. Landasan Teori Bisoprolol merupakan antihipertensi golongan antagonis reseptor β-adrenergik atau disebut juga dengan beta-bloker. Beta-bloker menghambat secara kompetitif reseptor βadrenergik dari senyawa-senyawa endogen seperti norepinefrin dan epinefrin. Obat ini dapat memperlambat denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung sehingga tekanan darah yang disebabkan oleh pompa jantung berkurang (Nafrialdi dan Ganiswara, 2007). Beberapa penelitian telah membuktikan khasiat buah dan daun belimbing wuluh sebagai antihipertensi. Yuskha (2008) menyimpulkan bahwa ekstrak etanol buah belimbing wuluh memiliki potensi sebagai diuretik alami. Menurut penelitian Hernani, dkk., (2009), ekstrak etanol dan fraksi n-heksan daun belimbing wuluh juga dapat menurunkan tekanan darahkucing dengan metode invasive. Ekstrak etanol dan fraksi n-heksan daun belimbing wuluh mengandung senyawa phytol yang diduga berperan sebagai antihipertensi. Ekstrak daun belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid yang memiliki efek diuretik (Prasetya, 2007). Selain itu, ekstrak etanol daun belimbing wuluh dosis 60 dan 120 mg/kgBB/hari mampu menurunkan tekanan darah pada tikus hipertensi yang diinduksi monosodium glutamat (Nurikha, 2015). Penggunaan kombinasi dua obat dalam pengobatan terbukti efektif dibandingkan dengan pengobatan monoterapi. Penelitian ini merupakan penelitian penggunaan kombinasi bisoprolol dan ekstrak etanol daun belimbing wuluh yang diduga memiliki perbedaan mekanisme aksi yang berbeda. Salah satu syarat dari terapi kombinasi adalah masing–masing senyawa obat harus memiliki mekanisme kerja yang berbeda (Lindarto, 2006). Bisoprolol dan ekstrak etanol daun belimbing wuluh yang diduga mempunyai mekanisme aksi diuretik memiliki mekanisme aksi berbeda dalam menurunkan tekanan darah, sehingga kombinasi
13
dari mekanisme kerja yang berbeda tersebut diharapkan mampu memberikan efek penurunan tekanan darah yang lebih besar dari sediaan tunggal.
G.
Hipotesis
Ekstrak etanol daun belimbing wuluh dapat meningkatkan efek antihipertensi bisoprolol pada tikus hipertesi yang diinduksi oleh monosodium glutamat.
14