BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk dunia merupakan remaja dengan rentang umur 10-19 tahun.1 Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.2 Remaja
sering
diliputi
oleh
banyak
ketidaktahuan
tentang
perkembangan dirinya yang dapat menimbulkan problematika tersendiri karena kurangnya informasi tentang perubahan dalam dirinya terutama yang terkait dengan kesehatan reproduksi. Secara khusus kesehatan reproduksi memang tidak dipelajari di sekolah sebagai bagian dari kurikulum. Sedangkan di rumah dan di lingkungan, juga tidak banyak informasi terbuka mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi secara benar. Dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo tahun 1994, telah dirumuskan hak-hak reproduksi yang berlaku bagi setiap manusia tanpa pandang bulu, dan sebagai konsekuensinya, remaja juga mempunyai hak reproduksi sebagaimana yang lain. Hasil konferensi ICPD dan MDG’s, mengharapkan di akhir tahun 2015 nanti, minimal 90% dari seluruh jumlah remaja sudah 1
2
harus mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual serta hak-hak yang menyertainya. 3 Selain dokumen ICPD, maka hak-hak reproduksi remaja di dukung oleh instrumen internasional, antara lain: Deklarasi Umum HAM, dokumen CEDAW (Convention on Elimination Discrimination Against Women), dan Konvensi Hak Anak. Di Indonesia, hak-hak ini diakui sebagaimana tertuang dalam: UU 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU 10/1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan UU 23/2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Pepres) Nomor 7/ 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005 – 2009 dinyatakan bahwa salah satu arah RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) adalah meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja. Hal ini memberikan kerangka legal terhadap jaminan pengakuan dan pemenuhan hak reproduksi remaja di Indonesia.4 Masalah kesehatan reproduksi remaja menjadi kepedulian nasional karena disadari bahwa remaja dalam hidupnya menghadapi berbagai masalah khusus yang membutuhkan perhatian yang khusus pula. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja tetapi juga menyangkut segala aspek tentang reproduksinya termasuk terutama bagi remaja putri yang nantinya menjadi seorang wanita yang bertanggung jawab terhadap keturunannya. Salah satu masalah kesehatan reproduksi pada wanita adalah menstruasi. 5
3
Menstruasi merupakan perdarahan periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (desquamasi) dinding endometrium. Banyak wanita mengalami menstruasi tidak teratur dalam bentuk terlambat haid, periode berkelanjutan, atau terjadi 2 kali dalam 1 siklus. Gangguan siklus menstruasi tidak teratur menimbulkan kecemasan bahkan stres, kondisi tubuh menurun seperti muka pucat, mudah lelah, pusing, mengantuk dan tidak semangat. Hal tersebut akan berdampak penurunan berat badan dan kondisi fisik mengakibatkan aktivitas fisik terganggu menurunnya hasil kerja menjadi tidak efesien dan optimal. Berdasarkan data Riskesdas 2010 di Indonesia perempuan usia 1524 tahun yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 26,1%. Menurut Dinkes DIY, data pasien rawat inap di RS seluruh DIY tahun 2014 menunjukkan jumlah kasus menoragia sebanyak 218, dan gangguan haid lainnya sebanyak 12. Sedangkan pada data pesien rawat jalan, jumlah kasus amenorea sebanyak 610, dan gangguan haid lainnya sebanyak 206. Permasalahan yang dihadapi oleh remaja di atas adalah seputar perubahan di dalam dirinya yang terkait dengan kesehatan reproduksi. Secara khusus kesehatan reproduksi memang tidak dipelajari di sekolah sebagai bagian dari kurikulum. Sedangkan di rumah dan di lingkungan, mungkin juga tidak banyak informasi terbuka mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi secara benar. Sampai saat ini pun masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja putri masih cukup banyak. Beberapa kasus yang sering kali terjadi yaitu
4
kepanikan orangtua membawa anaknya ke dokter karena ketidaktahuan menarche terjadi pada anaknya. Beberapa kasus lain juga sering terjadi, seperti kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi tidak aman (unsafety abortion), kematian karena melahirkan pada usia muda, ketidakwaspadaan terhadap penyakit menular seksual, kasus HIV/AIDS yang terus meningkat, serta diskriminasi gender yang seringkali meminggirkan dalam banyak hal, baik dalam pendidikan (wawasan), pelayanan kesehatan, dan lainnya.3 Masalah reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya. Pengetahuan menstruasi akan mendorong remaja yang mengalami gangguan menstruasi agar mengetahui dan mengambil sikap penanganan yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang mereka alami seperti kram, nyeri dan ketidaknyamanan lain. Dalam hal ini pemahaman tentang menstruasi sangat diperlukan khususnya bagi para remaja. 6 Selain masalah mengenai ketidaknyamanan dan gangguan saat menstruasi, kebersihan diri juga menjadi bagian yang sangat penting untuk diketahui. Saat menstruasi, kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan infeksi dan penyakit pada saluran reproduksi. Gejala infeksi vagina yang umum
terjadi, seperti vaginitis bacterial, trichomonas
vaginalis, kandidiasis vulvovaginal, dapat terjadi sepanjang kehidupan
5
wanita. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada saat wanita dalam situasi menstruasi. Oleh karena itu kebersihan saat menstruasi harus dijaga dan diperhatikan, misalnya pada pemilihan pembalut dan celana dalam yang mudah menyerap, ganti pembalut 3-4 jam dalam sehari, ganti celana dalam 2-3 kali dalam sehari, cara membersihkan alat kelamin yang dari depan ke belakang, serta tidak menggunakan sabun sirih untuk membersihkan alat kelamin. Dalam hal ini pengetahunan merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan seseorang.7 Pengetahuan menstruasi sejak dini sangat diperlukan bagi para remaja putri karena akan berpengaruh pada tindakannya pada usia reproduksi. Pengetahuan yang harus diberikan kepada remaja tentang menstruasi yaitu tentang pengertian menstruasi, fisiologi menstruasi, gangguan menstruasi, menjaga kebersihan alat kelamin saat menstruasi, dan informasi-informasi lain tentang menstruasi yang diperlukan oleh remaja putri. Pengetahuan menstruasi ini bisa didapatkan dari berbagai sumber. Salah satunya yaitu media cetak, seperti buku saku. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku saku adalah buku yang berukuran kecil yang dapat disimpan dalam saku dan mudah dibawa kemana-mana. Endri Mardhani (2010) melakukan penelitian tentang manfaat penyuluhan dengan media buku saku tentang keamanan pangan. Hasil penelitiannya diketahui tingkat pengetahuan remaja sebelum diberi penyuluhan dengan media buku saku sebagian besar mempunyai pengetahuan tidak baik yaitu sebesar 96,9%.
6
Tingkat pengetahuan remaja setelah diberi penyuluhan dengan media buku saku sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebesar 93,8%. 8 Pandangan masyarakat bahwa lingkungan pondok pesantren sangat dituntut menjaga norma kesopanan yang mana hal tersebut seringkali menimbulkan persepsi santri terhadap masalah kewanitaan menjadi tabu. Oleh karena itu pendidikan kesehatan reproduksi sangat diperlukan khususnya pada remaja putri di lingkungan pondok pesantren. Menurut Kemenag DIY 2012, di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 171 pondok pesantren. Dari semua pondok pesantren jumlah santri terbanyak berada di Kabupaten Bantul yaitu sebanyak 7.711 santri (kalong dan mukim) yang tersebar di 46 lokasi.9 Pondok Pesantren An-Nur Ngrukem merupakan salah satu pondok pesantren yang terletak di wilayah Kabupaten Bantul. Di dalamnya terdapat jenjang pendidikan mulai dari MTs (Madrasah Tsanawiyah), MA (Madrasah Aliyah), sampai STIQ An-Nur (Sekolah Tinggi Ilmu Qur’an). Menurut hasil wawancara pada sepuluh siswi kelas VII di MTs AnNur Ngrukem Bantul, mereka mengaku
belum
pernah mendapat
pengetahuan yang detail dan jelas tentang menstruasi. Mereka masih merasa tabu jika membahas tentang menstruasi. Bahkan sebagian dari mereka mengaku mengalami ketakutan, gelisah dan menangis saat pertama kali mengalami menstruasi. Berdasarkan studi pendahuluan pada 36 siswi kelas VII MTs An-Nur Ngrukem Bantul dengan kuesioner yang berisi sepuluh soal tentang
7
pengetahuan menstruasi (pengertian menstruasi, fisiologi menstruasi, kebersihan diri saat menstruasi dan gangguan menstruasi) didapatkan 30,5%
siswi
berpengetahuan
baik
dan
sebanyak
69,5%
siswi
berpengetahuan kurang. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin meneliti adanya perbedaan pengetahuan menstruasi sebelum dan sesudah pemberian buku saku pada siswi kelas VII MTs An-Nur Ngrukem Bantul.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pemberian Buku Saku pada Siswi Kelas VII MTs An-Nur Ngrukem Bantul Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian buku saku pada siswi kelas VII MTs An-Nur Ngrukem Bantul Yogyakarta 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik siswi MTs An-Nur Ngrukem Bantul berdasarkan umur, usia menarche, sumber informasi.
8
b. Untuk mengetahui rata-rata tingkat pengetahuan siswi
tentang
menstruasi pada siswi kelas VII MTs An-Nur Ngrukem Bantul sebelum diberikan buku saku. c. Untuk mengetahui rata-rata tingkat pengetahuan siswi
tentang
menstruasi pada siswi kelas VII MTs An-Nur Ngrukem Bantul sesudah diberikan buku saku.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa kebidanan pada khususnya, maupun tenaga kesehatan pada umumnya dalam rangka upaya peningkatan kesehatan reproduksi
remaja
khususnya
mengenai
mentruasi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pihak sekolah, dapat dijadikan dasar untuk menyusun kebijakan sekolah pada alternatif penggunaan media dalam upaya promosi kesehatan reproduksi remaja melalui media buku saku. b. Bagi siswi/ remaja putri, meningkatkan ketertarikan, kesadaran dan pengetahuan menstruasi melalui media buku saku. c. Bagi peneliti, menambah wawasan keilmuan dan menambah pengalamandalam melaksanakan penelitian.
9
E. Keaslian Penelitian Ada beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini, antara lain: 1. Tuti Yanuarti (2005) , dengan judul “ Identifikasi Faktor-Faktor yang berkaitan dengan Hygiene Menstruasi Siswa MTs Jam’iyatul Falah Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat Tahun Ajaran 2005-2006”. 10 Hasil dari penelitian tersebut meliputi: Responden yang berperilaku hygiene menstruasi yang baik adalah pada responden yang berpengetahuan baik tentang hygiene menstruasi, bersikap postif terhadap hygiene menstruasi, responden yang salah satu orang tuanya bekerja, pendidikan ibu yang lebih kurang SLTA, yang tidak terpapar mesia informasi dan tidak terpapar lingkungan sosisal. Persepsi informan mengenai menstruasi, mayoritas adalah cukup, informan pada penelitian ini rata-rata menjawab pertanyaan dengan benar. Faktor pemungkin yang terbukti mempunyai hubungan dengan perilaku hygiene menstruasi adalah keterpaparan media massa. Persamaan dari penelitian ini adalah tentang topik yang diangkat yaitu menstruasi pada siswi MTS. Sedangkan perbedaannya adalah pada jenis penelitian yang dilakukan. Penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif rasionalistik. Sedangkan
peneliti
akan
menggunakan
desain
eksperimental dengan pre test post test design.
berupa
pre
Berdasarkan hal
tersebut peneliti ingin mengetahui lebih lanjut dengan jenis penelitian
10
kuantitatif quasi eksperimental akan pengaruh salah satu jenis media cetak berupa buku saku terhadap peningkatan pengetahuan menstruasi pada siswi/ santri putri di sebuah pondok pesantren. 2. Gusti Ayu Tirtawati (2005), dengan judul “Hubungan Sumber-Sumber Informasi dengan Tingkat Pengetahuan Siswa tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SMU Wiyata Dharma Gianyar Bali”. 11 Hasil dari penelitian tersebut didapat bahwa ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan sumbersumber informasi, semakin banyak informasi yang diperoleh, semakin baik pengetahuan yang dimiliki terbukti. Persamaan dari penelitian tersebut adalah pada variabel yang diangkat berupa dua variabel yang salah satunya mengangakat variabel tentang tingkat pengetahuan . Sedangkan perbedaannya adalah pada jenis penelitiannya. Penulis mengguanakan penelitian analitik non eksperimental. Sedangkan peneliti ingin mengetahui lebih lanjut pada penelitian pre eksperimental akan pengaruh salah satu jenis media cetak berupa buku saku terhadap pengetahuan menstruasi pada siswi/ santri putri di sebuah pondok pesantren. 3. Suharni
(2005), dengan judul “Pengaruh Ceramah dan Membaca
Leaflet Kesahatan terhadap Perbedaan Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual ”.12 Hasil dari penelitian tersebut ialah ada pengaruh ceramah dan membaca leaflet terhadap perbedaan tingkat pengetahuan tentang PMS
11
pada saat pre test berdasarkan umur dan pendidikan setelah dilakukan post test, tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan berdasarkan umur, dan pendidikan. Tingkat pengetahuan pada saat pre test dan post test berdasarkan jenis kelamin ada perbedaan yang bermakna. Didapatkan nilai pre test semua responden Mean=25 nilai post test Mean=34 sig p=0,000 (bermakna) dengan N=37. Sehingga metode ceramah dan membaca leaflet dapat mempengaruhi tungkat pengetahuan pada responden dengan latar belakang berbeda umur, pendidikan, dan jenis kelamin. Persamaan dari penelitian tersebut adalah pada variabel yang diangkat berupa dua variabel dan pada jenis penelitiannya yang berupa penelitian kuasi eksperimen. Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel yang diambil. Penulis menggunakan metode ceramah dan membaca leaflet sebagai variabel bebas, serta pengetahuan PMS sebgai variabel terikat. Sedangkan peneliti mengambil media buku saku sebagai variabel bebas dan pengetahuan menstruasi sebagai variabel terikat. 4. Desi Elyana, Solikhah (2012) dengan judul “ Pengaruh Buku Saku Gizi Terhadap Tingkat Pengetahuan Gizi Pada Anak Kelas 5 Muhammadiyah
Dadapan Desa Wonokerto Kecamatan Turi
Kabupaten Sleman Yogyakarta”. 13 Hasil penelitian ini yaitu ada pengaruh Buku Saku Gizi terhadap tingkat pengetahuan gizi pada anak kelas 5 Sekolah Dasar
12
Muhammadiyah
Dadapan
Desa
Wonokerto
Kecamatan
Turi
Kabupaten Sleman Yogyakarta. Persamaan dari penelitian yaitu desain penelitian yang diambil berupa desain eksperimental. Perbedaannya adalah pada jenisnya, peneliti menggunakan desain sederhana yaitu pre eksperimentaal tema tentang pengetahuan menstruasi.
dengan