BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan tersendiri berbeda satu dengan yang lain, baik dari segi fisik, segi potensi maupun intelektualnya. Selain itu sebagai makhluk sosial, manusia pada dasarnya selalu ingin bergaul dengan orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial tidak mampu terpisah dari kelompoknya, manusia bergantung, lahir dan berkembang dalam masyarakat lingkungan sosialnya. Sebagai makhluk sosial manusia selalu berhubungan dengan orang lain. Agar kehidupan sosialnya terjalin hubungan yang baik, setiap orang harus mempunyai sikap saling memahami, dan tolong menolong. Hal itu disebut perilaku
prososial
(prosocial
behavior).
Menurut
Rahman
(2013:220)
menyebutkan perilaku prososial merupakan “tindakan yang menguntungkan orang lain atau masyarakat pada umumnya. Keuntungan yang dimaksud adalah pemberian bantuan”. Secara naluri manusia memiliki keinginan untuk tolong menolong atau prososial dengan sesama, hal ini berkaitan dengan sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial. Perilaku prososial perlu dijaga demi kelangsungan hidup bermasyarakat yang baik. Perilaku prososial menjadikan orang mau dengan senang hati membantu orang lain tanpa perlu diminta. Tolong menolong serta kerja sama dapat dengan mudah terjalin dengan adanya perilaku prososial. Di sekolah siswa juga dituntut adanya perilaku prososial, hal tersebut dikarenakan dilingkungan sekolah siswa juga diharuskan memiliki hubungan sosial yang baik untuk berinteraksi dengan siswa lain, bahkan banyak tugas yang dilakukan merupakan tugas-tugas secara berkelompok. dengan tujuan pendidikan sekarang ini yang
menuntut
Hal ini juga sejalan tidak hanya dengan
kemampuan kognitifnya saja, namun juga memiliki kemampuan sosial yang baik 8
9
pula.
Selain itu
juga merupakan tugas Bimbingan dan Konseling untuk
mencegah, serta mengoptimalkan kemampuan siswa, baik secara personal, vokasi maupun sosial. Namun sekarang ini terjadi penurunan perilaku prososial, tidak terkecuali di kalangan siswa di sekolah. Beberapa bentuk kenakalan remaja juga bermula dari menurunnya perilaku prososial, seperti tawuran dan bullying yang semakin meningkat, siswa hanya peduli terhadap teman dalam kelompok saja dan lebih mudah untuk menyakiti serta tidak peduli dengan keadaan orang lain. Hal lain juga dapat dilihat bahwa siswa sukar untuk memahami orang lain dalam bergaul dan lebih mementingkan diri sendiri. Hal ini jika tidak ada tindakan bukan tidak mungkin remaja mengalami degradasi moral yang lebih besar. Permasalahan yang menjadi pokok penelitian ini juga terdapat di salah satu sekolah kejuruan yang ada di Kabupaten Pekalongan yakni SMK N 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Hubungan sosial antar siswa seharusnya dapat saling memahami, tolong menolong, berbagi serta bekerja sama, namun berdasarkan observasi awal dari wawancara guru serta beberapa peserta didik tentang perilaku yang berkaitan dengan prososial siswa SMK N 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan ada beberapa hal yang menunjukan penurunan perilaku prososial. Dari data angket pendahuluan mendapatkan hasil sebesar 27,3% siswa memiliki perilaku prososial yang rendah, 49,7% sedang dan 23%tinggi. Dari data tersebut memperlihatkan 27,3% siswa mengalami perilaku prososial rendah dan terancam menjadi pribadi yang rentan mengalami hubungan sosial yang kurang baik. Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 11 Juni 2015, pada kelas XI Teknik Las dan XI Teknik Listrik, ditemukan perilakuperilaku yang memperlihatkan penurunan perilaku prososial yang ada di lingkungan sekolah. Perilaku prososial dapat dilihat dari pertemanan serta kerja sama selama proses belajar mengajar. Perilaku yang terlihat ketika ada tugas kelompok pengganti pelajaran ketidakhadiran guru, siswa dalam kelas ramai dan tidak tertib tanpa menghormati kelas lain yang sedang ada pelajaran, padahal pengurus kelas sudah berusaha mengkoordinir untuk mengerjakan tugas dan tidak
10
gaduh dalam kelas. Dalam pengerjaan tugas kelompok juga terlihat ada beberapa orang yang aktif dan yang lain terlihat pasif kurang berkontribusi dalam penyelesaian tugas. Penurunan perilaku prososial dapat dilihat dari cara siswa ketika bergaul dengan teman yang sering kali tidak sopan dengan berperilaku seenaknya, siswa sering menggunakan bahasa-bahasa dan panggilan-panggilan yang kasar sehingga memungkinkan terjadi perasaan yang kurang mengenakan. Selain itu adanya tindakan kurang peduli dengan temannya yang sedang mengalami kesulitan, hal ini terlihat pada saat jam pelajaran olah raga terlihat satu siswa yang duduk sendirian dan tidak ada yang mengajaknya mengobrol. Selain itu dari hasil wawancara awal dengan peserta didik menunjukkan gejala-gejala yang tidak sesuai dengan perilaku prososial, perilaku yang seharusnya ada adalah siswa dapat responsif terhadap keadaan teman yang butuh bantuan. Namun gejala yang ada pada siswa sekarang ini nampak diantaranya adalah perilaku tidak mau tahu urusan orang lain, siswa berpendapat bahwa tidak ingin ikut campur ketika melihat temannya sedih dan membiarkan temannya menyelesaikan masalah sendiri tanpa adanya bantuan. Hal ini memperlihatkan perilaku yang bertolak belakang dengan perilaku prososial yang seharusnya dimiliki. Dalam wawancara dengan siswa lain, siswa mau membantu teman dengan pamrih harus dibantu juga, hal ini dicontohkan ketika saat ada seorang minta untuk ditemani ke perpustakaan, dia setuju untuk menemani dengan syarat diantar ke suatu tempat juga. Berbeda dengan perilaku prososial yang seharusnya membantu orang lain tanpa pamrih. Selain itu siswa lebih responsif akan masalah yang dialami teman dekatnya saja. Seperti ketika ada teman yang tidak membawa buku paket siswa lain tidak membantu meminjami buku, ketika ada teman yang tidak membawa uang saku, siswa lain juga tidak memberikan pinjaman karena takut tidak dikembalikan, serta ketika ada teman yang sakit di kelas tidak langsung bergegas membawa ke UKS. Keadaan tidak mau tahu dengan keadaan teman yang lain juga terlihat ketika pulang sekolah, siswa yang arah rumahnya sama tidak mau memberi bantuan mengantar walaupun sekedar memperpendek
11
jarak jalan kaki. Dari hasil angket pendahuluan perilaku prososial yang dilakukan didapat hasil Gejala-gejala tersebut menjadikan peningkatan perilaku prososial perlu dilakukan, untuk mengantisipasi dampak menurunnya perilaku prososial yang lebih
parah.
Sudah
menjadi
tugas
konselor
untuk
membantu
siswa
mengembangkan diri disegala bidang termasuk bidang sosial. Banyak cara dapat dilakukan salah satu cara adalah menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi buzz group. Romlah (2001:3) mendefinisikan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang bertujuan untuk membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya yang prosesnya dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada peserta didik dan mengembangkan potensi peserta didik. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu upaya membantu peserta didik mengembangkan diri dan mencegah timbulnya masalah yang dilakukan secara berkelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan agar peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber (terutama konselor) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Bimbingan kelompok bisa dipergunakan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dalam kehidupan seharihari, sehingga dapat membantu memecahkan masalah secara bersama-sama. Bimbingan dan konseling kelompok ini menggunakan dinamika kelompok yang mendorong peserta didik dapat lebih memahami dan menyalurkan pendapatnya dalam kelompok. Bimbingan kelompok memiliki berbagai jenis, salah satunya dengan menggunakan diskusi kelompok, hal ini dilakukan agar peserta didik dapat menyikapi dan berfikir lebih kritis terhadap masalah, setiap anggota memiliki kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya dengan tujuan untuk memecahkan masalah. Bentuk disusi kelompok yang dapat digunakan salah satunya adalah
12
dengan menggunakan bimbingan kelompok teknik diskusi buzz group. Diskusi Buzz group ini terdiri atas satu kelompok besar dan kelompok besar ini dibagi lagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Diskusi diadakan di tengah atau di akhir pemberian layanan informasi, hasil dari diskusi kelompok kecil akan dipresentasikan pada kelompok besar untuk memperjelas penguasaan konten informasi yang diberikan. Bimbingan kelompok teknik diskusi buzz group dapat diterapkan untuk mencegah masalah sosial siswa, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Nur’aini (2013) dengan judul ”Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Buzz Group Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013” mendapatkan hasil bimbingan kelompok teknik diskusi buzz group efektif untuk meningkatkan interaksi sosial siswa. Berdasarkan dengan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Bimbingan Kelompok dengan teknik Diskusi Buzz group untuk meningkatkan perilaku prososial pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.” B. IDENTIFIKASI MASALAH Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Terjadi penurunan perilaku prososial di kalangan siswa. 2. Kenakalan remaja meningkat sejalan dengan penurunan perilaku prososial. 3. Banyak remaja terancam mengalami degradasi moral yang lebih parah. 4. Terdapat penurunan perilaku prososial di SMK N 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan yang membutuhkan layanan bimbingan dan konseling.
13
C. PEMBATASAN MASALAH Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini hanya sebatas pada: 1. Subjek Penelitian Siswa kelas XI SMK N 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tahun ajaran 2015/2016 2. Objek Penelitian a. Perilaku Prososial b. Bimbingan kelompok teknik diskusi buzz group D. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan masalah seperti berikut : “Apakah bimbingan kelompok teknik diskusi Buzz Group efektif untuk meningkatkan perilaku prososial peserta didik ?” E. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah : Untuk menguji keefektifan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Buzz group untuk meningkatkan perilaku prososial siswa kelas XI SMK N 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. F. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah teori dan konsep bidang bimbingan dan konseling tentang penerapan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi Buzz group untuk meningkatkan perilaku prososial teman sebaya pada siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi kepala sekolah
14
Sebagai bahan masukan dan sumbangan kepala sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hal perilaku prososial di lingkungan sekolah. b. Bagi guru pembimbing Memberikan masukan bagi konselor tentang peningkatan perilaku prososial siswa menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan diskusi buzz group. c. Bagi guru mata pelajaran Sebagai masukan bahwa diskusi buzz group dapat digunakan dalam proses pembelajaran dan meningkatkan perilaku prososial d. Bagi siswa Memberi perubahan perilaku pada siswa berupa meningkatnya perilaku prososial dengan bimbingan kelompok teknik diskusi Buzz Group.