BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembelajaran IPA di SD adalah membentuk kemampuan memecahkan masalah. “Sains bagi anak sekolah dasar adalah suatu bentuk pembelajaran dari masalah-masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari” (Barlia, 2009:1). Kreatifitas adalah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dan salah satu cara untuk meningkatkan kreatifitas peserta didik adalah melalui penyajian masalah dalam pembelajaran. Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu aspek didalam pembangunan pendidikan di Indonesia saat ini. IPA adalah kumpulan pengetahuan yang dapat kita rasakan secara langsung melalui kehidupan kita sehari-hari. Hal ini sejalan dengan kurikulum (Depdiknas,2006:34) yaitu IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Kurikulum IPA SD menyediakan berbagai topik salah satunya adalah konsep gaya magnet. Namun apakah kurikulum IPA SD pada konsep magnet sudah berbasis kepada masalah yang ditemukan oleh anak?. Pada konsep gaya magnet terdapat berbagai masalah contohnya adalah masalah pemahaman anak terhadap konsep gaya magnet pada medan magnet. Anak mampu menghafalkan definisi medan magnet, bahwa medan magnet adalah daerah yang dipengaruhi oleh kutub magnet namun tidak faham dengan jelas posisi dari medan magnet itu sendiri. Merujuk kepada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA kelas V SD ditemukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan 1
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
buku paket yang siswa gunakan sebagai sumber bahan rujukan belajar. Peneliti mencoba mengingat kembali masa sekolah peneliti di SD dulu atau dalam kata lain peneliti mencoba untuk melakukan repersonalisasi terhadap pokok bahasan gaya magnet. Peneliti mencoba mengasumsikan pemikiran seperti anak SD kembali dan pada kenyataannya saya sebagai peneliti sendiri pun sangat tidak menyukai buku-buku yang tidak berwarna dan hanya penuh dengan tulisantulisan. Pada kosep magnet yang saya temukan pada beberapa buku IPA kelas 5 SD dapat dengan jelas terlihat bahwa materi magnet tidak dijelaskan secara rinci tentang apa itu magnet dan bagaimana cara magnet berinteraksi. Jika magnet hanya dijelaskan sekilas sebatas definisi ,bagaimana bisa nantinya siswa SD dapat menjadi siswa yang kreatif dalam memahami konsep magnet?. Lalu bagaimana pula dengan pemahaman anak pada masalah benarkah magnet dapat menarik logam? Logam seperti apa yang dapat ditarik oleh magnet? Bagian mana dari magnet yang dapat menarik benda disekitarnya?. Benarkah magnet dapat menembus benda tertentu?. Dalam buku teks ini juga tidak dijelaskan apa hasil akhir yang akan dibuat oleh siswa, atau dalam bahasa sederhana siswa hanya akan menghafal sifat-sifat
magnet
dan
contoh
penggunaan
magnet
namun
tidak
menemukannya masalah dan memecahkannya sendiri. Kemudian siswa tidak akan belajar mandiri untuk dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Hal tersebut terjadi karena alur belajar yang ada di dalam buku tidak jelas. Kembali kepada konteks buku bacaan siswa yang telah penulis observasi, penulis berpendapat jika siswa diajarkan materi magnet melalui buku yang hanya memapaparkan tulisan-tulisan yang tidak menuntut siswa untuk menemukan dan belajar mandiri. Siswa tidak menjadi kreatif, sementara jika merujuk kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar di SD pada pembelajaran IPA hasil yang diharapkan adalah kreatifitas siswa. Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Berdasarkan hasil observasi tes tertulis dan wawancara yang dilakukan peneliti di SDN Taman Serang pada siswa kelas 5 SD, peneliti menemukan indikasi Learning Obstacle pada pemahaman siswa mengenai interaksi magnet, kegunaan magnet, medan magnet, kekuatan magnet dan cara pembuatan magnet. Jika siswa dihadapkan kepada situasi dimana sebuah magnet tanpa penanda kutub, siswa kebingungan untuk memahami cara menentukan mana kutub magnet utara dan mana kutub magnet selatan. Jika siswa hanya di ajarkan fungsi magnet pada benda-benda sekitar namun tidak diminta untuk mencoba mengobservasi masalah yang ada dan menghasilkan karya sendiri melalui magnet, maka siswa tidak menemukan sendiri bagaimana cara kerja magnet dan apa fungsi kongkrit sebuah magnet dalam kehidupannya sehari-hari. Masih terdapat Learning Obstacle pada siswa dalam memahami bagaimana cara membuat magnet dan bagaimana cara kerja magnet yang akan mereka buat. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang desain pembelajaran yang berjudul “Desain Pembelajaran Magnet Melalui Analisis Kesulitan Belajar (Learning Obstacle) Berbasis Masalah di Kelas V SD”. (Suatu PTK Menerapkan DDR di SDN Taman Kecamatan Taktakan Serang Banten)
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana desain pembelajaran gaya magnet melalui analisis
kesulitan belajar (learning obstacle) berbasis masalah di kelas V SD. Pertanyaan penelitiannya adalah: 1. Bagaimana learning obstacle yang terkait dengan materi pokok gaya magnet? 2. Bagaimana desain didaktik berbasis masalah pada konsep gaya magnet di kelas 5 SD berdasarkan analisis learning obstacle? 3. Bagaimana implementasi desain tersebut terhadap pemahaman hasil belajar siswa pada konsep gaya magnet?
C. Tujuan Penelitian Berdasakan rumusan masalah tersebut diatas, tujuan umum penelitian ini adalah menggambarkan proses desain pembelajaran gaya magnet melalui analisis kesulitan belajar atau learning obstacle berbasis masalah pada siswa kelas 5 SD. Tujuan khusus penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis learning obstacle yang terkait dengan konsep gaya magnet. 2. Untuk membuat desain didaktik kemampuan proses berbasis masalah dalam mengatasi learning obstacle pada konsep gaya magnet sesuai dengan karakteristik siswa kelas 5 SD. 3. Untuk mengimplementasikan
desain pembelajaran terhadap
pemahaman hasil belajar siswa pada konsep gaya magnet.
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Melalui penelitian ini peneliti mengharapkan hasil pembuatan desain pembelajaran magnet yang dibuat oleh peneliti berdasarkan learning obstacle yang telah diteliti dapat membantu peneliti dan semua orang yang bergerak dibidang pendidikan memahami betul apa yang harus dilakukan sebelum mengajar dan bagaimana gambaran situasi siswa yang sebenarnya di dalam kelas. Penulis juga berharap nantinya penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti dalam memahami konten, subtansi dan sintaksis materi ajar, pola-pola pengajaran, mengasumsikan pemikiran siswa sebelum mengajar, memahami dimana letak siswa akan senang belajar dan siswa akan merasa bosan dan kesulitan dalam memahami pokok bahasan gaya magnet dikelas 5 SD. Menyediakan hasil identifikasi kesulitan belajar (learning obstacle) pada konsep magnet untuk dikembangkan oleh peneliti lain. 2. Bagi siswa: Melalui desain pembelajaran yang diteliti oleh penulis siswa diharapkan dapat menjadi lebih aktif dan memahami pembelajaran magnet
dan
menjadi
siswa
yang
lebih
berani
dalam
mengungkapkan pendapatnya sendiri tentang pembelajaran yang ia pelajari . Siswa diharapkan mendapatkan bantuan dalam proses pemecahan masalah yang berbasis kepada masalah yang ditemukan oleh siswa. 3. Bagi guru: Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru sekolah dasar dalam membuat laerning trajectory yang jelas saat akan mengajarkan materi magnet dan dapat menyajikan pembelajaran Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
IPA di SD dengan kreatif dan menarik serta merancang pembelajaran berdasarkan analisi learning obstacle. Menyediakan
contoh
atau
cara
merancang
dan
mengimplementasikan pembelajaran berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa pada
konsep gaya magnet yang ditemukan oleh
peneliti. Menyediakan contoh metodologi mengenai bagaimana merancang pembelajaran berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa.
E. Definisi Operasional 1. Kesulitan Belajar (Learning Obstacle) Hilgar ( dalam Sanjaya, 2011:112) mengungkapkan “learning is the process by wich an activity originates or change through training procedures (weather in laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training.”
Bagi Hilgar belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Merujuk dari pendapat diatas dalam situasi proses belajar tidak semua siswa mampu menyerap pokok bahasan dengan sempurna dan sesuai dengan tujuan akhir pendidikan. Yang membuat siswa tidak mampu
menyerap secara utuh adalah kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dalam penyajian pokok bahasan. Dalam pembelajaran learning obstacle adalah suatu hal yang menghambat seorang manusia sebagai siswa dalam mempelajari konsep suatu materi ajar, dimana seharusnya guru sangat berperan penting untuk membantu siswa mengurangi kesulitan belajar yang terjadi. Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Learning obstacle adalah hambatan atau kesulitan belajar yang dialami oleh siswa pada suatu saat dimana proses pembelajaran sedang berlangsung. Atau dalam kata lain dapat didefinisikan sebagai sebuah hambatan belajar. Suratno dan Suryadi (2013) menyatakan bahwa kesulitan belajar siswa (learning obstacle) mencakup aspek epistemological obstacle, didactical obstacle dan ontogenical obstacle. Lebih lanjut dijelaskan, epistemological obstacle adalah kesulitan belajar yang menyangkut kepada bahan ajar. Bisa dikarenakan bahan ajar yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Ontogenic obstacle adalah kesulitan belajar yang berkaitan dengan kesiapan mental peserta didik. Didactical obstacle adalah kesulitan yang mengarah terhadap kesalahan konsep pengajaran atau berada pada situasi didaktis.
2. Desain Pembelajaran Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Asulihati, 2014:9) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara efektif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Untuk itu peran guru sangat lah dibutuhkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, sehingga diperlukan desain pembelajaran yang menarik dan dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Melalui pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa desain pembelajaran merupakan rancangan pembelajaran berupa bahan ajar yang dirancang dengan tujuan untuk mengurangi kesulitan belajar atau learning obstacle pada siswa.
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
3. Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Tan (dalam Rusman, 111:229) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PMB kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,
mengasah,
menguji,
dan
mengembangkan
kemampuan berpikirnya secara berkeseinambungan. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang relevan untuk membantu siswa melakukan pemacahan masalah dengan tindakan yang kritis disertai pola pikir yang terbuka. Namun pada kenyataannya tidak semua guru mampu menyajikan pembelajaran berbasis masalah pada saat situasi belajar berlangsung. Pembelajaran berbasis masalah ini adalah suatu cara yang akan diterapkan oleh peneliti dalam penelitian desain pembelajaran pada konsep gaya magnet, dimana peneliti menggunakan sebuah masalah untuk memulai.
4. Gaya Magnet Menurut kamus besar bahasa Indonesia, gaya adalah suatu tarikan ataupun dorongan yang dapat mempengaruhi kedudukan benda atau keadaan benda. Magnet adalah suatu benda yang dapat menarik besi, baja atau sejenisnya.Gaya magnet adalah kekuatan yang ditimbulkan magnet untuk menarik benda-benda logam yang termasuk kedalam bagian benda magnetik. Magnet memiliki karakteristik dan kegunaan. Karakteristik dari magnet adalah sebagi berikut: Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
-
Berinteraksi atau dapat menarik materi magnet seperti besi dan baja
-
Mempunyai dua kutub yaitu kutub utara dan selatan
-
Selalu mengarah pada kutub bumi yang berlawanan dengan kutubnya
-
Kutub yang sejenis daling tolak-menolak dan kutub yang tidak sejenis saling tarik menarik.
Magnet dapat dibuat dengan dua metode yaitu metode menggosok dan metode aliran listrik atau yang biasa kita sebut dengan elektromagnetik. Kegunaan dan fungsi magnet dapat kita lihat dalam praktik kehidupan sehari-hari. Magnet dapat memindahkan benda secara bersamaan atau sekaligus. Magnet dapat mempermudah pekerjaan manusia dalam mengangkat besi berat atau objek baja. Memisahkan material benda yang magnetik dan non magnetik. Dapat pula digunakan pada kompas sebagai penunjuk arah dan digunakan dalam beberapa benda elektronik dalam kehidupan sehari-hari.
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu