1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah berkurangnya jumlah kadar Hb (sel darah merah) hingga dibawah nilai normal, kuantitas hemoglobin dan volume packed red blood cells ( hematokrit) per 100 ml darah . Dengan demikian anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, yaitu diukur melalui pemeriksaan fisik dan konfirmasi laboratorium (Price, 2006).
Anemia defisiensi besi merupakan penyebab paling banyak anemia gizi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang . Diperkirakan 4 sampai 5 milyar anak mengalami anemia defisiensi besi dan 90 % terjadi di negara sedang berkembang yang
menyebabkan tingginya angka morbiditas dan
mortalitas . Anemia defisiensi besi merupakan kasus anemia yang paling sering dijumpai pada anak. Berdasarkan dari data Asian Development Bank menyatakan sekitar 22 juta anak Indonesia terkena anemia, yang menyebabkan hilangnya angka IQ, 5 sampai 15 poin ( Dimyati, 2011 ). Kasus anemia di Indonesia terdapat 19,7% perempuan, 13,1% laki-laki dan 9,8% anak yang mengalami anemia. Sebanyak 60,2% dari anemia tersebut adalah anemia mikrositik hipokrom (sel yang kecil dengan jumlah hemoglobin yang sedikit dalam sel), yang paling banyak disebabkan oleh anemia defisiensi besi ( Riskesdas 2007). Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010 yaitu sementara lebih dari 10 % anak usia sekolah di Indonesia mengalami anemia (Riskesdas, 2010). Anemia defisiensi besi paling sering dijumpai pada bayi , anak dan remaja karena pertumbuhan yang cepat membutuhkan banyak besi dan diet yang mengandung besi . Anemia di Indonesia masih merupakan salah satu masalah gizi utama disamping kekurangan kalori protein ( KKP) , defisiensi vitamin dan yodium . Sekitar 40 % anak Indonesia usia 1-14 tahun menderita anemia. Sedangkan dari hasil penelitian oleh Dinas kesehatan Jawa Tengah tahun
2
2007, prevalensi penderita anemia anak usia sekolah di provinsi Jawa Tengah menunjukan sekitar 55,6 % anak usia sekolah yang mengalami anemia defisiensi besi (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2007 ). Berdasarkan hasil survei pelacakan anemia pada anak sekolah tingkat dasar oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2011 menunjukan bahwa dari 37 Kecamatan di Kota Semarang terdapat angka kejadian anemia terbesar yaitu di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang dengan sampel sebanyak 1468 responden yang tersebar di 31 Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang, dari hasil pemeriksaan menunjukan bahwa sampel sebanyak 1468 responden terdapat 33 anak usia sekolah yang menderita anemia karena kadar Hb kurang dari 12g/dl. Hal ini menunjukan bahwa penderita anemia anak usia sekolah masih menjadi masalah kesehatan masyarakat saat ini ( Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2011). Anak usia sekolah menderita anemia disebabkan oleh banyak hal yaitu terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anemia antara lain dikarenakan oleh faktor langsung oleh penghancuran sel darah merah yang berlebihan, kehilangan darah, penurunan produksi sel darah merah akibat mengidap penyakit infeksi malaria dan kecacingan . Kemudian terdapat faktor tidak langsung antara lain seperti faktor pengetahuan seperti status pendidikan, selanjutnya disebabkan oleh keadaan lingkungan , kurangnya asupan kebutuhan zat besi yang dikarenakan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat (Price, 2006).
Selain itu anak usia sekolah menderita anemia disebabkan oleh berbagai faktor antara lain karena status gizi yang dipengaruhi oleh pola makanan yang berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi rendah meliputi pendidikan orang tua dan penghasilan yang rendah serta kesehatan pribadi di lingkungan yang buruk. Selain itu penyebab anemia gizi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing) dan malaria (Masrizal 2007). Kelompok anak usia sekolah adalah kelompok usia yang sedang mengalami proses pertumbuhan kembang fisik dan psikososial yang sangat pesat , dan
3
bila berlangsung secara optimal, sangat diharapkan akan terjadi penigkatan prestasi akademik produktifitas kerja prestasi dan prestasi olah raga dimasa kini dan masa yang akan datang (Depkes, 2003 ). Akibat kekurangan gizi sekitar 35 % anak usia tersebut, mengalami pertumbuhan fisik yang tidak sesuai ( pendek ) dengan anak seusianya (Riskesdas, 2010). Kandungan zat besi pada makanan banyak terdapat pada daging merah, sayuran hijau, kacang-kacangan serta makanan yang difortifikasi (diberi tambahan vitamin dan mineral). Sedangkan zink dapat diperoleh dengan mengkonsumsi daging, keju, telur, unggas, sayuran hijau dan makanan yang difortifikasi ( Saptawati, 2011). Berdasarkan survei ahli gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, konsumsi daging dan ikan pada anak-anak sekolah hanya 10-16 % dari porsi makan sehari-hari. Sementara berdasarkan Riset Kesehatan Dasar disebutkan sekitar 94 % penduduk Indonesia, termasuk anak-anak kurang mengkonsumsi sayur dan buah- buahan (Rikesdas, 2007). Anak usia pertumbuhan antara 6-12 tahun harus dibiasakan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Karena kekurangan gizi dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik, daya tahan tubuh dan kemampuan otak yang lemah ( Saptawati, 2011 ). Unit Pelayanan Teknik Dasar (UPTD) Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang berada di kecamatan Tembalang dan Puskesmas Kedungmundu mencakup 31 sekolah dasar. Berdasarkan hasil kegiatan penjaringan
berkala yang dilakukan UPTD
Puskesmas Kedungmundu di institusi pendidikan tingkat SD / MI pada tahun 2010 / 2011
dari hasil penjaringan data terbanyak terdapat di SD
kedungmundu 01, SD Tandang 02 , SD Tandang 03 dan SD Tandang 04. Dari pemeriksaan yang dilakukan di SD Kedungmundu 01 dari 35 siswa terdapat 4 anak usia sekolah yang dinyatakan anemia karena kadar Hbnya kurang dari 12g/dl, kemudian di SD Tandang 2 dari 55 anak terdapat 4 anak usia sekolah
4
yang dinyatakan anemia, lalu pada SD Tandang 3 dari 80 anak terdapat 15 anak usia sekolah yang menderita anemia serta di SD Tandang 4 dari 60 anak terdapat 8 anak usia sekolah yang mengalami anemia defisiensi besi dikarenakan asupan zat besi oleh tubuh yang kurang dari kebutuhan. Dari data penjaringan yang dilakukan oleh petugas Puskesmas Kedungmundu tersebut, penderita anemia anak usia sekolah terbanyak adalah di Sekolah Dasar Tandang 03. Kekurangan zat bezi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat lupa. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan produktifitas kerja. Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi (Wiwik, 2008).
Mengacu pada hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan analisis faktor – faktor yang berhubungan dengan anemia pada anak usia sekolah di SD Tandang 3 Wilayah Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari kegiatan penjaringan yang dilakukan oleh UPTD Puskesmas Kedungmundu bahwa penderita anemia anak usia sekolah terbanyak adalah di Sekolah Dasar Tandang 03 Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Maka dapat disimpulkan jika penderita anemia pada anak usia sekolah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih terjadi pada status kesehatan anak kota Semarang.
Masalah Anemia membutuhkan penanggulangan yang tepat maka tindakan yang dilakukan akan tepat bila diketahui prioritas masalah dari berbagai faktor – faktor yang menyebabkan anemia khususnya pada anak usia sekolah. Oleh karena itu penulis akan melakukan penelitian untuk menganalisis faktor – faktor apakah yang berhubungan dengan anemia anak usia sekolah di SD Wilayah Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
5
C. Tujuan penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan anemia anak usia sekolah di SD Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.
2.
Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan faktor pengetahuan tentang anemia pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. b. Mendiskripsikan faktor pendapatan perkapita orang tua anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. c. Mendiskripsikan faktor asupan protein pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. d. Mendiskripsikan faktor penyakit infeksi cacingan pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. e. Mendiskripsikan kejadian anemia pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. f. Menganalisis hubungan faktor pengetahuan tentang anemia dengan anemia pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. g. Menganalisis hubungan faktor pendapatan perkapita orang tua anak dengan kejadian anemia pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. h. Menganalisis hubungan faktor Asupan protein dengan kejadian anemia pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. i. Menganalisis hubungan faktor penyakit infeksi kecacingan dengan kejadian anemia pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu kota Semarang.
6
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah : 1. Manfaat Keilmuan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya tentang anemia. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang faktor yang berhubungan
dengan anemia anak usia
sekolah. c. Peneliti akan memperoleh tambahan pengetahuan dan dengan hasil ini, dimungkinkan untuk dapat lebih didalami lagi dan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti - penelitian selanjutnya tentang anemia. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat untuk Puskesmas Sebagai salah satu acuan untuk menentukan langkah – langkah strategis dalam upaya promotif dan preventif khususnya dalam pelaksanaan program pada anak tentang penanggulangan anemia pada anak usia sekolah. b. Manfaat untuk Sekolah Memberikan gambaran tentang efek kejadian anemia terhadap proses belajar mengajar dan prestasi belajar anak didiknya. c. Manfaat untuk profesi keperawatan Sebagai bahan pustaka dalam rangka menambah informasi tentang ilmu keperawatan , khususnya mengenai anemia pada anak usia sekolah. d. Manfaat untuk Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya kepada orang tua anak tentang pentingnya zat besi bagi pertumbuhan , kecerdasan anak – anak dan pemenuhan zat besi khususnya pada anak usia sekolah.
7
E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang diambil dalam penelitian ini adalah bidang ilmu keperawatan komunitas.
F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti Judul (Tahun)
Desain Penelitian
Sample
Hasil
Christien isdaryanti (2007 )
Asupan energi protein, status gizi, dan Prestasi belajar anak sekolah dasar Arjowinangun I Pacitan
observasional dengan pendekatan kuantitatif, sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah croos sectional
Sampel sebayak 63 responden dengan metode Proportional Random sampling
1. ada hubungan antara asupan energi dan status gizi di Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan. (p value 0,000) 2. ada hubungan antara asupan energi dan status gizi di Bimomartani Sleman ( p value 0,000) 3. ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar di Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan. ( P value 0,000)
Agustaria ginting ( 2009)
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Kecacingan pada anak sekolah dasar di desa Tertinggal kecamatan pangururan Kabupaten samosir Tahun 2008
jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional.
Sampel sebanyak 202 responden dengan metode total sampling
1. Tidak ada Hubungan yang bermakna secara statistik antara umur responden dengan kejadian Kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 40 ( p value 0,05 ) 2. Tidak ada Hubungan yang bermakna secara statistik antara jenis kelamin dengan kejadian Kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 41 ( P value 0,05 ) 3. Tidak ada Hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor kepemilikan jamban dengan Kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar
8
Veni Indrawati ( 2004)
Pengaruh anemia terhadap konsentrasi belajar Anak sekolah dasar
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimental dengan Menggunakan bentuk design Non equivalen Pretest-Posttest Control Group Design dan Dilakukan secara Double Blind..
Sampel sebanyak 30 responden teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling
di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. ( P value 0,05) 4. Tidak ada Hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor tempat biasa pembuangan Tinja dengan kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. ( P value 0,05 ) 5. Ada Hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor personal higiene dengan Kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 44 ( P Value 0,05 ) 6. Ada Hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor frekuensi makan obat cacing Dengan kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 45 ( P Value 0.05 ) 1 tidak ada perbedaan konsentrasi belajar sesudah suplementasi ( P Value 0,05 )
9
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu pada tabel keaslian di atas adalah :
1. Penelitian Christien isdaryanti ( 2007 ) menggunakan variabel Asupan energi protein, status gizi, dan Prestasi belajar anak . Sedangkan penelitian ini mengguanakan variabel pengetahuan, faktor pengetahuan faktor pendapatan, faktor asupan protein , faktor penyakit infeksi dan kejadian anemia . 2. Penelitian Agustaria ginting ( 2009) menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kolerasi dengan metode survei . 3. Penelitian Veni Indrawati ( 2004) menggunakan variabel Pengaruh anemia terhadap konsentrasi belajar Anak sekolah dasar. Sedangkan Sedangkan penelitian ini mengguanakan variabel pengetahuan, faktor pengetahuan faktor pendapatan, faktor asupan protein , faktor penyakit infeksi dan kejadian anemia .