BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan survei yang dilakukan oleh United Nations Development Program ( UNDP ) pada 2007, menempatkan Human Development Index ( HDI ) Indonesia pada ranking 107 dari 117 negara. Tiga indikator dalam peningkatan HDI ini antara lain indeks kesehatan, indeks perekonomian, dan indeks pendidikan. Dengan tidak mengesampingkan kedua indikator yang lain, indeks pendidikanlah yang perlu mendapat suatu perhatian khusus karena berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia yang secara terus menerus berkembang dari waktu ke waktu dan yang nantinya juga sangat berpengaruh pada bidang kesehatan dan ekonomi. Maka dari itu, untuk mewujudkan adanya pendidikan yang berkualitas, pemerintah telah mengeluarkan UU. No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi pendidikan nasional untuk melanjutkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global. Dewasa ini, dunia sedang menghadapi tantangan yang berat yang merupakan konvergensi (menuju pada satu titik pertemuan) dari berbagai dampak globalisasi. Berbagai masalah sebagai dampak globalisasi hanya dapat diatasi dengan solusi yang berbasis pengetahuan ( knowledge based solution ). Seperti yang diungkapkan oleh Presiden RI dalam rapat terbatas bidang pendidikan bahwasannya pembangunan pendidikan nasional dijalankan untuk membangun human capital, sumber daya manusia yang cerdas, memiliki daya saing tinggi dan berkepribadian tangguh. Demikian pentingnya peran penguasaan pengetahuan dalam penentuan daya saing suatu bangsa, sehingga kontribusi terhadap peningkatan daya saing suatu bangsa dijadikan sebagai kebijakan dasar utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sehubungan dengan hal ini maka pemerintah perlu menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat menengah yang memiliki kemampuan berstandar.
1
2
Dalam mempersiapkan SDM di tingkat menengah ini, pemerintah menitikberatkan pada pendidikan kejuruan yang akan menghasilkan tenaga-tenaga terampil (teknisi) yang produktif, yang memiliki kebiasaan berpikir rasional, bekerja tepat waktu (disiplin), bekerja secara terstandar yang berkaitan dengan standar mutu, dan memiliki komitmen untuk bersaing secara sehat. Dengan mengkondisikan hal tersebut maka pemerintah menempatkan pendidikan kejuruan pada posisi yang tinggi. Sebagai contoh, pemerintah kota Solo telah mencanangkan Solo sebagai kota kejuruan ( Vocational City ). Vokasi dapat sebagai wujud dari perluasan akses pendidikan, yang artinya adalah upaya agar semua anak mempunyai kesempatan mengenyam pendidikan sehingga tercipta keadilan dalam pendidikan. Perluasan akses pendidikan di tingkat sekolah menengah dilakukan dengan mengubah rasio antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan 60 : 40. Vocational city dalam mengembangkan pendidikan kejuruan bertumpu pada empat pokok pilar yaitu, training and education, human resources development, techno park, serta production and investment. Training and education diwujudkan dalam penambahan jumlah program keahlian dengan target persentase siswa SMK lebih besar dari SMA, yaitu 60% untuk SMK dan 40% untuk SMA, serta peningkatan kualitas pembelajaran di SMK menuju ketersiapan tenaga kerja di level teknisi yang berkualitas. Human resources development, terwujud melalui peningkatan sumber daya manusia, di antara pendidik dengan instruktur, penanganan anak putus sekolah melalui carrier center, pelatihan entrepreneur dan pelatihan lainnya. Production and investment, dilakukan dalam bentuk peningkatan kerja sama dengan industri, baik di dalam maupun di luar negeri, membuka peluang investor asing, penyaluran tenaga terampil melalui Bursa Kerja Sekolah ( BKS ), dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan kejuruan. Techno park, difungsikan sebagai teaching factory ( suatu instalasi yang dapat digunakan untuk melakukan perakitan produk atau pelayanan jasa lainnya yang dilakukan oleh para siswa SMK ), pengembangan inovasi pendidikan, pengembangan program keahlian, serta untuk menumbuhkan Tempat Uji Kompetensi ( TUK ) bagi para guru dan siswa. Dengan demikian,
3
Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan akan dapat mendongkrak kualitas lulusannya untuk dapat memenuhi kebutuhan dunia kerja global. Sebagai bentuk partisipasi Sekolah kejuruan didalam menyiapkan tenaga-tenaga terampil dalam dunia industri yang memiliki kemampuan berstandar adalah diperolehnya sebuah pengakuan dari suatu badan/lembaga internasional yang disebut ISO. ISO sendiri sebagai badan standar mutu internasional telah banyak dipakai di perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang produk. Akan tetapi, sekolah kejuruan bukanlah sebuah instansi penghasil produk, melainkan mencetak tenaga-tenaga terampil yang produktif untuk selanjutnya dipersiapkan dalam dunia industri. Oleh karena itu, dengan persaingan yang semakin ketat, sekolah kejuruan berusaha untuk bisa mendapatkan pengakuan sistem manajemen kualitas ini. Pemakaian standar manajemen mutu ISO, dalam hal ini ISO 9001 : 2000 di sekolah kejuruan, dijadikan acuan oleh sekolah tersebut untuk dapat mengakses kemampuan organisasinya dalam memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturanperaturan yang sesuai. Oleh karena ISO 9001:2000 bukan standar produk, tetapi merupakan standar sistem manajemen kualitas, bagaimanapun produk yang dihasilkan dengan sistem manajemen internasional akan berkualitas baik. Begitu juga dengan SMK yang menerapkan sistem manajemen ini, produk yang dihasilkan yaitu teknisi menengah akan siap bersaing dan tidak diragukan lagi kemampuannya di industri. Dengan berorientasi pada kualitas lulusan yang dihasilkan oleh SMK itu sendiri, maka beberapa cara atau langkah-langkah ditempuh untuk meningkatkan kemampuan atau keahlian produktif siswa tersebut seiring dengan sistem manajemen mutu yang diberlakukan. Kemampuan produktif atau kejuruan yang disediakan oleh sekolah kejuruan disesuaikan dengan permintaan pelanggan bukan atas kapasitas ruang. Hal ini menjadi bukti bahwa peran institusi pasangan di dalam membantu sekolah kejuruan dalam menghasilkan tenaga terampil tingkat menengah sangat besar. Selain itu materi yang diajarkan kepada peserta didik dalam bentuk kompetensi yang bermanfaat bagi peserta didik dalam bermasyarakat yang dapat
4
menumbuhkan peserta didik menjadi manusia yang cerdas dan menjadi pekerja tingkat menengah yang kompeten sesuai dengan standar kompetensi dunia kerja. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik suatu pernyataan bahwasannya pemakaian standar mutu ISO 9001 : 2000 di Sekolah kejuruan mempunyai andil besar dalam mencetak dan menyiapkan tenaga-tenaga terampil yang dibutuhkan oleh dunia industri dan mampu bersaing dalam kehidupan global. Maka dari itu tertarik dengan hal tersebut, dalam penyusunan skripsi sebagai syarat kelulusan jenjang pendidikan strata 1 ( satu ), penulis mengangkat judul “ Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Dalam Rangka Peningkatan Kemampuan Produktif Siswa Serta Daya Serap Di Dunia Industri “ ( Studi kasus di SMK Sakti Gemolong ).
B. Pembatasan Masalah Supaya penelitian lebih terarah dan tidak melebar peneliti akan membatasi permasalahan penelitian hanya dalam ruang lingkup sekolah saja (internal) dengan informan yang telah ditentukan, oleh karena keterbatasan waktu dan biaya maka penelitian yang dilakukan di DU/DI (ekternal) tidak dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, bagaimana mereka memandang tentang : 1. Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 2. Kemampuan produktif para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 3. Relevansi tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri.
C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana langkah-langkah pihak Sekolah Menengah Kejuruan untuk meningkatkan kemampuan produktif (kejuruan) para siswa dalam rangka implementasi SMM ISO 9001:2000 ?
5
2. Apakah tamatan yang dihasilkan telah relevan dengan kebutuhan industri pada saat sekarang ini dengan standar mutu yang telah dimiliki oleh Sekolah Menengah Kejuruan ? 3. Faktor-faktor penghambat apa saja yang dihadapi oleh Sekolah Menengah Kejuruan dalam meningkatkan kemampuan produktif (kejuruan) siswanya dan bagaimana cara mengatasinya ?
D. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai di dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui langkah-langkah yang ditempuh oleh Sekolah Menengah Kejuruan dalam meningkatkan kemampuan produktif siswanya dalam rangka implementasi SMM ISO 9001:2000. 2. Untuk mengetahui apakah tamatan yang dihasilkan telah relevan dengan kebutuhan industri pada saat sekarang ini. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam meningkatkan kemampuan produktif siswa dan bagaimana mengatasinya.
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan dan sebagai bahan acuan bagi penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini dapat memberikan masukan bagi Sekolah Menengah Kejuruan dalam rangka kontribusinya dalam menghasilkan lulusan atau teknisi tingkat menengah yang siap bersaing di dunia industri.
6