BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Definisi pendidikan menurut Sisdiknas No.20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, yang nantinya diharapkan pendidikan itu seharusnya. Pendidikan merupakan proses terus menerus, tidak berhenti. Di dalam proses pendidikan ini, keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia yang terlibat dalam pendidikan ini adalah subyek dari pendidikan. Karena merupakan subyek dalam pendidikan, maka dituntut suatu tanggung jawab agar tercapai suatu hasil pendidikian yang baik. Jika memperhatikan bahwa manusia sebagai subyek dan pendidikan meletakkan hakikat manusia pada hal yang terpenting, maka perlu juga diperhatikan otonomi pribadi. Melalui pendidikan, manusia menyadari hakikat dan martabatnya didalam relasinya yang tak terpisahkan dengan alam lingkungannya dan sesamanya. Pendidikan sebenarnya mengarahkan manusia menjadi insan yang sadar diri dan sadar lingkungan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada dasarnya merupakan suatu tindakan nyata yang dilakukan guru dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan prestasi belajar siswa di kelasnya. Pada mata pelajaran sejarah di sekolah, memiliki persepsi yang kurang baik. Pengamatan awal terhadap kondisi belajar sejarah pada siswa keals X IIS 1 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017, menunjukkan bahwa belum semua siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 70. Dari 22 siswa kelas X IIS 1, baru 58,8% yang mencapai KKM dan 41,2 % belum mencapai KKM.
1
Minat siswa dalam belajar sejarah sangat rendah. Kecenderungan yang muncul adalah sejarah tidak memiliki manfaat atau kegunaan dan hanya mengingat-ingat masa lalu. Selain itu penempatan jam pelajaran menjadi salah satu alasan siswa enggan untuk belajar sejarah karena sejarah ditempatkan di akhir jam pelajaran, yang menjadikan siswa tidak fokus dalam belajar karena para siswa dihadapkan dengan keinginan untuk segera pulang. Kejenuhan siswa pada pembelajaran sejarah, dapat juga disebabkan oleh pola mengajar gurunya. Dalam hal ini guru menyampaikan materi secara monoton, dengan cara berceramah dan sangat minim menggunakan media, sehingga siswa menjadi bosan dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Tahap awal untuk meningkatkan pendidikan khususnya pada mata pelajaran sejarah adalah membuat metode belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga siswa tidak ada rasa bosan dan malas untuk mengikuti pelajaran sejarah di dalam kelas. Dengan semakin berkembangnya IPTEK pada saat ini, maka dapat diciptakan suasana belajar yang lebih efektif dengan menggunakan berbagai macam media yang telah disediakan saat ini. Kemajuan IPTEK dapat lebih menunjang minat belajar sejarah pada siswa dengan tindakantindakan yang positif seperti mencari informasi melalui internet atau membaca buku online. IPTEK lebih memudahkan guru untuk menarik minat belajar sejarah dengan menggunakan media yang menarik berbasis Multimedia. Kondisi yang menyenangkan seperti itu siswa dapat lebih berkreatif dalam belajar dan tidak membenci pelajaran sejarah, karena banyak tanggapan bahwa sejarah adalah pelajaran yang membosankan dan membuat siswa mengantuk di kelas. Pembelajaran sejarah akan menjadi lebih menarik jika siswa dapat merasakan serta terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebenarnya banyak materi sejarah yang sangat dekat dengan kehidupan siswa, sehingga siswa bisa menyadari bahwa sejarah sangat berguna bagi kehidupannya. Dalam pembelajaran sejarah, ada salah satu materi yang dapat diaplikasikan atau dipraktekkan oleh siswa yaitu tentang penelitian sejarah. Dalam menghadapi siswa
2
SMA dalam mengajar sejarah, siswa SMA cenderung sudah memiliki nalar yang kuat dan sejarah harus diberikan secara kritis. Mereka diharapkan sudah bisa berpikir mengapa sesuatu terjadi, apa yang sebenarnya yang akan terjadi, dan ke mana arah kejadian-kejadian itu. Di tingkat Universitas, sejarah diberikan secara akademis. Biasanya akan diajarkan sejarah perubahan masyarakat, supaya mahasiswa (1) mempunyai gambaran tentang latar belakang masyarakat yang sedang dibicarakan, (2) mempunyai gambaran tentang kesinambungan dan perubahan, dan (3) dapat mengantisipasi perubahan yang akan terjadi supaya dengan ilmunya mereka dapat melihat perkembangan. Selain perbedaan dalam pendekatan untuk tiap tingkatan, sejarah juga harus diberikan seperti “orang menenun”. Ibarat menenun benang, sejarah harus disampaikan jalur atas bawah dan kolom ke samping kanan kirinya, atau dimensi waktu (temporal) dan dimensi ruangnya (spatial, bahasa Latin spatium berarti ruang), atau aspek proses (bahasa Latin processus berarti berjalan maju), dan aspek strukturnya (bahasa Latin structura berarti bangunan), atau segi diakronis (bahasa Latin dan Yunani dia berarti melampaui, bahasa Yunani cbronos berarti waktu) dan sinkronisnya
(bahasa
Yunani
syncbronus
berarti
terjadi
secara
bersamaan).( Kuntowijoyo, 1995:4) Penelitian adalah suatu proses pengkajian secara mendalam yang dilakukan terhadap suatu objek dengan menggunakan suatu metode tertentu. Jadi penelitian sejarah adalah proses pengkajian objek sejarah, baik peristiwa, tokoh, ataupun masyarakat.dalam konteks pembelajaran sejarah di sekolah, praktek sejarah dapat dilakukan oleh siswa. Objeknya tentu saja yang di dekat dalam ruang lingkup sekolah, contohnya siswa dapat meneliti sejarah tentang perkembangan sekolahnya; membuat biografi tentang guru yang di idolakan; dan permasalahan yang ada dalam sekolahnya. Tidak hanya terbatas dalam ruang lingkup sekolah saja namun siswa juga dapat meneliti dalam silsilah keluarga mereka. Menurut peneliti, ada banyak cara untuk siswa agar pembelajaran sejarah menjadi menarik, antara lain:
3
1. Menggunakan metode dan strategi yang bervariasi agar lebih menarik. 2. Membuat siswa sibuk dalam pembelajaran. 3. Mengatur pola pembelajaran dengan berdiskusi bersama teman sebangku, sedangkan guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat
memecahkan
masalah
yang
sedang
dihadapi
dalam
pembelajaran, kemudian siswa diminta untuk memaparkan tentang hasil pemecahan masalah tersebut. (a) Guru tidak boleh memarahi siswa jika siswa tersebut melakukan kesalahan, tetapi guru memberikan arahan yang benar tentang pokok persoalan yang akan dibahas. (b) Siswa diajarkan untuk bertanya dan bersikap terbuka dalam pembelajaran, sehingga guru dapat menemukan sampai dimana pemahaman siswa tersebut. (c) Siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran sejarah dan bebas untuk memaparkan pendapat di dalam kelas. Sistem pembelajaran yang dikembangkan di Indonesia dewasa ini khususnya pada Kurikulum 2013 hampir seluruh sekolah di Indonesia telah menerapkannya, menuntut
siswa
agar lebih
aktif dalam
pembelajaran sejarah dan siswa diharapkan mampu mengolah materi yang telah diberikan oleh guru di kelas. Sesungguhnya keaktifan belajar yang tergolong rendah dalam pembelajaran sejarah terjadi karena metode yang digunakan kurang melibatkan siswa langsung dalam pembelajaran sehingga siswa enggan mengikuti pembelajaran sejarah. Proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru mengakibatkan siswa malas untuk belajar, karena guru cenderung memberi ceramah pada siswa dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat terbatas, akibatnya menimbulkan dampak pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Melibatkan
siswa
secara
maksimal
dalam
pembelajaran
merupakan cara yang akurat untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan, guru sangatlah berperan penting dalam proses belajar mengajar yang berkarakter. Pendidikan karakter bertujuan untuk membangun pola pikir, sikap, dan perilaku peserat didik agar menjadi pribadi yang positif,
4
berakhlak kharimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab.Dalam konteks pendidikan, pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi positif dan berakhlak kharimah sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (Fitri, Agus Zaenul 2012:22).Peranan guru dalam pendidikan karakter tidak hanya berhubungan dengan mata pelajaran, tetapi juga menempatkan dirinya dalam seluruh interaksinya dengan kebutuhan, kemampuan, dan kegiatan siswa.Guru juga harus memilih bahan-bahan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan.Secara institusional, sekolah merupakan lingkungan yang khusus karena memiliki peran dan fungsi yang khusus pula. Fungsi khusus itu antara lain: (1) menyediakan lingkungan yang disederhanakan. Tidak mungkin memasukkan semua karakter dan peradaban manusia yang sangat kompleks itu disekolah. Oleh karena itu, sekolah merupakan lingkungan masyarakat yang disederhanakan; (2) membentuk masyarakat yang akan datang yang lebih baik; (3) mencari keseimbangan dari bermacam-macam unsur yang ada di dalam lingkungan (Fitri, Agus Zaenul 2012:27-28). Sistem pembelajaran pada kelas X IIS 1 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga masih sangat monoton, hal itu terlihat pada guru yang secara keseluruhan menggunakan teknik ceramah sehingga siswa malas untuk mengikuti proses belajar mengajar. Siswa harus dituntut untuk aktif dalam pembelajaran agar hasil belajarnya bisa meningkat dan pembelajaran sejarah bisa menarik minat siswa. Mengingat pentingnya partisipasi siswa dalam hasil belajar, maka guru diharapkan dapat menciptakan situasi yang lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga hasil belajar siswa kelas X IIS 1 bisa meningkat. Dengan memperhatikan uraian diatas, maka peneliti memberikan alternatif dengan menggunakan metode Quiz Team. Pembelajaran aktif merupakan salah satu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang mereka lakukan (Suyatno, 2009:107). Pembelajaran Quiz Team merupakan salah satu
5
pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Siberman dimana siswa dibagi menjadi tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban dan tim yang lain menggunakan waktu untuk memeriksa catatan. Dengan adanya pertandingan akademis seperti ini terciptalah kompetisi dasar antar kelompok, para siswa senantiasa berusaha belajar dan memiliki motivasi yang tinggi agar dapat meningkatkan minat belajar sehingga dapat lebih meningkatkan hasil belajar sejarah. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan
Penelitian
Tindakan
Kelas
dengan
judul
“Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Quiz Team pada siswa kelas X IIS 1 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Tahun Pelajaran 2016-2017”.Dengan penelitian ini, siswa diharapkan mampu meningkatkan hasil belajarnya dan dapat menciptakan
suasana
belajar
menjadi
menyenangkan
dengan
menggunakan metode pembelajaran Quiz Team. B. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa identifikasi masalah yaitu bahwa di kelas X IIS 1 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran sejarah masih tergolong rendah. Berikut ini adalah beberapa penyebab hasil belajar siswa rendah: 1. Kurang terlibatnya siswa dalam proses pembelajaran. 2. Metode yang digunakan masih menggunakan ceramah sehingga siswa merasa bosan. 3. Materi yang terlalu banyak sehingga siswa merasa terbebani. 4. Minat belajar siswa yang tergolong rendah. 5. Hasil belajar yang diperoleh belum sesuai dengan apa yang diharapkan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan:Apakah peningkatan hasil belajar Sejarah dapat
6
diupayakan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery dengan metode Quiz Team pada siswa kelas X IIS 1 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Tahun Pelajaran 2016-2017. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar sejarah dengan menggunakan model pembelajaran Discovery dengan metode Quiz Team pada siswa kelas X IIS 1 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Tahun Pelajaran 2016-2017. E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1. Manfaat secara teoritis yaitu: a. Penelitian ini berguna untuk ilmu pengetahuan dimana guru dalam melakukan pembelajaran di kelas dapat menggunakan teknik dalam memecahkan masalah siswa yang pasif. Penelitian ini juga dapat mempermudah dan membantu guru dalam mengajar. b. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan menambah wawasan serta referensi dalam bidang pendidikan. c. Dapat dijadikan acuan dalam penelitian di sekolah. 2. Manfaat secara praktis yaitu: a. Bagi Siswa Dalam proses pembelajaran siswa diharapkan lebih aktif dan dapat memotivasi diri sendiri dalam belajar. b. Bagi Guru 1) Guru dapat menerapkan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. 2) Guru dapat mengembangkan metode dan model pembelajaran yang tepat dan menarik. 3) Guru dapat meningkatkan profesionalisme melalui Penelitian Tindakan Kelas. c. Bagi Sekolah 1) Meningkatnya
kualitas
pembelajaran
(
KBM
)
yang
dilaksanakan di sekolah.
7
2) Meningkatnya kompetensi siswa dan prestasi bagi sekolah. 3) Meningkatnya profesionalisme guru sekaligus memberikan sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan ditingkat SMA.
8