1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan suatu media pengungkapan kembali pengalaman dan pengamatan pengarang tentang realitas kehidupan manusia dengan segala persoalannya. Pengarang menuangkan ide, daya kreasi, imajinasi, ekspresi kejiwaan dalam tulisan yang mampu menghadirkan perwatakan tokoh sehingga karya sastra menjadi hidup dan sampai kepada pembaca selaku penikmat karya sastra. Kekuatan karya sastra dapat dilihat seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu kedalam sebuah cipta rasa. Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya, menaruh minat terhadap kemanusiaan, dan realitas kehidupan. Hasil karya sastrawan diharapkan mampu memberikan kepuasan batin, emosional dan kepuasaan intelektual. Kadang-kadang karya sastra tidak mampu dinikmati dan dipahami sepenuhnya oleh pembaca karena pemahaman karya sastra multitafsir. Tiga komponen penting yang harus ada dalam karya sastra yaitu, pengarang, pembaca dan karya sastra itu sendiri. Pengarang mengungkapkan ideide permasalahan atau pesan-pesan moral yamg ingin di sampaikan kepada pembaca atau masyarakat penikmat karya sastra tersebut. Konflik yang ada dalam karya sastra sering mengangkat permasalahan-permasalahan sosial yang terdapat dalam realitas kehidupan masyarakat. Permasalahan tersebut disajikan melalui jalan cerita dan tokoh-tokohnya dengan kreativitas dan imajinasi pengarang. commitdaya to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Meskipun tokoh dalam cerita merupakan cerita fiksi. Sebuah karya sastra dapat tercermin pula nilai-nilai karakter melalui gagasan pengarang, latar belakang sosial yang mendasari penciptaan karya sastra tersebut maupun amanat. Setiap manusia mempunyai watak, temperamen, pengalaman, pandangan dan perasaan sendiri yang berbeda dengan lainnya. Pertemuaan antar manusia yang satu dengan yang lain tidak jarang menimbulkan konflik, baik konflik antar individu, kelompok maupun anggota kelompok lain. Faktor tersebut karena kompleknya manusia yang sering mengalami konflik dalam dirinya atau konflik batin sebagai reaksi terhadap situasi sosial dalam lingkungannya. Dengan kata lain, manusia selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan hidup. Manusia dalam menghadapi persoalan hidupnya tidak terlepas dari jiwa manusia itu sendiri. Jiwa disini meliputi pemikiran, pengetahuan, tanggapan, khalayak dan jiwa itu sendiri. Kejiwaan yang dialami manusia khususnya masyarakat sekarang ini memiliki kaitan erat dengan kejiwaan para tokoh yang ada dalam drama seperti kebutuhan makan, minum, ingin dihargai, membutuhkan rasa aman, sampai aktualisasi diri. Hal ini dapat diamati dengan memanfaatkan pengetahuan psikologi sastra untuk mengkaji aspek kejiwaan para tokoh-tokoh dalam sebuah drama. Tokoh yang mengalami konflik dalam sebuah drama akan berimbas tatanan psikologis atau kejiwaan seorang tokoh dan dapat mempengaruhi watak serta tingkah laku tokoh itu sendiri. Seorang tokoh yang mengalami konflik akan mengalami gangguan psikis yang disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari persinggungan antar tokoh sampai pada kondisi kehidupan tokoh itu sendiri. Hal itulah yang mengakibatkan konflik antar tokoh maupun dengan dirinya sendiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Karya sastra terdiri dari berbagai macam salah satunya adalah drama. Drama merupakan salah satu karya sastra yang diperankan oleh beberapa pemain. Kata drama berasal dari bahasa Yunani “draomai “ yang berarti bertindak, berbuat, bereaksi, dan berlaku. Pengertian drama secara umum yaitu sebuah karya sastra berbentuk dialog yang diperagakan dengan maksud untuk dipertunjukan atau dipentaskan oleh beberapa pemain. Budianto, dkk (2000) mengatakan drama merupakan genre sastra dimana penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya percakapan atau dialog diantara tokoh yang ada. Seni Handayani, drama merupakan bentuk komposisi berdasarkan dua cabang seni, seni sastra dan seni pertunjukan sehingga drama dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk tertulis dan drama dipentaskan. Hal serupa juga dipaparkan oleh Sangidu (2007:45) bahwa drama pada dasarnya ditulis untuk dipentaskan dan bukan untuk dibaca, sehingga ketika membacanya kita pun biasanya langsung membayangkan seolah-olah berlangsung dihadapan kita. Drama termasuk cerita fiksi yang di dalamnya terkandung nilai estetik. Penuh dengan syarat pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktural yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetil (Wallek dan Waren, dalam Burhan Nurgiyanto, 2010 :3). Pelopor naskah drama yang masih menggunakan bahasa Jawa dalam dialognya sangat banyak salah satunya adalah Andy Sri Wahyudi. Beliau merupakan sastrawan yang berhasil menciptakan naskah drama yang sudah dijadikan dalam bentuk buku yang berjudul Mak, Ana Asu Mlebu Omah. Beliau commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga terkenal sebagai tokoh unik di dunia kesenian Yogyakarta. Dia sangat aktif di kalangan seni pertunjukan kontemporer, terutama dalam kegiatannya pertunjukan pantomim, dan sebagai tokoh sentral grup Bengkel Mime Theater. Di dalam bukunya terdapat 3 naskah drama salah satunya Lelakon „urip dilakoni kanthi waras lan trengginas‟ di sini Andy Sri Wahyudi mencoba menggambarkan kegilaan jaman sekarang dimana setiap manusia selalu mempunyai persoalan kehidupan sendiri-sendiri tergantung bagaimana cara orang itu menyikapinya dengan dijalani menggunakan kringat dan pikiran yang jernih, dan juga dalam naskah drama lelakon ini memberi anjuran supaya kehidupan orang masingmasing dilakoni kanthi waras lan trenggginas. Penelitian tentang aspek kejiwaan terhadap karya sastra merupakan bentuk pemahaman dan penafsiran karya sastra dari prsepektif kejiwaan. Peneliti dapat mengamati kejiwaan tokoh-tokoh dalam sebuah roman atau drama dengan memanfaatkan ilmu psikologi, khusunya psikologi sastra. Tujuan psikologi sastra ialah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Psikologi sastra sedapat mungkin mengungkap jiwa yang terpendam. Jika sastrawan akan sangat kental, merasuk dalam seluruh aspek sastra. Psikologi lahir untuk mempelajari kejiwaan manusia, yakni manusia sebgai objek penelitian psikologi sastra, sastra lahir di masyarakat, pengarang hidup di tengah-tengah masyarakat dan pengarang mencitapkan karya sastranya termasuk tokoh yang ada di dalamnya. Tokoh yang diciptakan secara sadar atau tidak sadar oleh pengarang memiliki muatan kejiwaan yang timbul dari proyeksi pelaku yang ada dalam masyarakat.
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunkan cipta, rasa dan karsa dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak lepas dari kejiwaan masing- masing. Karya sastra dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek - aspek kejiwaan melalui tokoh - tokoh. Untuk menerapkan kajian psikologi sastra Roekhan (1990:96-97) menyarakan agar mengikuti beberapa tahapan, yakni (1) mencari dan menentukan tokoh cerita yang akan
dikaji,
(2)
mengidentifikasikan
menelusuri perilaku
perkembangan sang
tokoh
karakter dan
sang
tokoh,
mendeskrepsikan
(3) serta
mengklasifikasi, (4) mengidentifikasi lingkungan yang telah membentuk perilakunya, dan (5) menghubungkan perilaku yang muncul dengan lingkungan yang melatarinya. Penelusuran karakter tokoh, dialog sang tokoh dan pikiran sang tokoh. Konsep inilah yang akan menjadi landasan untuk membedah naskah drama Lelakon. Psikoanalisis Sigmund Freud adalah pilihan utama dalam menganalisis naskah drama “lelakon”. Teori kepribadian dibagi menjadi tiga yaitu, pertama, id atau es; kedua, ego atau ich; ketiga, super ego atau upper ich. Isi id adalah dorongan - dorongan primitife yang harus dipuaskan, salah satu contohnya adalah libido. Id dengan demikian merupakan kenyataan subyektif primer, dunia batin sebelum individu memiliki pengalaman tentang dunia luar. Ego bertugas untuk mengontrol ego, sedangkan super ego berisi kata hati Sigmund Freud (dalam Ratna, 2008:62-63). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
Penelitian terhadap objek naskah Lelakon karya Andy Sri Wahyudi ini sangat menarik karena terdapat berbagai unsur, yang pertama pengarang Andy Sri Wahyudi merupakan pengarang naskah drama yang sudah terkenal terutama di daerah Yogyakarta. Beliau seorang sastrawan yang juga mendirikan grup bengkel Mime Theatre. Naskah-naskah dramanya pun sudah banyak yang dipentaskan baik di theatre milik sendiri atau theatre-theater yang lain. Kedua, naskah drama Lelakon ini mempunyai sejarah tersendiri dalam pembuatannya. Si pengarang Andy Sri Wahyudi membuat naskah drama tersebut untuk menuliskan sejarah kampungnya dalam bentuk karya-karya baru sebagai kesaksian sekaligus untuk menyemangati kehidupan orang-orang kampung yang telah remuk. Naskah Lelakon (urip kudu dilakoni kanthi waras lan trengginas) merupakan respon kreatif pertama atas apa yang telah dikerjakan oleh orang-orang itu. Tujuannnya adalah biar warga tetap bekerja, anak-anak sekolah, dan kehidupan kampung bisa berjalan semestinya. Tokoh-tokohnya pun juga menarik untuk diteliti dari segi aspek kejiwaannya. Hal itu karena di dalamnya memuat aktivitas atau konflik kejiwaan (batin). Keinginan, maupun obsesi antar tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Aktivitas atau konflik kejiwaan antar tokoh dalam drama Lelakon akan menjalin sebuah konflik yang membangun cerita semakin hidup.naskah drama “Lelakon (urip dilakoni kanthi waras lan trengginas)” membahas tentang kondisi sosial yang ada di lingkungan sekitar dimana setiap orang hidup akan menghadapi berbagai masalah dengan lakon masing-masing, tapi dijalani dengan sungguh – sungguh pantang menyerah dan mengunakan keringat serta pikiran yang jernih. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Naskah lelakon ini juga memberikan sedikit nasihat agar kehidupan dijalani dengan hati-hati karena jalan hidup kita yang menentukan kita sendiri. Penelitian ini juga didukung dengan penelitian - penelitian yang sejenis atau hampir sama, yakni penelitian yang berjudul Aspek Kejiwaan Tokoh dalam Cerbung Watesing Kesabaran Karya Tiwiek SA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra). Penelitian ini dilakukan oleh Fahrur Rozi pada tahun 2014 yang bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang terdapat dalam Cerbung Watesing Kesabaran karya Tiwiek SA, mendeskripsikan potret dinamika kejiwaan tokoh-tokoh yang ada dalam Cerbung Watesing Kesabaran karya Tiwiek SA, dan mengungkapkan makna yang terkadung dalam Cerbung Watesing Kesabaran karya Tiwiek SA. Penelitian yang berikutnya juga dilakukan oleh Budi Hartanto pada tahun 2009 yang berjudul Karakteristik Pemakaian Bahasa Jawa dalam Naskah Drama Leng dan Tuk
karya Bambang Widoyo Sp. Penelitian ini bertujuan untuk
medeskripsikan pemanfaatan aspek bunyi dalam naskah drama Leng dan Tuk karya Bambang Widoyo Sp, Mendeskripsikan karakteristik diksi atau pemakaian kosakata dalam naskah drama Leng dan Tuk karya Bambang Widoyo Sp, dan mendeskripsikan gaya bahasa yang digunakan dalam naskah drama Leng dan Tuk karya Bambang Widoyo Sp. Berdasarkan dua penelitian yang sudah dilakukan naskah drama “lelakon” ini mempunyai keunggulan. Bahwa naskah drama Lelakon ini menggambarkan tentang kehidupan manusia yang komplek dengan masalah - masalah sosial tergantung bagaimana orang menjalaninya dan drama ini juga mampu commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggambarkan psikologis tokoh - tokohnya terutama tokoh utama Cahyadi, maka naskah drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi dianalisis menggunakan tinjauan psikologi sastra dengan judul “Aspek Kejiwaan Tokoh dalam Naskah Drama Lelakon (Urip Dilakoni Kanthi Waras lan Trengginas) karya Andy Sri Wahyudi (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah diatas, permasalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah unsur-unsur struktur yang terdiri dari premise, trilogi Aristoteles (kesatuan waktu, kesatuan kejadian, kesatuan tempat), unsur keharusan psikis (protagonist, antagonis, tritagonis,dan peran pembantu) dan plot sesuai dengan teori dramaturgi dalam membangun cerita naskah drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi ? 2. Bagaimanakah character dimensional (dimensi fisiologis, dimensi sosiologis dan dimensi psikologis)tokoh utama Cahyadi dan tokoh-tokoh yang ada dalam naskah drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi ? 3. Bagaimanakah kondisi kejiwaan tokoh utama Cahyadi dan tokoh-tokoh yang ada dalam naskah drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi ? C. Tujuan Penelitian Mengacu padarumusan masalah diatas, tujuan penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut : commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Mendeskripsikan unsur-unsur struktur yang terdiri dari premise, trilogi Aristoteles (kesatuan waktu, kesatuan tempat dan kesatuan kejadian), plot dan unsur keharusan psikis (protagonis, antagonis, tritagonis dan peran pembantu) sesuai dengan teori dramaturgi yang membangun cerita dalam naskah drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi 2. Mendeskripsikan character dimensional tokoh utama Cahyadi dan tokoh tokoh yang ada dalam naskah drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi. 3. Mendeskripsikan kondisi kejiwaan tokoh utama Cahyadi dan tokoh-tokoh yang ada dalam naskah drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi D. Pembatasan Masalah Begitu banyak kajian sastra yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini. Oleh karena itu perlu adanya batasan agar penelitian ini mengarah pada pokok persoalan dan tidak meluas sehingga penelitian ini menjadi jelas dan terarah. Pertama-tama penelitian terhadap naskah drama Lelakon ini akan dikaji terlebih dahulu unsur-unsur struktur yang membangun cerita dalam kaitannya dengan premise, character dan plot sesuai dengan teori dramaturgi yang ada dalam naskah drama Lelakon. Langkah selanjutnya menganalisis kejiwaan tokoh-tokoh yang ada dalam naskah drama Lelakon serta menganalisis kepribadian tokoh-tokoh dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Landasan Teori Pendekatan dan teori-teori yang tepat dalam melakukan sebuah penelitian sangatlah diperlukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui objek penelitian dan gambar dalam konsep penelitian 1.
Pengertian Drama Kata drama berasal dari kata Yunani, dram yang berarti gerak, atau dalam
bahasa inggris drama sebagai action atau a thing done. Demikianlah dari segi etimologisnya, drama mengutamakan perbuatan, gerak, yang merupakan ini hakikat setiap karangan yang bersifat drama. Drama adalah jenis sastra di samping jenis puisi dan prosa. Hakikat drama adalah konflik atau tikaian, karena sastra termasuk cabang kesenian, maka drama merupakan bentuk kesenian juga. Sebagai bentuk kesenian, drama sering disebut seni pertunjukan (performing art). Pertunjukkan tersebut dilakukan oleh actor dan aktris (pemain, pelaku, pemeran watak tokoh) diatas pamggung atau pentas. Tehnik pengungkapan, penggarapan dan penyajiannya dapat berwujud „gerak‟ atau‟laku, cakapan (baik dialog maupun monolog), atau penokohan (Soediro Satoto, 2012:5). Dalam The American Collage Dictionary (Tarigan, 1984) : a. Suatu karangan dalam prosa atau puisi yang menyajikan dalam dialog atau pantonim suatu cerita yang mengandung konflik atau kontras seseorang tokoh terutama sekali suatu cerita yang diperuntukan buat dipentaskan diatas panggung suatu lakon.
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Cabang sastra yang mengandung komposisi-komposisi yang sedemikian sebagai subjeknya seni atau representasi dramatik. c. Seni yang menggarap lakon-lakon mulai sejak penulisan sampai produksi terakhir d. Setiap rangkaian kegiatan yang mengandung hal-hal atau akibat-akibat yang menarik hati secara dramatik. Drama juga bisa dikatakan sebagai suatu komunikasi, situasi, action, (dan segala apa saja yang terlihat dalam pentas baik secara objektif atau subjektif, nyata atau khayalan) yang menimbulkan kehebatan, ketrenyuhan dan ketegangan perasaan pada pendengar atau penontonnya atau juga suatu bentuk cerita konflik sikap dan sifat manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan gerak (action) dihadapan pendengar dan penonton. 2.
Analisis Strukturalisme Pendekatan struktural sering juga disebut pendekatan objektif, pendekatan
formal, atau pendekatan analitik, bertolak pada asumsi bahwa karya sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal yang ada diluar dirinya. Suatu karya sastra bila akan dikaji maka hendaknya dikaji atau diteliti aspek yang membangun karya tersebut seperti tema, alur, latar, penokohan, gaya penulisan, gaya bahasa serta hubungan harmonis antar aspek yang mampu membuatnya menjadi sebuah karya sastra (Atar Semi, 1993:67)
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Analisis suatu karya sastra yang menggunakan pendekatan struktural tidak bisa ditinggalkan begitu saja, karena hal ini merupakan langkah awal yang dapat membantu peneliti dalam memberikan makna atas sebuah karya sastra yang akan dianalisis. Analisis struktural bertujuan membongkar dan memamparkan dengan cermat keterkaitan semua analisis karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh (Suwondo dalam Jabrohim, 2001:55) Usaha untuk memahami karya sastra harusberdasarkan unsur-unsur internal pembentuk karya sastra yang menghasilkan makna menyeluruh antara lain alur, penokohan, latar, tema dan amanat. Makna suatu karya sastra akan hilang apabila salah satu unsur itu dihilangkan. Robert Stanton menyatakan bahwa struktur karya sastra meliputi 3 kategori, yaitu: fakta cerita, sarana sastra dan tema. Unsur fakta cerita meliputi alur, karakter (tokoh), dan latar. Unsur dalam sarana sastra meliputi judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, ironi. Sedangkan unsur tema itu meliputi tema minor dan tema mayor. Jika dirangkum menjadi satu semua elemen ini dinamakan „struktur factual‟ atau „tingkatan faktual‟ cerita (Stanton, 2007 :22). Menurut Rahmat Joko Pradopo (1995: 108) bahwa usaha untuk memahami struktur sebagai suatu kesatuan yang utuh (tidak terpisah) seseorang harus mengetahui unsur-unsur pembentuknya yang saling berhubungan satu sama lain. Sebuah struktur terbentuk dari serangkaian unsur-unsurnya (Sangidu, 2004:16). Teori pendekatan struktural drama juga dikemukakan oleh Soediro Satoto. Teori tersebut terdiri dari tema, amanat, penokohan, alur, setting(latar), tikaian atau konflik, dan cakapan.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Teori Dramaturgi a. Pengertian Dramturgi Dramaturgi adalah ajaran tentang masalah hukum dan konvensi drama. Di dalam dramaturgi terdapat empat formula dramaturgi yakni, a. M 1.
: Menghayalkan ( disini untuk pertama kali manusia/ pengarang
menghayalkan kisah: ada inspirasi-inspirasi, ide-ide (idea). b. M 2.
: Menuliskan ( pengarang menyusun kisah yang sama (the same
idea) untuk kedua kalinya. Pengarang menulis kisah (story). c. M 3.
: Memainkan (pelaku-pelaku memainkan kisah yang sama untuk
ketiga kalinya (action). Disini actor dan aktris yang bertindak dalam stage tertentu.) d. M 4.
:
Menyaksikan ( penonton menyaksikan kisah yang sama untuk
ke empat kalinya.) Tugas dramaturgi ialah mempelajari keempat proses (4 M) tersebut. b. Konstruksi Dramatic 1. Ide kalsik Aristoteles Dalam karyanya, Poetics, Aristoteles mengetengahkan antara lain teori, analisis, dan humum puisi atau drama: commit to user a. Teori tentang komedi (suka cerita)
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
b. Teori tentang tragedy (duka cerita) c. Hukum komposisi drama yang terdiri dari atas awal, tengah, dan akhir d. Pengetahuan tentang trilogy Aristoteles: kesatuan tempat, kesatuan waktu dan kesatuan kejadian Disini juga dijelaskan dramatik plot dari teori Aristoteles dan Gustav Freytag. Jika plot dari Aristoteles terdiri dari empat bagian sedangkan Gustav Freytag terdiri dari tujuan bagian. 1. Dramatic Aristoteles a. Protasis (permulaan dijelaskan peran dan motif lakon) b. Epitaso (Jalinan Kejadian) c. Catastasis (puncak laku, peristiwa mencapai titik kluminasinya sejak 1-23 terdapat laku sedang memuncak (rising action) d. Catastrophe (penutupan) 2. Gustav Freytag a. Exposition (pelukisan) b. Complication (timbulnya kerumitan/ komplikasi diwujudkan jalinan kejadian) c. Climax commit to user d. Resolution (penguraian mulai tergambar rahasia motif)
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
e. Conclusion (kesimpulan) f. Catastrophe (bencana) g. Denaouement (penyelesaian yang baik happy ending) 2. Trilogi Aristoteles Di dalam trilogi Aristoteles ini terdapat tiga bagian, yakni kesatuan waktu, kesatuan tempat dan kesatuan kejadian. Kesalahpahaman sering terjadi terhadap penafsiran Trilogi Aristoteles sebuah lakon harus hanya berlaku 24 jam (kesatuan waktu), tidak boleh ada pergantian adegan (scene) (kesatuan tempat), harus hanya mempunyai laku (plot) yang tunggal (kesatuan kejadian). Dia hanya akan menyelidiki bagaimana drama itu disusun, dan dikemukakan dalam rangkaian komentarnya tentang kesusastraan masa itu, yaitu tercantum dalam serangkaian karangannya yang berjudul Poetics. Kesatuan waktu yang berarti pembatasan waktu terutama ditunjukan kepada tragedi yang harus berbeda dengan epik, karena epik mempunyai kebebasan waktu, sedangkan tragedi waktunya harus dibatasi. Peristiwa seluruhnya terlaksana dalam satu tempat saja. Meski demikian pembatasan tempat yang sangat mengikat seperti drama pseudo klasik juga tak dapat dibenarkan, yang jelas memang ada pembatasan-pembatasan dalam drama Yunani seperti halnya kini drama juga terikat oleh syarat-syarat pentas, tetapi kebebasan bisa terjadi. Unsur kesatuan kejadian membatasi peristiwa yang berjalan erat, tidak commit to user menyimpang dari pokoknya atau sering disebut kesatuan ide. Kesatuan kejadian
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
terutama ditujukan kepada tema dan plot. Tetapi drama Yunani sendiri sering meninggalkan aturan ini. Fakta yang menafsirkan bahwa drama harus mempunyai hanya satu tema dan satu plot saja, tetapi ada juga yang mengetengahkan adanya subplot atau minor action disarming plot utama sehingga merupakan plot majemuk, asalkan semuanya membantu penyelesaian plot utama atau plot pokok kearah satu catastrophe. 3. Tiga unsur prinsip dalam drama a. Unsur kesatuan ini masih ada kaitannya dengan Trilogi Aristoteles tentang kejadian, tempat dan waktu. b. Unsur penghematan karena waktu terbatas, maka usahakanlah agar dalam waktu yang sesingkat itu dituangkan masalah-masalah pokok yang terpenting saja . c. Unsur keharusan psikis fungsi psikis dalam dramaturgi klasik ialah: 1. Protagonis : peran utama yag menjadi pusat cerita 2. Antagonis : peran lawan, sering juga menjadi musuh yang menyebabkan konflik. 3. Tritagonis : peran penengah, bertugas mendamaikan atau menjadi pengantar protagonis dan anatgonis 4. Peran pembantu : peran yang secara tidak langsung terlibat di dalam konflik, tetapi diperlukan guna penyelesaian cerita. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
4. Konstruksi Cerita Drama Di dalam konsturksi cerita drama terdapat tiga bahan pokok untuk cerita drama yaitu premise, character dan plot a. Premise Premise adalah rumusan intisari cerita sebagai landasan ide dalam menentukan arah tujuan cerita. Ditinjau dari pelaksanaan merupakan landasan pola bangunan lakon. Istilah-istilah yang sering digunakan adalah theme, thesis, root, idea, goal dll. b. Character Character bisa juga disebut tokoh adalah bahan yang paling aktif yang menjadi penggerak jalan cerita. Character disini tokoh yang hidup bukan mati, karena character ini berpribadi, berwatak, dia memiliki sifat-sifat karakteristik yang tiga dimensional. Tiga dimensional yang dimaksud adalah dimensi Fisiologis, Sosiologis, dan Psikologis. 1) Dimensi fisiologis, ialah ciri-ciri badani seperti : a. usia b. jenis kelamin c. keadaan tubuhnya d. ciri-ciri muka dan sebagainya 2) Dimensi sosiologis, ialah latar belakang kemasyarakatannya a. status sosial commit to user b. pekerjaaan, jabatan, peranan di dalam masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
c. pendidikan d. kehidupan pribadi e. pandangan hidup, kepercayaan, agama dan ideology f. aktivitas sosial, organisasi, hobby g. bangsa, suku, keturunan 3) Dimensi psikologis ialah latar belakang kejiwaan a. Mentalitas, ukuran moral/ membedakan antara yang baik dan tidak baik. b. Temperamen, keinginan dan perasaan pribadi sikap dan kelakuan c. I.Q (Intelligence Quotient) tingkat kecerdasan, kecakapan, keahlian khusus dalam bidang-bidang tertentu. c. Plot Plot ialah alur, rangka cerita, merupakan susunan empat bagian, yaitu protasis, epitaso, catastasis dan catastrophe. 4.
Pendekatan Psikologi Sastra Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai
aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa dan karya dalam berkaya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak lepas dari aspek kejiwaan masing-masing. Bahkan, sebagaimana sosiologi refleksi, psikologi sastra pun mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Roekhan mengatakan psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional yakni sama-sama berguna untuk sarana mempelajari keadaan-keadaan kejiwaan orang lain. Hanya perbedaannya gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaan manusia yang imajiner, sedangkan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
psikologi adalah manusia yang ril. Namun, keduanya dapat saling melengkapi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap kejiwaan manusia karena terdapat kemungkinan apa yang ditangkap oleh sang pengarang tak mampu diamati oleh psikologi atau sebaliknya. Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologis hal yang penting dan perlu dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan pengarag menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan (Albertine Minderop, 2010: 54-55). Psikologi dalam karya sastra bukanlah sesuatu yang sama sekali baru, karena tokoh-tokoh dalam karya sastra harus dihidupkan, diberi jiwa. Pengarang baik sadar maupun tidak sadar memasukan jiwa manusia kedalam karyanya. Hal ini akan terlihat dalam diri tokoh cerita dan lingkungan cerita dimana cerita tersebut terjadi (Wellek dan Warren, 1995). Munculnya pendekatan psikologi dalam kajian sastra, dikarenakan meluasnya perkenalan sarjana-sarjana sastra dengan ajaran-ajaran Sigmund Freud yang mulai diterbitkan dalam bahasa inggris, terutama The Interpretation Of Dream dan Three Contribution to a Theory of Sexs. Diantara kritikus-kritikus sastra yang merintis dan menganjurkan pendekatan psikologis adalah I.A Richards, yang buku teorinya Principles of Literary Critics (Dasar-dasar Kritik Sastra) merupakan buku pegangan yang amat penting. Penerapan pendekatan psikologi dalam studi sastra di Indonesia dilakukan oleh M.S Hutagalung dan Boen S Oemarjati serta kritikus lainnya (Harjana, 981:59) commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penerapan kajian psikologi dalam studi sastra, Roekhan (1990:96-97) menyarankan agar mengikuti beberapa tahapan, yakni (1) mencari dan menentukan tokoh cerita yang akan dikaji, (2) menelusuri perkembangan karakter sang tokoh, (3) mengidentifikasikan perilaku sang tokoh dan mendeskripsikan serta mengklasifikasi, (4) mengidentifikasi lingkungan yang telah membentuk perilakunya, dan (5) menghubungkan perilaku yang muncul dengan lingkungan yang melatarinya. Terdapat beberapa kelebihan dalam penggunaan psikologi sastra yaitu (1) sangat sesuai untuk mengkaji secara mendalam aspek perwatakan, (2) dengan pendekatan ini dapat memberikan umpan balik kepada penulis tentang permasalahan perwatakan yang dikembangkannya dan (3) sangat membantu dalam menganalisis karya sastra dan dapat membantu membaca dalam memahami karya sastra. Dari berbagai fungsi tersebut dapat diartikan bahwa
aranah
psikologi sastra adalah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa (Atur Semi (dalam Suwardi Endraswara, 2008:12). 5.
Teori Psikoanalisis Psikoanalisis termasuk dalam golongan ilmu jiwa, bukan ilmu jiwa
kedokteran dalam arti lama, bukan ilmu jiwa tentang proses penyakit jiwa, melainkan semata-mata ilmu jiwa yang luar biasa. Sudah pasti bahwa psikoanalisis tidak merupakan keseluruhan jiwa melainkan suatu cabang dan mungkin malahan dasar dari keseluruhannya “ilmu jiwa” (Hall, dalam artikel Hendy). Teori ini menganalisis kehidupan jiwa manusia sampai pada alam bawah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
sadar, karena sebagai mahkluk individu, seorang manusia selalu mengalami konflik batin dalam keresahan dan ketekanan jiwa. Psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai sekitar tahun 1900 - an oleh Sigmund Freud. Teori psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia. Ilmu merupakan bagian dari psikologi yang memberikan konstribusi besar dan dibuat untuk psikologi manusia selama ini (dalam Alberthe Munderopi 2010:11). Konsep-konsep Freud dalam psikoanalisis dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu libido, kejiwaan, dan struktur kepribadian. a. Libido Libido adalah energi vital. Energi vital ini sepenuhnya bersifat kejiwaan dan tidak boleh dicampurksn dengan energi fisik yang bersumber pada kebutuhankebutuhan biologis, seperti lapar dan haus. Freud mengatakan bahwa energi vital ini bersumber pada seks. Namun seks disini Freud mengartikan sangat berbeda dari artinya yang biasa dikenal sehari-hari. Freud mengemukakan bahwa manusia terlahir dengan sejumlah insting (naluri). Insting-insting itu dibedakan menjadi dua yaitu insting hidup dan insting mati. Insting hidup adalah naluri untuk mempertahankan hidup atau keturunan, sedangkan insting mati adalah naluri yang menyatakan bahwa pada suatu saat seseorang akan mati. Insting-insting seksual mula-mula memang berkaitan dengan bagianbagian tubuh tertentu, yaitu bagian-bagian tubuh yang dapat menimbulkan kepuasan seksual. Bagian-bagian tubuh ini disebutnya daerah erogen (erogenous commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
zones) yaitu mulut, anus (pelepasan) dan alat kelamin. Namun dengan berkembangannya sistem kejiwaan manusia, rasa puas atau keteganganketegangan (tension) yang berasal dari daerah-daerah erogen ini lama-kelamaan terlepas dari kaitannya dengan tubuh dan menjdai dorongan-dorongan yang berdiri sendiri. b. Struktur Kejiwaan Jiwa menurut Freud dibagi menjadi tiga, yaitu kesadaran (consciousness), prakesadaran (preconsciousness) dan ketidaksadaran (unconsciousness) Kesadaran adalah bagian kejiwaan yang berisi hal-hal yang disadarinya, diketahuinya. Fungsi kesadaran diatur oleh hukum-hukum tertentu yang dinamakannya “proses sekunder” yaitu logika. Kesadaran jiwa berorentasi pada realitas dan isinya berubah terus. Isi kesadaran terdiri dari hal-hal yang terjadi diluar namun di dalam tubuh seseorang. Prakesadaran adalah bagian kejiwaan yang berisikan hal-hal yang sewaktu-waktu dapat dipanggil kesadaran melalui asosiasi-asosiasi. Freud tidak memperinci proses yang terjadi pada prakesadaran dan bagian ini memang kecil perannya dalam sistem kejiwaan yang diajukannya. Ketidaksadaran merupakan bagian yang terpenting dan paling banyak diuraikan dalam sistem kejiwaan Freud. Bagian ini berisi proses-proses yang tidak disadari, tetapi tetap berpengaruh pada tingkah laku orang yang bersangkutan. Proses yang tidak disadari itu dinamakan “proses primer” dan ditandai emosi, keinginan-keinginan (desire) dan insting . c. Struktur Kepribadian
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tiga sistem yang terdapat dalam struktur kepribadian menurut Freud, yaitu id, ego dan superego Id adalah lapisan psikis yang paling mendasar dan merupakan kawasan dimana Eros dan Thanatos berkuasa. Disitu terdapat naluri bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan yang direpresi. Id menjadi dasar bagi pembentukan hidup psikis lebih lanjut. Id sekali-sekali tidak terpengaruh oleh kontrol pihak ego dan prinsip realitas disini prinsip kesenangan masih berkuasa. Dalam Id tidak dikenal urutan menurut waktu, Id sama sekali tidak mengenal waktu. Hukum-hukum logika (khususnya prinsip kontradiksi) tidak berlaku bagi Id, tetapi sudah ada struktur tertentu, berkat pertentangan antara dua macam naluri, naluri-naluri kehidupan dan naluri-naluri kematian Menurut Freud, Ego terbentuk dengan diferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar, khususnya orang disekitar seperti orang tua, pengasuh, dan kakak-adik. Aktivitasnya bersifat sadar, prasadar maupun tak sadar. Untuk sebagian besar Ego bersifat sadar dan sebagai contoh aktivitas sadar boleh disebut presepsi lahiriah, presepsi batin, proses-proses intelektual. Sebagai contoh tentang aktivitas prasadar dapat dikemukakan fungsi ingatan dan aktivitas tak sadar Ego dijalankan dengan mekanisme-mekanisme pertahanan (defence mechanisms). Tugas Ego untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan menjamin penyesuaian dengan lingkungan sekitar, dan untuk memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik antara keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain. Ego juga mengontrol apa yang mau masuk le commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesadaran dan apa yang akan dikerjakan. Ego menjamin kesatuan kepribadian, dengan kata lain, berfungsi mengadakan sintesis. Superego dibentuk melalui internalisasi (internalization), artinya laranganlarangan atau perintah-perintah yang berasal dari luar (para pengasuh, khususnya orang tua) diolah sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam. Dengan kata lain superego adalah buah hasil proses internalisasi, sejuah laranganlarangan dan perintah-perintah yang tadinya merupakan sesuatu yang “asing” bagi si subyek, akhirnya dianggap sebagai yang berasal dari subyek sendiri. Supergo merupakan dasar hati nurai moral. Aktivitas superego menyatakan diri dalam konflik dengan Ego yang dirasakan dalam emosi-emosi seperti rasa bersalah, rasa menyesal dan lain sebagainya. Sikap-sikap seperti obervasi diri, kritik diri dan inhibisi berasal dari superego. F. Sumber Data dan Data a. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjdai dua: 1. Sumber data Primer Sumber data primer adalah hal-hal yang langsung diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk keperluan penelitian (Surachmad, 1990: 130). Dalam penelitian ini sumber data primernya adalah naskah drama “Lelakon” karya Andy Sri Wahyudi dalam bukunya yang berjudul Mak, Ana Asu Mlebu Ngomah ( 3 naskah lakon bahasa Jawa) terbit pada bulan September 2014, penerbit Garudhawacana Yogyakarta. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah data yang telebih dahulu dikumpulkan oleh peneliti atau data langsung. Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu wawancara terarah terhadap pengarang yaitu Andy Sri Wahyudi yang bertempat tinggal di Yogyakarta. b. Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berdasarkan apa yang terdapat pada sumber data primer, maka data penelitian ini adalah teks naskah drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi yang berupa unsur-unsur struktur yang terdiri dari trilogi Aristoteles (kesatuan waktu, kesatuan tempat dan kesatuan suasana), unsur keharusan psikis (protagonis, antagonis, tritagonis, dan peran pembantu), premise dan plot yang merupakan teori dari Harymawan, dan unsur-unsur psikologi yang terdapat dalam teori psikoanlisis Sigmund Freud yang terdiri dari id, ego dan super ego. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah hasil wawancara yang berupa data pertanyaan beserta jawaban dan hasil foto terhadap pengarang naskah drama Lelakon yaitu Andy Sri Wahyudi yang bertempat tinggal di Yogyakarta G. Metode dan Tehnik 1.
Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penilaian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang menjadi sumber informasi (Lexy J Moeleong, 2006: 3). commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mendeskripsikan bentuk penelitian kualitatif sebagai kegiatan penelitian untuk memperoleh berbagai informasi kualitatif dengan deskriptif yang penuh nuansa lebih berharga dari sekunder angka atau jumlah dalam angka, atau dimaksudkan dalam bentuk penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistic atau bentuk hitungan lainnya, tetapi pada prosedur nonmatematis (Sutopo, 2003: 88). Penelitian sastra yang dilakukan ini diharapkan dapat membantu memperoleh informasi yang akurat dalam penelitian terhadap drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi. Kirk & Milner (1986:9) memberikan definisi penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya (dalam Meleong, 2007:4). Tujuan penelitian deskriptif kualitatif adalah menggambarkan penelitian sastra yang diharapkan dapat membantu memperoleh informasi yang akurat dalam penelitian terhadap drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi. Dalam penelitian ini dengan mencari objek drama terlebih dahulu ke sanggar-sanggar theater kemudian meminjam dan membaca naskah drama tersebut, peneliti secara langsung mendata dan menganalisis konflik-konflik sekaligus struktur yang membangun cerita tersebut. 2. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga macam:
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Analisis Isi (Content Analysis) Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kajian isi. Kajian isi merupakan tehnik apa pun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis (Holsti dan Moleong, 2000: 163). Dalam menggunakan tehnik tersebut, maka cara kerjanya yaitu dengan cara menemukan unsur-unsur struktur dalam naskah drama dengan judul “Lelakon” karya Andy Sri Wahyudi kemudian langkah yang kedua menentukan aspek kejiwaan para tokoh dalam cerita dengan metode psikoanalisis satra teori Sigmund Freud. Hal ini dilakukan dengan cara membaca teks drama Lelakon dengan memfokuskan atau lebih spesifik pada tokoh yang ada dalam cerita. b. Tehnik Wawancara Wawancara adalah langkah yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui kegiatan interaksi soisal antara peneliti dengan yang diteliti. Tehnik wawancara atau tanya jawab ini sangat penting karena secara langsung akan membantu dalam mendapatkan data-data yang menunjang dalam penelitian ini. Wawancara dengan pengarang dilakukan dengan terbuka yaitu termasuk pembicaraan formal dengan pendekatan yang menggunakan petunjuk untuk wawancara, yang dimaksudkan untuk bisa mendapatkan data yang lengkap dan jelas mengenai biografi pengarang, hasil karyanya, dan keterangan-keterangan lain yang mendukung penelitian. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terarah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaaan yang sudah tersusun sebelumnya dalam bentuk suatu daftar tertulis. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan pengarang naskah drama Lelakon yaitu Andy Sri Wahyudi yang bertempat tinggal di Yogyakarta. Tehnik wawancara yang dilakukan penulis berupa: 1. Peneliti mengunjungi rumah pengarang pada tanggal 29 April 2016 2.Peneliti memberikan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. 3. Jawaban yang diberikan oleh pengarang dicatat oleh penulis. 4. Data yang didapat kemudian dipilah dan dioleh yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Penelitian menggunakan tehnik wawancara terarah ini bertujuan agar wawancara dapat berkembang guna mencari jawaban yang sesuai dengan hipotesis. c. Tehnik Studi Pustaka Menurut M.Nazir dalam bukunya yang berjudul „Metode penelitian‟ mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan studi pustaka adalah tehnik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, naskah, skripsi, laporan-laporan atau catatan-catatan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988: 111). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
Tehnik studi pustaka dalam penelitian ini dengan mencari buku-buku yang relevan dengan penelitian aspek kejiwaan tokon dan buku-buku yang mengenai psikologi kepribadian. Membaca dokumen-dokumen penelitian yang sudah dilakukan seperti skripsi terdahulu atau sumber informasi lainnya yang berhubungan dengan topik pembahasan yang nantinya dapat membantu dalam proses pengumpulan data dan pembahasan masalah yang terkait. Sedangkan penelitian dalam mengupas drama Lelakon ini menggunakan buku sebagai sumber referensi yaitu buku Dramaturgi karya Harymawan, buku Psikologi Sastra karya Albert Minderrop, dan buku Analisis Drama dan Teater karya Soediro Satoto. 3. Tehnik Analisis Data Data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara dan yang biasanya diproses kira-kira sebelum siap digunakan melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas. Dalam analisis data semacam itu ada tiga langkah yang ditempuh (Milles dan Hubberman, 1992: 16) : a. Reduksi data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan kegiatan mengklarifikasi data berdasarkan permasalahan yang dikaji. Data tersebut berupa kata-kata atau kalimat dalam to user drama Lelakon. Data yang telah commit terkumpul kemudian direduksi, dirangkum hal-
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
hal yang penting serta dicari tema atau polanya. Data yang telah direduksi memberi gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji serta mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh sewaktuwaktu. b. Penyajian Data Penyajian data merupakan salah satu dari tehnik analisis data kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan. Tahapan dimulai dengan membaca dan mengelompokan data berdasarkan deskripsi data, kemudian disajikan dalam analisis struktural yang membangun cerita naskah drama Lelakon menggunakan teori dramturgi. Selanjutnya menganalisis aspek kejiwaan dan kepribadian tokoh naskah drama Lelakon menggunakan teori psikonalisis Sigmund Freud. Data yang telah dikelompokan berdasarkan klasifikasinya, selanjutnya disajikan berdasarkan karakteristik data. Data yang terkumpul kemudian dibuat deskripsi masing-masing data untuk mempermudah interpretasi. c. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan yang di dapat juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran seorang peneliti selama mengadakan penelitian, suatu commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau mungkin menjadi begitu seksama dan memakan tenaga dengan peninjuan kembali serta tukar pikiran diantara
teman-teman
sejawat
untuk
mengembangkan
“kesepakatan
intersubjektif” atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Penelitian terhadap naskah drama Lelakon dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap berikut : 1. Membaca secara intensif dan berulang-ulang dengan penuh penghayatan naskah drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi 2. Tahap pendeskripsian data 3. Mengklasifikasi data berdasarkan rumusan masalah 4. Tahap analisis data berdasarkan struktur yang membangun cerita naskah drama dengan menggunakan teori dramaturgi 5. Menganalisis aspek kejiwaan dan kepribadian tokoh dengan menggunakan teori dari psikoanalisis Sigmund Freud ( kesadaran, prakesadaran, dan ketidak sadaran) dan (id, ego, superego) 6. Melakukan wawancara dengan pengarang yaitu Andy Sri Wahyudi 7. Penarikan kesimpulan
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Sistematika Penulisan Sistematika
penulisan
dalam
sebuah
penelitian
berfungsi
untuk
memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun sistematika dalam penulisan ini sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, teori, sumber data dan data, metode dan teknik, sistematika penulisan. BAB II: PEMBAHASAN Meliputi analisis unsur struktural yang membangun drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi dengan menggunakan teori dari Prof.Dr.H.Soediro Satoto yang terdiri dari tema, amanat, penokohan, alur, setting, tikaian atau konflik, cakapan dan
mendeskripsikan
kejiwaan
tokoh
serta
mengungkapkan
bagaimana
kepribadian tokoh dalam drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi melalui perspektif pendekatan psikologi sastra khususnya psikoanalisis teori Sigmund Freud. BAB III: PENUTUP Meliputi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA Meliputi buku-buku referensi sebagai acuan dalam penelitian. LAMPIRAN Meliputi sinopsis, riwayat hidup pengarang, bukti wawancara dengan to user karya Andy Sri Wahyudi pengarang disertai foto, serta teks commit drama Lelakon