BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di era teknologi sekarang, dapat dipastikan hampir semua orang terbiasa berselancar di dunia maya. Motif penggunaan media maya beraneka ragam antara lain mulai dari sekedar untuk mencari informasi hingga hanya untuk mengekspresikan diri. Bentuk ekspresi diri dalam dunia maya bisa tampil dalam bentuk eksis di berbagai media sosial ataupun menyampaikan pendapat atau kritik dalam berbagai situs yang menyediakan kolom opini atau komentar. Komentarkomentar tersebut mayoritas bukanlah komentar yang umum adanya. Pada umumnya, mereka cenderung berkomentar lebih kejam dan bertujuan untuk menghina, dibandingkan orang-orang yang menggunakan identitas asli. Komentar-komentar dikategorikan
melecehkan,
sebagai bullying.
menghina
Banyak
orang
dengan
intensi
menyakiti
yang
pernah
mendengar
kata bullying, yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia dapat berarti penggencetan, penindasan, atau intimidasi. Terdapat empat unsur yang terkandung dalam bullying, yaitu ketidakseimbangan kekuatan, adanya keinginan untuk melukai, repetitif, dan penggunaan teror (Coloroso, 2003: 44). Berdasarkan
keempat
unsur
tersebut,
dapat
disimpulkan
bahwabullyingmerupakan tindakan menebar teror dan intimidasi yang dilakukan berulang kali (repetitif) dengan adanya intensi untuk menyakiti pihak lawan yang dianggap lebih lemah. Teror dalam bullying dapat berbentuk ancaman atau melukai secara fisik, kata-kata yang melecehkan, menebar rumor, atau pengucilan. Bullying dapat terjadi di segala tempat. Di rumah, di sekolah, di tempat kerja, bahkan sekarang dalam dunia maya. Kemajuan teknologi yang sangat pesat menjadi lahan subur bagi para pelaku untuk melakukancyberbullying
(Selasar.com, 9 Juni 2014). Cyberbullyingmerupakan bentukbullyyang lebih parah dibandingkan yang terjadi di dunia nyata. Hal tersebut disebabkan karena cyberbullyingdapat menjangkau siapapun dan dapat diakses kapan pun melalui handphone, laptop, ataupun gadget lain (Sameer Hinduja & Justin W. Patchin, 2009). Seorangbullydi dunia maya dapat bebas tanpa merasa bersalah walaupun sudah menuliskan komentar-komentar sadis karena merasa tidak akan mungkin dituntut ataupun dijadikan korbanbullyingberikutnya atas kata-kata yang telah dituliskan. Hal tersebut disebabkan karena ada anggapan yang berkembang bahwa perilaku tersebut telah dilakukan oleh banyak orang (Sutarwan, 2007). Motif perilaku cyberbullying beraneka ragam, mulai dari hanya untuk berbuat iseng, seru-seruan, atau alasan yang lain, bahkan ada yang merasa senang bila komentar kejam tersebut ditanggapi oleh orang lain yang setuju dengan opini kita. Kemudian ia menambahkan komentar yang lebih kejam. Hal tersebut dapat berlanjut pada terjadinya rentetan komentar-komentar yang melecehkan nan menghina salah satu pihak dalam media tersebut. Tanpa disadari, perbuatan iseng yang tidak ditujukan untuk menyakiti korban, sebenarnya telah menimbulkan luka pada orang lain. Dewasa ini pergaulan remaja tidak bisa dipisahkan dari dunia maya atau internet. Social network atau jejaring sosial adalah cara populer remaja zaman sekarang untuk bersosialisasi dengan teman. Tren penggunaan social network pada remaja seakan sudah menjadi syarat mutlak agar bisa diterima dalam pergaulan. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional (Elkind dan Postman dalam Fuhrmann, 1990). Pada
anak
usia
5-17
tahun,
sebagian
waktu
yang
dihabiskan
untukmengakses internet adalah untuk tujuan berkomunikasi dengan orang yang
dikenalmaupun tidak dikenal (Moenks dan Knoers, 2006). Berbagai akitivitas dapat mereka temui di cyberspace seperti game online, situs jejaring sosial, forum, danchat room. Bahkan, internet sudah menjadi suatu alat yang sangat penting danberguna untuk pencarian informasi serta untuk menghubungkan komunikasi kepadapeer group atau teman bermain bagi anak (Sarwono, 2004: 24). Akan tetapi, internet juga dapatmenjadi suatu alat yang dapat memunculkan hal yang dapat menyerang dan membahayakan (Hadis, 2008). Penelitian ini berangkat dari hasil penelitian yang dilakukan lembaga PBB untuk anak-anak, UNICEF dengan judul “Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia” mencatat pengguna internet di Indonesia yang berasal dari kalangan anak-anak dan remaja diprediksi mencapai 30 juta (tekno.kompas.com, 19 Februari 2014). Mengingat tingginya pengguna internet di kalangan remaja tersebut, penulis tertarik meneliti tentang penggunaan internet melalui media facebook di kalangan remaja khususnya di SMA Negeri 1 Purwokerto. Dilihat dari perkembangan usianya, remaja SMA merupakanremajaawal yang sedang berada di dalam krisis identitas. Hal tersebut menyebabkan pada usia tersebut, manusia cenderung mempunyai rasakeingintahuan yang tinggi, selalu ingin mencoba hal-hal baru, mudah terpengaruh dengan lingkungan dan temanteman
sebayanya(peergroups).
Pada
tersebut,jugamulaisukamemperluashubunganantarapribadidan
usia berkomunikasi
secara lebih dewasa dengan teman sebaya, baik laki-laki maupun perempuan (Moenks dan Knoers: 2006, dan Sarwono, 2004: 24). Oleh karena itu, perkembanganinternetyang cukup pesat disertai minat yang besar dapat memberikan dampak ganda bagi remaja. Internet dapat berdampak positif dan negatif,
tergantung
dari
aktivitas
online
yang
mereka
lakukan
saat
merekamengaksesinternet. Facebook merupakan jenis social network terpopuler yang makin luas dan
mendunia di kalangan remaja hingga saat ini. Facebook bukan hanya menjadi wadah remaja untuk berkomunikasi dengan teman dan mendapatkan teman baru. Aktifitas menulis update status, tagging foto ke teman-teman dan chatting merupakan hal yang disukai para remaja pengguna facebook (Ictwatch.com). Harus diakui bahwa banyak manfaat positif yang diperoleh remaja dari facebook seperti mengetahui peristiwa-peristiwa
yang sedang hangat dibicarakan
(Kominfo.go.id). Perkembangan social network khususnya facebook yang semakin pesat, tidak hanya mendatangkan dampak positif tetapi juga berdampak negatif bagi penggunanya (Rinjani, H & Firmanto, A, 2013). Efek negatif tersebut di antaranya sebagai media yang dipergunakan untuk sarana mengolok-olok dengan tujuan menertawakan teman, menindas individu yang dianggap lemah, hingga mencemarkan nama baik seseorang. Perilaku tersebut termasuk dalam tindakan yang disebut dengan cyberbullying, yaitu bullying atau tindak penindasan yang dilakukan di dunia cyber melalui media internet. Hasil penelitian Ipsos Global menunjukkan sebanyak 60 persenresponden mengatakan cyberbullying terjadi di sejumlah
laman
media
sosial
terkemuka
sepertifacebook
(Firman
dan
Ngazis,2012). Cyberbullying
dapat
dikategorikan
bullying
verbal
karena
pelaku
melakukantindakan bullying secara tidak langsung seperti mengejek, menghina, mengolok-olok,mencela, menggosip,menyebarkanrumor,bahkanmengancamdenganmenggunakanmediaele ktronik
(Willard,
2007).
AdapunjenisdaricyberbullyingmenurutWillard(2007)yaituflaming(pesandenganam arah),
harassment
(gangguan),
denigration
(pencemaran
nama
baik),
impersonation (peniruan),outing (penyebaran), trickery (tipu daya), exclusion (pengeluaran), dan cyberstalking(merendahkan). Penelitian yang dilakukan oleh Price dan Dalgeish (2009) menyatakan
bahwabentuk cyberbullying yang banyak terjadi yaitu called name (pemberian nama negatif),abusive comments (komentar kasar), rumour spread (menyebarkan rumor
atau
desas
desus),threatened
physicalharm(mengancamyangmembahayakanfisik),ingoredatauexclude(pengaba iandan pengucilan), opinion slammed (pendapat yang merendahkan), online impersonation(peniruan secara online), sent upsetting image (mengirim gambar yang mengganggu), dan image ofvictim spread (penyebaranfoto). Withall (dalamsheldon, 2008:37) mengungkapkanbahwa remaja menjadikan facebooksebagai social bible atau pedomandalam kehidupan sosial yang penting untuk mencari informasi danberhubungan dengan teman, orang yangditaksir, teman yang sudah lama merekatidak temui, hingga yang baru merekakenal. Remaja yang mengakrabkandiri dengan teman-teman yangsudah dikenal serta mencari temanyang belum dikenal dalam waktubersamaan menyebabkan remaja menjadisangat riskan. Remaja sangat mudahuntuk mendapatkan interaksi sosial yang negatif apalagi seiringdengan pemakaian internet yangrutin bahkan berlebihan ke dalambentuk-bentuk perilaku dalam cybersapceseperti bullying (pengucilan, atauperlakuan
kasar
pada
remaja
dilakukanoleh
remaja
lainnya),
harrasment(perlakuan kasar yang dilakukan siapa saja,dan dapat berupa kekerasan fisikataupun psikis) dan sexual solicitation(ajakan-ajakan untuk melakukan halyang mengarah pada perbuatanseksual) (Berson, Berson, & Ferron,2002). Penelitian ini berangkat dari keingintahuan penulis akan fenomena maraknya tindakan yang merujuk pada perilaku cyberbullying pada media sosial facebook. Perilaku cyberbullying tersebut mayoritas dilakukan oleh remaja di mana sebagian besar dari mereka adalah pelajar. Mengakses facebook tidak lagi mereka gunakan untuk komunikasi semata. Di dalam unsur komunikasi dan aktifitas yang mereka lakukan di facebook tersisip tindakan atau perilaku bullying
seperti mencela dan mengolok-olok orang melalui update status, comment, chatroom, dan tagging photo. Beberapa kasus nyata cyberbullying yang terjadi pada remaja yaitu kasus Farah dihukum karena mencaci di facebook pada tahun 2009 silam. Nur Arafah atau Farah, seorang pelajar SMA asal Bogor, divonis 2 bulan 15 hari dengan masa percobaan 5 bulan lantaran terbukti menghina Felly Fandani via facebook. Dia dijerat Pasal 310 dan 311 KUHP dan UU ITE, Pasal 27 ayat 3. Kasus ini bermula pada Juli 2009 lalu. Saat itu Felly yang marah lantaran cemburu, menulis komentar di status facebook Ujang. Karena membaca tulisan yang dianggap memaki-makinya, Farah lalu membalas dengan lebih pedas. Tulisan itu yang kemudian dilaporkan Felly dan ibunya ke polisi. Contoh kasus serupa di luar negeri, seorang remaja puteri asal New York menuntut empat orang mantan teman-teman SMA, orang tuanya,dan facebook sebesar 3 juta dolar dikarenakan
ia
diperolok
dan
dihinadalam
sebuah
forum
pribadi
di
facebook(Okezone.com, 2009). Pemilihan SMA Negeri 1 Purwokerto sebagai objek penelitian dirasa tepat. SMA Negeri 1 Purwokerto sebagai SMA nomer satu di kota Purwokerto ini dengan segudang prestasi dan siswa-siswi teladan tentunya dimana proses belajar mengajar melibatkan kecanggihan teknologi bernama internet. Baik siswa maupun guru di SMA Negeri 1 Purwokerto mengakses internet dan memiliki media sosial. Hampir seluruh guru dan siswa memiliki media sosial facebook. Fakta ini didapatkan peneliti melalui pernyataan langsung dari salah satu guru SMA Negeri 1 Purwokerto saat peneliti melakukan observasi di SMA tersebut, yaitu Ibu Nani seorang guru mata pelajaran Teknologi Ilmu Komputer. Kepemilikan akun facebook oleh siswa dan guru di SMA N 1 Purwokerto tersebut tidak semata untuk kepentingan pribadi masing-masing siswa ataupun guru. Tak jarang para guru memanfaatkan facebook untuk sharing materi kepada para siswa ataupun untuk media tanya jawab antar guru dan murid. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas siswa-siswi SMA Negeri 1 Purwokerto aktif menggunakan facebook. Sebagai guru Teknologi Ilmu Komputer, Ibu Nani paham mengenai dunia media sosial khususnya facebook. Beliau tak jarang memperhatikan aktifitas murid-muridnya di akun facebook miliknya. Tak jarang beliau temui anak didiknya memasang status maupun komentar berisikan hinaan atau ejekan kepada teman mereka. Adapula yang membagikan foto meme yang menurutnya itu memalukan. Padahal dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran yang beliau ampu, beliau telah mengajarkan kepada para muridnya etika dalam dunia maya sebagai bagian dari materi pengajarannya. Beliau menjelaskan bahwa di media sosial kita memang bebas untuk berpendapat namun tetap harus dengan etika, tidak boleh menghina atau mengejek bahkan mempermalukan karena hal tersebut merupakan tindak kejahatan dunia maya atau familiar disebut cyberbullying. Penuturan Ibu Nani tersebut membuktikan bahwa siswa-siswi SMA Negeri 1 pasti memahami bahwa menghina atau mengejek dan mempermalukan orang di dunia maya adalah perilaku menyimpang disebut cyberbullying. Peneliti menyimpulkan bahwa siswa-siswi SMA N 1 Purwokerto memahami tentang cyberbullying namun mereka turut andil dalam perilaku cyberbullying tersebut yang terlihat pada aktifitas di akun facebook mereka. Hal inilah yang menarik peneliti untuk menjadikan fenomena tersebut sebagai case dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis ingin menggali bagaimana pengetahuan dan ragam perilaku cyberbullying ditunjukkan melalui media sosial facebook di kalangan pelajar SMA Negeri 1 Purwokerto. Penulis akan melakukan wawancara mendalam dan focus group discussion siswa SMA Negeri 1 Purwokerto untuk mendapatkan hasil atau jawaban mengenai pengetahuan mereka tentang cyberbullying sekaligus mengetahui ragam perilaku cyberbullying melalui akun media sosial facebook mereka. Bagaimana pengetahuan mereka mengenai
cyberbullying, apakah mereka mengetahui perilaku yang mereka lakukan di akun facebook mereka termasuk dalam kategori cyberbullying dan ragam cyberbullying apa saja yang mereka lakukan dalam akun facebook mereka. Ragam perilaku cyberbullying tersebut kemudian apakah relevan dan termasuk dalam ragam perilaku cyberbullying yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya menurut para ahli. B. Rumusan Masalah Bagaimana pengetahuan dan ragam perilaku cyberbullying yang ditunjukkan melalui media sosial facebook di kalangan pelajar SMA Negeri 1 Purwokerto? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pengetahuan dan ragam perilaku cyberbullying melalui media sosial facebook di kalangan pelajar SMA Negeri 1 Purwokerto. D. Manfaat Penelitian 1. Menambah wawasan dan referensi pembaca bagaimana ragam perilaku cyberbullying yang ditunjukkan melalui media sosial facebook di kalangan pelajar SMA Negeri 1 Purwokerto. 2. Menjadi bahan pertimbangan dan pengetahuan bagi pembaca dalam memahami segala macam bentuk cyberbullying, khususnya dalam media sosial facebook. E. Kerangka Pemikiran 1. Media Sosial Media sosial terdiri dari dua kata, ‘media’ dan ‘sosial’. Pengertian menurut bahasa, media sosial adalah alat atau sarana komunikasi masyarakat untuk bergaul. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, media adalah alat, sarana komunikasi, perantara, atau penghubung. Sosial artinya berkenaan dengan
masyarakat atau suka memperhatikan kepentingan umum. Dari sisi bahasa tadi, media sosial bisa dimaknai sebagai sarana berkomunikasi dan berbagi. Maka dari itu, dalam dunia internet seperti blogging atau facebook, dikenal istilah share (berbagi), bahkan setiap blog atau situs selalu menyediakan fasilitas social share, terutama facebook, dan twitter. Jika kita mencari definisi media sosial di mesin pencari google, dengan mengetikkan kata kunci “social media meaning”, maka google menampilkan pengertian media sosial sebagai “websites and applications used for social networking” -website dan aplikasi yang digunakan untuk jejaring sosial. Sosial media adalah suatu wadah atau tempat dimana orang dapat berkomunikasi sesama user (pengguna) secara tidak langsung dan dibutuhkan koneksi internet untuk dapat melakukan komunikasi ini. Di sini user atau pengguna dapat berbagi informasi berupa, kejadian, berbagi foto, dan dapat juga untuk menambah wawasan serta bisa juga sebagai ajang untuk mencari atau menambah teman. Internet merupakan salah satu aspek penting dalam berhubungan dalam aplikasi sosial media, internet telah merangkul dunia yang memegang peran manusia dalam kehidupan manusia. Internetpun juga bisa di katakan menjadi rekan manusia untuk berkomunikasi dalam sosial media, melalui internet manusia dapat berbagi informasi, melakukan kegiatan bisnis serta dapat menjalin hubungan sosial antar sesama manusia dengan menggunakan sosial media ini. Awal mula terbentuknya sosial media terjadi pada tahun 1978 dari penemuan sistem papan buletin, yang dapat memungkinkan kita untuk mengunggah, atau mengunduh informasi, dapat berkomunikasi dengan mengunakan surat elektronik yang koneksi internetnya masih terhubung dengan saluran telepon dengan modem. Sistem papan buletin ini ditemukan oleh Ward Christensen dan Randy Suess yang keduanya adalah sesama pecinta dunia komputer. Perkembangan sosial media pertama kali dilakukan
melalui pengiriman surat elektronik pertama oleh peneliti ARPA (Advanced Research Project Agency) pada tahun 1971. Pada tahun 1995 kelahiran dari situs GeoCities, situs ini melayani Web Hosting yaitu layanan penyewaan penyimpanan data-data website agar halaman website tersebut bisa di akses dari mana saja, dan kemunculan GeoCities ini menjadi tonggak dari berdirinya website-website lain. Dua tahun kemudian muncul situs jejaring sosial pertama yaitu Sixdegree.com walaupun sebenarnya pada tahun 1995 terdapat situs Classmates.com yang juga merupakan situs jejaring sosial namun, Sixdegree.com di anggap lebih menawarkan sebuah situs jejaring sosial di banding Classmates.com. Pada tahun 1999 muncul situs untuk membuat blog pribadi, yaitu blogger. Situs ini menawarkan penggunanya untuk bisa membuat halaman situsnya sendiri sehingga pengguna dari blogger ini bisa memuat hal tentang apapun. termasuk hal pribadi ataupun untuk mengkritisi pemerintah. Dapat dikatakan blogger ini menjadi tonggak berkembangnya sebuah media sosial. Tiga tahun berselang yaitu tahun 2002 berdirilahFriendster, situs jejaring sosial yang pada saat itu menjadi booming, dan keberadaan sebuah media sosial menjadi fenomenal. Tahun 2003 hadir Linkedln dan Myspace. LinkedIn hadir tak hanya berguna untuk bersosial, LinkedIn juga berguna untuk mencari pekerjaan, sehingga fungsi dari sebuah media sosial makin berkembang.MySpace
menawarkan
kemudahan
dalam
menggunakannya,sehingga Myspace dikatakan sebagai situs jejaring sosial yang user friendly. Memasuki tahun 2004 lahir situs jejaring sosial facebook, jejaring sosial yang terkenal hingga saat ini merupakan salah satu situs jejaring sosial yang memiliki anggota terbanyak. Disusul twitter pada tahun 2006, Google+, instagram, path, hingga ask.fm. Media
sosial
telah
menarik
minat
banyak
orang
karena
menyenangkan.Berkatmediasosial, orang mudah untuk berbagi ide, foto, video dengan dunia pada umumnya dan juga dengan mudah mencari tahu
apa
perasaan
dan
pikiranseseorangyang
mediasosial. Teman, famili atau
dicurahkannya
ke
dalam
kontakbisnis membentuk kelompok-
kelompok komunitas tersendiri dan kemudian berkomunikasi secara intens melalui media sosial. Aplikasi ini memberikan apa yang televisi tidak pernahbisaberikan,
juga
memberi
kesempatan
masyarakat
untuk
berinteraksi dan melibatkandirisendiri dan juga orang lain. Salah satu manfaat dari aplikasi ini adalahuntukberkomunikasi antara pengajar dengan peserta didiknya, baik untuk pembagiantugas,pembahasan soal dan tugas, maupun untuk proses tanya jawab. Adabeberapakeunggulanmediasosialantaralainbahwamediasosialmerupa kansebuah alat yang dapat digunakan untuk mempublikasikan diri, pekerjaan, pendapat pribadi,kejadian sehari-hari dari diri sendiri. Bagi perusahaan berarti menambah
koneksi
ataupun
pelanggan
dan
calonpelanggan.Halinidisebabkankoneksiberartipotensiuntukmeraihpembelida nselanjutnya dapat berarti potensi meningkatnya pendapatan bagi perusahaan. Selain itu perusahaandapat memperoleh informasi dari demografi mereka. Selain itu juga, kemudahan untuk membuat grupdan membentuk komunitas. Dengan media sosial, berkomunikasi secara online dapat dilakukandengan lebih mudah dan murah daripada harus bertatap muka. Kemudian kolaborasi dan
komunikasiantar
wilayah,antarbenua(lintasbatas)dapatdimungkinkandalammediasosialini,halter sebutberarti
menghilangkanhambatan-hambatanbagiorang-
orangyanginginberhubungandenganoranglain,
tanpa
memperhitungkan
hambatan jarak, hambatan waktu, hambatan biaya, hambatansosial budaya, termasuk hambatan gender dan usia. 2. Facebook sebagai salah satu jenis media sosial Facebookmerupakansalahsatuprodukinternet,namunmenjadi
lebih
populer daripada internet itu sendiri. Banyak orangrelamengakses internet
demi facebook, padahal dahulunyainternet bukan teknologi yang mudah bagi kebanyakan orang.Mereka dengan kelemahan latar belakang pendidikan, usia, dan statussosial atau ekonomi mau belajar internet demimengekspresikan dirinya pada facebook. Dahulunya, tukang sayur, officeboy, pembantu rumah tangga, pedagang asongan, manula padatahun 2003 tidak mengenal internet, namun kini mereka memiliki facebook (Juju dan Sulianta, 2010:2). Facebook dapat menjadi alternatif komunikasi yangdigemari banyak orang. Terlebih lagi bagi orang yang memilikikepribadian tertutup, pemalu, ataupun
pendiam.
Berkomunikasi
melaluifacebook,
tidak
perlu
memperlihatkan diri secara fisik, misalnya salingbertatap muka. Disamping itu,
facebook
senantiasa
mengalamievolusi
tampilandenganselalumelakukanmakeoverhampirdisetiaptahunnya. Dalam
facebook
blog
yang
berjudul
“Thoughts
on
the
EvolutionofFacebook”, Mark Zuckerberg menulis alasan evolusi Facebook (JujudanSulianta, 2010: 6) : “Facebook’s mission is to give people the power to shareandmaketheworldmoreopenandconnected.Inthelastfou ryears, we’vebuiltnewproductsthathelppeoplesharemore,suchas photos,videos,groups,events,wallposts,statusupdates,andso on.” (“MisiFacebookadalahmemberiorangkekuatanuntukberbagi dan membuat dunia lebih terbuka dan terhubung. Empattahunyang lalu, kami membangun produk-produk baru yangmenolongorang lebih berbagi, seperti foto-foto, video-video,peristiwa- peristiwa, menulis pesan di dinding Facebook, meng-updatestatus, dan seterusnya. ”) Jadi, misi facebook adalah “power share”, semua orangyangterkoneksi di Facebook dapat saling berbagi dan berinteraksi maka dariitu beberapa fitur dan produk layanan dibuat (Juju dan Sulianta, 2010 :6). Dilihat dari misi tersebut, facebook dapat menjembatani kebutuhan satu orang di satu tempat
dan di tempat lain yang berjauhan. Berdasarkan uraian tersebut, pada dasarnya facebook dibuat dengan niat baik danbenar-benar mengusung nilai-nilai pertemanan yang “kental”. Hal itu dapat dilihatpadafitur dan kemampuan seperti membuat pertemanan dan terusdapat
berhubungan
dengan
teman-teman
atau
relasi,
personal
whiteboardsatauumumnya disebut “walls”, membuat group, tergabung kedalamnya, advertisingparties/“events”,mengirimkanpesanpersonallayaknyae-mail, saling meng-upload
dan
sharing
image,
campusadvertising, dan membuat
pernyataanstatus. Penggunaan facebook di Indonesia sudah menjadi rutinitas sehari-hari, mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, disen, pengusaha, pengacara, politisi, artis, tokoh-tokoh dunia dan lain-lain dan dari berbagai kelas dan golongan karena masalah penggunan internet udh bukan menjadi barang mahal. Keistimewaan facebook terletak pada fasilitasnya yang varatif dan cenderung mudah dipelajari. Pola komunkasi internet melalui situs pertemanan facebook ini, pada tahap tertentu bisa menimbulkan adiksi yang mngkin dapat berpengaruh pada kehidupan nyata. Beberapa ciri-ciri orang yang teradiksi terhadap internet yaitu, pengguhnaan yang berlebihan, kegelisahan ketika tidak mengakses internet dalam interval waktu tertentu, peningkatan toleransi terhadap adiksi internet itu sendiri dan dapak negatif (termasuk isolasi sosial) (Jerald J., 2008). Sebuah survei yang dilakukan oleh Ohio University, menyebutkan bahwa manusia yang kerap menggunakan facebook ternyata menjadi malas dan bodoh. Bahkan beberapa kasus diindonesia seperti penculikan anak dibawah umur, dan prilaku tidak sopan pelajar terjadi berawal karena penggunaan situs jejaring sosial facebook. Beberapa studi dan penelitian mengenai dampak penggunaan situs jejaring sosial facebook sudah banyak dilakukan oleh Ohio University,
menyebutkan bahwa manusia yang kerap menggunakan facebook ternyata menjadi malas dan bodoh. Menurut studi yang mengambil sampel 219 mahasiswa Ohio State University tersebut, semakin sering mahasiswa menggunakan facebook, semakin sedikit waktu mahasiswa belajar dan semakin buruk nilai-nilai mata pelajaran mahasiswa. 3. Dunia Remaja a. Pengertian remaja Pengertian remaja merujuk pada pengertian masa remaja yaitu masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanakkanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2006). Muagman (1980) dalam Sarwono (2006) mendefinisikan remaja berdasarkan definisi konseptual World Health Organization(WHO) yang mendefinisikan remaja berdasarkan tiga kriteria, yaitu: biologis, psikologis, dan sosial ekonomi: i. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seksual. ii. Remaja
adalah
suatu
masa
ketika
individu
mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. iii. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Masa remaja ditandai dengan karakteristik sebagai berikut Hurlock (2003):
i. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahanperubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung
pada
individu
yang
bersangkutan
dan
akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya. ii. Masa
remaja
sebagai
periode
pelatihan.
Disini
berarti
perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya. iii. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan. iv. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat. v. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut. vi. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kaca mata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam citacita. vii. Masa remaja sebagai
masa dewasa. Remaja mengalami
kebingungan atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan di dalam memberikan kesan
bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggungjawab. b. Remaja dan Facebook Perilaku remaja dalam menggunakn facebook memiliki karakteristik dapat dilihat pada perkataan dan perbuatan remaja saat mereka memanfaatkan facebook. Dalam hal ini yang dapat diukur adalah facebook dapat memperburuk cara berkomunikasi dan merusak tata bahasa pengguna remaja. Perilaku remaja ini juga dapat dipengaruhi lingkungan dimana saat semua teman-teman menggunakan jejaring sosial maka mereka juga akan melakukan hal yang sama. Hal ini akan sangan berguna bagi para remaja dalam mencari teman baru dan mempererat hubungan dengan teman yang sudah ada, mendapatkan banyak informasi, pengetahuan, dan pengalaman baru sekaligus terhibur dan menghibur orang lain melalui facebook atau sebaliknya mendapat masalah atau musuh akibat facebook. Dibalik atmosfer positifnya ternyata tidak dapatdipungkiri, facebook menyimpan pula sisi negatifnya. Terutamakasus-kasus kejahatan melalui media
facebook
Maraknya,
yang
pelecehan
menimpa seksual,
para
praktek
remajasebagai korbannya. prostitusi,tindakan
asusila,
pertengkaran, penghinaan, pencemaran nama baik, dancybercrime lainnya yang turut melibatkan remaja banyak ditemui melaluifacebook.
4. Cyberbullying a. Bullying Saat ini, perilaku bullying sudah sering terjadi di sekililing kita, di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (SEJIWA, 2008). Bullying juga memiliki pengerian yaitu kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan dirinya dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan (Wicaksana, 2008). Black dan Jackson (2007, dalam Margaretha 2010) mendefinisikan Bullying sebagai perilaku agresif tipe proaktif yang didalamnya terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti, atau menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia, kemampuan kognitif, keterampilan, maupun status sosial, serta dilakukan secara berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain. Kemudian, Elliot (2005) mendefinisikan bullying sebagai tindakan yang dilakukan seseorang secara sengaja membuat orang lain takut atau terancam. Bullying menyebabkan korban merasa takut, terancam atau setidak - tidaknya tidak bahagia. Olweus mendefenisikan bullying adalah perilaku negatif seseorang atau lebih kepada korban bullying yang dilakukan secara berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu bullying juga melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga
korbannya
berada
dalam
keadaan
tidak
mampu
mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterima korban (Krahe, 2005).
Berdasaran pengertian-pengertian yang dikemukakan para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa bullying adalah penggunaan agresi dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara mental serta dilakukan secara berulang. Perilaku bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal, serta emosional/psikologis. Dalam hal ini korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya sendiri karena lemah secara fisik atau mental. Ada beberapa jenis bullying menurut SEJIWA (2008): i. Bullying fisik. Jenis bullying yang terlihat oleh mata, siapapun dapat melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan korbannya. ii. Bullying verbal. Jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa terungkap indra pendengaran kita. iii. Bullying mental atau psikologis. Jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap oleh mata atau telinga kita apabila tidak cukup awas mendeteksinya. Praktik bullying ini terjadi diam - diam dan diluar jangkauan pemantauan kita. Menurut Bauman (2008), tipe-tipe bullying adalah sebagai berikut: i. Overt bullying, meliputi bullying secara fisik dan secara verbal, misalnya dengan mendorong hingga jatuh, memukul, mendorong dengan kasar, memberi julukan nama, mengancam dan mengejek dengan tujuan untuk menyakiti. ii. Indirect bullying, meliputi agresi relasional, dimana bahaya yang ditimbulkan oleh pelaku bullying dengan cara menghancurkan hubungan-hubungan yang dimiliki oleh korban, termasuk upaya pengucilan, menyebarkan gosip, dan meminta pujian atau suatu tindakan tertentu dari kompensasi persahabatan. Bullying dengan cara
tidak langsung sering dianggap tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan dengan bullying secara fisik, dimaknakan sebagai cara bergurau antar teman saja. Padahal relational bullying lebih kuat terkait dengan distress emosional daripada bullying secara fisik. Bullying secara fisik akan semakin berkurang ketika siswa menjadi lebih dewasa tetapi bullying yang sifatnya merusak hubungan akan terus terjadi hingga usia dewasa. iii. Cyberbullying, seiring dengan perkembangan di bidang teknologi, siswa memiliki media baru untuk melakukan bullying, yaitu melalui sms, telepon maupun internet. Cyberbullying melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti e-mail, telepon seluler dan peger, sms, website pribadi yang menghancurkan reputasi seseorang, survei di website pribadi yang merusak reputasi orang lain, yang dimaksudkan adalah untuk mendukung perilaku menyerang seseorang atau sekelompok orang, yang ditujukan untuk menyakiti orang lain, secara berulang-ulang kali. b. Cyberbullying Berkembangnya teknologi informasi memiliki dampak ganda pada kehidupan sehari-hari manusia. Dampak yang tidak dapat dielakkan adalah dampak negatif seperti memberikan kemudahan bagi seseorang untuk mebully orang lain. Perlaku membully orang melalui media disebt dengan cyberbullying. Cyberbullying juga berarti segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia cyber atau internet. Cyberbullying adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi digital atau telepon seluler. Menurut Patchin dan Hinduja, cyberbullying secara singkat
didefinisikan sebagai perbuatan yang berbahaya yang dilakukan secara berulang-ulang
melalui
media
elektronik
(Patchin,
2008:
131).
Cyberbullying dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18 tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak yang terlibat (atau keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang terjadi akan dikategorikan sebagai cybercrime atau cyberstalking (sering juga disebut cyberharassment). Kowalski, Limber, Agatston (dalam Pandori, 2013:ii), mengatakan bahwa Cyberbullying adalah bentuk intimidasi yang terjadi melalui sarana teknologi, seperti jejaring sosial dan pesan instan, para ilmuwan berpendapat bahwa efek hampir selalu bencana. Anak-anak atau remaja pelaku cyberbullying biasanya memilih untuk mengganggu anak lain yang dianggap lebih lemah, tak suka melawan dan tak bisa membela diri. Pelakunya sendiri biasanya adalah anak-anak yang ingin berkuasa atau senang mendominasi. Anak-anak ini biasanya merasa lebih hebat, berstatus sosial lebih tinggi dan lebih populer di kalangan teman-teman sebayanya. Sedangkan korbannya biasanya anak-anak atau remaja yang sering diejek dan dipermalukan karena penampilan mereka, warna kulit, keluarga mereka atau cara mereka bertingkah laku di sekolah. Namun bisa juga si korban cyberbullying justru adalah anak yang populer, pintar dan menonjol di sekolah sehingga membuat iri teman sebayanya yang menjadi pelaku. Cyberbullying pada umumnya dilakukan melalui media situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Ada kalanya dilakukan juga melalui SMS maupun pesan percakapan di layanan Instant Messaging seperti Yahoo Messenger atau MSN Messenger. Anak-anak yang penguasaan komputer serta internetnya lebih canggih melakukan cyberbullying dengan cara lain. Pelaku membuat situs atau blog untuk menjelek-jelekkan korban atau membuat masalah dengan orang lain dengan berpura-pura menjadi
korban. Ada pula pelaku yang mencuri password akun e-mail atau situs jejaring sosial korban dan mengirim pesan-pesan mengancam atau tak senonoh menggunakan akun milik korban. Cyberbullying
lebih
mudah
dilakukan
daripada
kekerasan
konvensional karena si pelaku tidak perlu berhadapan muka dengan orang lain yang menjadi targetnya. Mereka bisa mengatakan hal-hal yang buruk dan dengan mudah mengintimidasi korbannya karena mereka berada di belakang layar komputer atau menatap layar telepon seluler tanpa harus melihat akibat yang ditimbulkan pada diri korban. Peristiwa cyberbullying juga tidak mudah diidentifikasikan orang lain, seperti orang tua atau guru karena tidak jarang anak-anak remaja ini juga mempunyai kode-kode berupa singkatan kata atau emoticon internet yang tidak dapat dimengerti selain oleh mereka sendiri. c. Bentuk cyberbullying Beberapa bentuk praktek cyberbullying adalah : i. Mengirimkan pesan berisi hinaan atau ancaman. ii. Menyebarkan gosip atau berita burung yang tidak menyenangkan lewat Email, status updates, atau komentar di jejaring sosial (Facebook, Twitter, Google+ dan lain-lain). iii. Pencuri identitas online. Membuat akun dan profil palsu tentang seseorang atau target dan melakukan aktivitas (update status, komentar, mengirim pesan dan lain-lain) yang merusak nama baik dan hubungan sosialnya. iv. Berbagi gambar. Meneruskan (forward) atau membagikan (share) foto/gambar pribadi target tanpa izin. v. Mengunggah, membeberkan informasi pribadi target ke internet tanpa izin.
vi. Membuat blog yang berisi kebencian pada seorang target, atau membuat kampanye di jejaring sosial untuk membuat orang-orang ikut membenci atau membully target. vii. Mengunggah video yang memalukan atau memojokkan target sehingga
bisa
diakses/ditonton
semua
orang.
(Sumber:
infopsikologi.com)
F. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori dan rumusan masalah penelitian di atas, dapat penulis gambarkan kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Konsep Interaksi dengan media sosial facebook: - Ekspose terhadap aktifitas di akun facebook.
Pengetahuan cyberbullying
Serangan Cyberbullying - Pesan hinaan dan ancaman. - Menyebarkan gossip dan berita bohong. - Pencurian identitas online. - Membagi gambar tanpa izin. - Membagi identitas tanpa izin. - Mengunggah video untuk membuat malu.
mengenai
Berdasarkan gambar di atas, perilaku cyberbullying yang terjadi dalam media sosial facebook disebabkan oleh interaksi informan dengan facebook. Hal tersebut dilihat dari bagaimana kedekatan informandengan media sosial facebook, apa saja aktivitas yang mereka lakukan di akun facebook mereka.
Selanjutnya, pengetahuan mereka mengenai cyberbullying juga memicu timbulnya serangan cyberbullying. Adapun bentuk cyberbullying yang sering terjadi dalam media sosial facebook tidak jauh berbeda dengan dunia nyata, namun karena sifatnya online, maka yang terjadi juga dalam bentuk cyber, seperti pesan hinaan dan ancaman yang dikirim ke korban, menyebarkan gosip dan berita bohong tentang targetnya, pencurian identitas online target tanpa seizin target, membagi gambar tanpa izin, membagi identitas tanpa izin, dan mengunggah video untuk membuat malu.
G. Metodologi Penelitian 1.
Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dekriptif kualitatif yang dalam implementasinya metode ini menggunakan cara mengumpulkan dan menyusun serta mengklarifikasi data kemudian di analisa dan interpresentasikan semua data yang diperoleh. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan beperilaku yang diamati. Pemilihan pendekatan kualitatif berdasarkan atas spesifikasi obyek penelitian dan juga agar di dapat informasi yang mendalam tentang obyek kajian (Nawawi, 1998:63). Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus. Sebagaimana pendapat Lincoln dan Guba
(Sayekti
Pujosuwarno, 1992: 34) yang menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif dapat juga disebut dengan case study ataupun qualitative, yaitu penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek penelitian. Lebih lanjut Sayekti Pujosuwarno (1986: 1) mengemukakan pendapat dari Moh. Surya dan Djumhur yang menyatakan bahwa studi kasus
dapat diartikan sebagai suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantunya memperoleh penyesuaian diri yang baik. Menururt Lincoln dan Guba (Dedy Mulyana, 2004: 201) penggunaan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu : a.
Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.
b. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari. c.
Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.
d. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas. Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode studi kasus untuk memberikan pemahaman tentang objek penelitian ini yaitu pengetahuan dan ragam perilaku cyberbullying melalui media sosial facebook di kalangan pelajar SMA Negeri 1 Purwokerto. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kota Purwokerto tepatnya di SMA Negeri 1 Purwokerto. Purwokerto merupakan kota terbesar ketiga di Jawa Tengah setelah Kota Semarang dan Solo. Perkembangan media di Purwokerto begitu menggeliat,
banyaknya
bermunculan
wartawan
media
mainstream,
bermunculan media online tentang banyumas, bahkan salah satu website desa di banyumas menjadi rujukan jurnalime warga dari berbagai penjuru nusantara yaitu Desa Melung dan bermunculan komunitas dalam dunia tulis menulis
seperti AJI
Kota
Purwokerto, Blogger
Banyumas(regional.kompasiana.com, 9 April 2013). Selanjutnya, pemilihan lokasi sekolah didasarkan pada fakta bahwa siswa SMA N 1 Purwokerto rata-rata sudah melek teknologi informasi dan banyak dari mereka yang secara aktif memanfaatkan sarana media sosial facebook. Hal tersebut seharusnya menjadi pemahaman tersendiri bagi siswa-siswi SMA Negeri 1 Purwokerto mengenai pengetahuan mereka tentang cyberbullying. Lokasi tersebut cukup mewakili sekolah-sekolah lain karena lokasi tersebut dianggap sebagai sekolah negeri dengan siswa di dalamnya mayoritas terdiri dari siswa berekonomi menengah ke atas. Mayoritas siswa juga pengguna smartphone dan merupakan pengguna media sosial facebook dimana cukup mempengaruhi apabila mereka melakukan atau menjadi korban dan pelaku cyberbullying. 3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua bagian yaitu sumber data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung di lapangan. Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Dalam penelitian ini, sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara dan focus group discussion (FGD). Wawancara dan FGD dilakukan dengan siswa pengguna facebook, pelaku dan korban cyberbullying. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari beberapa referensi penunjang penelitian seperti buku-buku referensi, jurnal dan beberapa artikel yang membahas tentang media sosial facebook, penggunaan facebook di kalangan remaja atau pelajar, dan cyberbullying.
4. Teknik pengumpulan data a.
Wawancara (In-depth interview) Menurut Moleong (2014: 56), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2012: 316). Guna mendapatkan data yang lebih baik dan terukur, maka wawancara yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview) dan wawancara terstruktur. Menurut Nasehudin dan Gozali (2012: 217), menyebutkan bahwa wawancara mendalam adalah teknik wawancara yang didasari oleh rasa skeptis yang tinggi, sehingga wawancara mendalam banyak diwarnai oleh probing (penyelidikan). Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk mendapatkan informasi berupa keterangan lisan dari narasumber tertentu secara lebih mendalam dan sifatnya personal. Melalui in-depth interview, peneliti akan mendapatkan data yang lebih komprehensif terkait pengalaman seseorang terhadap obyek penelitian (West, 2007:83). Dalam wawancara mendalam, peneliti berusaha mendapatkan jawaban dari empat informan mengenai latar belakang para informan sebagai pengguna media sosial facebook,alasan menggunakan media sosial facebook, aktivitas apa saja yang dilakukan informan pada akun facebook mereka, pengetahuan dan pengalaman informan mengenai perilaku cyberbullying, untuk selanjutnya akan menjadi dasar peneliti dalam menentukan ragam perilaku cyberbullying melalui media sosial facebook di kalangan siswa SMA N 1 Purwokerto.
b. Focus Discussion Group (FDG) Focus
Group
Discussion
(FGD)
adalah
suatu
proses
pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 2006). Pengambilan data kualitatif melalui FGD dikenal luas karena kelebihannya dalam memberikan kemudahan dan peluang bagi peneliti untuk menjalin keterbukaan, kepercayaan, dan memahami persepsi, sikap,
serta
pengalaman
yang
dimiliki
informan.
FGD
juga
memungkinkan peneliti mengumpulkan informasi secara cepat dan konstruktif dari peserta yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Di samping itu, dinamika kelompok yang terjadi selama berlangsungnya proses diskusi seringkali memberikan informasi yang penting, menarik, bahkan kadang tidak terduga. Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui alasan, motivasi, argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang atau kelompok. FGD dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan dan ragam perilaku cyberbullying pelajar SMA N 1 Purwokerto melalui akun facebook. Penggunaan
Focus
Group
Discussion
(FGD)
iniuntuk
memperdalam serta melengkapi informasi yang diperoleh dalam wawancara mendalam sehingga didapatkan pengetahuan dan ragam perilaku cyberbullying secara lebih mendalam. Beberapa pertanyaan diajukan kepada enam informan dalam FGD tidak akan jauh berbeda dengan apa yang ditanyakan dalam proses indepth interviewyaitu hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan ragam perilaku cyberbullying yang ditunjukkan informan melalui akun facebook miliknya. Pertanyaan yang diajukan dalam FGD ini peneliti berusaha untuk memunculkan keragaman jawaban informan sehingga peneliti dapat menjalin
keterbukaan, kepercayaan dan memahami persepsi, sikap serta pengalaman yang dimiliki informan mengenai pengetahuan dan ragam perilaku cyberbullying. 5. Informan penelitian Informan dalam penelitian ini adalah enam siswa-siswi pengguna media sosial facebook di kelas 1 dan kelas 2 SMA N 1 Purwokerto, baik sebagai pelaku cyberbullying maupun yang pernah mengalami tindak cyberbullying alias korban. Mereka adalah GI, RO, MH, KE, AB, dan SA1. Pemilihan informan ditentukan berdasarkan kriteria antara lain: a. Pengguna aktif media sosial facebook b. Pernah melakukan cyberbullying c. Pernah mengalami cyberbullying 6. Teknik analisis data Teknik analisa data adalah suatu teknik yang mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian besar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data (Moleong, 2009:18). Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik analisis data kualitatif yang dilakukan secara induktif, adapun gambaran mengenai data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang perilaku yang di amati. Adapun langkah-langkah atau tahap-tahapan dalam analisis data adalah sebagai berikut: a.
Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara,
1
GI, RO, MH, KE, AB, dan SA adalah inisial namadari enam informan dalam penelitian ini. Penulisan inisial nama informan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan informan sebagai bentuk komitmen dalam menjaga privasi informan terkait pengalaman cyberbullying yang mereka alami serta sebagai bentuk komitmen kerahasiaan informan dalam etika penulisan sebuah kajian akademik.
dan FGD. Pertama peneliti melakukan observasi ke lokasi penelitian. Selanjutnya, sebagai langkah awal, peneliti membagikan beberapa
pertanyaan
terkait
media
sosial
facebook
dan
cyberbullying kepada 20 siswa-siswi SMA Negeri 1 Purwokerto kelas 1 dan kelas 2. Hal ini penulis lakukan untuk mendapatkan informan yang sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan di atas. Langkah selanjutnya, peneliti menyeleksi jawaban-jawaban dari 20 siswa tersebut kemudian peneliti mendapatkan enam siswa yang memenuhi kriteria sebagai informan. Penulis melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap empat informan. Selanjutnya untuk peserta FGD peniliti mengambil dua siswa tambahan sehingga peserta FGD berjumlah enam siswa dimana empat orang diantaranya adalah informan yang sebelumnya merupakan informan dalam wawancara mendalam (indepth interview). b. Reduksi data Reduksi dilakukan dengan cara membuat abstraksi data, jadi setelah membaca, mempelajari dan menelaah data, penyusun akan merangkum data inti dengan tetap menjaga validitas dan obyektifitas data. c. Penyajian Data Penyajian data dilakukan dengan menggabungkan data yang diperoleh dan telah direduksi, kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan tulisan dengan menyusun kalimat secara logis dan sistematis sehingga mudah dibaca dan dipahami yang pada akhirnya bisa memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan oleh peneliti (Milles & Huberman, 1992 : 17).
Penyajian data dipaparkan dalam Bab 4 pada bagian hasil penelitian dan pembahasan. Di bab 4 tersebut peneliti memaparkan temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian secara rinci, sedetail dan sesistematis mungkin. Dalam bab 4 pada bagian hasil penelitian terdiri dari 4 sub-bab, yaitu interaksi informan dengan facebook,
pengetahuan
informan
mengenai
cyberbullying,
pengalaman informan mengeni ragam perilaku cyberbullying di media sosial facebook dan terakhir peneliti memaparkan interaksi antar informan dalam diskusi mengenai pengetahuan dan ragam perilaku cyberbullying di facebook.
d. Penarikan kesimpulan Kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung (Nasution, 1992 : 129). Dalam penelitian ini, penarikan kesimpulan dimulai sejak pengumpulan data, yaitu dengan memahami apa makna dari berbagai data yang diperoleh dengan melakukan pencatatan. Pernyataan dan berbagai jawaban dari informan juga diverifikasi terlebih dahulu. Hal tersebut di lakukan secara berulang dengan tujuan pemantapan data agar kesimpulan yang diperoleh tidak melenceng dari pemaparan pembahasan pada bab 4. 7. Keterbatasan penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini peneliti tidak dapat melakukan pengecekan atau memvalidasi langsung pada akun facebook masing-masing informan.atas pernyataan mereka mengenai ragam perilaku cyberbullying yang mereka alami pada akun facebook mereka. Hal ini dikarenakan alasan privasi dari keenam informan. Mereka menolak peneliti untuk melihat profil akun facebook mereka masing-masing dan tidak berkenan mengecek terkait
perilaku cyberbullying yang mereka alami. Hasil penelitian ini murni atas pernyataan masing-masing informan dalam wawancara mendalam dan FGD.