BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah Pelayanan keperawatan tidak terlepas dari andil sebuah rumah sakit sebagai institusi yang ditunjuk sebagai wadah yang melayani atau memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Rumah Sakit (RS) merupakan institusi pelayanan kesehatan yang sangat kompleks, karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang bekerja, terdiri dari multi disiplin dan berbagai jenis keahlian. Rumah Sakit (RS) adalah salah satu bentuk organisasi yang kegiatannya memberikan pelayanan yang baik, berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, sehingga dibutuhkan kinerja karyawan yang baik. (Suryadi,1999). Pelayanan keperawatan merupakan inti dari suatu pelayanan kesehatan termasuk di Rumah Sakit. Gillies (1998), menjelaskan bahwa 40-60% pelayanan di Rumah Sakit merupakan pelayanan keperawatan. Sebagai pelaksana dan pengelola pelayanan, perawat harus mampu mengembangkan bentuk pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhannya secara berkesinambungan. Perawat adalah salah satu unsur vital dalam rumah sakit, perawat, dokter dan pasien merupakan satu kesatuan yang saling membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan. Perawat sebagai bagian yang penting dari Rumah Sakit, dituntut memberikan perilaku membantu, dalam rangka membantu pasien untuk mencapai kesembuhan. Tanpa perawat, kesejahteraan pasien akan terabaikan, karena perawat adalah penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien. Asuhan keperawatan harus diberikan kepada klien secara sistemik dan terorganisasi sehingga dibutuhkan suatu manajemen yang baik dalam pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan profesional yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan klien diperlukan perawat yang kompeten dalam bidang tersebut. Kompetensi itu menunjukkan bahwa perawat profesional memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan
1
2
untuk memberikan asuhan keperawatan. Bentuk asuhan keperawatan tersebut harus memenuhi beberapa fungsi seperti caregiver, advocate, teacher, communicator/counselor,
scholar,
collaborator,
ethicist,
researcher,
manager, facilitator, decision maker dan user of technology. Asuhan keperawatan di rumah sakit dilaksanakan di ruang rawat jalan serta ruang rawat inap. Asuhan keperawatan merupakan kegiatan pokok yang sering menjadi barometer tentang baik atau buruknya suatu pelayanan kesehatan di rumah sakit, hal ini disebabkan karena di ruang rawat inaplah terjadi kontak paling sering antara pasien dengan pemakai jasa dengan perawat sebagai tenaga pelaksana dan sebagian besar pelayanan di ruang rawat inap dilakukan oleh tenaga perawat. Asuhan keperawatan merupakan sentral dari pelayanan kesehatan sangat penting untuk ditingkatkan kualitasnya dalam menjawab keprofesian keperawatan sehingga kualitas asuhan keperawatan dalam pelayanan kesehatan dapat berkembang. Agar perawat dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang profesional dan menggunakan suatu proses berpikir yang disebut proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Proses keperawatan ini membutuhkan keterampilan analisa dan komunikasi yang baik. Pada proses keperawatan terutama pada tahap implementasi dari proses keperawatan seseorang perawat harus mempunyai kemampuan interpersonal, teknis dan kolaborasi dengan profesi lain. Langkah-langkah kegiatan pada proses keperawatan yang digambarkan oleh Gillies (1998) mirip dengan langkah-langkah yang dilakukan pada proses manajemen dimana setiap pasien adalah unik dan memerlukan penanganan yang berbeda-beda dengan demikian bila proses keperawatan dilakukan dengan baik, maka akan mengatasi sebagian masalah manajemen pada ruang rawat inap.
3
Rumah Bhakti Wira Tamtama Semarang terus berusaha melakukan pembenahan-pembenahan dalam upaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pasien. Berkaitan dengan tahap pembenahan ini tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan terutama berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat. Berdasarkan wawancara dengan staf pengembangan sumber daya manusia, menyatakan masih ada beberapa keterbatasan yang ditemui dalam proses pengembangan tersebut, antara lain bahwa pengetahuan dan keterampilan para perawat rumah sakit yang dirasa masih kurang, serta kurang cepatnya dalam memberikan penanganan kepada pasien sehingga banyaknya keluhan yang dirasakan oleh pasien. Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan tersebut, pihak rumah sakit berusaha untuk berbenah disegala aspek termasuk memberikan pelatihan terhadap perawat. Beberapa faktor yang memperlambat perkembangan perawat secara profesional adalah antithetical terhadap perkembangan ilmu keperawatan karena rendahnya dasar pendidikan profesi dan belum dilaksanakannya pendidikan keperawatan secara professional, perawat lebih cenderung untuk melaksanakan perannya secara rutin dan menunggu perintah dari dokter. Mereka cenderung untuk menolak terhadap perubahan ataupun sesuatu yang baru dalam melaksanakan perannya secara professional serta rendahnya rasa percaya diri / harga diri (low self-confidence / self-esteem). Banyak perawat yang tidak melihat dirinya sebagai sumber informasi dari klien. Perasaan rendah diri / kurang percaya dirinya tersebut timbul karena rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang memadai serta sistem pelayanan kesehatan Indonesia yang menempatkan perawat sebagai “second class citizen“. Dimana perawat dipandang tidak cukup memiliki kemampuan yang memadai (Nursalam, 2002). Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kompetensi perawat diantaranya melalui pendidikan berkelanjutan, pelatihan dan lain-lainnya, karena kualitas profesional perwat ditentukan oleh pengetahuan, sikap dan
ketrampilan sehingga mampu
memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
4
Saat ini, praktik pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang menurut pendapat para pasien dan keluarga pasien yang menyatakan belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas. Berdasarkan hasil evaluasi di Ruang Baitul Izal, terdapat data 30% pasien perbulan menyatakan kurang puas terhadap pelayanan keperawatan. Data tersebut diambil dari kotak saran yang masuk ke bagian pelayanan. Dilihat dari fenomena tersebut, maka penelitian ini mengambil judul “studi deskriptif asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang”
B. Rumusan Masalah Rendahnya kompetensi perawat memberi dampak rendah pula kinerja yang dihasilkan oleh perawat. Hasil kerja yang dilakukan oleh perawat memberi kesan hanya sekedar melaksanakan tugas saja, sementara aspekaspek yang lain tidak diperhatikan seperti menjaga hubungan antara pasien dan perawat, komunikasi yang tidak berjalan dengan baik dan sebagainya. Hasil wawancara menunjukkan bahwa terdapat 30% pasien perbulan menyatakan kurang puas terhadap pelayanan keperawatan. Hal ini menunjukkan adanya kinerja perawat di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang yang masih rendah. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perumusan masalah pada penelitian ini adalah “bagaimana gambaran asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang?”.
C. Tujuan 1. Umum Mengetahui gambaran asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang.
5
2. Khusus : a. Mendeskripsikan asuhan keperawatan berkaitan dengan pengkajian di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. b. Mendeskripsikan asuhan keperawatan berkaitan dengan diagnosa di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. c. Mendeskripsikan asuhan keperawatan berkaitan dengan perencanaan di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. d. Mendeskripsikan asuhan keperawatan berkaitan dengan implementasi di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. e. Mendeskripsikan asuhan keperawatan berkaitan dengan evaluasi di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Rumah Sakit a. Mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perawat di rumah sakit dalam menghadapi suatu perubahan khususnya dalam hal keperawatan. b. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan secara komprehensif dan akurat pada individu dan kelompok di berbagai tatanan. c. Dapat dijadikan bahan masukan dalam pemberian asuhan keperawatan yang lebih kompeten sehubungan dengan kompetensi yang dimiliki perawat. 2. Bagi profesi keperawatan Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terkait dengan pelaksanaan tindakan dalam asuhan keperawatan.
E. Bidang ilmu Penelitian ini berkaitan dengan bidang ilmu manajemen keperawatan