BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perekonomian negara harus ditingkatkan agar tidak terpuruk karena adanya perdagangan bebas, cara untuk memperkuat perekonomian Negara adalah dengan meningkatkan daya saing produk dalam negeri terhadap produk dari luar negeri. Salah satu cara untuk memperkuat daya saing produk dalam negeri adalah dengan mengurangi biaya transportasi sehingga dapat menekan biaya produksi. Infrastruktur yang mantap dan memadai merupakan salah satu dukungan yang harus diberikan oleh pemerintah untuk mengurangi biaya transportasi yang harus dikeluarkan oleh produsen, salah satu infrastruktur yang sangat diperlukan adalah jalan. Mulyono (2015) menyatakan bahwa lalu lintas yang bertumpu pada jalan raya adalah angkutan penumpang lebih dari 82% dan barang lebih dari 80%, sehingga beban jalan raya menjadi sangat berat yang berpengaruh terhadap waktu tempuh (travel time) menjadi semakin lama. Waktu tempuh di Indonesia adalah 2,78 jam per 100 km, nilai ini lebih tinggi dibandingkan beberapa negara tetangga (Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Cina). Pemerintah harus memberikan solusi mengenai permasalahan kepadatan lalu lintas dan waktu tempuh yang tinggi, salah satu solusi adalah membangun jalan bebas hambatan. Jalan bebas hambatan merupakan jalan yang memiliki kondisi mantap, kapasitas besar, dan memiliki hambatan samping kecil sehingga waktu tempuh dapat menjadi lebih cepat dan biaya operasional kendaraan (BOK) menjadi semakin kecil. Pembangunan jalan bebas hambatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas angkutan penumpang dan barang terutama antar Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Pemerintah belum mampu untuk menyediakan jalan bebas hambatan karena nilai investasi pembangunan yang sangat tinggi, sehingga Pemerintah
perlu
mengadakan
kerjasama
dengan
pihak
swasta
untuk
menyediakan dan membangun jalan tol atau jalan bebas hambatan yang berbayar. Kondisi pelayanan dan spesifikasi jalan tol di Indonesia masih jauh dari kata memuaskan. Masih banyak ditemukan kekurangan pada komponen pelayanan
1
2
jalan tol, diantaranya komponen perlengkapan keamanan jalan tidak lengkap atau rusak (rambu petunjuk dan marka jalan), kemacetan lalu lintas yang diakibatkan oleh padatnya kendaraan yang menggunakan jalan tol, kemacetan lalu lintas yang diakibatkan kendaraan mogok atau kendaraan yang mengalami kecelakaan, dan lubang atau retak pada jalan yang tidak segera diperbaiki. Proses penanganan kecelakaan dan hambatan lalu lintas yang membutuhkan waktu lama, dapat berpengaruh terhadap kelancaran lalulintas yang ada di jalan tol. Pelayanan pada operasional jalan tol masih harus ditingkatkan adalah pelayanan pada gerbang tol, kelengkapan komponen keamanan jalan, penanganan kecelakaan, patroli keamanan, fasilitas tempat istirahat dan pom bensin. Jalan tol merupakan prasarana jalan yang menghubungkan dua atau lebih wilayah yang memiliki kapasitas besar, tidak ada hambatan, dan kecepatan kendaraan relatif tinggi yang kepada penggunanya diwajibkan membayar tol. Konsekuensi dari jalan berbayar maka pengusaha jalan tol harus memberikan pelayanan yang sangat baik. Standar pelayanan yang tinggi dapat diberikan pada pengguna jika jalan tol telah memenuhi kelaikan fungsi dan kelaikan operasional jalan tol. Undang Uundang nomor 38 tahun 2004 yang selanjutnya disebut UU menyatakan bahwa sebagai perpanjangan tangan Pemerintah, Badan Pengatur Jalan Tol yang selanjutnya disebut BPJT memiliki wewenang dalam penyelenggaraan jalan tol meliputi pengaturan, pembinaan, pengusahaan dan pengawasan jalan tol. Salah satu tugas BPJT sebagai Pembina jalan tol adalah menyususn pedoman dan standar teknis, pelayanan, pemberdayaan, serta penelitian dan pengembangan. Salah satu untuk cara Pemerintah untuk meningkatkan pelayanan jalan tol adalah dengan membuat suatu standar operasional yang akan menjamin pengguna jalan tol mendapat pelayanan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh komponen Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disebut SPM terhadap capaian laik operasi jalan tol sehingga dalam kegiatan operasional dapat memberikan pelayanaan kepada pengguna dengan maksimal.
3
B. Rumusan Masalah Komponen standar pelayanan minimum memiliki pengaruh yang besar terhadap capaian laik operasional jalan tol, seingga perlu dilakukan identifikasi indikator dan komponen pelayanan jalan tol meliputi aksesibilitas, mobilitas, keselamatan, unit pertolongan dan bantuan pelayanan serta tempat istirahat dan pelayanan. Permasalahan yang ada
dapat dirumuskan menjadi beberapa
permasalahan meliputi : 1.
Apa komponen dan indikator yang mempengaruhi tingkat capaian laik operasi jalan tol.
2.
Seberapa besar pengaruh komponen pelayanan jalan tol terhadap manajemen operasional jalan tol.
3.
Bagaimana pengaruh manajemen operasional terhadap capaian laik operasi jalan tol. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian mengenai analisis pengaruh komponen pelayanan
jalan tol terhadap capaian laik operasi jalan tol adalah : 1.
Mengidentifikasi komponen dan indikator yang berpengaruh terhadap capaian laik operasi jalan tol.
2.
Menganalisis pengaruh komponen pelayanan jalan tol terhadap manajemen operasional jalan tol.
3.
Menganalisis pengaruh manajemen operasional terhadap capaian kelaikan operasional jalan tol. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian analisis pengaruh komponen
pelayanan jalan tol terhadap capaian laik operasi jalan tol adalah : 1. Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai pengaruh komponen pelayanan jalan tol terhadap capaian laik operasional jalan tol.
4
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada pengusaha jalan tol atas pengusahaan jalan tol untuk menentukan kelaikan operasional sebuah jalan tol. 3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam perencanaan dan perancangan pembangunan jalan tol. E. Batasan Masalah Ruang lingkup pada penelitian diberikan agar tinjauan dan analisis tidak melenceng jauh dari rumusan masalah dan tujuan penelitian. Batasan-batasan masalah dalam penelitian adalah: 1.
Penelitian dilakukan dengan pembagian kuesioner kepada BPJT sebagai regulator, PT. Jasa Marga, Tbk. sebagai perwakilan dari operator dan pengguna jalan tol pada ruas jalan tol Jakarta – Bogor – Ciawi (Jagorawi).
2.
Komponen dan indikator yang dipakai untuk variabel penyusun kelaikan operasi jalan tol berdasarkan Standar Pelayanan Minumum (SPM) jalan tol sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 16 tahun 2014.
3.
Analisis dan hasil penelitian didasarkan pada hasil kuesioner mengenai besar pengaruh komponen dan indikator terhadap capaian laik operasi jalan tol.
4.
Analisis keterkaitan antar indikator dengan capaian kelaikan operasi jalan tol dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan program AMOS 2.1. F. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dan memiliki
relevansi terhadap penelitian ini adalah: 1.
Zuna et al. (2015), dari Universitas Indonesia melakukan penelitian dengan judul Atribut Pelayanan Jalan Tol dalam Peningkatan Kualitas Berkendara di Jalan Tol Makasar. Penelitian ini membahas tentang evaluasi persepsi pengguna jalan tol terhadap tingkat pelayanan sehingga dapat ditentukan tingkat prioritas atribut pelayanan jalan tol. Pemodelan yang digunakan
5
untuk memodelkan penelitian atribut pelayanan ini adalah menggunakan model SERVQUAL sedangkan pengolahan data untuk menentukan atributatribut kualitas dan prioritas pelayanan jalan tol menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA). Hasil analisis menyebutkan bahwa terdapat 9 (sembilan) atribut yang perlu menjadi prioritas dalam pelayanan jasa pada jalan tol adalah kelancaran lalulintas, keselamatan berkendara, kerataan permukaan jalan, keamanan dari tindak kriminal, jumlah dan fasilitas gardu tol, rambu lalulintas, penerangan jalan, penanganan kecelakaan, ketanggapan perbaikan jalan yang rusak. Kesembilan atribut pelayanan dikelompokkan berdasarkan dimensi realibility, assurance, tangible, empathy, dan responsiveness. Kesembilan atribut ini perlu diprioritaskan untuk dapat mencapai kepuasan pengguna jalan tol. 2.
Makmur et al. (2015), dari Universitas Kristen Krida Wacana melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Pemenuhan Indikator Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol di Indonesia. Penelitian ini membahas mengenai pemenuhan SPM pada jalan tol di Indonesia dengan metodologi pendekatan berupa kajian terhadap data hasil survei lapangan pada 27 ruas jalan tol di Indonesia tahun 2012, 2013, dan 2014. Hasil analisis penelitian adalah ditemukan 6 (enam) indikator SPM yang selalu tidak dapat dipenuhi atau sebesar 29 % dari semua indikator pada SPM. Indikator yang tidak terpenuhi adalah indikator pelayanan kondisi jalan tol (kekesatan, ketidak rataan, dan tidak ada lubang), unit pertolonangan/ penyelamatan dan bantuan pelayanan (sistem informasi), dan keselamatan (rambu, marka jalan, guide post atau reflector, pagar rumija, dan penerangan jalan umum).
3.
Ali et al. (2012), dari Universitas Hassanudin melakukan penelitian dengan judul Studi Antrian di Gerbang Tol Tamalanrea Seksi IV Makassar. Penelitian ini membahas mengenai jumlah antrian dan lama waktu tansaksi pada gerbang tol serta jumlah pintu tol yang diperlukan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi dan analisis untuk antrian model FIFO. Hasil analisis penelitian adalah data jumlah antrian dan waktu transaksi pada saat ini dan perkiraan jumlah antrian dan waktu transaksi 10
6
tahun yang akan datang tanpa penambahan jumlah pintu tol. Penelitian ini juga dapat memperkiraan kebutuhan jumlah pintu tol yang harus dioperasikan untuk 10 sampai 15 tahun kedepan, sehingga kebutuhan penambahan jumlah pintu yang dioperasikan sebanyak empat gerbang tol. Hasil penelusuran terhadap penelitian terdahulu tentang SPM dan komponen yang ada didalam SPM tidak ditemukan pembahasan yang sama dengan penelitian ini. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini berisi tentang analisis pengaruh komponen pelayanan jalan tol terhadap capaian laik opersi jalan tol dengan cara mengidentifikasi indikator dan komponen pada SPM jalan tol yang memiliki pengaruh signifikan terhadap capaian laik operasi jalan tol dengan menggunakan metode SEM dengan bantuan program AMOS 21. Hasil analisis data yang diharapkan dari penelitian adalah diketahui indikator dan komponen pelayanan jalan tol yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tercapainya laik operasi jalan tol, sehingga dapat digunakan oleh regulator maupun operator jalan tol sebagai referensi untuk meningkatkan pelayanan jalan tol.