perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses civilization membutuhkan suatu perencanaan yang matang. Oleh karena itu di dalam proses pembentukannya, pendidikan harus terintegrasi secara holistik ke dalam sistem yang dinamakan sistem pendidikan (Hanani, 2015: 22). Di Indonesia sistem ini dikenal dengan nama Sistem Pendidikan Nasional, di mana menurut pasal 3 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, fungsi pendidikan nasional ditujukan untuk: “....mengebangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kemendikbud: 2014: 1)” Sejalan dengan tujuan Sisdiknas, secara esensial penekanan makna pendidikan
adalah
ketidaktahuan,
upaya
membebaskan
ketidakberadaan,
dan
manusia
dari
belenggu-belenggu
keterbelakangan, yang
mengikat
kemanusiaan. Hal itu mengandung pengertian bahwa pendidikan merupakan usaha disengaja untuk mengubah kondisi kepribadian manusia yang terbelakang menjadi kepribadian yang berilmu, sehingga didalam praktiknya ia membutuhkan alat yang mana dalam konteks formal dinamakan persekolahan. Pengertian persekolahanpun tentu berbeda dengan pendidikan. Karena persekolahan sendiri merupakan alat untuk mengarahkan manusia agar berpendidikan (Hanani, 2015: 14). Hakikat pendidikan dalam konteks sekolah adalah bantuan sosial untuk mencapai kepribadian manusia yang paripurna. Sesuai pasal 3 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 di atas, fokus pendidikan sekolah adalah untuk pengembangan nilai, terutama nilai-nilai moral (Doni Koesoema, 2015: 81). Pengembangan nilai-nilai moral ditujukan sebagai upaya terencana membentuk manusia Indonesia yang berkarakter di mana nilai-nilai itu disisipkan ke dalam proses belajar-mengajar. Orientasi pendidikan sejarah sejatinya ditujukan untuk memperkuat karakter commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
bangsa melalui subtansi materi di dalamnya. Namun dalam praktik proses pembelajarannya lebih mempersoalkan pada peningkatan prestasi kognitif daripada afektif. Hal inilah yang menyumbang salah satu penyebab gagalnya pendidikan sekolah di Indonesia yaitu rendahnya karakter kebangsaan siswa. Kegagalan tersebut jika dilihat dari perspektif pembangunan moral kebangsaan adalah mulai longgarnya persatuan di kalangan pemuda. Tandanya dapat dilihat dari fenomena semakin maraknya tawuran pelajar. Pertikaian antar pemuda adalah salah satu dari sekian banyak penyebab kegelisahan yang terus menghantui bangsa Indonesia. Sebabnya tidak lain karena tempat bermukimnya bangsa Indonesia saat ini terdapat 240 juta jiwa yang artinya dengan populasi sebanyak itu maka suatu saat potensi kerusuhan sosial dengan skala pelibatan masa besar-besaran sangat mungkin terjadi. Sementara proses denasionalisme pemuda terus belangsung oleh akibat tercemarnya pemikiran mereka oleh paham jahiliyah maka upaya penguatan jiwa kebangsaan pemuda perlu dikaji lebih serius dengan pendekatan kultur lokal yang bernuansakan multikulturalisme dan patriotisme di dalam proses pembelajaran. Tujuannnya supaya pemuda lebih memahami kepribadian bangsanya yang welas asih dan memiliki semangat gotong-royong antar sesamanya. Kepribadian tersebut yang nantinya akan menjadi antitesis dari denasionalisme Indonesia. Proses pembelajaran sejarah berbasis konten lokal merupakan proses komunikasi yang diwujudkan melalui penyampaian informasi dari guru ke siswa berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya yang terkait dengan pengetahuan sejarah beserta nilai-nilai kelokalan. Sumber materi ajar sejarah lokal dapat diperoleh dari sejarah masyarakat sekitar tempat tinggal siswa itu sendiri. Terkait dengan pengembangan moral nasionalisme siswa maka perlu dipahami bahwa pada jaman dahulu pemuda adalah motor dari terbentuknya negara Republik ini. Kecintaan pada nusa dan bangsa diwujudkan dari usaha mereka memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa tanpa mengenal pamrih. Perjuangan tersebut pada faktanya tidak hanya dilakukan oleh tokoh-tokoh besar seperti Sukarni, Suharto, Slamet Rijadi dan lain sebagainya, melainkan juga commit user oleh segenap komponen bangsa, tidaktoterkecuali adalah pemuda Tengaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Meskipun nama mereka tidak tersohor seperti tokoh nasional, setidaknya namanama seperti Sumitro, Jarkoni, Subardi, Kusdi, Maryam, dan lain sebagainya yang berjuang di Tengaran pada 1947-1949 menjadi bukti bahwa masyarakat Tengaran tempo dahulu telah turut berpartisipasi mewarnai perjuangan meneggakkan panjipanji Republik yang sekarang ini telah berbuah manis atas kedaulatannya dilebih dari 17.000 pulau se-nusantara. Agar kisah yang penuh makna dari perjuangan Masyarakat Tengaran dapat dibelajarkan dan dijadikan pedoman dalam pembentukan kepribadian pemuda saat ini maka kisah-kisah tersebut haruslah dirangkai dan dikembangkan menjadi bahan ajar, yaitu segala bentuk bahan yang diperlukan oleh guru untuk melaksanakan kegiatan mengajar yang terdiri dari seperangkat materi/subtansi pelajaran yang disusun secara sistematis dan menampilkan kompetensi yang diharus dikuasai oleh siswa. Tentunya dalam pengembangannya haruslah dipahami betul kecocokan materi dan aplikasinya di lapangan agar tidak salah sasaran. Pada proses pembelajaran sejarah lokal, penggunaan modul merupakan keuntungan tersendiri, sebab modul sebagai bahan ajar memiliki fleksibelitas tinggi yang dapat dipakai sebagai bahan ajar terbimbing maupun mandiri. Pada pembelajaran di kelas modul sejarah lokal dapat dipakai sebagai pelengkap dari buku ajar sejarah lainnya, sedangkan di luar kelas modul dapat dipakai siswa untuk mempelajari sejarah dan bukti peninggalan sejarah di lingkungan mereka. Keadaan pada latar belakang di atas menjadi dasar dalam menyusun penelitian berjudul “Pengembangan
Modul
Bahan
Ajar
Sejarah
Berbasis
Perjuangan
Masyarakat Tengaran Kabupaten Semarang selama Revolusi Fisik untuk Meningkatkan Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Tengaran.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi penggunaan bahan ajar sejarah yang sering digunakan di SMA Negeri 1 Tengaran? Pertanyaan penelitiannya adalah: a.
Bagaimana kondisi bahan ajar sejarah yang sering digunakan dalam pembelajaran sejarah Indonesia di SMA N 1 Tengaran pada saat ini?
b. Bagaimana kebutuhan guru dan siswa terhadap modul sejarah lokal berbasis perjuangan masyarakat Tengaran selama Revolusi Fisik? c.
Bagaimana desain bahan ajar modul sejarah perjuangan masyarakat Tengaran selama Revolusi Fisik?
2. Bagaimana pengembangan modul bahan ajar sejarah lokal berbasis perjuangan masyarakat Tengaran selama Revolusi Fisik untuk meningkatkan nasionalisme siswa di SMA Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang? 3. Bagaimana efektifitas modul bahan ajar sejarah lokal berbasis perjuangan masyarakat
Tengaran
selama
Revolusi
Fisik
dalam
meningkatkan
nasionalisme siswa SMA Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui kondisi penggunaan bahan ajar sejarah di SMA Negeri 1 Tengaran, meliputi: a. Deskripsi kondisi bahan ajar sejarah yang digunakan dalam pembelajaran sejarah Indonesia di SMA N 1 Tengaran pada saat ini. b. Deskripsi kebutuhan guru dan siswa terhadap modul sejarah lokal berbasis perjuangan masyarakat Tengaran selama Revolusi Fisik. c. Deskripsi desain bahan ajar modul sejarah perjuangan masyarakat Tengaran selama Revolusi Fisik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
2. Mendeskripsikan tahapan-tahapan pengembangan modul bahan ajar sejarah lokal berbasis perjuangan masyarakat Tengaran selama Revolusi Fisik untuk meningkatkan nasionalisme siswa di SMA Negeri 1 Tengaran. 3. Mendeskripsikan efektifitas modul bahan ajar sejarah lokal berbasis perjuangan masyarakat Tengaran selama Revolusi Fisik dalam meningkatkan nasionalisme siswa SMA Negeri 1 Tengaran. D. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan benar dan terarah, maka diperlukan penjabaran asumsi dan batasan terhadap hasil produk pengembangan sebagai berikut: 1. Asumsi Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Lokal a. Sesuai dengan kurikulum 2013, pembelajaran mata pelajaran sejarah Indonesia di SMA ditujukan untuk mempertinggi sikap nasionalisme, kesadaran sejarah dan prestasi belajar siswa. b. Tersedianya bahan belajar berupa modul perjuangan masyarakat Tengaran selama Revolusi Fisik dapat memudahkan siswa meraih tujuan belajarnya yang dikaitkan dengan tujuan mempelajari Revolusi Nasional Indonesia. c. Modul perjuangan masyarakat Tengaran selama Revolusi Fisik ini merupakan bahan ajar pendamping dari bahan ajar sejarah Indonesia yang memuat materi Revolusi Menegakkan Panji-panji NKRI yang dibelajarkan pada siswa kelas XI pada semester II. d. Agar modul dapat diajarkan secara efektif maka dalam proses pembelajarannya dibutuhkan model dan media pembelajaran lain sebagai pendukungnya. 2. Keterbatasan Pengembangan a. Hanya menghasilkan satu bahan ajar berupa modul sejarah lokal yaitu modul perjuangan masyarakat Tengaran Kabupaten Semarang selama Revolusi Fisik sebagai pendamping buku ajar Sejarah Indonesia yang biasanya digunakan di SMA N 1 Tengaran. b. Modul yang dikembangkan terbatas pada materi sejarah Indonesia SMA kelas XI semester genap. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
c. Modul hanya cocok digunakan terbatas pada SMA Tengaran saja, meskipun sebenarnya materi sejarah Indonesia juga dapat diajarkan di jurusan peminatan MAN Tengaran yang menerapkan kurikulum KTSP. d. Tidak sampai tahap desiminasi dan hanya sampai tahap III yaitu uji keefektifan. E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Spesifikasi produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar cetak berbentuk modul sejarah lokal berjudul Sejarah Perjuangan Masyarakat Tengaran Kabupaten Semarang selama Revolusi Fisik 1947-1949. Penggunaan modul ditujukan agar pembelajaran sejarah lokal tidak tersisihkan disamping diajarkannya sejarah nasional. Selain itu pembelajaran sejarah nasional akan semakin jelas dan mudah dipahami mengingat sifat dari integrasi antara sejarah lokal dan nasional adalah saling melengkapi. Manfaat lainnya dari penggunaan modul dalam proses belajar siswa adalah tidak terbatas di dalam ruang kelas saja (memerlukan bimbingan dari guru), melainkan dapat dilakukan di manapun siswa berada (mandiri). Tentunya modul yang dikembangkan syarat dengan penyisipan nilai-nilai nasionalisme di dalam materi ajarnya. Selama pengembangan modul berpedoman pada ketentuan sebagai berikut ini: 1. Berpedoman pada kurikulum 2013. 2. Materi disesuaikan dengan KI dan KD yakni pada pembahasan tentang sejarah menegakkan panji-panji NKRI yang diajarkan di kelas XI semester II. 3. Materi yang memuat sejarah lokal disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 4. Materi yang dikembangkan yaitu sejarah perjuangan masyarakat Tengaran kabupaten Semarang selama Revolusi Fisik bersumber dari hasil penelitian terdahulu penulis dengan sumber buku babon terbitan Departemen P dan K tentang perjuangan masyarakat Salatiga dan Kendal. Kemudian oleh penulis disempurnakan kembali dengan penambahan kelengkapan sumber dari wawancara, sumber arsip, surat kabar sejaman dan tinjauan pustaka lainnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
yang lebih spesifik menyoroti perjuangan Masyarakat Tengaran selama Revolusi Fisik. 5. Bahan ajar modul harus mudah dipahami, dimengerti dan praktis digunakan dalam pembelajaran di sekolah. Adapun bagian-bagian modul yang dibuat meliputi: a. Cover judul atau halaman sampul. b.
Kata pengantar yang memuat pengalaman-pengalaman pengajaran sejarah lokal untuk meningkatkan nasionalisme.
c. Petunjuk penggunaan yang memuat penjelasan tentang bagaimana pembelajaran dapat diselenggarakan secara efektif. d. Rumusan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator. e. Lembar kegiatan siswa yang memuat aktifitas yang harus dilakukan siswa. f. Lembar latihan dan tugas yang memuat pertanyaan dan masalah yang harus dijawab siswa. g. Kunci jawaban latihan dan tugas yang berfungsi sebagai bantuan kepada siswa untuk dapat mengevaluasi hasil pekerjaannya. h. Lembar tes formatif sebagai alat evaluasi mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam modul. i. Rangkuman
yang
berfungsi
sebagai
ringkasan
materi
untuk
memantapkan pemahaman materi pelajaran. j. Kunci tes formatif yang ditujukan untuk membantu siswa dalam mengevaluasi hasil. F. Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini maka hasilnya diharapkan dapat memberi manfaat praktis bagi sekolah, guru, siswa dan peneliti. 1. Manfaat teoritis: a. Hasil penelitian dapat memberi sumbangan teoritis terhadap pembelajaran sejarah Indonesia utamanya penyaluran nilai-nilai nasionalisme sebagai to userbahan ajar sejarah lokal. pembentukan kepribadian commit siswa melalui
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
b. Hasil penelitian dapat memberi sumbangan teoritis terhadap efektifitas modul bahan ajar dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Manfaat praktis: a. Guru 1) Menjadi alternatif bagi guru dalam menyajikan materi pembelajaran sejarah Indonesia khususnya yang berkaitan dengan Sejarah Revolusi Nasional Indonesia 1945-1949. 2) Meningkatkan kualitas pengajaran sejarah dengan model pembelajaran inovatif sebagai solusi rendahnya motivasi belajar siswa. b. Siswa 1) Modul menambah wawasan dan pengetahuan siswa tentang sejarah masyarakatnya yang selalu bergerak dari masa ke masa. 2) Menumbuhkan kesadaran kritis terhadap kehidupan masyarakat. 3) Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan membentuk karakter siswa sesuai kebudayaan bangsa Indonesia. c. Pemangku Kebijakan 1) Menjadi masukan dan perbandingan dalam melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kurikulum khususnya kurikulum 2013 sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap tujuan lembaga maupun tujuan pendidikan nasional. d. Peneliti 1) Menjadi pembelajaran dalam penyempurnaan modul sejarah yang lebih baik di masa selanjutnya. 2) Menjadi acuan implementasi model pembelajaran “outdoor learning” di masa selanjutnya.
commit to user