BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1. Permasalahan Salah satu cara menambah wawasan dan pengetahuan adalah dengan membaca. Manusia selalu bercita-cita meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia, baik lahir maupun batin. Cita-cita tidak mungkin dicapai jika manusia tidak berusaha keras untuk meningkatkan kemampuan semaksimal mungkin yaitu melalui proses pendidikan (Rahardjo, 2010: 51). Peningkatan kemampuan melalui membaca sebagai suatu proses belajar. Membaca menjadi salah satu kunci kesuksesan bagi pelajar dan generasi muda. Bahan bacaan bisa beraneka ragam seperti buku pelajaran sekolah, koran, majalah, dan tabloid yang berisikan informasi-informasi berbagai macam pengetahuan. Bahan bacaan yang tidak kalah menarik adalah novel yang berisikan serangkaian kisah hidup. Novel merupakan salah satu cara seseorang menuangkan pemikirannya dalam bentuk tulisan yang dapat diketahui oleh orang lain. Cerita yang disajikan dalam novel tidak hanya menarik sekaligus mengandung makna dan nilai, tetapi juga pesan moral yang hendak disampaikan kepada pembaca. Begitu pula dengan novel yang akan diteliti, yaitu novel yang berjudul 9 Matahari Novel 9 Matahari menjadi Nominasi Khatulistiwa Award untuk penulis muda berbakat tahun 2009. Novel 9 Matahari menarik karena tidak hanya berkisah tentang perjuangan hidup
1
2
yang penuh dengan permasalahan dalam menempuh cita-cita yang diinginkannya, tetapi juga pencarian jati diri dan proses belajar. Permasalahan-permasalahan yang muncul tidak hanya bersifat akademis saja, tetapi juga permasalahan etis. Novel berjudul 9 Matahari bercerita tentang perjalanan seorang mahasiswa menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi untuk sampai pada citacitanya. Kisah novel menginspirasi untuk tetap bersemangat menjalani hidup terutama untuk memperoleh pendidikan dan ilmu. Novel 9 Matahari dapat menjadi acuan untuk generasi muda dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Permasalahan yang muncul dalam novel antara lain finansial, semangat, pengaruh sosial masyarakat, dan lingkungan sekitar. Permasalahan yang ada merupakan sebuah rangkaian proses belajar. Impian membawa manusia memiliki semangat dan berjuang keras untuk meraihnya. Impian memicu manusia untuk bekerja keras menuju kehidupan yang didambakan, tentunya ke arah yang lebih baik. Novel 9 Matahari menekankan bahwa impian yang membuat seseorang berjuang sekuat tenaga untuk mencapainya dengan segala macam usaha yang positif, walaupun usaha mencapai impian tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi keluarga yang tidak harmonis. Ketidakharmonisan dalam keluarga dapat membuat seorang anak menjadi bermasalah dengan mentalnya di masa depan dan ketika berada dalam masyarakat. Hal lain yang menarik di dalam novel 9 Matahari yaitu hendak menyampaikan bahwa kasih sayang keluarga adalah hal yang penting. Keluarga adalah salah satu pusat pendidikan, bahkan disebut pusat pendidikan pertama dan
3
utama. Tugas dan kewajiban utama keluarga adalah memberikan pendidikan nilainilai spiritual keagamaan, pengetahuan, dan keterampilan dasar kepada peserta didik atau anak (Barnadib, 2002: 55). Latar belakang keluarga yang kurang kondusif dan kurangnya dukungan keluarga dalam novel 9 Matahari membuat mental generasi muda menjadi lemah. Jadi, peranan keluarga sangat penting sebagai bekal menuju kehidupan di luar. Setiap novel pasti memiliki nilai, makna, dan pesan moral masing-masing, termasuk novel 9 Matahari. Nilai-nilai yang tersirat di dalam novel hendak disampaikan kepada pembaca. Nilai adalah apa saja yang memiliki daya kekuatan untuk menarik dan memikat budi, minat, dan keinginan manusia, misalnya benda, barang, makhluk hidup, pribadi, tujuan, dan cita-cita yang melekat padanya (Mangunhardjana, 1997: 11). Perjuangan hidup yang dihadapkan pada permasalahan yang harus memilih antara baik dan buruk. Permasalahan muncul dari lingkungan yang berbeda yaitu tempat kuliah dan tempat bekerja, membuat tokoh utama (Matari Anas) mempertimbangkan keputusan dan tindakan yang akan diambil antara yang baik dan buruk, yang menguntungkan atau merugikan baginya, tetapi Matari tetap tidak berputus asa. Permasalahan yang muncul di Indonesia adalah pendidikan yang sejatinya memberi harapan ke kehidupan yang lebih baik, tetapi masih diwarnai dengan perilaku yang menyimpang dari generasi muda. Antara pengetahuan (knowledge) yang didapatkan dengan perilaku (attitude) keseharian anak didik terjadi kesenjangan, atau malah berseberangan. Buktinya adalah output pendidikan Indonesia banyak yang berpribadi kerdil, gagap dan buta dalam melakoni hidup,
4
bingung, dan limbung dalam bersikap, ceroboh dalam bertindak, brutal dan nakal dalam bergaul, suka tawuran, terlibat seks bebas, dan bahkan terjerat narkoba (Jalaluddin& Abdullah, 2007: 5). Banyak anak didik yang hanya mementingkan nilai baik tetapi mengabaikan cara yang baik pula, misalnya dengan mencontek dari buku dan teman. Contoh yang lain ketika anak didik berada di luar sekolah, yaitu mudah terbakar emosi oleh hal-hal sepele, sehingga menimbulkan pertengkaran antara yang bersangkutan bahkan dapat sampai pada tawuran. Beberapa contoh tersebut membuktikan bahwa pengendalian emosi anak didik kurang terkontrol dan etika pun diabaikan. Peran dari novel 9 Matahari dapat menjadi motivasi bagi generasi muda agar tetap bersikap etis dan paham tentang betapa pentingnya pendidikan. Novel 9 Matahari juga dapat memberikan pemahaman tentang nilai dan moral. Sebuah penyemangat bagi generasi muda untuk tidak menyia-nyiakan waktu dalam menempuh pendidikan. Etika diperlukan untuk membimbing kehidupan manusia agar tidak hanya mengedepankan kemampuan akademik saja, tetapi harus seimbang antara kemampuan berpikir dan emosi. Seseorang akan mampu beradaptasi dengan lingkungan
masyarakat
karena
dibekali
pengetahuan
sekaligus
mampu
mengendalikan emosi, sehingga terarah dalam menjalani hidup. Etika sangat diperlukan untuk memberikan arahan bagi manusia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Etika hendak membantu manusia untuk mencari orientasi agar manusia tidak hidup dengan cara ikut-ikutan terhadap berbagai pihak, melainkan agar dapat mengerti sendiri mengapa harus bersikap
5
dan bertindak demikian dan agar manusia dapat mempertanggungjawabkan kehidupannya (Magniz, 1987: 14). Jadi, manusia akan dapat mengambil keputusan tindakan dalam situasi konkret tertentu sesuai nilai dan norma yang berlaku. Etika teleologis dianggap relevan dengan novel 9 Matahari yang mengedepankan tujuan hidup. Etika teleologis berpendapat tujuan mencapai kepentingan dan kemajuan bagi diri sendiri, tidak masalah, selama tidak merugikan orang lain (Latif, 2006 :118). Tujuan dari tokoh utama dalam novel adalah menuntut ilmu ke perguruan tinggi. Suatu tujuan hidup memberikan semangat kepadanya untuk mencapainya. Segala tindakan dilakukan demi pencapaian tujuan, seperti bekerja dan berhutang demi memenuhi biaya hidup dan kuliah. Usaha untuk mewujudkan tujuan begitu besar. Penelitian tentang novel 9 Matahari berusaha mencari dan memaparkan nilai-nilai etis yang terdapat di dalamnya. Novel 9 Matahari sebagai objek material dari penelitian. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel dikaji dari sudut pandang etika teleologis yang memandang suatu perbuatan manusia dari tujuannya. Etika teleologis sebagai objek formal dalam penelitian yang dilakukan, berusaha menganalisis secara mendalam isi cerita dari novel 9 Matahari. 2. Rumusan masalah a. Bagaimana nilai-nilai etis yang terkandung dalam novel 9 Matahari karya Adenita dalam kajian etika teleologis? b. Apa pesan-pesan moral yang terkandung dalam novel 9 Matahari? c. Bagaimana relevansi novel 9 Matahari bagi generasi muda?
6
3. Keaslian penelitian Sejauh peneliti ketahui, terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang novel 9 Matahari karya Adenita, antara lain: a. Rahma Isna Wulida, 2011, dengan judul Moralitas dalam Novel 9 Matahari Karya Adenita, skripsi Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Skripsi ini berusaha menemukan nilai moral, sikap moral dan pesan moral yang terdapat di Novel 9 Matahari karya Adenita. b. Endah Ayuningtyas A., 2011, dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Novel 9 Matahari Karya Adenita dan Implikasinya terhadap Pendidikan di Lingkungan Keluarga, skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan mendeskripsikan dan menganalisis nilai-nilai pendidikan dengan menggunakan pendekatan filosofis teoritis dan sosiologi sastra. c. Fuji Astuti Trisula, 2011, dengan judul Analisis Semiotika Realitas dalam Novel 9 Matahari Karya Adenita, skripsi Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Pasundan. Tujuan dari penelitian dilakukan untuk mengetahui kontruksi realitas yang ada dalam novel 9 Matahari dengan menggunakan teori analisis semiotika yang dapat mengupas makna secara mendalam dari sebuah novel. Beberapa penelitian tentang novel 9 Matahari karya Adenita yang sudah tercantum di atas menunjukkan bahwa penelitian yang berjudul Kajian Etika Teleologis dalam Novel 9 Matahari Karya Adenita dapat dipertanggungjawabkan keasliannya karena dianalisis dari sudut pandang etika teleologis.
7
4. Manfaat penelitian a. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memperkaya kajian etika yang memaparkan mengenai nilai-nilai etis yang terkandung dalam novel 9 Matahari ditinjau dari etika teleologis, diharapkan dapat memberi pemahaman bahwa novel memiliki nilainilai yang baik untuk mengajarkan manusia agar tetap menjunjung nilai-nilai dan menjadi arahan dalam bertindak. b. Bagi perkembangan filsafat, penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memperkaya pembahasan
etika yang memakai cerita dalam
novel sebagai objek material yaitu novel 9 Matahari, sehingga dapat mengembangkan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan Filsafat. c. Bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, penelitian yang dilakukan berusaha untuk memberikan kesadaran pada masyarakat luas bahwa novel mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia baik dari segi cerita, makna, dan pesan yang hendak disampaikan. Penelitian yang dilakukan juga diharapkan dapat memberikan motivasi dan semangat bagi masyarakat terutama anak didik. A.
Tujuan Penelitian
a. Merumuskan nilai-nilai etis yang terkandung dalam novel 9 Matahari karya Adenita dalam kajian etika teleologis. b. Merumuskan pesan-pesan moral yang terkandung dalam novel 9 Matahari.
8
c. Merumuskan relevansi novel 9 Matahari bagi generasi muda. B.
Tinjauan Pustaka
Sumber bacaan bagi kalangan pelajar maupun masyarakat begitu banyak. Manusia mendapatkan informasi dan pengetahuan melalui buku bacaan baik melalui koran, majalah, tabloid, buku-buku pelajaran sekolah, sampai novel. Novel merupakan salah satu bahan bacaan yang menghibur. Novel memberikan cerita yang menarik dan lengkap dengan perwatakan dan alur cerita. Novel juga hendak menyampaikan pesan kepada pembaca. Novel 9 Matahari adalah sebuah buku karya penulis Adenita
yang
mengisahkan perjuangan seorang mahasiswi dalam menimba ilmu ke Perguruan Tinggi. Perjalanannya selama menempuh kuliah mendapat banyak kesulitan yang pada akhirnya menunjukkan jati dirinya. Perjuangan yang panjang membuat mahasiswi
bernama
Matari
Anas
belajar
tentang
kehidupan
yaitu
“bagaimana”dirinya harus bertindak ketika masalah menghadang dengan segala resiko yang harus ditanggung. Novel 9 Matahari menunjukkan kepada pembaca tentang pengambilan keputusan atau tindakan dalam kehidupan sehari-hari, yang lebih baik diambil. Novel 9 Matahari menunjukkan dinamika kehidupan seorang mahasiswa yang penuh dengan perjuangan dalam usaha untuk melanjutkan kuliah. Tokoh utama dalam novel 9 Matahari bernama Matari Anas. Matari adalah orang yang bersemangat dan pantang menyerah dalam memperjuangkan cita-citanya. Selama perjalanannya menempuh kuliah, Matari mengalami berbagai cobaan hidup yang harus dihadapi. Salah satu tema dalam novel tersebut adalah ”kuliah bukan hanya logika tetapi etika”. Seseorang menimba ilmu tidak hanya
9
memerlukan logika atau kecerdasan, tetapi juga attitude atau tingkah laku yang baik. M. Hatta Rajasa, Menteri Sekretaris Negara RI Kabinet Indonesia Bersatu berpendapat bahwa Novel 9 Matahari secara cerdas memberikan pencerahan bahwa seseorang yang berkemauan keras ingin menimba ilmu, pasti Allah SWT akan membukakan jalan. Jalan tidak harus berwujud materi, tetapi dapat berupa hal yang lebih berharga, yaitu persaudaraan, makin terbukanya wawasan dalam memaknai hidup, serta kekuatan untuk tantangan menjadi peluang (Rajasa dalam Adenita,2008: i). Seto Mulyadi, Ketua Komnas Perlindungan Anak berpendapat bahwa: Novel 9 Matahari menyadarkan kepada pembaca betapa kesuksesan adalah sebuah pilihan. Apakah seseorang akan sukses atau gagal, sepenuhnya berada ditangan diri sendiri. Semuanya tentu tidak boleh lupa untuk disertai doa. Hal yang penting untuk diingat adalah bahwa belajar tiada henti, mempunyai perencanaan yang matang, dan menjalin kerja sama yang kompak dengan semua pihak, salah satu kunci meraih cita-cita gemilang di masa depan(Mulyadi dalam Adenita, 2008: i). Cita-cita dapat menjadi motivasi yang kuat untuk meraihnya dengan berbagai macam usaha yang tidak mudah. Kegagalan dan kesuksesan merupakan konsekuensi dari usaha yang dilakukan dalam meraih cita-cita. Kesuksesan didapat karena dilakukan dengan sunguh-sungguh dan giat. Kegagalan juga bukan berarti akhir dari segalanya, asal memiliki tekad untuk memperbaikinya pasti dapat terwujud. Sikap putus asa tidak akan membawa pada keberhasilan, maka dibutuhkan sikap hati yang kuat. Manusia menjalani hidup dengan banyak problema, kekerasan, kesulitan, dan penderitaan. Manusia harus memiliki strategi hidup yang tepat dan berhasil demi mencapai sasaran yang dicita-citakan dan memenangkan perjuangan hidup (Santosa, 2008: 11).
10
Deddy Mulyana, Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi dan program pascasarjana Universitas Padjadjaran menyebutkan pentingnya membaca novel 9 Matahari karena merupakan sebuah novel cerdas dan membumi, sebuah balada seorang mahasiswa pendatang di Kota Kembang yang sarat perjuangan dalam mencari jati diri di belantara kehidupan yang penuh kepura-puraan dan hedonistik. Sebuah keharusan bagi kaum muda, khususnya mahasiswa untuk membacanya (Mulyana dalam Adenita, 2008: i). Sikap moral yang terkandung dalam novel 9 Matahari adalah sikap moral bersikap baik kepada sesama dan kehidupan, sikap moral bersikap adil terhadap orang lain, dan sikap moral bersikap hormat terhadap diri sendiri. Sikap moral bersikap baik kepada sesama dan kehidupan (Wulida, 2011: paragraf 3). Moralitas yang ada dalam novel 9 Matahari pada dasarnya menekankan sikap moral seseorang untuk bertindak dalam kehidupan sehari-sehari. Setiap keputusan yang diambil dalam novel 9 Matahari setidaknya harus mencerminkan sikap moral agar terwujud tindakan yang sesuai. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Novel 9 Matahari Karya Adenita memberikan penjelasan bahwa khususnya dalam dimensi spiritual mengajarkan untuk bersikap ikhlas, menghormati dan menghargai orang lain, jujur, bertawakal kepada Allah, dan sabar (Ayuningtyas,2011: paragraf 3). Novel 9 Matahari karya Adenita mengajarkan sikap ikhlas dalam menjalani kehidupan dan segala cobaan yang menghadang. Sikap ikhlas itu memang sulit pada kenyataaanya, ikhlas berarti merelakan segala sesuatu yang terjadi atas kuasa Tuhan YME.
11
Novel 9 Matahari merupakan salah satu wujud perkembangan sastra yang mengangkat sisi kehidupan realitas dari seorang Matari Anas, sebagai tokoh utama. Novel 9 Matahari tersebut, di dalamnya terdapat latar cerita dan permasalahan, lika-liku kehidupan sebuah keluarga dan kemiskinan atau krisis keuangan (Trisula, 2011: 73-74). Penelitian berjudul Analisis Semiotika Realitas dalam Novel 9 Matahari Karya Adenita menyatakan: Pemaknaan semiotika novel 9 Matahari bersifat ikonis, yaitu sesuatu merepresentasikan kemiripan yang memaknai ikon wajah dalam memvisualisasikan tokoh untuk menggambarkan realitas pada saat terjadi. Novel 9 Matahari berisi tokoh-tokoh yang merupakan anchorage atau pelabuhan yang membatasi pemaknaan. Karakter tokoh Matari Anas, tokoh Biran Anas, Keluarga Titipan, Keluarga Seruling, dan Empat Serangkai, memberikan gambaran sehingga orang dapat memaknai novel 9 Matahari sebagai gambaran situasi dan kondisi yang dialami para tokoh, sehingga dapat dikategorikan sebagai ikon dalam novel (Trisula, 2011: 107). Permasalahan-permasalahan yang dihadapi sangat kompleks, sehingga tokoh utama yaitu Matari Anas merasa bahwa perjuangan yang ditempuhnya sangat panjang dan berat. Semangat untuk menjadi sarjana membantu untuk bertahan di tengah permasalahan yang menghimpit. Jatuh bangun kehidupan Matari menjadi pelajaran berharga dalam kehidupannya, untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan melalui kajian etika teleologis mencoba mencari nilai-nilai etis yang terdapat dalam isi cerita novel 9 Matahari. C.
Landasan Teori
Kehidupan manusia dihadapkan pada berbagai situasi dan kondisi tertentu. Setiap orang memiliki permasalahan masing-masing dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Etika diperlukan manusia dalam menghadapi kehidupan tentang apa yang dilakukan dan dikerjakannya.
12
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ethos yang dalam bentuk tunggal berarti kebiasaan, akhlak, watak, perasaan, sedangkan arti dalam bentuk jamak (ta etha) adalah adat kebiasaan (Bertens, 1993: 4). Banyak yang menyimpulkan bahwa secara umum etika adalah ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Jadi, pengertian etika adalah suatu kajian kritis tentang bagaimana manusia harus bertindak dalam situasi konkret atau khusus tertentu. Etika juga merupakan filsafat moral atau cabang yang membahas dan mengkaji secara kritis persoalan kebaikan atau benar dan salah secara moral, khususnya bertindak dalam situasi konkret. Etika berbeda dengan moralitas. Moralitas adalah ajaran moralnya sedangkan etika lebih mengarah pada kajian kritis atas ajaran moral tersebut. Objek etika menurut Magnis adalah pernyataan moral, apabila diperiksa segala macam moral pada dasarnya hanya dua macam: pernyataan tentang tindakan manusia dan pernyataan tentang manusia sendiri atau tentang unsur-unsur kepribadian manusia seperti motif-motif, maksud, dan watak (Magnis dalam Zubair, 1990: 18). Etika merupakan ilmu tentang moralitas karena berhubungan dengan tingkah laku moral pada manusia. Ada tiga macam etika yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Etika deskriptif hanya melukiskan tingkah laku moral yang terdapat pada individu, kebudayaan, adat istiadat, dll. Etika deskriptif tidak memberikan penilaian moral bahwa suatu adat atau kebudayaan dapat diterima atau ditolak, sehingga etika deskriptif hanya sebatas menggambarkan moralitas. Kedua, etika normatif yang tidak berbicara lagi tentang tingkah laku moral, norma moral atau konsep-konsep etis, melainkan memberikan penilaian
13
moral dan menentukan yang sebenarnya merupakan tindakan manusia. Etika normatif memberikan argumentasi-argumentasi atas tingkah laku manusia atau masyarakat disebut baik atau buruk, diterima atau ditolak berdasarkan atas norma yang berlaku dalam masyarakat. Tujuan etika normatif adalah merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat digunakan dalam praktek (Moekijat, 1995: 13). Ketiga, metaetika yang mempelajari logika-logika khusus dari ucapan-ucapan etis atau bahasa etis, bahasa yang dipakai di bidang moral (Bertens, 1993: 19). Etika dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari, maka etika menjadi salah satu ilmu yang menarik diperbincangkan. Ada beberapa pandanganpandangan etika yang masih berpengaruh sampai sekarang (Bertens, 1993: 235260): Pertama, Hedonisme yang menekankan pada pencapaian kesenangan dan menjauhkan diri dari ketidaksenangan. Kesenangan harus dimengerti sebagai kesenangan aktual, badani, dan individual. Kedua, eudemonisme yang berasal dari Aristoteles. Etika Aristoteles juga disebut eudemonisme karena nilai tertinggi adalah kebahagiaan. Cita-citanya adalah “hidup yang baik”, euzen. Cara untuk mencapai cita-cita tersebut ditempuh dengan theoria dan praxis. Theoria merupakan perenungan terhadap hal-hal Illahi dan praxis adalah partisipasi aktif dalam kehidupan bersama sekelompok manusia. Ketiga, utilitarianisme yang berpandangan bahwa suatu perbuatan dikatakan baik apabila suatu perbuatan menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang yang terbesar. Keempat adalah deontologi, identik dengan filosof Immanuel Kant yang menekankan pada
14
kewajiban. Seseorang dikatakan baik apabila melakukan kewajiban dan perbuatan adalah baik jika hanya dilakukan karena wajib. Salah satu teori etika yang sekaligus menjadi objek formal dalam penelitian yang dilakukan yaitu etika teleologis, sistem etika yang menilai baik buruknya tindakan dari segi bernilai dan tak bernilainya. Suatu perbuatan bernilai karena ditentukan berdasarkan tujuan maksud dan motif orang yang melakukan perbuatan (Mangunhardjana, 1997: 11). Sesuatu atau benda bernilai karena manusia sendiri yang memberi nilai pada benda tersebut karena manusia membutuhkan benda tersebut. Kehidupan sehari-sehari manusia tidak terlepas dari nilai maka nilai dapat menjadi dasar dan arahan bagi hidup manusia. Nilai selalu berkaitan dengan penilaian seseorang, nilai timbul karena adanya fakta. Jadi, Fakta mendahului nilai karena terlebih dahulu pasti ada fakta yang berlangsung, baru kemudian mungkin adanya suatu penilaian terhadap fakta (Bertens, 1993: 141). Etika teleologis merupakan teori etika yang menyatakan bahwa nilai moral dari suatu tindakan manusia, didasarkan pada sejauh mana tindakan tersebut mencapai tujuannya.
Etika teleologis menekankan pada baik-buruknya suatu
tindakan didasarkan atas motif atau tujuan akhir seseorang (Mudhofir, 2009: 214). Ukuran baik-buruk didasarkan atas tujuan yang dicapai manusia, apapun hasil yang dicapai secara moral adalah baik, sedangkan yang menghalangi yang ingin dicapai atau tujuan akhir dianggap sesuatu yang buruk. Etika teleologis merupakan cabang etika normatif yang menyatakan baikburuknya suatu tindakan dari sudut pandang etika ditentukan oleh suatu sistem
15
tertentu, maka norma etis atau etika adalah konsep yang relatif terhadap tujuan (Bagus, 1996: 1087). Moralitas yang dianut dalam etika teleologis mengakibatkan suatu subjektifitas yaitu tergantung masing-masing individu. Seseorang dapat menyatakan perbuatannya baik karena mempunyai tujuan yang baik pula, tetapi tujuan tersebut belum tentu baik bagi orang lain, tujuan satu orang dengan orang lain tidak sama. Jadi, etika teleologis bersifat subjektif. Etika teleologis memiliki suatu persoalan yang cukup mendasar tentang “Bagaimana menilai tujuan atau akibat suatu tindakan sebagai baik atau buruk?” usaha untuk menjawab persoalan tersebut muncullah dua aliran etika teleologis yaitu egoisme dan utilitarianisme (Keraf, 1991: 31). Egoisme adalah aliran yang menganggap tindakan dari setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri. Satu-satunya tujuan kewajiban moral setiap manusia adalah untuk kepentingan diri sendiri, yang terbaik bagi diri sendiri. Utilitarianisme menekankan baik-buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan dan akibat dari tindakan bagi sebanyak mungkin orang. Nilai-nilai etis merupakan hasil konfrontasi atau pertentangan dalam diri manusia dalam menghadapi pengalaman, tantangan, permasalahan dan perjuangan hidup. Nilai etis disadari, digali, dan ditemukan dalam kehidupan nyata. Nilai etis dijadikan pegangan dan pedoman dalam hidup (Sari, 2011: 12). Tindakan manusia tidak dapat lepas dari moral manusia sendiri. Nilai moral merupakan sekumpulan nilai tentang cara berperilaku individu atau sekelompok orang, sesuai dengan yang dianggap sebagai benar, baik, lurus, dan tepat. Nilai moral juga menjadi arahan
16
bagi manusia untuk bertindak agar sesuai dengan yang dianggap baik oleh sekelompok orang dan individu (Mudhofir, 2009: 357). D.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian historis faktual tentang buku menggunakan metode pustaka. Penelitian novel 9 Matahari karya Adenita ditinjau dari salah satu sudut pandang tertentu, yaitu etika teleologis. 1. Bahan penelitian Bahan penelitian terdiri dari: a. Data primer: 1) Novel 9 Matahari karya Adenita, tahun 2008, penerbit Grasindo, Jakarta. b. Data sekunder: 1) Buku Etika Bisnis karya Sony Keraf, tahun 1991, penerbit Kanisius, Yogyakarta. 2) Buku Etika Bisnis: Antara Norma dan Realita karya Dochak Latif, tahun 2006, penerbit Muhammadiyah University Press, Surakarta. 3) Buku Isme-Isme dalam Etika dari A-Z karya Mangunhardjana, tahun 1993, penerbit Kanisius. 4) Buku Etika karya K. Bertens, tahun 1993, penerbit Garmedia Pustaka Utama, Jakarta.
17
5) Tulisan dari sumber lain berupa buku-buku, jurnal, artikel, dan data-data yang berhubungan dengan novel 9 Matahari karya Adenita dan etika teleologis 2. Jalan penelitian a. Pengumpulan data Langkah yang diperlukan pertama kali adalah pengumpulan data yang meliputi: 1) Buku : novel 9 Matahari karya Adenita, buku mengenai etika teleologis, etika, buku filsafat, dan buku-buku lain yang berkaitan dengan penelitian. b. Klasifikasi data yaitu klasifikasi sumber data primer dan sumber data sekunder. c. Sistematisasi data yaitu menyusun data primer dan sekunder sehingga tercapai suatu susunan yang runtut. d. Analisis data yaitu menganalisis data primer dan data sekunder yang menjadi objek penelitian. 3. Analisis hasil Data yang dianalisis menggunakan metode kefilsafatan (Kaelan, 2005: 6795 ), antara lain: a. Deskripsi, digunakan untuk menguraikan hasil pemahaman dari novel 9 Matahari dan nilai-nilai etis yang terdapat di dalam novel serta menguraikan etika teleologis.
18
b. Interpretasi, digunakan untuk mengungkapkan arti, nilai, dan makna dari novel 9 Matahari. c. Holistika, digunakan untuk menangkap secara keseluruhan mengenai nilai dan makna keseluruhan novel 9 Matahari yang ditinjau dari perspektif etika teleologis. d. Kesinambungan Historis, data yang ada dilihat dari perkembangan pemikiran seseorang atau objek penelitian yang berhubungan dengan lingkungan sosial dan pengaruh-pengaruh yang dialaminya. e. Hermeneutika, yaitu untuk memahami dan menganalisis data yang telah terkumpul, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai dalam novel 9 Matahari dan etika teleologis. E.
Hasil Yang Dicapai
Hasil yang akan dicapai dari penelitian ini antara lain: 1. Menemukan nilai-nilai etis yang terkandung dalam novel 9 Matahari dalam kajian etika teleologis. 2. Memperoleh penjelasan tentang pesan-pesan moral yang terkandung dalam novel 9 Matahari. 3. Memperoleh penjelasan tentang relevansi novel 9 Matahari bagi generasi muda. F.
Sistematika Penulisan
Hasil penelitian yang dilakukan akan dijabarkan dalam lima bab, sebagai berikut:
19
Bab pertama berisi tentang latar belakang pentingnya penulisan penelitian yang di dalamnya terdapat sub bahasan tentang rumusan masalah, keaslian penelitian, dan manfaat penelitian, kemudian
dilanjutkan dengan tujuan
penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang akan dicapai dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi tentang pemaparan objek formal dari penelitian yaitu etika teleologis. Bab kedua akan membahas etika secara rinci dan lengkap mulai dari pengertian, objek etika, teori-teori etika, dan etika teleologis secara lebih rinci, serta uraian tentang moral. Bab ketiga berisi tentang uraian tentang penjabaran nilai-nilai etis dari novel 9 Matahari yang diawali dengan pengenalan akan penulis novel yaitu riwayat hidup Adenita dan juga karya-karya yang sudah dicetuskan oleh Adenita. Uraian tersebut terkait tentang novel mulai dari karakter tokoh, latar cerita,alur cerita, sudut pandang, alur cerita, dan nilai-nilai etis yang terkandung di dalam novel. Bab keempat berisi tentang analisis dari novel 9 Matahari karya Adenita ditinjau dari segi etika teleologis. Bab empat mencoba mengategorisasikan nilainilai etis yang terkandung dalam novel 9 Matahari beserta kelemahan dan kelebihannya. Analisis terhadap novel 9 Matahari dilakukan juga berusaha menemukan pesan-pesan moral yang terdapat dalam novel serta relevansinya bagi generasi muda Indonesia.
20
Bab kelima berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dengan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pada rumusan permasalahan dan saran.