BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran, pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat membantu siswa dalam mempelajari serta memahami suatu materi yang disajikan guru. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.Salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran adalah prestasi belajar yang dicapai siswa. Dimana dalam Kurikulum 2013, prestasi belajar sering disebut sebagai aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari suatu proses pembelajaran. Untuk mencapai keberhasilan suatu pembelajaran, guru harus pandai dalam memilih dan mengembangkan suatu model pembelajaran. Dan untuk mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasian model-model tersebut dalam pembelajaran. Karena penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat membantu siswa selama proses pembelajaran. Menurut Sudjana dalam Nini Subini, dkk. (2012: 6), ’’pembelajaran merupakan semua upaya yang sengaja dilakukan oleh guru kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar”. Oleh karena itu, peran guru dalam pemilihan model sangat mempengaruhi proses pembelajaran dan peran aktif siswa guna mencapai prestasi belajar yang maksimal. Menurut Joyce & Weil (1971) dalam Mulyani Sumantri, dkk (1999: 42) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai 1
2
tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Sehingga dapat diartikan bahwa dalam suatu model pembelajaran terdapat pola dan prosedur yang disusun secara sistematis dalam suatu proses pembelajaran. Proses pembelajaran melibatkan semua mata pelajaran yang diberikan disekolahan sesuai dengan kurikulum yang ada. Mata pelajaran yang wajib diadakan disemua tingkatan persekolahan salah satunya adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan adalah konsep multidimensional yang dimaksudkan untuk meletakan dasar-dasar pengetahuan tentang masyarakat politik, tentang persiapan yang di perlukan untuk berpartisipasi dalam proses politik secara menyeluruh, dan secara umum tentang apa definisi dan bagaimana menjadi warga negara yang baik. (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 2003: 44). Pembelajaran PKn berbeda dengan pembelajaran bidang studi lainnya, karena “PKn adalah salah satu bentuk pendidikan nilai dan moral”, (Abdul Aziz Wahab, 2002: 124). Sehingga PKn harus mampu mengembangkan kesadaran nilai terutama dalam mengembangkan nilai-nilai moral siswa, karena PKn merupakan program pendidikan yang melatih para siswa untuk bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Ditambahkan Winataputra (2012: 2) yang mendefinisikan PKn “Sebagai wahana pendidikan yang dibangun untuk membina dan mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik dalam latar subsistem pendidikan formal, nonformal, dan informal, pada dasarnya sudah menjadi bagian inhern dari idea, instrumentasi dan praksis pendidikan nasional Indonesia”. Pendapat tersebut memberikan
pengertian
bahwa
PKn
merupakan
pendidikan
yang
diselenggarakan untuk membina dan mengembangkan warga negara agar menjadi cerdas dan baik melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal. Dimensi kurikuler PKn yang diselenggarakan di persekolahan baik formal
3
maupun nonformal dalam rangka membekali pengetahuan, keterampilan, dan sikap kewarganegaraan untuk menjadi warga negara yang baik dan cerdas. Untuk informal diperlukan dukungan dari orang tua dan lingkungan sekitar untuk mewujudkan lingkungan yang berkarakter sebagai penguatan. Melalui penggunaan model pembelajaran yang tepat dan efektif dapat membuat suasana belajar menjadi menyenangkan dan siswa dapat aktif serta lebih mudah dalam menerima materi pembelajaran secara optimal. Karena siswa lebih mudah dalam menerima materi pembelajaran maka memungkinkan siswa akan memperoleh prestasi belajar yang maksimal pula. Akan tetapi, yang terjadi dalam pembelajaran PKn di sekolah-sekolah adalah sebagai berikut; siswa kurang tertarik selama pembelajaran berlangsung sehingga tidak menaruh perhatian, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi mata pelajaran PKn. Disamping itu, siswa kurang aktif dalam mengemukakan pendapatnya dan siswa memiliki kekurangan dalam pemahaman nilai-nilai dan moral untuk menghargai teman dan guru yang berbicara selama proses pembelajaran. Hal ini mungkin disebabkan Pembelajaran PKn yang notabene membosankan karena guru cenderung ceramah, gaya mengajar guru yang
kurang menarik dan monoton serta
penggunaan media, model, dan sumber belajar yang kurang tepat dengan materi yang diajarkan sehingga menyebabkan hasil siswa kurang tertarik selama pembelajaran dan mempengaruhi hasil prestasi belajar siswa. Berdasarkan
pengamatan
penulis
ketika
melaksanakan
Program
Pengalaman Lapangan (PPL) pada studi pendahuluan, ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran PKn khususnya pada siswa kelas VII pada kompetensi dasar “Menghargai Sikap Toleransi Terhadap Keragaman Suku, Agama, Ras, Budaya, dan Gender”. Diantaranya adalah siswa kurang memperhatikan proses pembelajaran, kurang sadarnya siswa terhadap sikap toleransi terhadap keberagaman yang ada di sekitarnya, khususnya terhadap keberagaman atau perbedaan gender. Contohnya, ketika ada jam kosong, siswa laki-laki memilih bermain bersama dan cenderung membuat kegaduhan di saat
4
siswi perempuan mengerjakan tugas yang diberikan, dalam pemilihan ketua kelas lebih sering dicalonkan dari siswa laki-laki daripada perempuan, dan masih banyak lagi. Hal ini menjadi satu bukti bahwa sikap toleransi antara siswa laki-laki dan siswi perempuan kurang baik. Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, maka penelitian ini penting guna mencari berbagai alternative jawaban atau pemecahan untuk menghindari pembelajaran PKn yang kurang efektif diantaranya adalah dengan cara menggantinya dengan model pembelajaran yang lama agar nilai dan sikap toleransi antara siswa laki-laki dan perempuan dapat terbentuk lebih baik. Adapun model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran Konsiderasi. Dimana model ini merupakan model pembelajaran afektif yang dikembangkan dengan penyadaran kepada anak akan nilai-nilai tertentu dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Penerapan model pembelajaran konsiderasi dalam mata pelajaran PKn dimaksudkan agar siswa memiliki kepedulian terhadap orang lain sebagai wujud kebutuhan fundamental manusia sebagai mahkluk sosial. Kelebihan model pembelajaran konsiderasi ini adalah mampu mengarahkan siswa untuk mengambil keputusan tentang nilai moral sebagai landasan pembentukan kepribadian secara mendalam dengan pertimbangan yang matang. langkahlangkah model pembelajaran konsiderasi ini di awali dengan memberikan suatu pokok permasalahan untuk dianalisis kemudian diteruskan dengan memberikan tanggapan terhadap permasalahan tersebut sesuai dengan pertimbangannya sendiri. Pelaksanaan model pembelajaran konsiderasi ini membutuhkan arahan guru secara terus menerus agar kegiatan siswa runtut dan menemukan tindakan yang tepat. Penelitian eksperimen dengan model pembelajaran konsiderasi ini, akan peneliti aplikasikan pada Kompetensi Dasar “Menghargai Sikap Toleransi Terhadap Keragaman Suku, Agama, Ras, Budaya, dan Gender”, dengan pertimbangan, bahwa kompetensi ini termasuk dalam ruang lingkup sikap toleransi sesuai dengan kompetensi dasar yang tercantum pada kurikulum
5
2013. Sikap toleransi merupakan suatu sikap saling menghargai dan menghormati antar sesama guna menciptakan suasana nyaman, tenang, dan tenteram dalam bermasyarakat. Pentingnya sikap toleransi pada tiap diri siswa adalah agar siswa dapat saling menghargai dan menghormati terhadap siswa lain tanpa membedakan keberagaman yang ada, terutama pada perbedaaan gender. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan
judul
“Pengaruh Penggunaan Model
Konsiderasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar Menghargai Sikap Toleransi Terhadap Keragaman Suku, Agama, Ras, Budaya, dan Gender di SMP Negeri 3 Mojogedang”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat di identifikasikan sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diterapkan guru-guru di sekolah selama ini adalah metode konvensional, yaitu ceramah bervariasi. 2. Proses pembelajaran yang terjadi hanya satu arah yaitu berpusat pada guru (teacher center). 3. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. 4. Hasil belajar PKn siswa yang rendah. 5. Masih adanya bias gender dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa karena kurangnya pemahaman dalam toleransi gender 6. Konsep pembelajaran PKn sering kali tidak dibelajarkan seutuhnya yaitu tidak mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas, maka permasalahan difokuskan pada hasil belajar PKn yang rendah khususnya
6
hasil belajar pada aspek afektif. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut akan dicobakan model pembelajaran Konsiderasi, pada kompetensi dasar menghargai sikap toleransi terhadap keragaman suku, agama, ras, budaya, dan gender. Pada hal ini peniliti akan membatasi masalah pada perbedaan dan bias gender yang terjadi di SMP Negeri 3 Mojogedang.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang menjadi pokok penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh pembelajaran siswa dengan menggunakan model pembelajaran Konsiderasi terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada aspek afektif pada kompetensi dasar Menghargai sikap toleransi terhadap keragaman suku, agama, ras, budaya, dan gender?
E. Tujuan penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah
terdapat
pengaruh
hasil
belajar
Pendidikan
kewarganegaraan pada aspek afektif dengan model pembelajaran Konsiderasi pada kompetensi dasar Menghargai sikap toleransi terhadap keragaman suku, agama, ras, budaya, dan gender.
F. Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi di bidang pendidikan khususnya mengenai penerapan model pembelajaran Konsiderasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada aspek afektif.
7
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi penelitian di masa yang akan datang di bidang dan permasalahan sejenis atau bersangkutan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Mendapatkan kemudahan dalam belajar dan memahami mata pelajaran PKn yang disampaikan oleh guru, sehingga berdampak pada capaian hasil belajarnya khususnya pada apek afektif. b. Bagi Guru Dapat menjadi acuan bagi guru di bidang studi PKn dalam menentukan
model
pembelajaran
yang
tepat
sesuai
dengan
kemampuan tiap kelas, pada mata pelajaran yang bersangkutan, dalam rangka meningkatkan hasil belajar kepada siswanya. c. Bagi Peneliti Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah peneliti terima di bangku kuliah khususnya yang berkaitan dengan PKn, serta untuk membekali peneliti sebagai calon guru dalam menentukan model pembelajaran khususnya model model pembelajaran Konsiderasi.