BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dunia kerja membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik untuk mendukung kinerja saat melaksanakan tugas. Salah satu keterampilan yang mendukung di lingkungan kerja adalah keterampilan berkomunikasi. Seseorang yang memiliki keterampilan berkomunikasi dapat membangun relasi yang baik dengan pimpinan, rekan kerja dan masyarakat. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi di era modern sangat dibutuhkan oleh seluruh individu. Nussbaum (2011) dalam Heng (2014) menyatakan bahwa salah satu aspek yang dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi adalah dengan menerapkan proses berargumentasi. Penerapan proses argumentasi dapat digunakan untuk menganalisis informasi tentang suatu topik dan pada akhirnya hasil analisisnya dapat disampaikan kepada orang lain dengan komunikasi yang baik. Berargumentasi dapat menjadi proses mencari pembenaran dan keyakinan terhadap suatu kejadian sehingga dapat dikomunikasikan dengan baik dan dapat mempengaruhi pendapat lawan bicaranya. Hasil observasi di kelas X-4 SMA N 3 Boyolali menunjukkan bahwa pada saat pelajaran biologi siswa cenderung pasif karena siswa jarang mengungkapkan pendapat, terutama pada saat proses diskusi. Siswa menerima materi yang disampaikan oleh guru secara aktif dengan mencatat dan sedikit siswa yang mengajukan pendapat atau bertanya secara lisan terkait dengan materi tersebut. Guru memancing dengan banyak pertanyaan, tetapi hanya siswa-siswa tertentu saja yang menjawab dengan sangat singkat tanpa didukung fakta dan alasan yang kuat. Siswa masuk pada sesi berkelompok, hanya siswa tertentu yang aktif mengutarakan pendapat dan siswa yang lain cenderung diam dan mengikuti. Hasil wawancara dengan guru biologi kelas X-4 SMA N 3 Boyolali, diperoleh fakta bahwa pada dasarnya minat belajar siswa untuk pelajaran biologi sudah cukup besar, namun guru merasa siswa masih kurang dalam beberapa hal
1
2
terutama kemampuan dalam menyampaikan argumen. Menurut guru, kurangnya kemampuan menyampaikan argumen dapat dilihat dari jawaban-jawaban siswa yang singkat dan seadanya dari pertanyaan yang diberikan dan adanya rasa enggan atau malu untuk menyatakan gagasan dikarenakan gagasan tersebut belum jelas kebenarannya. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru belum mendukung secara maksimal argumentasi siswa. Hasil wawancara yang dilakukan kepada guru biologi kelas X-4 SMA N 3 Boyolali dapat diindikasikan bahwa kemampuan mengungkapkan pendapat atau keterampilan berargumentasi lisan siswa kurang. Hal ini diperkuat dengan hasil dari observasi lanjutan yang digunakan untuk memastikan bahwa masalah pokok yang terjadi di lapangan adalah kurangnya keterampilan berargumentasi. Observasi dilakukan dengan mencatat semua pernyataan atau pendapat dari siswa selama pembelajaran berlangsung. Semua pernyataan tersebut dianalisis dengan mengacu pada indikator-indikator keterampilan argumentasi lisan menurut McNeill (2011) yang terdiri dari: 1) Claim 2) Evidence dan 3) Reasoning. Aspek claim masih kurang dibuktikan dengan siswa masih memberikan argumen yang tidak berkaitan dengan topik utama, yaitu hanya mendapat skor sebesar 7,81 %. Aspek evidence masih kurang, dibuktikan dengan kurangnya data-data yang mendukung jawaban siswa, yaitu hanya mendapat skor sebesar 1,17 %. Aspek reasoning juga masih kurang, dibuktikan dengan siswa masih rendah dalam memberikan pembenaran yang membuktikan bahwa ada hubungan antara claim dengan evidence yang diberikan. Skor reasoning yang diperoleh sebesar 0,39 %. Hasil dari observasi lanjutan tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi di kelas X-4 SMA N 3 Boyolali adalah kurangnya keterampilan argumentasi lisan. Menurut Cho dan Jonassen (2002) argumentasi dapat digunakan oleh seseorang untuk mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi terbaik dengan fakta serta bukti yang kuat. Keterampilan berargumentasi dapat digunakan oleh siswa untuk memecahkan suatu masalah yang mereka temukan pada suatu materi pembelajaran. Ketika siswa menemukan suatu masalah, mereka mencari akar permasalahan yang terjadi, kemudian mencoba mengemukakan pendapat mereka
3
sebagai solusi dan mencoba mencari fakta serta bukti yang kuat untuk mendukung pendapat mereka. Penguasaan siswa dalam menyertakan bukti dan fakta dalam berpendapat sangat penting untuk menguasai keterampilan berargumentasi karena berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi mereka terhadap teman dan guru. Ketika komunikasi siswa terbangun dengan baik, maka suasana kelas menjadi semakin kondusif. Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat dan gagasangagasan mereka menjadi logis dan sistematis. Menumbuhkan
keterampilan
berargumentasi
memerlukan
suatu
rancangan pembelajaran yang dapat membiasakan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya agar dapat memahami konsep dan mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan tersebut. Pembelajaran yang hanya menitikberatkan pada penyampaian informasi dan menghafal teori tidak efektif untuk mencapai tujuantujuan pembelajaran (Suderadjat, 2004). Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran dimana seorang guru hanya menjadi fasilitator dan siswa sebagai pusat pembelajaran. Salah satu
model pembelajaran
yang dapat
diterapkan untuk
meningkatkan keterampilan argumentasi adalah inquiry. Proses pembelajaran inquiry menekankan aktivitas belajar yang berpusat pada siswa sehingga dapat menjadikan siswa lebih aktif. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran dapat mendorong pemahaman konsep biologi sehingga mereka lebih tertarik terhadap mata pelajaran biologi (Osborne, 2010). Setiap siswa berkesempatan untuk mengidentifikasi suatu permasalahan yang muncul di lingkungan sekitar sehingga siswa mampu mengkaji permasalahan tersebut dan mampu menemukan suatu konsep. Proses pembelajaran inquiry yang menekankan pada keterampilan proses inilah yang menjadikan siswa dapat menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan dan mampu mengkomunikasikan argumennya baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Bell, Smetana & Binns (2005) Inquiry memiliki 4 macam model, yaitu confirmation inquiry, structured inquiry, open inquiry dan guided inquiry. Siswa sekolah menengah cenderung masih kesulitan dalam mencari dan menganalisis suatu permasalahan secara mandiri sehingga masih membutuhkan
4
bimbingan dari guru untuk proses pembelajarannya. Oleh karena itu, guided inquiry adalah salah satu model pembelajaran yang efektif untuk siswa karena proses pembelajarannya terdapat bimbingan dari guru (Damayanti dan Ngazizah, 2013). Menurut Kuhlthau, Maniotes & Caspari (2007) perbedaan antara inquiry dengan guided inquiry adalah adanya bimbingan oleh guru ditahap investigasi masalah. Guided inquiry merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa. Siswa melakukan aktivitas mencari topik permasalahan, mencari data-data pendukung dan mempresentasikan hasil mereka. Guided inquiry mempunyai tahap-tahap yang sama dengan inquiry, yang membedakan hanya pada bimbingan yang diberikan guru. Guru memberikan bimbingan pada siswa saat masuk tahap mencari dan menginvestigasi masalah. Pada tahap ini guru memberikan gambaran-gambaran yang harus dipelajari oleh siswa, tetapi siswa sendiri yang membangun pemahaman konsep dari masalah-masalah yang diberikan oleh guru. Tahap-tahap yang ada pada model pembelajaran guided inquiry, secara keseluruhan dapat melatih siswa dari mulai mengemukakan pendapat, mencari data dan fakta sampai merumuskan sebuah kesimpulan atau solusi terbaik untuk pemecahan masalah argumentasi. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Penerapan
Guided
Inquiry
untuk
Meningkatkan
Keterampilan
Berargumentasi Lisan Siswa Kelas X-4 SMA N 3 Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Apakah penerapan guided inquiry dapat meningkatkan keterampilan berargumentasi lisan siswa kelas X-4 SMA Negeri 3 Boyolali?
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
adalah
untuk
meningkatkan
keterampilan
berargumentasi lisan siswa kelas X-4 SMA Negeri 3 Boyolali melalui guided inquiry
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa a. Meningkatkan keterampilan argumentasi di dalam pembelajaran b. Meningkatkan rasa percaya diri dalam diri siswa c. Meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran d. Memberikan suasana yang lebih bervariasi dengan guided inquiry 2. Bagi guru a. Meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan guided inquiry b. Meningkatkan kreatifitas dalam merencanakan pembelajaran c. Memberikan
alternatif
solusi
untuk
meningkatkan
keterampilan
berargumentasi 3. Bagi sekolah a. Menghasilkan siswa yang memiliki keterampilan argumentasi lisan dengan baik b. Membantu menyediakan bibit unggul untuk menghadapi era modern