1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Proses belajar dimulai sejak manusia dilahirkan. Manusia telah belajar melakukan proses belajar yang pertama yaitu proses untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Di antara proses belajar tersebut, salah satu kemampuan utama yang harus dipelajari oleh seorang anak adalah kemampuan berbahasa. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Dalam pendidikan, bahasa Indonesia sudah mulai diajarkan sejak anak usia dini. Hal ini disebabkan pengajaran bahasa Indonesia dapat memberikan kemampuan dasar berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan masyarakat Indonesia (Depdiknas, 2006: 231). Salah satu aspek pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar yang memegang peranan penting adalah membaca, khususnya membaca permulaan, dan menangkap isi bacaan dengan baik (Tarigan, 2008: 7). Membaca pada hakikatnya merupakan proses membangun makna dari pesan yang disampaikan melalui simbol-simbol tulisan (Abdurrahman, 2012: 158). Lebih lanjut, Zuchdi dan Budiasih (2004: 21)
mengemukakan bahwa membaca sebagai proses
komunikasi yang berupa pemerolehan informasi dari penulis oleh pembaca. Menurut Anderson dalam Tarigan (2008: 8),
membaca
permulaan
merupakan suatu proses yang menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan
(oral
language
meaning)
yang
mencakup
pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Sahari dalam Koswara (2013: 11) mengemukakan bahwa membaca permulaan adalah kegiatan
2 menerapkan kemampuan berbahasa (linguistik) dengan melibatkan faktor biologis dan psikis yang dipengaruhi oleh lingkungan dengan huruf, suku kata, kata, dan kalimat sebagai objek bacaan sebagai tingkatan awal dalam belajar membaca pembelajaran membaca, pada kelas I merupakan pelajaran membaca tahap awal. Tujuan membaca permulaan adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami sekaligus menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar sebagai dasar untuk tahap membaca berikutnya. Menurut Zuchdi dan Budiasih (2004: 57), kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sementara itu, Abdurrahman (2012: 157) berpendapat bahwa “Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi”. Namun demikian, dalam proses pelaksanaan pengajaran bahasa Indonesia termasuk pada pengajaran membaca permulaan, tidak terlepas dari permasalahan. Salah satu anak yang mengalami permasalahan dalam membaca permulaan adalah anak berkesulitan belajar. Jika anak mengalami kesulitan dalam membaca permulaan, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Anak berkesulitan belajar adalah anak secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh disfungsi neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah, dan anak tersebut beresiko tinggal kelas (Yusuf, 2009: 7). The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD) yang dikutip oleh Hamill et, all. dalam Abdurrahman (2012: 2) mengemukakan bahwa : Kesulitan belajar merujuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut instrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat,
3 faktor-faktor psikogenik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung. Kemampuan membaca permulaan pada anak berkesulitan belajar belumlah sempurna karena masih ada kata yang belum bisa dibaca anak dengan benar dan jelas. Anak membutuhkan waktu yang panjang untuk membaca sebuah kalimat. Anak dengan gangguan kesulitan belajar membutuhkan bimbingan khusus guna mengembangkan kemampuan membaca mereka. Kenyataan di lapangan yang peneliti amati terhadap siswa kelas I di SD Al Firdaus Surakarta diperoleh fakta bahwa terdapat lima siswa yang belum lancar membaca. Terdapat siswa yang masih terbata-bata dalam membaca, salah dalam membedakan huruf, dan mengeja huruf satu persatu dalam membaca kata. Kemampuan membaca permulaan pada kelima anak ini rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor. Abdurrahman (2012: 8) berpendapat bahwa penyebab kesulitan
belajar
adalah faktor internal, yaitu
kemungkinan adanya disfungsi neurologis. Sedangkan penyebab problema belajar (learning problem) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran
yang
keliru,
pengelolaan
kegiatan
belajar
yang
tidak
membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat. Metode pembelajaran sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran. Guru sebaiknya melakukan modifikasi dalam mengajar anak berkesulitan belajar baik dalam pembelajaran membaca permulaan, membaca lanjut, dan aspek bahasa lainnya. Metode pembelajaran tersebut haruslah yang dapat membangkitkan motivasi belajar anak. Karena anak berkesulitan belajar cenderung memiliki motivasi belajar yang rendah. Salah satu metode baru yang dapat diterapkan dalam mengajarkan membaca permulaan adalah dengan menggabungkan metode bunyi dan metode kupas rangkai suku kata yang disebut metode jolly phonics. Metode jolly phonics merupakan salah satu cara mengajarkan anak membaca dan menulis yang menggunakan pendekatan bottom up process dan top-down secara seimbang, yaitu mulai dengan mengajarkan unit terkecil bunyi untuk dapat membaca dan
4 memberikan konteks cerita dalam pengajaran huruf (Antari, Suwarta, dan Antari, 2013: 4). Metode jolly phonics mengajarkan membaca dan menulis dengan mengajarkan bunyi huruf-huruf secara multisensori, kemudian menggunakan cara sintesis bunyi untuk membaca kata (Lloyd & Stephen, 2007). Pengajaran baca tulis yang diberikan dengan metode jolly phonics meliputi pengenalan huruf dari bunyinya, menulis huruf secara benar, mengeja suku kata dan kata, mengidentifikasi bunyi huruf dalam kata. Sebagai metode sintesa bunyi, jolly phonics mengajarkan anak untuk mensintesa beberapa bunyi huruf dalam kata yang sering disebut dengan mengeja. Hal ini dimulai dengan mengeja dua huruf dalam satu suku kata, kemudian mengeja dua suku kata. Berdasarkan latar belakang di
atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan menggunakan metode tersebut. Judul dalam penelitian ini adalah
“Pengaruh Penggunaan Metode Jolly Phonics Terhadap Kemampuan
Membaca Permulaan Anak Berkesulitan Belajar Kelas I Di SD Al Firdaus Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di
atas, dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut: 1.
Kemampuan membaca permulaan anak berkesulitan belajar di bawah ratarata kemampuan anak seusianya,
2.
Prestasi belajar anak berkesulitan belajar pada satu atau beberapa mata pelajaran khususnya bahasa tergolong rendah,
3.
Metode pembelajaran yang diterapkan belum sesuai dengan karakteristik anak berkesulitan belajar.
C. Pembatasan Masalah Pada
penelitian
ini
peneliti
memberikan
batasan
masalah
permasalahan tidak terlalu luas. Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada:
agar
identifikasi
5 1. Subjek penelitian ini adalah anak berkesulitan belajar kelas I di SD Al Firdaus Surakarta tahun ajaran 2015/2016, 2. Kemampuan membaca permulaan, dan 3. Penggunaan metode jolly phonics dengan modifikasi untuk disesuaikan dengan tuntutan pengajaran bahasa Indonesia.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah penggunaan metode jolly phonics berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan membaca permulaan anak berkesulitan belajar kelas I di SD Al Firdaus Surakarta tahun ajaran 2015/2016?”
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode jolly phonics terhadap kemampuan membaca permulaan anak berkesulitan belajar kelas I di SD Al Firdaus Surakarta tahun ajaran 2015/2016.
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini peneliti mengharapkan agar memperoleh manfaat secara teoritis maupun praktis sehingga berguna bagi perkembangan ilmu pendidikan. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Menambah
khasanah
keilmuan
dalam
bidang
pendidikan,
khususnya mengenai penggunaan metode jolly phonics yang diterapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak berkesulitan belajar kelas I di SD Al Firdaus Surakarta tahun ajaran 2015/2016.
6 2. Manfaat Praktis a.
Bagi Guru Menambah variasi metode pembelajaran dengan menerapkan metode jolly phonics dalam pembelajaran membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar.
b.
Bagi Siswa Memberikan suasana belajar yang lebih variatif yakni dengan menerapkan metode jolly phonics dalam pembelajaran membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar.
c. Bagi Peneliti Memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menerapkan
metode
jolly phonics dalam upaya peningkatan kemampuan membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar.