perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem Pendidikan Tinggi Seni diselenggarakan berdasarkan Undang undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Dalam sistem tersebut, berbagai kegiatan pendidikan seni dikembangkan seluas-luasnya sehingga tercipta sistem yang fleksibel, mampu mengantisipasi berbagai gejala yang dapat merugikan, mengganggu atau merusak sistem secara formal. Untuk itu, kegiatan penelitian, pengembangan, pengendalian mutu dan jaminan mutu dunia kesenian, ataupun cara- cara lain yang positif perlu diberi peluang demi menjaga keutuhan dan eksistensinya secara sistemik. Konsekuensinya, sistem pendidikan tinggi seni Indonesia harus dibangun atas dasar komitmen dan kerjasama semua pihak yang terlibat di dalamnya secara berkelanjutan. Peran berbagai pihak dalam memajukan bidang ilmu seni menjadi tanggung jawab secara bersama, baik pendidik seni, pengamat seni, akademisi seni, mahasiswa seni dan para pelaku kesenian. Sistem pendidikan tinggi seni melahirkan para pendidik seni melalui jalur pendidikan seni rupa secara formal di perguruan tinggi. Pendidik seni yakni mereka memiliki pengetahuan luas dan mampu menyajikan pengetahuannya kepada pihak lain (peserta didik) dengan baik untuk perkembangan peserta didik (Karso, 2011: 1). Pendidikan seni rupa merupakan program pendidikan yang kontekstual. Artinya, didasarkan pada identifikasi atas berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat, yang terus-menerus dilakukan dan hasilnya dipakai sebagai dasar perumusan program yang adaptif. Dalam pendidikan bidang seni rupa pada jenjang Strata Satu (S1) pendidikan bersifat dasar dalam aspek kekaryaannya, serta bersifat umum dan deskriptif dalam kajian-kajian keilmuannya, jenjang Strata Dua (S2) pendidikan bersifat lanjut (advanced) dan terfokus, dengan penekanan pada aspek penelitian ilmiah secara metodologis, kemudian pada jenjang Strata Tiga (S3) pada jenjang ini pendidikan terfokus pada penelitian topik
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
tertentu, dan dituntut menghasilkan penemuan baru. Seorang sarjana seni rupa harus memiliki kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lainlain yang mencakup beberapa rumpun keahlian, yakni dasar kepribadian, pengkajian, penciptaan, keahlian, dan perilaku berkarya, dan keguruan seni. Pada akhirnya, tujuan pendidikan bidang seni rupa adalah untuk menghasilkan lulusan yang: a. Mampu mengekspresikan gagasan atau ide ke dalam bentuk karya seni rupa; b. Mampu mempertanggungjawabkan karyanya secara etika, moral, dan akademik; c. Mampu mengkaji dan menganalisis beragam fenomena seni dan budaya; d. Mampu menyikapi seni nusantara dengan wawasan, yang memungkinkan mereka
dapat
melakukan
hubungan
silang
budaya
lokal-nasional-
internasional; dan e. Memiliki sikap dan perilaku menjunjung tinggi etika kesenian dan perilaku ilmiah sarjana seni (Karso, 2011: 1-13). Tuntutan profesi sebagai seorang pendidik seni mengharuskan untuk bertanggungjawab pada profesinya tersebut, peran pendidikan seni bukan hanya sekedar menumbuhkan minat dan mengembangkan bakat anak ataupun untuk menumbuhkan apresiasi masyarakat. Namun, jauh lebih dalam, pendidikan seni juga berperan dalam keterbukaan terhadap perkembangan seni rupa sebagai sebuah disiplin ilmu. Artinya, seorang pendidik seni rupa juga dituntut untuk menguasai dan memiliki pemahaman mendalam mengenai bidang kajiannya. Berkaitan dengan hal tersebut, adanya keberadaan Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univeritas Sebelas Maret sebagai sebuah lembaga pendidikan akademik mengarahkan peserta didiknya dalam memiliki kemampuan untuk menguasai bidang ilmu seni rupa untuk kemudian dapat menjadi seorang pendidik yang profesional. Pendidikan
seni
sebagai
bagian
dari
Pendidikan
Nasional
seyogianya
memperhatikan makna yang terkandung di dalam tujuan pendidikan nasional, yaitu berperan dalam mengembangkan kehidupan individu dalam pengembangan kepribadiannya baik dalam aspek kecerdasan maupun perasaan. Sebagai sebuah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
lembaga yang berfokus terhadap pendidikan seni rupa, penguasaan terhadap disiplin ilmu seni rupa juga menjadi tolak ukur bagi para mahasiswa pendidikan seni rupa. Kerjasama antara pendidik dan peserta didik juga alat, metode, serta tempat mendidik adalah proses dalam pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Para dosen sendiri seharusnya memiliki wawasan dan keterbukaan terhadap perkembangan ilmu seni rupa, hal yang sama juga harus diwujudkan oleh para mahasiswa pendidikan seni rupa. Pendidikan
seni rupa itu
sendiri memiliki peran
yang sama
kedudukannya dengan disiplin ilmu lain dalam kehidupan manusia. Peran lembaga pendidikan seni bukanlah hanya menumbuhkan minat maupun apresiasi terhadap seni itu sendiri. Akan tetapi haruslah dimaknai sebagai sebuah disiplin ilmu yang sama berperannya dengan ilmu-ilmu lain dalam membangun sebuah masyarakat dan kebudayaannya. Para calon pendidik tidak akan menjadi output yang matang tanpa dibekali dengan pemahaman dan penguasaan terhadap bidang keseni-rupaan, inilah yang kerapkali terjadi di masyarakat kita, pandangan sebelah mata terhadap bidang kesenian (terutama di Indonesia) serta sulitnya apresiasi dari masyarakat dan pandangan miring terhadap para seniman yang tidak dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat komersial. Maka disinilah salah satu peran pendidikan seni rupa. Selain itu peran pendidikan seni rupa ialah sebagai wahana berekspresi, juga wahana pengembangan dan pembinaan kreatifitas, juga berperan dalam
pengembangan
bakat
anak,
membentuk
kepribadian,
membina
keterampilan, dan membina impuls estetik (Nazamudin, 2013:1). Seni rupa merupakan cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan, kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika (Dikutip dari http://Seni rupa Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html_ diakses pada tanggal 25/02/14). Seni rupa berkembang dengan sangat signifikan dewasa ini. Sebagai seni yang mandiri, seni rupa kemudian memunculkan berbagai jenis kesenian yang mulai fleksibel berkolaborasi dengan cabang kesenian yang lain, diantaranya adalah new media art seperti seni instalasi, video art, video mapping, fotografi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
dan juga performance art. Kemunculan berbagai macam kesenian ini tidak sertamerta ada begitu saja, selain pergerakan zaman dan teknologi yang semakin pesat, juga tuntutan kebutuhan akan seni yang juga semakin banyak digali oleh para pelaku kesenian. Jenis new media art dalam perkembangan seni rupa inilah yang jarang disertakan dalam kurikulum pada lembaga pendidikan akademik. Yang berperan dalam pengembangan rencana pembelajaran adalah pendidiknya, maka seperti yang telah disebutkan di awal, pendidikan seni rupa haruslah memiliki wawasan dan keterbukaan terhadap perkembangan ilmu seni rupa yang terusmenerus berkembang dari mulai teknis pengerjaan, konsep, dan media ekspresinya. Lazimnya yang dipelajari dan diterapkan dalam pembelajaran seni rupa merupakan seni konvensional seperti seni lukis, seni patung, dan seni grafis, keterbatasan pengadaan alat dan sulitnya mengakses perkembangan seni rupa menjadi salah satu hambatan bagi pendidikan seni rupa saat ini. Mata kuliah seperti Seni Lukis Lanjut 1 di Program Studi Pendidikan Seni Rupa berfokus terhadap eksplorasi bahan, teknik dan visual yang digunakan untuk menciptakan karya seni. Artinya, para mahasiswa diberikan kelonggaran untuk menggunakan media dan teknik apapun untuk menciptakan sebuah karya seni. Di sini dapat dilihat bahwa adanya upaya dari dosen untuk keluar dari pembelajaran dengan media konvensional, dan tidak terpaku terhadap teori seni yang baku dan konservatif. Hal ini juga perlu dilakukan untuk mengali lebih dalam kreativitas dari para mahasiswa untuk menemukan identitas dirinya sebagai seorang pelaku seni yang dapat menguasai bidangnya secara praktek dan sebagai seorang pendidik seni rupa yang dapat mengaplikasikannya. Performance art dan action painting menjadi salah satu materi yang disampaikan di dalam mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1. Hal ini dikarenakan dalam mata kuliah tersebut berfokus pada eksplorasi media dan teknik. Materi ini juga dilakukan sehubungan dengan tidak tercantumkannya performance art sebagai mata kuliah di Program Studi Pendidikan Seni Rupa. Namun demikian, dalam prakteknya materi dari mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1 tersebut berbenturan dengan minimnya waktu pemberian materi. Artinya, adanya ketidak-seimbangan antara banyaknya materi yang harus disampaikan dengan waktu untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
menyampaikan materi. Hal tersebut menyebabkan penyampaian materi menjadi tidak efisien. Akibatnya, mahasiswa akan kurang menangkap secara mendalam materi yang diberikan oleh dosen. Di sisi yang lain, materi performance art dalam mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1 tersebut memberikan sebuah semangat baru untuk menciptakan karya yang berbeda bagi para mahasiswa. Action painting, body art, dan body painting adalah beberapa gaya yang dihasilkan dari para seniman yang mengeksplorasi cara berkesenian mereka dalam menciptakan karya seni. Munculnya berbagai macam gaya dan aliran kesenirupaan inilah yang dapat menjadi bahan referensi, salah satunya adalah performance art. Performance art adalah sebuah genre seni rupa yang termasuk dalam gaya presentasional. Penciptanya dilandasi oleh semangat seni konseptual. Disertai oleh kekuatan improvisasi senimannya. Performance art memadukan beragam kesenian seperti drama, musik, tari, dan terkadang sinema (Dikutip dari http://PerformanceArt_Willem-Christiawan-Academia.edu.htm_diakses
pada
tanggal 25/02/14). Pernyataan tersebut bertentangan dengan salah seorang performance artist
the grandmother of
performance art
performance art
dalam situs website resminya dalam Marina-
-Institute.com bahwa:
easily defined and may even actively attempt to subvert or resist its own definitions. At its core there are typically four variables: time, and audience. These variables are extremely flexible, and do not adhere to strict rules. The performance itself can be comprised of any situation conceived by an artist which is then enacted in the world. It may be scripted or unscripted, carefully planned or entirely spontaneous, highly orchestrated or completely anarchic or it may be any combination of these elements. It can occur with or without a direct audience, viewed live or by proxy, or merely performed and documented. Performance art can happen anywhere and last for any length of time. It is the act of performance itself -- enacted by the performer or group of performers, in its time and place -- that constitute the piece of art, (Dikutip dari http://MAI pada tanggal 25/02/14).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
bahwa performance art benar-benar menolak definisi itu sendiri, karena jelas terlihat sangat kontradiktif dan paradoks. Performance art juga dikenal sebagai media ekspresi non-konvensional yang mengunakan tubuh dengan banyak kemungkinan ruang, waktu dan konteks, yang juga lebih dapat memperluas seni dalam peristiwa-peristiwa budaya. Performance art dilahirkan karena mediamedia konvensional seperti seni lukis, seni grafis, seni patung, seni teater, seni musik dan seni tari tidak lagi mampu menampung ide-ide dari para seniman. Di Indonesia sendiri performance art seringkali dianggap sebagai sebuah seni alternatif dan sebagai pendukung acara sebuah pameran, walaupun sekarang ini beberapa performance artist Indonesia seperti Tisna Sanjaya berpendapat bahwa performance art mempunyai kecenderungan untuk menjadi sebuah disiplin ilmu karena pelaku menciptakan karya dengan mereduksi semua disiplin ilmu seni, selain itu performance art juga merupakan seni yang diperluas sebagai peristiwa budaya dan sangat lintas disiplin, hal tersebut menyebabkan performance art juga penting untuk menjadi sebuah ilmu tersendiri (dalam artik
Performance art
http://Performance-Art-Sebagai-Disiplin-Ilmu-Seni-News-Indonesia-KreatifNetwork.htm diakses pada tanggal 02/05/14). Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa juga diketahui telah banyak yang melakukan aktivitas performance art yang tanpa dibekali pemahaman melalui perkuliahan. Dalam data hasil wawancara kepada Komunitas Anti Cancel (lihat lampiran 4) yang seluruh anggotanya merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa, juga mengakui bahwa aktivitas performance art yang mereka lakukan seringkali adalah hasil dari melihat karya performance art dari kakak tingkatnya. Hal tersebut menyebabkan sebagian besar dari para mahasiswa yang tidak mengetahui secara benar mengenai performance art. Barangkali performance art adalah satu dari banyak contoh dari mahasiswa yang menciptakan karya seni tanpa mengetahui kedalaman makna dan maksudnya atau memang karena tuntutan tugas dalam perkuliahan. Hal demikianlah yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
akan menimbulkan efek negatif dalam jangka waktu yang panjang, dimulai dari tidak tercapainya kompetensi, yang kemudian berlanjut tanpa dilakukannya revitalisasi pembelajaran serta evaluasinya, lalu menelurkan output calon pendidik dari lembaga pendidikan yang akan mendidik masyarakat luas, dan ternyata mengajarkan kesalahpahaman yang dibawanya ketika masih menempuh studi untuk menjadi seorang pendidik. Sejalan dengan latar belakang tersebut, penulis merasa terdorong untuk mengangkat tema performance art sebagai penelitian. Hal ini karena belum banyaknya penelitian yang mengangkat permasalahan tersebut terutama di wilayah Kota Surakarta. Selain itu, bahan referensi mengenai performance art belum tersedia bagi Program Studi Pendidikan Seni Rupa. Serta untuk mengetahui lebih dalam bagaimana performance art dapat diterapkan dalam pembelajaran yang menjadi materi pendukung mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1. Penelitian ini kemudian dikaji ke dalam sebuah penulisan ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul
STUDI PEMBELAJARAN PERFORMANCE ART PADA MATA
KULIAH SENI LUKIS LANJUT 1 DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEN
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran performance art pada mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1? 2. Sejauh mana tingkat pemahaman mahasiswa pada mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1 terhadap performance art? 3. Bagaimana bentuk karya performance art dari mahasiswa pada mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
C. Tujuan Penelitian Suatu penelitian dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan proses pembelajaran performance art pada mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1. 2. Mendeskripsikan sejauh mana tingkat pemahaman mahasiswa terhadap performance art. 3. Mendeskripsikan bentuk karya performance art dari mahasiswa pada mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan sumber ilmu bagi masyarakat luas, dan khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Seni Rupa. b. Dapat menambah khasanah wawasan keilmuan seni rupa khususnya sebagai
referensi
untuk
penelitian
yang
akan
datang
mengenai
performance art. 2.
Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan data dan informasi bagi penelitian lebih lanjut. b. Sebagai sebuah masukan khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Seni Rupa dalam mengkaji maupun membuat karya melalui seni performance art.
commit to user