BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih efisein dan efektif. Warga masyarakat tampaknya lebih menyukai upaya pengobatan yang menjadi tanggung jawab tenaga profesional terlatih dan mengabaikan upaya pencegahan tepat guna yang mereka butuhkan dan dapat dilakukan sendiri. Padahal, sakit membuat masyarakat kehilangan fungsi produktif yang sulit dan mahal untuk dikembalikan. Sementara itu, upaya promosi kesehatan yang dirancang Kementerian Kesehatan masih bersifat sentralistik dan tidak sepenuh hati melibatkan masyarakat. Akibatnya, berhadapan dengan kejadian luar biasa dan perluasan sebaran penyakit, masyarakat yang terbiasa menuntut upaya pengobatan cenderung menjadi beban pemerintah (Kodim, 2011). Tanggung jawab kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama. Tanggung
jawab
kesehatan
masyarakat
seharusnya
tidak
dibebankan kepada pemerintah saja, namun lebih membutuhkan peran serta masyarakat sendiri. Pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat sakit” atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk itu Hendrik L. Blum (dalam Muhajirin, 2004) menyatakan ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Keempat faktor tersebut disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula (Muhajirin, 2007).
1
2
Visi pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat yag dituangkan dalam rencana pembangunan kesehatan adalah mencapai kondisi yang sehat dan merata pada setiap lapisan masyarakat haruslah tercipta kondisi yang saling mendukung antara masyarakat dan pemerintah. Sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan tersebut telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan dengan kegiatan operasional antara lain dalam bentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Sembiring, 2009). Pengertian PHBS menurut Departemen Kesehatan RI adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga yang dapat menolong diri sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya.
Kementerian
Kesehatan
RI
mencanangkan
kebijakan baru paradigma sehat yang merupakan cara pandang pembangunan kesehatan bersifat holistik, proaktif, dan antisipatif. Perhatian paradigma sehat terfokus pada upaya promosi dan pencegahan yang memprioritaskan dukungan dan alokasi sumber daya pada berbagai upaya menjaga penduduk sehat agar tetap sehat. Kebijakan tersebut berorientasi pada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan penduduk agar tetap sehat dan tidak sematamata memerhatikan warga yang sakit (Kodim, 2011). Indikator PHBS di tatanan institusi pendidikan menurut Suparyanto (2010) meliputi : 1) kebersihan perorangan : badan dan pakaian bebas dari kotoran, tidak ada kotoran hitam disekitar kuku dan kuku tersebut pendek, 2) penggunaan air bersih : air bersih untuk diminum (sudah dimasak) dan cuci tagan untuk siswa dan guru, 3) Penggunaan jamban : jamban dalam keadaan bersih dan tidak berbau, 4) bak penampungan air bebas dari jentik nyamuk, kebersihan seluruh ruangan baik ruang belajar, kantor, gudang, dll, 5) kegiatan kader UKS, 6) gaya hidup bebas rokok, dan 7) menjadi anggota pelayanan jaminan kesehatan. Marheni (2010) menyatakan bahwa sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota keluarga institusi pendidikan dan terbagi dalam :1) Sasaran primer adalah sasaran utama dalam institusi
3
pendidikan yang akan dirubah perilakunya atau siswa dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah), 2) Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua siswa, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan 3) Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, dinas pendidikan, guru, tokoh masyarakat dan orang tua siswa. Menurut Dzulfikar (2011) bahwa penyakit yang lazim menyerang anak sekolah diharapkan semua yang terlibat dalam program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dapat mengenal dan mendeteksi dini penyakit, melakukan pertolongan pertama, merujuk ke rumah sakit, serta upaya pencegahan penyebaran penyakit di lingkungan sekolah antara lain adalah diare, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Demam Berdarah (DB), demam tifoid, tuberkulosis dan hepatitis A. Untuk mengatasi masalah tersebut Depkes RI (2006) membuat suatu program promosi kesehatan dan telah ditetapkan sebagai salah satu program unggulan. Depkes RI (2006) mengemukakan bahwa promosi kesehatan bertujuan untuk peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk hidup sehat, dan pengembangan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan untuk itu diperlukan peningkatan upaya promosi kesehatan. Upaya promosi kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pemberdayaan masyarakat yaitu melalui proses pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat, sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Upaya promosi kesehatan diharapkan dapat mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat yang menjadi pilar pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2006).
4
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 yang berhubungan dengan penyakit yang disebabkan dari buruknya PHBS secara umum dimasyarakat menunjukkan bahwa penyakit demam berdarah diderita oleh 0,6% penduduk dengan 0,9% diantaranya adalah anak usia 4 – 15 tahun, tuberkulosis diderita oleh 1,5% penduduk dengan 0,9% diantaranya adalah anak usia sekolah, demam tifoid diderita oleh 1,6% penduduk dan 1,8% diantaranya adalah anak-anak. Penyakit ISPA di derita oleh penduduk Provinsi Jawa Tengah sebanyak 29,1% dan 33% diantaranya adalah anak usia sekolah, penyakit hepatitis di derita oleh 0,5% penduduk, diantaranya sebanyak 0,3% adalah anak-anak sedangkan penyakit diare diderita oleh 9,2% penduduk dengan 23% diantaranya adalah anak-anak. Data Riskesdas Kabupaten Demak menunjukkan bahwa sebanyak 0,2% penduduk menderita DB, tuberkulosis sebanyak 0,9%, tifoid 2,2%, ISPA 38,0%, hepatitis 0,1% dan Diare sebanyak 9,3% (Depkes, 2008). Sedangkan data tentang penyakit yang berhubungan dengan PHBS di wilayah kerja Puskesmas Wedung Demak pada tahun 2010 ditemukan sebanyak 0,1% penduduk menderita DB, tuberkulosis sebanyak 11%, tifoid 2,3%, ISPA 41,0%, dan Diare sebanyak 9,3% (Puskesmas Wedung Demak, 2011). Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku sehat (health behaviour) dapat sebagai atribut-atribut personal seperti kepercayaan-kepercayaan, harapanharapan, motif-motif, nilai-nilai, persepsi dan unsur-unsur kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu meliputi unsur-unsur dan keadaan afeksi dan emosi dan sebagai pola-pola perilaku yang tampak yakni tindakan-tindakan dan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan mempertahankan, memelihara dan untuk meningkatkan kesehatan. Green (dalam Notoatmodjo, 2003) menjelaskan secara umum bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh kesehatan, sedangkan kesehatan dipengaruhi oleh perilaku dan gaya hidup serta lingkungan. Perilaku dan gaya hidup dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposing factors, reinforcing factors dan enabling factors. Ketiga faktor tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan, sikap, nilai, keyakinan,
5
kepercayaan, sarana prasarana dan fasilitas kesehatan, dan para petugas kesehatan. Data yang diperoleh peneliti dari Puskesmas Wedung Demak menyebutkan bahwa pada tahun 2011 ditemukan penderita penyakit yang berhubungan dengan PHBS diantaranya adalah ISPA sebanyak 1146 orang, diare sebanyak 137 orang, tuberkulosis sebanyak 19 orang, kusta sebanyak 1 orang dan demam berdarah sebanyak 1 orang (Puskesmas Wedung Demak, 2012). Prevalensi banyaknya penyakit yang berhubungan dengan PHBS tersebut diatas mengindikasikan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Wedung Demak masih tergolong rendah dan fenomena tersebut juga terjadi di lingkungan sekolah khususnya di MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak terhadap siswa kelas V yang berjumlah 46 anak tentang kebersihan perorangan yang meliputi faktor kebersihan rambut, kebersihan kuku, kebersihan gigi dan kebersihan kulit di dapatkan hasil bahwa sebanyak 27 (58,70%) anak kurang memperhatikan kebersihan individunya. Pada MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak banyak ditemui anak dengan kuku tangan kotor, jarang atau tidak rutin menggosok gigi dan rambut yang tidak tertata rapi dan kotor hal ini mengindikasikan bahwa terdapat permasalah tentang pengetahuan kebersihan perorangan yang berakibat pada rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat di kalangan siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak. Penelitian ini menggunakan obyek siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak, hal ini diharapkan pada tingkatan usia tersebut anak lebih mudah untuk diajak bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian. Fenomena yang terjadi di MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak tersebut membuat perlu dilakukannya penelitian tentang “Hubungan karakteristik dan pengetahuan tentang kebersihan perorangan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (studi kasus di MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak).
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan karakteristik dan pengetahuan tentang kebersihan perorangan dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mendiskripsikan hubungan karakteristik dan pengetahuan tentang kebersihan perorangan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak. 2. Tujuan Khusus : a. Mendeskripsikan karakteristik (umur dan jenis kelamin) siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak. b. Mendeskripsikan pengetahuan tentang kebersihan perorangan pada siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak. c. Mendeskripsikan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak. d. Menganalisis hubungan umur dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak. e. Menganalisis hubungan jenis kelamin dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak. f.
Menganalisis hubungan pengetahuan tentang kebersihan perorangan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak.
D. Manfaat Penelitian : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat tidak hanya bagi peneliti namun juga pihak lain, yaitu :
7
1. Masyarakat Informasi yang dihasilkan pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan masukan kepada masyarakat dan orang tua murid tentang kondisi perilaku hidup bersih dan sehat para siswa sehingga dapat dijadikan bahan penentuan strategi untuk perbaikan kesehatan. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah informasi terutama dalam ilmu keperawatan komunitas yang terkait dengan hubungan antara pengetahuan tentang kebersihan perorangan dengan perilaku hidup bersih dan sehat di MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak. 3. Penelitian Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian sejenis di masa yang akan datang. 4. Sekolah Penelitian ini dapat dijadikan masukan tentang gambaran kondisi kebersihan perorangan dan PHBS siswa serta hubungan antara keduanya, sehingga dapat dijadikan referensi penyusunan strategi peningkatan program kesehatan di sekolah.
E. Bidang Ilmu Penelitian ini berkaitan dengan ilmu keperawatan anak.