1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kematian akibat rokok adalah 4 juta jiwa pertahun yang 500.000 diantaranya adalah perempuan. Data Departemen Kesehatan RI, Indonesia pada akhir tahun 1999 kematian akibat rokok sudah mencapai 57.000 jiwa pertahun. Angka konsumsi rokok di Indonesia termasuk yang paling cepat pertumbuhannya di dunia karena melonjaknya perokok pemula yang sebagian besar berumur antara 10 - 19 tahun (Djunaedi, 2002).
Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 1,2 miliar penduduk dunia merupakan perokok dan 800 juta di antaranya terdapat di negara berkembang. Besarnya jumlah perokok tersebut menyebabkan angka kematian akibat merokok saat ini adalah 4 juta jiwa setiap tahun, yang berarti terdapat sekitar satu kematian dalam setiap 8 menit (Burhan, 2004).
Melihat dari data akibat yang disebabkan oleh bahaya merokok tersebut, tidak heran bahwa di negara maju aktivitas merokok mulai dibatasi, dan jumlah perokok semakin berkurang. Menurut badan kesehatan WHO dinegara maju prevalensi jumlah perokok menurun 1,1% setiap tahunnya, akan tetapi dinegara berkembang seperti Indonesia jumlah perokok ini 2,1% meningkat setiap tahunnya (A.F Muchtar, 2005).
Aktivitas merokok dianggap sebagai suatu trend di Indonesia. Riset WHO (1998) menunjukkan bahwa kelompok perokok aktif usia 10 tahun ke atas di Indonesia tercatat 59,04% untuk pria dan 4,85% untuk wanita. Berdasarkan kelompok usia tersebut 12,8% - 27,7% pria berusia muda dan 0,64% - 1% adalah wanita muda (Syahrir, 2003).
1
2
Jumlah perokok di Indonesia menempati urutan terbesar keempat dunia dengan kekerapannya sekitar 60% pada laki-laki dan 4% pada perempuan yang berumur lebih dari 15 tahun (Burhan, 2004). Sedangkan di Asia Indonesia menempati urutan kedua terbesar setelah Kamboja dengan presentasi perokok pria : Kamboja 54%, Indonesia53%, Vietnam 50%, Malaysia 49% dan Thailand 39% (Basyir, 2005).
Usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara usia 11- 13 tahun. Mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun (Smet, 1994). Usia tersebut dapat dikategorikan termasuk dalam rentangan masa remaja. Lebih jauh lagi Data WHO mempertegas bahwa remaja memiliki kecenderungan yang tinggi untuk merokok, data WHO menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30%
adalah kaum remaja
(Kemala, 2005).
Hasil penelitian di Indonesia menyatakan bahwa terdapat 31% orang mulai merokok di usia 10-17 tahun dan 11% pada usia 10 tahun. Penelitian di Lombok dan Jakarta memperlihatkan 75% pria dewasa dan kurang dari 51% dewasa wanita mempunyai kebiasaan merokok dan kurang lebih 25% perokok menghabiskan 21 batang per hari. Kebiasaan merokok di kalangan remaja cukup memprihatinkan. Di Jakarta 49% pelajar pria dan 8,8% pelajar wanita merokok. Studi prevalensi perokok pada orang dewasa di Semarang menunjukkan tukang becak 96,11%, para medis 79,8%, pegawai negeri 51,9% dan dokter 36,8%
(Sani, 2005). Indonesia terdapat peningkatan pesat
konsumsi rokok pada remaja, pada tahun 2001 yang mencapai 24,2% dari semula 13,71% pada tahun 1995, yang kemudian menjadi perokok aktif / tetap (Walubi, 2004).
Pada awalnya kejadian merokok pada remaja umumnya terjadi pada daerah perkotaan, namun sekarang sudah masuk pada daerah pedesaan, salah satunya adalah pada desa cendono kecamatan dawe kabupaten kudus tahun 2011.
3
Remaja yang dahulu belum sama sekali mengenal rokok, namun sekarang sudah sangat akrab dengan asap rokok dan aroma tembakau.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliastuti (2010) tentang faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja di Desa Banyutowo Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor orang tua dengan perilaku merokok. Penelitian lain yang dilakukan oleh (2010) hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya merokok dengan frekuensi merokok pada remaja di Desa Pojoksari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal dengan hasil terdapat hubungan yang negatif antara pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok dengan frekuensi merokok pada remaja. Berdasarkan hasil survey dari fenomena diatas, dari jumlah remaja laki – laki di Desa Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus menunjukkan sebesar 85% adalah perokok. Mereka merokok kebanyakan ikut- ikutan, terpengaruh oleh teman sebayanya, dan terpengaruh oleh iklan rokok di media cetak maupun elektronik yang menampilkan gambaran bahwa seorang perokok adalah lambang kejantanan. Hal ini mengakibatkan para remaja laki – laki tersebut tertarik untuk tahu dan mencoba rokok serta mengikuti perilaku yang ada dalam iklan tersebut. Ada juga yang meniru dari orang tuanya atau keluarganya dengan alasan bahwa orang tuanya juga perokok dan mereka juga tidak pernah melarang mereka merokok. Orang tua membiarkan semua perilaku remaja dengan bebas dan tidak pernah memperhatikannya (keluarga kurang perhatian).
Berbagai perilaku keluarga yang remajanya merokok, orangtua mempunyai kewajiban untuk mendidik dan mengajarkan kepada putra putrinya untuk berperilaku yang baik dan benar. Pola asuh yang dilakukan secara tepat oleh orangtua terkait dengan memberikan pengasuhan, perhatian, bimbingan dari
4
orangtua, dan memberikan pengaruh positif pada remaja sehingga mereka tidak melakukan perilaku merokok.
Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Hubungan pola asuh orangtua dengan perilaku merokok pada remaja laki – laki di Desa Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus ”.
B. Rumusan Masalah Satu rokok merupakan zat adiktif yang mengancam kesehatan karena di dalamnya mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh. Berbagai dampak dan bahaya merokok sebenarnya sudah dipublikasikan kepada masyarakat, namun kebiasaan merokok masyarakat masih sulit untuk dihentikan. Perilaku merokok banyak dilakukan pada masa remaja. Masa remaja adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Remaja yang merokok kebanyakan ikut-ikutan, terpengaruh oleh teman sebayanya, dan terpengaruh oleh iklan rokok di media cetak maupun elektronik. Berbagai perilaku keluarga yang remajanya merokok, orangtua mempunyai kewajiban untuk mendidik dan mengajarkan kepada putra putrinya untuk berperilaku yang baik dan benar. Pola asuh yang dilakukan secara tepat oleh orangtua terkait dengan memberikan
pengasuhan,
perhatian,
bimbingan
dari
orangtua,
dan
memberikan pengaruh positif pada remaja sehingga mereka tidak melakukan perilaku merokok.
Berkaitan dengan hal tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada remaja laki – laki di Desa Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus?
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan perilaku merokok pada remaja laki – laki di Desa Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pola asuh orangtua tentang perilaku merokok pada remaja laki – laki di Desa Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. b. Mendeskripsikan perilaku merokok pada remaja laki – laki di Desa Cendono Kabupaten Kudus. c. Menganalisis hubungan pola asuh orangtua dengan perilaku merokok pada remaja laki – laki di Desa Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Remaja a.
Memberikan informasi tentang bahaya rokok dan dampaknya bagi kesehatan.
b.
Memberikan informasi tentang pola pikir yang benar berhubungan dengan perilaku merokok dan pandangan terhadap dirinya sendiri.
2. Bagi Perawat Sebagai bahan evaluasi diri bahwa perawat adalah role model yang harus mempunyai perilaku yang mencerminkan perilaku sehat dan mengatasi masalah perilaku merokok pada remaja laki – laki. 3. Bagi Keluarga Penelitian ini diharapkan supaya orang tua, teman sebaya, dan masyarakat mampu memberikan perhatian yang lebih, mendapat bimbingan dari orang tua dan memberikan pengaruh positif pada remaja, khususnya perilaku merokok pada remaja laki – laki.
6
4. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini akan memberikan informasi kepada masyarakat bahwa perilaku merokok pada remaja laki – laki berhubungan erat dengan bermacam – macam faktor diantaranya lingkungan terutama lingkungan masyarakat. 5. Bagi Pelayanan Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada bidang pelayanan kesehatan mengenai gambaran hubungan psikologi remaja dengan interaksi antar teman sebaya.
E. Bidang Ilmu Penelitian ini dilakukan dalam bidang keperawatan yaitu keperawatan komunitas.
F. Originalitas Penelitian No. 1.
2.
Peneliti (Tahun) Lutfiana Yuliastuti (2010)
Jenis Penelitian Faktor – faktor Studi yang korelasi mempengaruhi perilaku merokok pada remaja di Desa Banyutowo Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal. Judul
Rita Adi Hubungan tingkat Studi Susanti pengetahuan dan korelasi (2010) sikap remaja tentang bahaya merokok dengan frekuensi merokok pada remaja di
Variabel
Hasil
Variabel bebas: a. Ada hubungan antara faktor faktor kepribadian kepribadian, dengan perilaku faktor orang tua merokok. dengan nilai p=0,002 ,faktor teman, b. Ada hubungan antara faktor iklan faktor orang tua dengan Variabel terikat: perilaku merokok. teperilaku dengan nilai p=0,000 merokok c. Ada hubungan antara faktor teman dengan perilaku merokok. dengan nilai p=0,002 d. Ada hubungan antara faktor iklan dengan perilaku merokok. dengan nilai p=0,000 Variabel bebas: a. Adanya hubungan pengetahuan dan negatif yang bermakna sikap tentang antara pengetahuan bahaya merokok frekuensi merokok pada remaja. Dengan Variabel terikat: nilai p sebesar 0,000 frekuensi (P<0,05).
7
Desa Pojoksari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.
merokok remaja
pada b. Adanya hubungan negatif yang bermakna antara sikap dengan frekuensi merokok pada remaja. Dengan nilai p sebesar 0,000 (P<0,05)
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu pada tabel keaslian penelitian diatas adalah variabel yang digunakan adalah pola asuh orangtua (variabel bebas) dan perilaku merokok (variabel terikat). Populasi penelitian adalah remaja laki – laki di Desa Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan penelitian dilaksanakan pada tahun 2012.