BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Senam lantai adalah salah satu jenis senam ketangkasan yang dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki, untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau ke belakang. Sebagai langkah awal pembelajaran senam lantai, terdapat salah satu unsur gerakan yaitu mengguling. Bentuk latihan dasar berguling ke belakang adalah gerakan menggulingkan badan ke belakang, dimana posisi badan tetap harus membulat, yaitu kaki dilipat, lutut tetap melekat di dada, kepala ditundukan sampai dagu melekat di dada. Guling belakang merupakan salah satu gerakan yang membutuhkan keseimbangan tubuh. Materi pembelajaran senam lantai masuk ke dalam kurikulum mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan untuk tingkat sekolah menengah pertama. Saat melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Islam Diponegoro Surakarta, salah satu kelas putra yang mendapat materi tentang senam lantai adalah siswa kelas VII C, kelas ini mendapat materi tentang guling belakang. Guling belakang merupakan suatu gerakan mengguling atau menggelinding ke belakang dengan gerakan tubuh harus dibulatkan 90˚. Hasil observasi yang didapat dari guru mata pelajaran penjasorkes di kelas VII C, siswa di kelas tersebut mengalami kesulitan dalam pembelajaran senam lantai dengan materi guling belakang. Kesulitan yang dialami seputar teknik dasar yang benar saat melakukan gerakan guling belakang. Sebagian besar siswa tidak berani melakukan guling belakang dengan benar, namun ada beberapa siswa yang mampu memberanikan diri melakukan gerakan guling belakang tetapi dengan gerakan yang belum benar. Banyak faktor yang mempengaruhi kurang berhasilnya hasil belajar guling belakang siswa kelas VII C SMP Islam Diponegoro Surakarta. Selain kurangnya minat siswa pada cabang senam lantai, kendala yang sering dihadapi guru saat memberi pembelajaran guling belakang adalah siswa merasa materi
2
yang diberikan sulit sehingga materi ini didominasi oleh beberapa siswa saja. Ini menunjukkan kurang efektifnya suatu proses belajar dan pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan kurangnya tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Akibatnya hanya sebagian siswa saja yang secara aktif mengikuti proses pembelajaran, sedangkan beberapa siswa justru saling bercanda, berbicara dengan teman, atau bermain sendiri di lapangan tanpa menghiraukan materi apa yang dijelaskan oleh guru. Kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran akan menurunkan tingkat keberhasilan siswa dalam hasil belajar oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang mampu melibatkan partisipasi siswa dan sekaligus dapat
digunakan
untuk
mempermudah
siswa
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran yang direncanakan. Dalam kegiatan belajar mengajar sendiri siswa dituntut tuntas dalam materi ajar khususnya senam lantai sesuai dengan silabus sekolah dengan KKM yang sudah ditentukan yaitu 75. Dari hasil observasi di lapangan hanya beberapa siswa saja yang dapat melakukan gerakan guling belakang. Ketika para siswa melakukan,
masih banyak dijumpai siswa yang belum sempurna dalam
melakukan gerakan guling belakang seperti siswa masih banyak melenceng dan keluar dari matras yang telah disediakan. Dari 24 siswa di kelas VII C, siswa yang tuntas hasil belajar teknik dasar senam lantai berjumlah 7 siswa atau 29,17 % sedangkan 17 siswa atau 70,83 % lainnya belum tuntas khususnya pada guling belakang. Dalam penelitian ini lebih difokuskan pada aplikasi model pembelajaran, dan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah cooperative learning. Cooperative learning adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang anggotanya memiliki kemampuan yang heterogen. Model pembelajaran itu sendiri merangsang siswa agar belajar dan bekerja dalam kelompok - kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Sedangkan dalam penerapannya cooperative learning itu terdiri dari berbagai macam tipe, salah satunya adalah tipe TAI (Team Assisted Individualization) .
3
Cooperative learning tipe TAI (Team Assisted Individualization) dapat dikatakan sebagai bantuan individual dalam kelompok dimana siswa yang dirasa kemampuannya kurang akan mendapat bantuan dalam penyampaian materi dari teman dalam kelompoknya yang memiliki kemampuan baik. Keuntungan dari model pembelajaran ini adalah siswa yang sudah memiliki kemampuan yang baik diharapkan mampu membantu siswa yang belum bisa melakukan teknik dasar guling belakang dengan baik, sehingga semua siswa akan aktif dalam pembelajaran dan tidak ada yang pasif, karena siswa yang memiliki kemampuan baik pun akan menjadi aktif ketika membantu teman dalam kelompoknya yang memiliki kemampuan kurang dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Guru juga lebih mudah mengontrol siswa karena siswa yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok kecil sehingga ketua kelompok mampu membantu guru mengawasi siswa lainnya. Model pembelajaran tersebut lebih meningkatkan komunikasi siswa dengan anggota dalam kelompoknya, diharapkan siswa tidak lagi malu bertanya jika mengalami kesulitan karena teman dalam kelompoknya dapat membantu. Model pembelajaran ini meningkatkan kebebasan dan keaktifan siswa, sehingga siswa menjadi senang dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk saling kerjasama, aktif dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun kelompoknya serta saling mendukung antar siswa untuk mencapai tujuan kelompok melalui peningkatan kemampuan individu. Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, maka diperlukan upaya pengoptimalan hasil belajar melalui penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Tipe TAI ( Team Assisted Individualization ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Guling Belakang Pada Siswa Putra Kelas VII C SMP Islam Diponegoro Surakarta Tahun Pelajaran 2015 / 2016”.
B. Rumusan Masalah
4
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah model pembelajaran cooperative learning tipe TAI ( Team Assisted Individualization ) dapat meningkatkan hasil belajar guling belakang pada siswa putra kelas VII C SMP Islam Diponegoro Surakarta tahun pelajaran 2015 / 2016 ? Dengan demikian, definisi oprasional variabel penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe TAI ( Team Assisted Individualization ) dalam penelitian ini adalah : 1. Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah kooperatif tipe TAI ( Team Assisted Individualization ) . Model pembelajaran kooperatif Tipe TAI
menggabungkan
pembelajaran
kooperatif
dengan
individu,
pembelajaran kooperatif menunjuk pada pembelajaran bersama dalam grup kecil namun memerlukan pertanggungjawaban individu dalam mencapai tujuan kelompok. Siswa yang lemah menjadi tanggungjawab bersama, oleh karena itu dapat didiskusikan dan dibahas dalam satu kelompok tersebut., sehingga membantu siswa untuk lebih mudah memahami teknik dasar senam lantai guling belakang. 2. Hasil belajar teknik dasar senam lantai guling belakang terdiri dari tiga aspek yaitu afektif, kognitif dan psikomotor. Aspek afektif berupa partisipasi siswa yang menunjukkan kedisiplinan, keberanian dan tanggung jawab selama proses pembelajaran. Aspek kognitif berupa pengetahuan terhadap bentuk latihan teknik dasar guling belakang dari posisi duduk, jongkok dan berdiri. Sedangkan aspek psikomotor berupa kemampuan untuk melakukan teknik dasar guling belakang dari posisi duduk, jongkok dan berdiri. Sehingga, diharapkan setelah mendapatkan pembelajaran teknik dasar senam lantai guling belakang dapat mengoptimalkan hasil belajar senam lantai guling belakang. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian tindakan kelasini adalah :
5
Untuk meningkatkan hasil belajar guling belakang senam lantai dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe TAI ( Team Assisted Individualization) pada siswa putra kelas VII C SMP Islam Diponegoro Surakarta tahun pelajaran 2015 / 2016. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi SMP Islam Diponegoro Surakarta, meliputi: 1. Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan, saran dan informasi terhadap Islam Diponegoro Surakarta, untuk penerapan model pembelajaran cooperative learning untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaaran. 2. Bagi Guru penjasorkes SMP Islam Diponegoro kelas VII C Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru pendidikan jasmani di SMP Islam Diponegoro Surakarta bahwa dengan penerapan model cooperative learning tipe TAI (Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar guling belakang senam lantai siswa putra kelas VII C SMP Islam Diponegoro Surakarta. 3. Bagi Siswa kelas VII C SMP Islam Diponegoro Surakarta a. Dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, serta meningkatkan kemampuan teknik dasar guling belakang senam lantai siswa kelas VII C SMP Islam Diponegoro Surakarta. b. Menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. c. Membina rasa tanggung jawab dalam bekerja sama dan saling tolong
menolong melalui pembelajaran dalam kelompok.