BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Meditasi sebagai
bagian dari kehidupan spiritual telah dikenal sejak
berpuluh-puluh abad yang lalu. Pada abad berapa meditasi untuk pertama kalinya dilakukan, tidak pernah ada yang tahu. Meditasi juga dikenal sangat berakar dibelahan dunia timur dan menjadi bagian dari kehidupan spiritual dari berbagai agama besar, walaupun dengan istilah yang berbeda. Di tanah air kita, meditasi sudah dikenal sejak zaman kerajaan, dalam bentuk terpadu yang biasa disebut dengan semedi, bertapa atau tapabrata. Namun pada waktu itu meditasi hanya diajarkan khusus dan dilakukan oleh orang-orang yang menganut faham kerohaniawan tertentu dan ingin melepaskan kehidupan diri dari dunia.1 Kenyataan ini menunjukkan bahwa kebudayaan-kebudayaan kuno ternyata telah mengenal suatu cara yang sangat canggih guna meningkatkan spiritualitas mereka. Hal ini memberi indikasi bahwa pada dasarnya sejak awal penciptaan, manusia selalu rindu untuk mengenal lebih dekat apa dan siapa penciptanya. Barang kali inilah yang selalu dicari manusia sepanjang sejarah keberadaannya. Suatu bentuk pencarian yang sampai saat ini, bahkan mungkin untuk selama-lamanya tidak akan pernah merasa puas, itu hanya fatamorgana, kepuasan semu yang seringkali menyesatkan. Sang Pencipta nampaknya akan tetap merupakan suatu misteri yang tak pernah dapat diungkapkan secara gamblang.2 Guna memenuhi ambisinya, manusia telah mencapai berbagai macam cara dan upaya, yang selalu dikembangkan dan disempurnakan. Adalah suatu
1
Tjiptadinata Effendi, Meditasi Jalan Meningkatkan Kehidupan Anda, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003), hlm. xiii 2 R. Soegoro SE, MA., Meditasi Tri Loka Hidup Dalam Supra Kesadaran, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2002), hlm. 28
1
2
kenyataan bahwa sepanjang perjalanan sejarah manusia, meditasi telah menjadi salah satu alat Bantu yang efektif dalam upaya pencarian itu. Meditasi sesungguhnya merupakan suatu disiplin batin yang akan membentuk suatu keadaan di mana pola pikir mengarah ke suatu titik tertentu. Pola dasar meditasi adalah mencapai keseimbangan di dalam hidup.3 Meditasi mengarahkan orang untuk apa yang direnungkan. Tidaklah berlebihan kalau meditasi itu perenungan yang khusuk tentang makna kehidupan yang mendalam, mendengarkan suara Yang Ilahi dengan jiwa, merupakan cara yang umum dijalankan dan di nilai tinggi diantara jalan ruhani dalam pencarian akan ilham, kekuatan dan ketenangan religius.4 Meditasi itu penuh dengan misteri dan merupakan jalan untuk menyatu kepada Sang Keabadian. Oleh karena itu, metode ilmiah yang dihasilkan dari daya pikir manusia yang terbatas tidak akan mampu mengungkap misteri itu. Misteri itu akan tetap ada. Di dalam misteri terkandung suatu kekuatan yang dahsyat untuk membangun citra diri menuju kesempurnaan.5 Keberadaannya hanya dapat kita rasakan kalau kita mengalaminya sendiri. Tanpa melakukannya meditasi akan tetap menjadi misteri sepanjang hidup kita. Bagi orang barat, memahami atau sekurang-kurangnya mengetahui bagaimana prosesnya dan apa yang dihasilkan sebelum melakukan meditasi merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, melalui berbagai teknologi canggih, salah satunya adalah EEG (Electro Encephalograph), manusia (Barat) dapat memahami mekanisme suatu proses meditasi. Namun mekanisme tersebut tentunya bukan berarti dapat mengungkapkan misteri meditasi dengan metode ilmiah.6 Meditasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menemukan identitas diri sejati. Karena kita adalah citra Tuhan, maka pada hakikatnya meditasi 3
Tjiptadinata Effendi, op. cit., hlm. 5 Maria Susay Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 263 5 Tjiptadinata Effendi, loc. cit. 6 Tjiptadinaya Effendi, Meditasi Jalan Menuju Kesembuhan Lahir Dan Bathin, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2005), hlm. 6 4
3
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menemukan Tuhan. Jadi meditasi adalah jalan menuju Tuhan.7 Selain itu tujuan meditasi adalah untuk mencapai supra kesadaran yang diidentifikasikan banyak orang. Praktek meditasi dapat meliputi bentuk pemujaan tertentu karena supra kesadaran merupakan tujuan tak langsung, sedangkan tujuan langsungnya adalah memperingati peristiwa sejarah tertentu pada ajaran kitab suci, meditasi adalah sejenis konsentrasi yang langsung berfokus pada pencapain supra kesadaran.8 Kesadaran ini merupakan salah satu dari jenis kesadaran yang kita miliki yaitu kesadaran normal (concious), yang sering disebut sebagai kesadaran fisik, bawah sadar (subconcious), dan atas sadar atau suprasadar (superconcious) yang merupakan kesadaran tertinggi.9 Pada level yang sangat universal, meditasi adalah sebuah proses untuk mentranformasi dan memperluas kesadaran, yang pada puncaknya mencapai suatau keadaan yang mutlak kesadaran tanpa pertimbangan (non-judgement awarness).10 Keinginan menguasai kesadaran yang demikian itulah yang selalu menjadi impian manusia sejak dahulu kala. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila meditasi telah dipraktekkan di Cina, India, Tibet, Mesir dan Yunani kuno sampai dengan Eropa modern. Meditasi juga muncul dalam berbagai macam cara di dalam agama-agama besar dunia. Sekalipun bentuknya berbeda-beda sesuai dengan ciri setiap sistem yang bersangkutan, namun prinsip dasar meditasi tetap sama. Dalam kalangan Hindu dan Budhis misalnya, meditasi adalah bagian dari pengajaran Hinduisme dan Budhisme. Meditasi yang berkembang dan dipraktekkan di biara-biara Kristen merupakan aspek dari agama Kristen. Demikian halnya dengan meditasi sufi yang merupakan aspek dari agama Islam.
7
R. Soegoro SE, MA., Meditasi Tri Loka Jalan Mencapai Tuhan, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2002), hlm. 12 8 Donald Walter, , Suprakesadaran : Pedoman Meditasi, terj. Melly L, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2000), hlm. 42 9 R. Soegoro SE, MA., loc. cit. 10 R. N. L. O’riordan, Seni Penyembuhan Alami Rahasia Penyembuhan Melalui Energi Ilahi, terj. Sulaiman Al-Kumayi, M.A, (Jakarta: PT. Gugus Press, 2002), hlm. 198
4
Jadi meditasi sebenarnya bukan merupakan hal baru, melainkan tradisi yang sejak zaman kuno secara turun temurun ditetapkan sebagai jalan hidup spiritual.11 Berbagai aliran meditasi yang berbeda-beda rentan salah paham mengenai satu pesan orisinal yang disampaikan kepada manusia: “kenalilah dirimu !”. berbagai perbedaan ini barangkali membingungkan peminat pemula: apakah meditasi memiliki satu atau banyak praktek ? tampak ada banyak bentuk meditasi yang berbeda-beda. Dia mendengar tentang meditasi zen, meditasi transendental, meditasi yoga, dan meditasi lainnya. Dia mempelajari bahwa sementara biarawan Zen Budhisme duduk tenang dengan mata sebagian terbuka, sambil melihat sebuah dinding kosong, pelaku meditasi yoga duduk dengan mata terpejam, dengan mengosentrasikan pikiran pada sebuah kata, pikiran atau imajinasi tertentu. Untuk memahami berbagai bentuk meditasi yang tampak berbeda ini, kita harus mempelajari dengan cermat akar historis berbagai agama yang menjadi sumber tumbuhnya berbagai bentuk meditasi ini.12 Namun dalam perjalanan sejarah yang demikian panjang meditasi tidak lepas dari gerak irama alam yang selalu ada pasang surutnya. Gaya hidup modern yang ditawarkan melalui kebudayaan Barat di abad yang silam ternyata lebih menarik dan menjanjikan. Akibatnya irama hidup berubah, masyarakat lebih berorientasi kepada hal-hal yang bersifat keduniawian; hidup materialistis dan serba glamour menjadi impian setiap orang karena merupakan simbol status, keberhasilan dan kesejahteraan. Sedangkan meditasi, walaupun ia memberikan nilai yang lebih membahagiakan dari sekedar kebahagiaan duniawi, karena tidak dapat dilihat dan dirasakan secara instan maka menjadi kurang dihargai. Perubahan melanda hampir seluruh kebudayaan yang ada. Dampak yang mungkin sama sekali di luar perhitungan adalah munculnya berbagai jenis penyakit baru seperti darah tinggi, stres dan sejenisnya yang melanda semua 11
R. Soegoro SE, MA., op. cit., hlm. 12-13 Soraya Susan Behbehani, Ada Nabi Dalam Diri Melesatkan Kecerdasan Bathin Lewat Zikir Dan Meditasi, terj. Cecep Ramli Bihar Anwar, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003), hlm. 26 12
5
lapisan masyarakat disetiap kebudayaan. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa abad kemajuan teknologi atau abad modern telah membawa seluruh dunia berorientasi kepada segala sesuatu yang bersifat materi dan mengesampingkan segi-segi rohani, termasuk pandangan terhadap dunia spiritual, dalam hal ini meditasi.13 Pada masa sekarang ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, namun moral dan etika mengalami krisis. Akibatnya manusia dihadapkan berbagai dilema dalam kehidupannya. Dalam keadaan yang timpang itu, manusia hidup tidak tenang, stress, depresi, kalut sehingga timbullah penyakit fisik dan psikologis yang menyebabkan rusaknya sistem saraf manusia. 14 Dalam menghadapi berbagai ancaman tersebut, maka manusia berusaha untuk memperoleh ketenangan dengan cara meditasi. Latihan meditasi merupakan suatu cara yang paling cocok untuk mengatasinya. Latihan yang tekun dapat menciptakan keadaan yang tenang, rilaks dan tanpa beban apapun. Walaupun tidak harus mencontoh kehidupan biara yang penuh disiplin tanpa mengenal waktu, namun kehidupan modern yang begitu bebas perlu dipertimbangkan kembali. Oleh karena itu melakukan perenungan perlu diaktifkan, apabila selama ini kita terlalu terpengaruh oleh gaya hidup yang serba modern, materialistis dan bebas, kita perlu menarik diri untuk merenungkan kembali perintah-perintah Tuhan yang telah disampaikan kepada kita melalui para Nabi. Kita harus mencoba berdiam diri dihadapan Tuhan, kita harus mencoba mempergunakan telinga dan hati kita untuk mendengarkan sabda-Nya. Kita harus melakukan suatu tindakan yang dilakukan dengan penuh kesadaran untuk menunggu dan mendengarkan sabda Tuhan. Itulah meditasi, yang merupakan inti kegiatan ruhani kita. Karena sifat yang demikian itulah maka meditasi dianggap sebagai suatu misteri yang tidak mungkin diterangkan dengan 13
R. Soegoro SE, MA., op. cit., hlm. 13-14 Prof. H. M. Hembing Wijaya Kusuma, Pernafasan Meditasi Qigong Untuk Pengobatan Dan Kesehatan, (Pustaka Kartini Anggota IKAPI Jaya, 1997), hlm. 10 14
6
metode ilmiah manapun juga. Misteri meditasi hanya dapat dirasakan dan diketahui melalui pengalaman. Tanpa mengalami, mustahil seseorang dapat menerangkan meditasi dengan jelas.15 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin menawarkan sebuah pembahasan tentang meditasi, dengan mengangkat judul meditasi (telaah fungsional substantif) dalam bentuk skripsi. Dalam skripsi ini penulis fokus pada satu maksud meditasi sebagai gerakan pempolaan yang reflektif (memantul) secara bolak balik, dan dari luar (fokus ke obyek) kemudian kembali ke diri dan menemukan makna hakiki dengan bingkai pada esensi fungsinya tidak generalnya. Jadi dapat ditegaskan bahwa batasan meditasi dalam penulisan sekripsi ini pada wilayah esensi dari fungsionalnya bukan dari definisi generalnya.
B. Pokok Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil pokok masalah yang nantinya akan dijadikan arah dan batasan untuk menghindari kekaburan pemahaman seperti dalam skipsi ini. Beberapa pokok permasalahan itu antara lain: 1. Apa fungsi dan substansi meditasi itu ? 2. Apa pengaruh meditasi dalam mencapai kesadaran jiwa (soul consiousness) ?
C. Tujuan Penelitian Secara garis besar, yang menjadi tujuan diadakannya pembahasan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui fungsi dan substansi dari meditasi. 2. Untuk mengetahui pengaruh meditasi dalam mencapai kesadaran jiwa (soul consiousness).
15
R. Soegoro SE, MA., op. cit., hlm. 15-16
7
D. Manfaat Penelitian Secara ideal penulis mengharapkan bahwasannya penulisan skripsi ini bermanfaat : 1. Pembahasan mengenai meditasi memberikan gambaran bahwa meditasi tidak hanya sekedar latihan yang bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran spiritual dan penghayatan agama saja, tetapi juga akan memberikan kesegaran jiwa-raga dan lebih dari itu kebahagian dan kedamaian. 2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengubah hidup kita menjadi manusia baru yang selalu berfikir positif, inovatif, proaktif serta penuh kasih. Menjadi manusia yang mampu mengangkat citra diri kita sendiri sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi, dan berhasil mencapai tujuan-tujuan dalam kehidupan.
E. Tinjauan Pustaka Untuk lebih memperjelas mengenai permasalahan,
penulis akan
menguraikan beberapa kepustakaan yang relevan mengenai pembahasan yang akan dibicarakan dalam skripsi ini antara lain : “Meditasi Jalan Meningkatkan Kehidupan Anda” karya, Tjiptadinata Effendi, menguraikan bagaimana cara mengubah hidup yang lebih baik, minimal mengendalikan emosi, meningkatkan kepercayaan diri, sebagai alat mengontrol kekuatan dahsyat dalam diri. Dalam karya yang sama yaitu: “Meditasi Jalan Menuju Kesembuhan Lahir dan Bathin”, karya Tjiptadinata, memuat tentang reaksi dan respon tubuh yang mungkin timbul dalam menjalaninya dan berbagai cara yang paling mudah untuk mengatasinya. Sehingga dipastikan dengan mempraktekkan meditasi sesuai tuntunan yang diberikan, akan dirasakan manfaatnya secara mendalam, serta memberikan nilai tambah bagi kehidupan pribadi masing-masing. Sedangkan dalam buku karya Luh Ketut Suryani yang berjudul “Menemukan Jati Diri Dengan Meditasi” menguraikan inti dari meditasi untuk
8
mengungkapkan dan memunculkan kemampuan pribadi dalam menemukan jati dirinya. Dalam buku “Meditasi Tri Loka Jalan Menuju Tuhan”, karya R. Soegoro menerangkan meditasi merupakan suatu kegiatan yang sulit dimengerti dan diselami, tetapi pada dasarnya mengarah kepada satu tujuan yaitu menemukan Tuhan atau jalan menuju Tuhan. Dalam karya yang sama yaitu “Meditasi Tri Loka Hidup Dalam Supra Kesadaran”, karya R. Soegoro, menerangkan meditasi tidak hanya sekedar latihan yang bermanfaat untuk meningkatkan spiritualitas dan penghayatan ajaran agama saja, tetapi akan memberikan kesegaran jiwa-raga dan lebih dari itu kebahagiaan dan kedamaian. Dalam buku karya Paul Wilson yang berjudul “Teknik Hening Meditasi Tanpa Mistik”, menunjukkan bagaimana cara meraih lebih banyak dalam hidup ini, mengatasi banyak derita dan tekanan-tekanan kehidupan modern, serta membentuk pengertian yang lebih baik tentang hidup dan kehidupan. Perlu diketahui, bahwa skripsi yang berjudul Meditasi (Telaah Fungsional Substantif) adalah satu diskursus yang secara dinamik adalah baru. Hal ini disebabkan dari berbagai referensi yang ada meditasi lebih di arahkan sebagai satu fenomena general, sementara dalam telaah skripsi ini meditasi lebih merupakan satu fenomena yang dinamis bahkan berirama dengan wilayah filosofis
dan psikologis serta terlebih lagi secara praktikal meditasi justru
berkaitan erat dengan kecerdasan spritual yang melahirkan apa yang disebut dalam istilah terkini dengan Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ). Inilah yang mempertegas babak baru meditasi untuk bersinergi ke berbagai dimensi dan sekaligus pula sebagai stimulasi untuk dikembangkan pola-pola teoritik meditasi secara lebih komprehensif. Kekhususan dari skripsi ini, adalah: 1- Membuka pada pemahaman baru, bahwa meditasi ternyata memiliki dimensi
9
keilmuan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan filosofis. 2- Meditasi pada dasarnya memiliki tata letak pengkajian yang jelas dan ilmiah. Inilah yang kemudian penulis kembangkan meditasi sebagai sesuatu yang sangat ilmiah (scientifical). 3- Penulis sengaja mendobrak pada khalayak, baik akademis maupun non akademis bahwa meditasi adalah memiliki dimensi yang sangat baik dalam mengukuhkan, dunia rasional melalui filosofi konsentrasi dari meditasi, maupun dunia metarasional, yakni menangkap rasional secara mendalam untuk diambil dan dituangkan ke dalam rasional luar yang melalui jalur bahasa sehingga lebih positif dan lebih dapat diterima oleh berbagai khalayak.
F. Metode Penulisan Skripsi Untuk menulis skripsi ini, penulis menggunakan metode: a. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian kepustakaan (Library research) atau bentuk penelitian kualitatif, yaitu sebuah teknik penelitian yang diarahkan kepada literature-literatur,16 sehingga data-data yang dibutuhkan dapat dikumpulkan melalui buku-buku yang berkaitan dengan pokok penelitian atau dengan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian yang berhasil dihimpun.17 b. Metode Deskriptif. Merupakan metode penelitian dalam rangka untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian.18 Tujuan metode ini secara umum memberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang
16
Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1995), hlm. 65 17 Winarno Surahmat, Dasar Dan Teknik Research ( Bandung: CV. Tarsito, 1983 ) hlm. 139 18 Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, ( Jakarta: Rajawali Press, 1996 ), hlm. 116
10
meditasi yang menguraikan tentang pengertian meditasi, fungsi dan substansi meditasi. Kemudian penulis secara personal dalam penulisan ini akan terlibat secara langsung dengan
mengukuhkan kredibilitas dan nilai-nilai yang
accaptable (dapat diterima) secara public dengan melalui pengukuhan pengetahuan terhadap ekspresi fenomena meditasi yang dari strukturnya memiliki dua dimensi: 1- Dimensi dalam (ruhaniyah) adalah wilayah jiwa dan kekuatan rasa personal dapat ditemui disini oleh pelaku-pelaku meditasi. 2- Dimensi luar, inilah fenomena yang kemudian dideskripsikan sebagai keseimbangan diri (nafs atau manusia halus) dengan tubuh luar (jasadiyah atau manusia padat). Kedua dimensi ini adalah fenomena yang bolakbalik, saling bergantung dan rasional bertemu dengan meta rasional (keduanya adalah rasional). Berangkat dari sinilah, penulis akan melibatkan diri secara total untuk mengukuhkan kekuatan-kekuatan fenomena meditasi menjadi sebuah deskripsi yang jelas. Inilah deskripsi yang penulis singkronkan dengan pendekatan fenomenologis sebagai kekuatan yang relasional (hubungan) bukan keterpisahan. Inilah pentingnya penulis memflorkan ide-ide dan pengalaman-pengalaman
yang
ada
dalam
membingkaikan
kekuatan
obyektifitas meditasi secara lebih mapan, matang dan ilmiah.
c. Metode Fenomenologis Pendekatan
fenomenologis
merupakan
suatu
metode
untuk
memandang suatu gejala sebagaimana adanya, sebelum menyatakan suatu kesimpulan dan dalam apa yang disebut pengamatan hakikat.19 Filsafat fenomenologi berusaha untuk mencapai pengertian yang sebenarnya dengan 19
Van Hoeve, Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus 2 CES HAM, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru, t. th), hlm. 998
11
cara menerobos semua fenomen yang menampakkan diri menuju kepada bendanya yang sebenarnya. Usaha inilah yang dinamakan untuk mencapai “hakikat segala sesuatu”.20 Yang harus dilakukan oleh pendekatan fenomenologi khususnya dalam diskursus meditasi sebagai suatu kajian formal ilmiah adalah dengan menggarisbawahi pada trem “empiris” dan “rasional” sebagai bagian pendekatan ini. “Empiris” adalah bagian dari fenomenologi ini menegaskan bahwa meditasi dalam eksistensinya adalah memiliki dimensi ruang dan waktu yang kemudian membawa pada tatanan “empiris” atau menjadikan meditasi sebagai suatu fenomena yang dapat dialami dan hasil mengalami ini adalah pengalaman. Pengalaman secara berkelanjutan dapat bersifat subjektif/ personal tapi hasil dari kumpulan-kumpulan personal yang memenuhi standar prosedur meditasi adalah rasional atau ilmiah yakni dengan adanya aksesakses kesadaran baru yang muncul atau dalam dunia sufistik dikenal sebagai kesadaran universal yakni pentauhidan murni. Pendekatan fenomenologi dari alur kerja diatas telah membuka bahwa sesuatu yang trans (baca: berita jauh dan halus yang hanya ada dalam dunia rasa) dapat esensinya berat gerak konkrit tubuh material manusia atas gerak tubuh “dalamnya”. Tegasnya, bahwa konstruksi yang dibawa oleh pendekatan fenomenologi diwilayah kerjanya adalah dengan mengikuti pendekatan deskriptif yang akan mengungkapkan elemen-elemen esensial dan tipikal (khas) dari agama. Dan inilah yang ditangkap oleh penulis dalam bagian isi secara panjang lebar, menukik dan sarat pemaduan dengan beberapa pengalaman meditasi. Beragam aliran meditasi yang esensi adalah menuju kefokus satu bukan dua atau seterusnya.
20
Drs. Sudarsono, S.H. M.Si, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001), hlm. 341
12
G. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran dan penulisan skripsi dalam hal ini penulis menguraikan dalam lima bab yang antara satu bab dengan bab-bab berikutnya merupakan rangkain yang tidak dapat dipisahkan, untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut: Bab pertama, merupakan pertanggungjawaban akademis dan metodologis dari skripsi ini yang memuat latar belakang permasalahan, fenomena apa yang melatar belakangi sehingga penulis merasa tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dan secara emplisit latar belakang permasalahan dengan membahas skripsi ini, tujuan dan pemanfaatan tujuan yang ingin dicapai, tinjauan pustaka yang memberikan informasi, ada dan tidak adanya penulis lain yang membahas skripsi ini. Metode skripsi ini sebagai langkah untuk menyusun skripsi secara benar, terarah, diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi ini untuk memudahkan pembaca dalam memahami skripsi ini. Bab kedua, untuk mengetahui gambaran umum tentang meditasi sebagai jalan atau metode dalam mencapai kesadaran jiwa (soul consiousness), maka perlu memahami pengertian meditasi mengapa orang melakukan meditasi, meditasi dan gelombang otak manusia, bagaimana cara melakukan meditasi yang di dalamnya akan menjelaskan tentang cara dan persiapan dalam meditasi dan kemudian tiga tahapan dalam meditasi yang akan menjelaskan tentang konsentrasi, kontemplasi dan semedi. Bab ketiga, untuk mengetahui lebih jauh tentang meditasi maka dalam bab ini penulis akan membahas tentang fungsi dan substansi meditasi sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menemukan identitas diri sejati. meditasi dan potensi manusia, serta praktek meditasi. Bab keempat, merupakan analisis, diskripsi analisis ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang berada dalam meditasi. Yakni bagaimana pengaruh meditasi dalam mencapai kesadaran jiwa (soul conciousness)
13
Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan untuk memberikan gambaran secara singkat dan global isi sekripsi tersebut agar mudah dipahami, berupa saran-saran yang memberikan dorongan agar benar-benar memahami meditasi sebagaimana dalam pembahasan, di akhiri dengan penutup dan daftar pustaka sebagai tanggung jawab akademik.
14
15
MEDITASI (TELAAH FUNGSIONAL SUBSTANTIF)
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Jenjang Strata (S1) Dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat
Oleh : MUHAMMAD MUHLISH NIM : 4101081
FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2006