BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Mengembangkan potensi siswa adalah bertujuan agar siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
menyelenggarakan
Untuk
mengemban
fungsi
tersebut
pemerintah
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.1 Pendidikan merupakan upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak dalam kandungan ( Mansur, 2005, 1 ). Begitu pentingnya pendidikan bagi suatu bangsa, selanjutnya tidak dapat dibayangkan seandainya tanpa pendidikan, manusia sekarang tidak akan berbeda dengan manusia zaman dahulu, bahkan mungkin akan lebih buruk atau lebih rendah peradabannya.2 Dalam dunia pendidikan, guru memiliki posisi dan peran penting dalam proses pembelajaran dan pembentukan karakter siswa. Di madrasah ibtidaiyah
misalnya,
guru
terlibat
dalam
proses
belajar
mengajar,
menyediakan materi pelajaran serta menyampaikanya kepada siswa. Guru kerap menjadi tempat bertanya dan tempat mengadu di kelas. Sementara di masyarakat, mereka kerap dianggap memiliki status sosial yang berbeda
1
Drs. H. Khaeruddin.M.A, Drs Mahfud Junaedi, M. Ag. dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Konsep dan Implementasinya di Madrasah, ( Jogjakarta, Nuansa Aksara 2007 ), hlm. 329 2 Ibid., hlm. 3
1
2
dengan masyarakat pada umumnya atau bahkan lebih tinggi. Konsep Jawa menyebutkan guru adalah orang yang patut dan harus “ digugu lan ditiru ”, memperlihatkan pengakuan sosial atas peran penting seorang guru.3 Bahkan, seringkali guru dijadikan salah satu personal yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan pembelajaran. Frederick J. McDonald mengatakan. “ The teacher is responsible for the over-all manipulation of the educative act, of wich the child is the center and focus. “ 4 ( Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas semua aktivitas suatu pendidikan, di mana yang menjadi pusat dan fokusnya adalah anak-anak ). Dalam melaksanakan tugasnya guru senantiasa memerlukan wawasan yang mantap dan utuh tentang kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus mengetahui dan memiliki gambaran secara menyeluruh mengenai bagaimana proses belajar mengajar itu terjadi serta langkah-langkah apa yang dilakukan agar tugas keguruanya dapat dengan hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu wawasan yang harus dimiliki seorang guru adalah penerapan strategi atau penerapan metode yang tepat agar dapat menciptakan situasi yang berbeda serta dapat memberi pengaruh yang optimal bagi siswa untuk dapat belajar dengan berhasil. Metode pembelajaran mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran karena metode pembelajaran menjadi sarana yang memberanakkan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan diserap oleh peserta didik menjadi pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya. Apabila metode yang digunakan pada lembaga pendidikan islam tidak sesuai dengan pembelajaran maka tujuan pendidikan islam untuk mencetak manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt juga tidak akan berhasil.5
3
Tim Direktorat Pendidikan Madrasah Kementrian Agama, Wawasan Pendidikan Karakter dalam Islam, ( Jakarata, Direktorat Pendidikan Madrasah Kementrian Agama 2010 ), hlm. 91 4 Frederick J. McDonald, Educational Pshicology, ( Tokyo: Overseas Publication, tt ), hlm. 5 5 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam ( Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner ), ( Jakarta: Bumi Aksara 2000 ), hlm. 197
3
Metode yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan pembelajaran . Metode harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya. Sebagaimana dikutip dari Ismail SM, M. Ag (Dr. Sayyid Ibrahim al-jabbar) mengatakan :6
ان اﳍﺪف اﻟﺮﺋﻴﺴﻰ ﻟﻠﱰﺑﻴﺔ ﻻﺑﺪ ان ﳛﺮص ﻋﻠﻰ اﳕﺎء ﻗﺪرة اﻟﻔﺮد ﻋﻠﻰ ﻣﻌﺎﳉﺔ اﳌﺸﻜﻼت اﳉﺪﻳﺪة واﺳﺘﺤﺪاث أﺳﺎﻟﻴﺐ ﳌﻮاﺟﻬﺘﻬﺎ “ Sesungguhnya tujuan pokok pendidikan haruslah dapat memberikan rangsangan kuat untuk pengembangan kemampuan individu dalam upaya mengatasi semua permasalahan baru yang muncul serta dapat mencari terobosan-terobosan solusi alternatif dalam menghadapinya. “ Lembaga pendidikan di bawah naungan lembaga Pendidikan Ma’arif NU, MI Kalisidi 02 Dusun Mrunten Kulon Kelurahan Kalisidi Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang adalah sebuah madrasah ibtidaiyah swasta yang dalam kegiatan pembelajarannya mengacu pada kurikulum Kementerian Agama RI. Oleh sebab itu pelajaran Alqur’an hadits selalu menjadi pelajaran pokok PAI di setiap kelas yang ada. Pelajaran Alqur’an hadits di madrasah ibtidaiyah adalah salah satu pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis huruf arab yang terkandung dalam Alqur’an dan hadits. Pembacaan itu harus tartil yang berarti baik dan benar. Di samping itu menghafal surat-surat pendek. Dengan demikian pengenalan arti atau makna sederhana dari suratsurat pendek tersebut dan hadits-hadits tentang akhlak terpuji untuk
6
Ismail SM, M.Ag Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM,( Semarang: RaSAIL, 2009 ) hlm. 18
4
diamalkan pembiasaan.
dalam
kehidupan
sehari-hari
melalui
keteladanan
dan
7
Belajar Alqur’an merupakan kewajiban yang utama bagi setiap muslim begitu juga mengajarkannya. Sebagaimana hadits Rasulullah saw.
: َﻢَو َﺳﻠ
ِ ﺻﻠّﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َ َ ﻗ: ﺎل َ َﺎ ُن َر ِﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨﻪُ ﻗَﻋ ْﻦ ﻋُﺜْ َﻤﺎ َن اﺑْ ُﻦ َﻋﻔ َ ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ ( َﻤﻪُ ) رواﻩ اﻟﺒﺨﺎ ري َﻢ اﻟْ ُﻘ ْﺮاٰ َن َو َﻋﻠَﺧْﻴـ ُﺮُﻛ ْﻢ َﻣ ْﻦ ﺗَـ َﻌﻠ
Dari Utsman bin Affan r.a dia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang mampelajari Alqur’an dan mengajarkannya “.8 ( H.R. Bukhari ). Salah satu ruang lingkup pelajaran Alqur’an hadits di madrasah ibtidaiyah adalah pengetahuan dasar membaca dan menulis huruf arab yang terkandung dalam Alqur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Sementara itu, salah satu standar kompetensi yang harus diajarkan di kelas III madrasah ibtidiyah yaitu memahami kaidah ilmu tajwid yang meliputi pengenalan bacaan mad thabi’i, mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil meliputi cara menerapkan bacaan tersebut dalam
ayat-ayat Alqur’an. Hal ini sejalan
dengan firman Allah swt tentang perintah untuk membaca Alqur’an dengan bacaan yang tartil atau sebenar-benarnya ( baik tajwid dan makhrojnya ).
(٤ : ِﻞ اْﻟ ُﻘ ْﺮا ٰء َن ﺗَـ ْﺮﺗِْﻴﻼً ) اﳌﺰﻣﻞ َوَرﺗ. . . . “ …. Dan bacalah Alqur’an dengan tartil ( baik tajwid dan makhrojnya ) “.9 ( Q.S. Al-Muzammil / 73: 4 ). Secara subtansi pelajaran Alqur’an hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi siswa untuk mencintai kitab sucinya, mempelajari dan mempraktekkan ajaran yang terkandung dalam Alqur’an hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman
7
Direktorat Pendidikan Madrasah, Pedoman Sistem Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Madrasah Ibtidaiyah.( Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI 2010 ), hlm. viii 8 Jalal Al-Din Abd Al-Rahman bin Abi Bakar Al-Suyuti, Al-Jami’ Al-Shaghir, jil. I (Beirut: Dar Al-Fikr, tt), hlm. 307 9 Depag RI, Alqur’an dan Terjemahannya, ( Kudus: Menara Kudus, 1427 H ), hlm. 574
5
hidup dalam kehidupan sehari-hari,10 sebagaimana hadits Rasulullah saw yang berbunyi.
ِ ِ ِ ْ ﺖ ﻓِْﻴ ُﻜﻢ َﺷْﻴﺌَـ ( ِ ْﱴ ) رواﻩ اﳊﺎﻛﻢﺎب اﷲِ َو ُﺳﻨ ُ َ ْﻮا ﺑـَ ْﻌ َﺪ ُﳘَﺎ ﻛﺘﲔ ﻟَ ْﻦ ﺗَﻀﻠ ْ ُ ﺗَـَﺮْﻛ “ Aku tinggalkan kepada kalian dua hal, yang mana kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada dua hal tersebut yakni kitab Allah dan ( Alqur’an ) dan sunahku ”.11 ( H.R. Hakim ). Berdasarkan pengamatan dan evaluasi yang ada selama ini, hasil pembelajaran Alqur’an Hadits di MI Kalisidi 02 Kabupaten Semarang masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan oleh hasil ulangan semester yaitu masih banyak siswa yang nilainya berada di bawah KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ). Di antara permasalahan yang menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar Alqur’an hadits yang berkaitan dengan pokok bahasan mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil adalah tentang pemahaman konsep dan penerapanya dalam bacaan ayat-ayat Alqur’an. Oleh karena itu perlu adanya cara atau metode tertentu dalam penyampaikan materi mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil agar siswa lebih mudah mengerti dan mudah menerapkan materi tersebut pada ayat-ayat Alqur’an. Metode tersebut hendaknya dapat membantu siswa untuk lebih aktif dan lebih bersemangat dalam menerima materi, sehingga dapat terjalin komunikasi dua arah guru dengan siswa. Dengan begitu suasana pembelajaran tidak terasa membosankan. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt di dalam Alqur’an.
ِ ﻗﻠﻰ ِ ِ ِ ﻚ ْ ِﻚ ﺑ َ ن َرﺑ ِﱴ ﻫ َﻲ اَ ْﺣ َﺴ ُﻦ اﺎﳊِ ْﻜ َﻤ ِﺔ َواﻟْ َﻤ ْﻮ ِﻋﻈَِﺔ اْﳊَ َﺴﻨَ ِﺔ َو َﺟﺎد ْﳍُ ْﻢ ﺑِﺎﻟ َ اُْدعُ ا ٰﱃ َﺳﺒِْﻴ ِﻞ َرﺑ ( ١٢٥: ﻞ َﻋ ْﻦ َﺳﺒِْﻴﻠِﻪ َوُﻫ َﻮاَ ْﻋﻠَ ُﻢ ﺑِﺎﻟْ ُﻤ ْﻬﺘَ ِﺪ ﻳْ َﻦ ) اﻟﻨﺤﻞ ﺿ َ ُﻫ َﻮ اَ ْﻋﻠَ ُﻢ ِ◌ﲟَ ْﻦ
“ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah12 dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara 10
Direktorat Pendidikan Madrasah, Pedoman Sistem Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Madrasah Ibtidaiyah. ( Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI 2010 ), hlm. viii 11 Jalal Al-Din Abd Al-Rahman bin Abi Bakar Al-Suyuti, Al-Jami’ Al-Shaghir, jil. I (Beirut: Dar Al-Fikr, tt), hlm. 244 12 Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil.
6
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk “.13 ( Q.S. An-Nahl / 16: 125 ). Dan sebagaimana sabda nabi Muhammad saw:
ِ َﻋﻦ أَﻧ ﺸ ُﺮْوا َﺴ ُﺮْوا َوﺑ ﺮْوا َوﻻَﺗـُ َﻌ ﻳَ ِﺴ:ﺎل َ َ َﻢ ﻗﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﺻﻠ َِﺲ َرﺿ َﻰ اﷲُ َﻋْﻨﻪُ َﻋ ِﻦ اﻟّﻨ َ ﱮ َ َْ (ﻔ ُﺮْوا )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى َوﻻَﺗـُﻨَـ
“ Dari Anas r.a. bahwa nabi saw Bersabda: Mudahkanlah dan jangan kamu persulit. Gembirakanlah dan janganlah kamu membuat lari. ” ( HR. Bukhari ). 14 Selanjutnya peneliti ingin menerapkan sebuah metode pembelajaran
yaitu metode reading aloud yaitu membaca suatu teks ( dalam hal ini surat Al-Bayyinah dan surat Al-Kafirun ) dengan keras, agar siswa dapat menerapkan dan memfokuskan perhatianya pada bacaan mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil yang terdapat pada surat tersebut. Sedangkan metode indeks card match dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui dan membedakan bacaan mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil yang terdapat dalam surat Al-Bayyinah dan surat Al-Kafirun. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengangkat judul “ Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran Alqur’an hadits Pokok Bahasan Mad Wajib Muttasil dan Mad Jaiz Munfasil pada surat Al-Bayyinah dan Al-Kafirun Menggunakan Metode Reading Aloud dan Indeks Card Match pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah.”
B. Penegasan Istilah Judul skripsi tersebut terdiri dari lima kelompok kata yaitu. a. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa b. Pelajaran Alqur’an Hadits c. Mad Wajib Muttasil dan Mad Jaiz Munfasil d. Surat Al-Bayyinah dan surat Al-Kafirun 13
Depag RI, Alqur’an dan Terjemahannya, ( Kudus: Menara Kudus, 1427 H ), hlm. 267 Jalal Al-Din Abd Al-Rahman bin Abi Bakar Al-Suyuti, Al-Jami’ Al-Shaghir, jil. I (Beirut: Dar Al-Fikr, tt), hlm. 714 14
7
e. Metode Reading Aloud dan Indeks Card Match Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan dan memahami skripsi tersebut, perlu dijelaskan hal-hal sebagai berikut. a. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa 1) Peningkatan adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu perubahan.15 2) Prestasi Belajar Siswa adalah perubahan tingkah laku siswa setelah proses belajar mengajar sebagai hasil belajar yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. 3) Siswa Siswa atau peserta didik dalam Undang-Undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 bab I pasal I ayat 4, yang dimaksud peserta
didik
adalah
anggota
masyarakat
yang
berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Siswa yang akan diteliti adalah siswa kelas III MI Kalisidi 02 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang tahun pelajaran 2010/2011. 4) Jadi yang dimaksud peningkatan prestasi belajar siswa adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu perubahan bagi siswa
untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku berkat
pengalaman dan latihan. b. Pelajaran Alqur’an hadits 1) Pelajaran adalah suatu materi yang di dalamnya berisi tentang berbagai jenis ilmu pengetahuan yang sudah dibagi-bagi baik agama ataupun umum. 2) Alqur’an hadits adalah salah satu pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis huruf arab yang terkandung dalam Alqur’an dan hadits dengan benar, serta hafalan dari suratsurat pendek dalam Alqur’an, pengenalan arti atau makna secara 15
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3 ( Jakarta: Balai Pustaka, 2002 ), cet. 2, hlm. 1198
8
sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadits-hadits tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan.16 c. Mad Wajib Muttasil dan Mad Jaiz Munfasil 1) Mad menurut bahasa berarti
ﺰﻳَ َﺎدةُ اَﻟْ َﻤَواﻟ ﻂ
(memanjangkan dan
menambah). Sedangkan menurut istilah, mad berarti
ِ ِ ﺼﻮ ٍ ِ ِ ِ ُت اﻃَﺎﻟَﺔ ْ ﺪ َﺣ ْﺮف ﻣ ْﻦ ﲝَْﺮف اﻟ اﻟْ َﻤ memanjangkan suara dengan salah satu huruf dari huruf-huruf mad (
) ي ا و.17
2) Mad wajib muttasil adalah mad yang terjadi karena ada mad tabi’i yang diikuti huruf hamzah ( )ءdalam satu lafal ( kata ). Mad wajib muttasil biasanya diberi tanda
~
, panjang bacaannya 5 ( lima )
harakat atau dua setengah alif.18 3) Mad jaiz munfasil adalah mad yang terjadi karena ada mad tabi’i yang diikuti huruf hamzah ( )ءtetapi tidak dalam satu lafal ( kata ). Mad jaiz munfasil biasanya diberi tanda
~
. Mad jaiz munfasil boleh
dibaca panjang lebih dari dua harakat. Panjang mad jaiz munfasil boleh dua, empat, atau lima harakat.19 d. Surat Al-Bayyinah dan surat Al-Kafirun 1) Surat Al-Bayyinah adalah surat ke-98, termasuk dalam golongan surat Madaniyah dan merupakan golongan surat-surat pendek yang terdapat dalam Alqur’an juz 30 yang terdiri dari 8 ayat.
16
Peraturan Menteri Agama RI nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasa, hlm. 19 17 Choirul Fata, Cinta Alqur’an dan Hadits untuk Kelas III Madrasah Ibtidaiyah, ( Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009 ), hlm. 106 18 Ibid., hlm. 107 19 Ibid., hlm. 108
9
2) Surat Al-Kafirun surat ke-109, termasuk
dalam golongan surat
Makiyyah dan merupakan golongan surat-surat pendek yang terdapat dalam Alqur’an juz 30 yang terdiri dari 6 ayat. e. Metode Reading Aloud dan Indeks Card Match 1) Hakikat membaca Membaca merupakan kegiatan memahami bahasa tulis.20 2) Reading Aloud adalah strategi membaca dengan keras.21 Langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut. a) Guru memilih sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras. b) Guru menjelaskan teks tersebut kepada siswa secara singkat. Guru menjelaskan poin-poin kunci suatu masalah pokok yang dapat diangkat. c) Guru membagi bacaan teks itu dengan alenia-alenia atau beberapa cara lainnya. Guru menyuruh sukarelawan untuk membaca keras bagian-bagian yang berbeda. d) Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru menghentikan dibeberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu, kemudian guru memunculkan beberapa pertanyaan atau memberi contoh. Guru dapat membuat diskusi singkat jika para siswa menunjukkan minat dalam bagian tertentu, kemudian guru melanjutkan dengan menguji apa yang ada dalam teks tersebut. 3) Indeks Card Match adalah strategi mencari jodoh kartu tanya jawab yang bertujuan untuk melatih siswa agar mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan suatu masalah yang kontroversial serta memiliki sikap demokratis dan saling menghormati terhadap perbedaan pendapat.22
20
Puji Santoso, dkk, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD,( Jakarta, Universitas Terbuka, 2008 ), hlm. 6.3 21 Ismail SM, M.Ag Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, ( Semarang: RaSAIL, 2009 ) hlm. 76 22 Ibid., hlm. 81-82
10
Langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut. a) Guru membuat potongan-potongan kertas sejumlah siswa dalam kelas dan kertas tersebut dibagi menjadi dua kelompok. b) Guru memberi pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada potongan kertas yang telah dipersiapkan, setiap kertas satu pertanyaan. c) Pada potongan kertas yang lain, guru menulis jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat. d) Guru mengocok semua potongan kertas tersebut sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban. e) Guru membagikan setiap siswa satu kertas. Kemudian guru menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Sebagian siswa mendapat soal dan sebagian yang lain mendapatkan jawaban. f)
Guru meminta siswa untuk mencari pasanganya. Jika sudah ada yang menemukan pasangannya, guru meminta siswa untuk duduk berdekatan, guru juga menjelaskan agar mereka tidak memberikan materi kepada teman yang lain.
g) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, siswa diminta secara bergantian membacakan soal yang diperoleh dengan suara yang keras kepada teman-teman lainnya, selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya dan seterusnya. h) Guru mengakhiri proses ini dengan mengklasifikasi dan menyimpulan serta tindak lanjut. Jadi penelitian ini adalah upaya yang dilakukan peneliti bersama kolaborator untuk peningkatan prestasi siswa pada pelajaran Alqur’an Hadits khususnya dalam pokok bahasan mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil. Diharapkan dengan menerapkan metode reading aloud dan indeks card match ini, pemahaman dan penguasaan siswa menerapkan materi tersebut dalam
11
Alqur’an surat Al-Bayyinah dan Al-Kafirun kelas III MI Kalisidi 02 Mrunten Kulon Kalisidi Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang dapat ditingkatkan.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi pokok permasalahan pada penilitian ini adalah. 1. Bagaimana penggunaan metode reading aloud dan indeks card match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran Alqur’an hadits kelas III pokok bahasan mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil pada surat Al-Bayyinah dan Al-Kafirun di MI Kalisidi 02 Kec.Ungaran Barat Kab.Semarang ? 2. Apakah penerapan metode reading aloud dan indeks card match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran Alqur’an hadits kelas III pokok bahasan mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil pada surat Al-Bayyinah dan Al-Kafirun di MI Kalisidi 02 Kec.Ungaran Barat Kab.Semarang ?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian yang dilakukan ini bertujuan. 1. Mengetahui apakah metode reading aloud dan indeks card match dapat meningkatkan prestasi belajar pada pelajaran Alqur’an hadits kelas III pokok bahasan mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil pada surat AlBayyinah dan Al-Kafirun di MI Kalisidi 02 Kec.Ungaran Barat Kab.Semarang tahun pelajaran 2010/2011. 2. Penarapan metode reading aloud dan indeks card match pada pelajaran Alqur’an hadits kelas III pokok bahasan mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil pada surat Al-Bayyinah dan Al-Kafirun di MI Kalisidi 02 Kec.Ungaran Barat Kab. Semarang betujuan untuk menarik perhatian dan memudahkan siswa dalam menerima materi ini.
12
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi penulis Penulis dapat meningkatkan kualitas keilmuan serta mengimplementasikan strategi pembelajaran reading aloud dan indeks card match dalam pelajaran Alqur’an hadits kelas III pokok bahasan mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil. 2. Bagi guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dan alternatif dalam pembelajaran untuk mata pelajaran Alqur’an hadits kelas III pada pokok bahasan mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil. 3. Bagi siswa Dengan metode reading aloud dan indeks card match memungkinkan terciptanya kondisi yang menyenangkan, diharapkan siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 4. Bagi madrasah Pemerolehan suatu kreativitas variasi pembelajaran yang sesuai dengan tuntunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berakarkan kurikulum 2004, yakni memberi banyak keaktifan pada siswa dan guru sebagai fasilitator.