BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak diangkatnya isu tersebut dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan
dan
Pembangunan
(International
Conference
on
Population and Development) di Kairo Mesir, pada tahun 1994. Saat ini kesehatan reproduksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar skalanya di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari data dan fakta pada beberapa komponen kesehatan reproduksi, salah satunya adalah masalah kesehatan reproduksi pada remaja. Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini menunjukkan bahwa perilaku seksual remaja dan seks pra nikah pada remaja terus meningkat dari tahun ke tahun. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menilai, perkembangan isu remaja khususnya perilaku remaja akhir-akhir ini sudah mengindikasi ke arah perilaku berisiko. Hal tersebut terlihat berdasarkan Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKKR) tahun 2012 yang dilakukan oleh BKKBN. Beberapa perilaku berpacaran remaja yang belum menikah sangat mengkhawatirkan. Sebanyak 29,5 persen remaja pria dan 6,2 persen remaja wanita pernah meraba atau merangsang pasangannya. Sebanyak 48,1 persen remaja laki-laki dan 29,3 persen remaja wanita pernah berciuman bibir. Sebanyak 79,6 persen remaja pria dan 71,6 persen remaja wanita pernah berpegangan tangan dengan pasangannya. Bahkan dalam survei tersebut juga terungkap, umur berpacaran pertama kali paling banyak adalah usia 15-17 tahun, yakni 1
pada 45,3 persen remaja pria dan 47,0 persen remaja wanita. Dari seluruh usia yang disurvei yakni 10-24 tahun, hanya 14,8 persen yang mengaku belum pernah pacaran sama sekali (BKKBN, 2012). Permasalahan
kesehatan
reproduksi
pada
remaja
dapat
dikelompokkan sebagai berikut: Perilaku berisiko; kurangnya akses pelayanan kesehatan; kurangnya informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan; banyaknya akses pada informasi yang salah tanpa tapisan; Masalah IMS; Tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi seks komersial; kehamilan dan persalinan usia muda yang beresiko terhadap kematian ibu dan bayi; dan kehamilan yang tidak dikehendaki, yang seringkali menjurus pada aborsi yang tidak aman dan komplikasinya (BKKBN, 2005). Melihat fakta-fakta permasalahan kesehatan reproduksi remaja yang ada saat ini, remaja perlu mengetahui pentingnya kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksi. Dalam rangka menumbuh kembangkan perilaku hidup sehat bagi remaja, maka perlu kepedulian dalam bentuk pelayanan dan penyediaan informasi yang benar serta kesepahaman akan pentingnya kesehatan reproduksi remaja sehingga dapat membantu mereka dalam menentukan pilihan masa depannya. Keberadaan PILAR PKBI Jawa Tengah dalam hal ini merupakan salah satu bentuk layanan yang diberikan dalam rangka menyampaikan informasi pelayanan dengan beberapa macam kasus yang berkaitan permasalahan yang dihadapi remaja. Pelayanan tersebut meliputi kesehatan seksual, reproduksi, penanganan kehamilan, konflik, kekerasan, dan HIV/AID. PILAR PKBI memberikan perlindungan serta mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap seluruh lapisan masyarakat dan remaja. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh lembaga sosial PILAR PKBI Jawa
2
Tengah yang secara konsisten memberikan konseling kepada remaja melalui facebook. Layanan konseling facebook yang dikembangkan oleh PILAR PKBI Jawa Tengah merupakan sebuah bentuk penanganan terhadap fenomena kesehatan reproduksi remaja saat ini. Konseling facebook dimulai pada tahun 2011. Awal mula dilakukannya konseling facebook dikarenakan keberadaan facebook memudahkan PILAR menjangkau target mereka yaitu remaja. Tidak dapat dipungkiri, facebook merupakan sebuah inovasi dalam new media yang memberikan banyak kemudahan. Konseling online melalui facebook merupakan sebuah bentuk layanan yang didalamnya terdapat konselor profesional untuk membantu remaja memeroleh informasi serta menangani permasalahan seputar kesehatan reproduksi yang dialami dengan perantara facebook. Proses konseling ini tidak terlepas dari adanya komunikasi interpersonal, baik secara verbal maupun non verbal antara komunikator dengan komunikan. Selama proses konseling berlangsung, konselor dan klien melakukan interaksi secara virtual yaitu menggunakan media facebook. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan new media, pola komunikasi interpersonal pun mulai bergeser. Pada awalnya komunikasi interpersonal dipahami sebagai komunikasi face-to-face, yakni komunikasi tatap muka antara komunikator dan komunikan. Dewasa ini fleksibilitas media dan kemudahan akses internet membuat setiap orang dapat terkoneksi dan berkomunikasi satu dengan lainnya tanpa harus bertatap muka, dimana pun, dan kapan pun. Perbedaan ruang dan waktu tidak lagi menjadi alasan penghambat komunikasi antarmanusia. Bentuk atau pola komunikasi baru tersebut antara lain sifat komunikasi bermedia berubah menjadi komunikasi yang interaktif, sifat komunikasi tidak lagi selalu sama dengan jarak ruang. Serta waktu antara pengirim dan penerima pesan menjadi semakin tipis, dalam hal ini konteks komunikasi yang berlangsung terjadi di dalam dunia maya (virtual).
3
Hal tersebutlah yang menjadikan komunikasi menjadi berevolusi lagi, dalam hal komunikasi interpersonal, perubahan tersebut merupakan objek yang dikaji sehingga akan muncul pertanyaan apakah komunikasi antar pribadi dapat terintegrasi dalam perkembangan teknologi terutama dalam new media. Kemunculan media baru (New Media) memberikan dampak yang
besar terhadap kehidupan manusia. Media baru secara
langsung telah merubah pola kehidupan masyarakat, budaya, cara berfikir, dan hampir segala aspek dalam kehidupan manusia. Melihat perubahan yang mendasar, berkenaan dengan hubungan komunikasi interpersonal yang diakomodir oleh media baru (new media), hal yang menarik adalah ketika melihat sebuah fenomena komunikasi interpersonal dalam proses konseling online. Dari sana akan tercipta sebuah komunikasi virtual, yakni proses penyampaian dan penerimaan pesan oleh klien dan konselor melalui ruang maya yang bersifat interaktif, baik
secara
langsung
(Synchronous)
maupun
tidak
langsung
(Asynchronous). Adapun new media yang dipergunakan disini adalah jejaring sosial facebook, sebagai sarana konseling online PILAR PKB Jawa Tengah. Penelitian ini akan melihat dinamika praktik komunikasi interpersonal termediasi dalam konseling facebook oleh PILAR PKBI Jawa Tengah tahun 2014. Dinamika yang peneliti ingin sampaikan pada penelitian ini yaitu. terkait hal-hal yang berubah, muncul, atau hilang ketika pola komunikasi interpersonal langsung bertransformasi ke pola komunikasi interpersonal termediasi melalui facebook.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, didapat suatu rumusan masalah: “Bagaimana dinamika praktik komunikasi termediasi
4
dalam Program Konseling Remaja oleh PILAR PKBI Jawa Tengah tahun 2014?”. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui bagaimana latar belakang praktik konseling online remaja PILAR PKBI Jawa Tengah. 2. Mengetahui bagaimana dinamika praktik konseling online remaja PILAR PKBI tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman para akademisi dari bidang Ilmu Komunikasi terutama mengenai bagaimana praktik komunikasi termediasi.
Sebagai
bahan
perbandingan
dan
pertimbangan
bagi
perkembangan penelitian sejenis di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan penulisan yang berkaitan dengan praktik komunikasi termediasi.
E. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan bagian penjelasan mengenai teoriteori yang dipergunakan dalam penelitian ini. Teori yang dipergunakan yaitu : Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Termediasi, Media Sosial Facebook, dan Konseling. Keempat teori tersebut menjadi pendukung yang digunakan dalam penelitian ini, untuk mengkaji fokus permasalahan praktik komunikasi termediasi.
5
1. Komunikasi Interpersonal Bentuk komunikasi yang dilakukan manusia terdiri dari berbagai macam bentuk, mulai dari komunikasi intrapersonal, komunikasi
interpersonal,
komunikasi
kelompok,
komunikasi
organisasi, dan komunikasi massa. Semua bentuk komunikasi ini membuat manusia saling terikat satu dengan yang lainnya. Melalui bentuk-bentuk komunikasi ini sesama manusia akan saling bertukar informasi dari hal-hal yang biasa hingga hal-hal yang mereka anggap penting. Komunikasi juga semakin membuktikan bahwa manusia merupakan makhluk sosial (zoon politicon) yang akan saling membutuhkan satu dengan lainnya. Komunikasi
interpersonal
adalah
sebuah
proses
yang
melibatkan pengiriman dan penerimaan pesan (Giffin dan Patton, 1971). Dalam komunikasi interpersonal, terdapat proses penyampaian berita yang dilakukan oleh seseorang kemudian berita tersebut diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang guna mendapatkan umpan balik (DeVito, 2002). a. Unsur Komunikasi Interpersonal 1) Lingkungan Komunikasi Lingkungan
(konteks)
komunikasi
setidaknya
memiliki tiga dimensi yaitu dimensi fisik, sosial-psikologis, dan temporal. Dimensi fisik meliputi ruang atau lingkungan nyata dimana komunikasi berlangsung. Dimensi sosialpsikologis meliputi tata hubungan status diantara pelaku komunikasi, peran dan permainan yang dijalankan, serta aturan budaya masyarakat para pelaku komunikasi. Sedangkan dimensi temporal (waktu) mencakup waktu dalam sehari maupun waktu dalam hitungan sejarah dimana komunikasi berlangsung.
6
2) Sumber – Penerima Komunikasi interpersonal terdiri dari paling sedikit dua orang. Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi dapat menjadi sumber (pembicara) sekaligus menjadi penerima (pendengar). Istilah sumber-penerima digunakan sebagai satu kesatuan
yang tak terpisahkan untuk
menegaskan bahwa setiap pelaku komunikasi interpersonal adalah sumber penghasil pesan sekaligus penerima pesan. 3) Enkoding-Dekoding Enkoding merupakan tindakan menghasilkan pesan (misalnya berbicara atau menulis). Sedangkan dekoding adalah tindakan menerima pesan (misalnya membaca atau mendengar). Seperti halnya sumber-penerima, istilah enkoding-dekoding juga merupakan kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa pelaku komunikasi menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. 4) Kompetensi Komunikasi Mengacu
pada
kemampuan
seseorang
untuk
berkomunikasi secara efektif. Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam memengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi. 5) Pesan dan Saluran Pesan komunikasi dapt memiliki banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indera. Selain itu pesan jug dapat ditangkap secara verbal dan non verbal. Sedangkan saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Saluran komunikasi bekerja seperti jembtan yang menghubungkan antara sumber dan penerima. Normalnya
7
komunikasi berlangsung dalam lebih dari satu saluran dan berbeda secara simultan. 6) Umpan Balik Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dari penerima dapat diwujudkan melalui berbagai bentuk seperti ekspresi senyuman, anggukan atau gelengan kepala. Sedangkan umpan maju merupakan informasi tentang pesan yang akan disampaikan. Umpan maju menunjukkan fungsi untuk mengawali pembicaraan, melihat dan menyangkal pesan. 7) Gangguan Gangguan (noise) adalah ssegala sesuatu yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan dapat berupa gangguan fisik (orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna). 8) Efek Komunikasi Komunikasi selalu memiliki efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Dampak ini terdiri dari tiga bagian yaitu dampak afektif (mengubah sikap, keyakian dan emosi); kognitif atau intelektual (memperoleh pengetahuan atau mengevaluasi sesuatu); motorik (memperoleh cara atau gerakan baru).
8
9) Etika dan Kebebasan Memilih Adanya dampak dalam komunikasi, menjadikan komunikasi interpersonal lekat dengan etika. Setiap aksi dalam komunikasi memiliki dimensi moral yaitu aspek benar-salah. Apakah komunikasi dianggap etis atau tidak, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang memiliki hak untuk menentukan pilihannya sendiri. b. Karakteristik Komunikasi Interpersonal yang Efektif Menurut Joseph A. DeVito dalam bukunya Komunikasi Antarmanusia, untuk mengukur dan memahaminya dapat ditinjau dari lima karakterisktik yaitu adanya keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan. 1) Keterbukaan (openness) Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Hal ini berarti
harus
ada
kesediaan
untuk
mengungkapkan
informasi yang biasanya disembunyikan. Kedua, megacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Ketiga, menyangkut „kepemilikan‟ perasaan dan pikiran, yang berarti mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik pelaku komunikasi dan ia bertanggung jawab atasnya. 2) Empati (empathy) Sikap empati dalam komunikasi interpersonal berarti mampu memahami dan memotivasi pengalaman orang lain, 9
perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Dalam mengkomunikasikan empati ini dapat ditunjukkan secara verbal maupun nonverbal. Secara nonverbal mengkomunikasikan empati dapat dengan memperlihatkan keterlibatan aktif dengan lawan bicara melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; konsentrasi terpusat melalui kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan fisik; serta sentuhan atau belaian yang sepantasnya. 3) Sikap mendukung (supportiveness) Sikap mendukung dalam komunikasi interpersonal dapat diperlihatkan tiga cara sebagai berikut : a) Deskriptif, bukan evaluatif Suasana deskriptif tetapi bukan evaluatif berarti mempersiapkan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai kejadian tertentu.
Sehingga
pesan-pesan
yang
dibangun tidak terkesan sebagai ancaman. b) Spontan, bukan strategik Orang yang spontan dalam komunikasinya, terus terang dan terbuka dalam mengutarakan pikiran biasanya juga akan bereaksi sama dalam bentuk komunikasi apapun. c) Professional, bukan sangat yakin Bersikap
professional
artinya
bersikap
tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan. Dimana selanjutnya bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan.
10
4) Sikap positif (positiveness) Sikap interpersonal
positif
dalam
mengacu
pada
aktivitas beberapa
komunikasi aspek
yaitu
komunikasi dapat terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri; membangun situasi komunikasi dengan orang lain menjadi menyenangkan dan dapat saling menikmati interaksi. Sikap positif juga dapat dijelaskan dengan
istilah
dorongan.
Perilaku
mendorong
atau
menghargai keberadaan dan pentingnya orang lain. 5) Kesetaraan (equality) Masing-masing pelaku komunikasi interpersonal harus mengakui dan menyadari bahwa kedua pihak samasama bernilai dan berharga serta masing-masing pihak memiliki sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Berdasarkan paparan teori komunikasi interpersonal diatas, maka
peneliti
mengambil
beberapa
kesimpulan.
Komunikasi
interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai pengertian bersama, mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku. Komunikasi interpersonal memiliki komponen: sumber, pesan, saluran, komunikan, decoding, respon, dan gangguan. Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif. Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim pada penerima pesan, begitu pula sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian rangsangantanggapan, stimulus-respon, akan tetapi serangkaian proses saling
11
menerima, penyeraan dan penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak. 2. Komunikasi Termediasi Perkembangan teknologi komunikasi yang pesat berujung pada penemuan media baru, seperti internet yang mampu memfasilitasi proses komunikasi tanpa ada halangan waktu maupun ruang. Tolson (1996:x) mengungkapkan, “To this extent, everyone‟s social and cultural experience today is „mediated‟. Pada komunikasi langsung, ada pertemuan fisik secara nyata antara sender dan receiver. Sedangkan komunikasi termediasi dilakukan jika ada beberapa hambatan, seperti jarak, waktu, biaya, dan lainnya. Media menjadi penghubung antara satu orang dengan orang yang lainnya. Secara garis besar, komunikasi termediasi atau mediated communication dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan antara dua orang di dunia maya dengan memanfaatkan fasilitas internet dan menggunakan alat komunikasi seperti komputer dan telepon genggam sebagai medianya. Tolson (1996:x) mengungkapkan, “Certainly it is important to observe that one thing achieved by mediations is vastly increased acces to information, now transmitted instantaneously around the globe”. Dengan adanya mediated communication, maka proses komunikasi menjadi semakin efisien dan mudah karena seseorang dapat menjalin komunikasi meskipun terpisah perbedaan jarak dan waktu dengan lawan bicaranya. Model komunikasi melalui saluran internet contohnya seperti chatting, browsing, dan saling mengirimkan e-mail melalui internet. Menurut Bungin (2006:293), manfaat berkomunikasi yang dilakukan secara virtual diantaranya yaitu : a. Cepat. Komunikasi atau pertukaran informasi bisa dilakukan dengan cepat meskipun dalam kondisi jarak jauh, tidak perlu menunggu waktu yang lama. Hal ini bisa dilakukan khususnya 12
apabila menggunakan fasilitas yang memungkinkan melakukan komunikasi yang synchronous. b. Mudah. Apabila sudah menguasai tata cara penggunaan dan fasilitas pendukung yang dibutuhkan, proses komunikasi bisa dilakukan dengan mudah. c. Komunikasi virtual bisa dilakukan secara real time juga unreal time.Secara real time artinya komunikasi dilakukan secara langsung, komunikator dan komunikan berinteraksi pada waktu yang sama, tanpa penundaan waktu untuk memberi respon atas pesan yang diterima (synchronous system). Sedangkan unreal time yaitu kebalikan dari yang real time, ada penundaan waktu respon atas pesan-pesan yang disampaikan oleh para pihak yang berkomunikasi (asynchronous system). d. Individual atau grup. Komunikasi virtual bisa dilakukan baik secara one to one, satu orang dengan satu orang, maupun secara kelompok (group). Keduanya bisa dipilih sesuai dengan keperluan. e. Jumlah dan jenis pesan bisa besar dan beragam. Keuntungan atau kelebihan lainnya dari komunikasi virtual ini adalah jumlah pesan atau informasi yang disampaikan bisa banyak dan dalam berbagai bentuk pesan, seperti : teks, suara, dan gambar atau bahkan gabungan dari ketiga jenis pesan tersebut. Internet merupakan media yang efektif. Hal ini semakin nyata sejak pengguna internet dan media sosial sebagai saluran komunikasi semakin meningkat. Saat ini, proses pertukaran pesan baik personal maupun kelompok mulai bergeser dari komunikasi langsung menjadi komunikasi melalui media. Kelebihan-kelebihan serta kemudahan yang ditawarkan oleh media komunikasi virtual membuat sistem pertukaran pesan menjadi lebih efisien, cepat, dan mudah. Pemaparan
mengenai
komunikasi
interpersonal
dan
komunikasi termediasi dalam penelitian ini menjadi kunci utama 13
dalam mengkaji fenomena komunikasi interpersonal termediasi dalam konseling facebook. Komunikasi interpersonal yang terjadi dalam konseling facebook merupakan sebuah bentuk komunikasi termediasi. 3. Media Sosial Facebook Setelah ditemukannya teknologi komunikasi seperti telepon genggam
dan
internet,
manusia
semakin
meningkatkan
cara
komunikasinya. Seiring dengan perkembangan zaman, pengguna internet dan telepon genggam pun semakin banyak. Hal itu memicu para pemikir untuk menciptakan dan mengembangkan media komunikasi baru yang lebih canggih dan mudah digunakan, salah satunya adalah media sosial. Andreas
Kaplan
dan
Michael
Haenlein
(2010:53)
mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran usergenerated content. Media sosial dalam Bahasa Inggris disebut “Social Media” menurut tata bahasa, terdiri dari dua kata “Social” dan “Media”. Dua kata
tersebut
dapat
diartikan
“Social”
yang
memiliki
arti
kemasyarakatan atau sebuah interaksi dan “Media” adalah sebuah wadah atau tempat sosial itu sendiri. Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan manusia di seluruh dunia. Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Media sosial memanfaatkan layanan jejaring sosial, yaitu layanan dalam jaringan, platform, atau situs yang bertujuan memfasilitasi pembangunan jaringan sosial atau hubungan sosial di antara orang-orang yang memiliki ketertarikan, aktivitas, latar belakang, atau hubungan dunia nyata yang sama. 14
Seiring dengan perkembangan teknologi, dilakukan beberapa inovasi dalam media online sehingga tersedia fasilitas-fasilitas baru sebagai sarana komunikasi interpersonal virtual. Media ini merupakan gabungan dari email, chatting, newsgroup, blog, hingga webcam. Facebook adalah contoh jejaring sosial yang banyak diminati. Layanan Facebook ini merupakan sistem berbasis web berbasiskan menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi penggunanya untuk dapat berinteraksi seperti memperbarui profil pribadi, memperbarui status, berkirim komentar, chatting, mengirim pesan, video, blog, diskusi grup, dan lain-lain. Komponen dalam situs Facebook terdiri dari: a. Wall adalah bagian dari Facebook dimana pengguna lain dapat menulis pesan kepada account yang kita miliki. Wall juga merupakan ruang menulis publik, sehingga orang lain dapat membaca secara langsung wall yang telah ditulis ter up-date di home page mereka atau bias langsung membalas melalui wall to wall. Ketika seseorang menerima pesan maka si pengguna dapat merespon langsung wall tersebut atau langsung menghapusnya b. Message adalah tempat dimana para pengguna situs Facebook dapat berkirim pesan yang bersifat pribadi atau personal tanpa di ketahui oleh user yang lain. c. Status Up-date adalah tempat dimana pengguna Facebook dapat mengganti atau meng up-date berita mengenai dirinya di kolom halaman yang telah disediakan Facebook sesuai dengan apa yang dirasakan serta keinginannya. d. Profile merupakan halaman, tempat dimana seseorang mengisi data-data pribadi nya seperti alamat, no telepon, pendidikan pekerjaan informasi lainnya. e. Foto pengguna dapat meng up-load foto-foto pribadi serta foto yang apapun yang ingin dimasukan dalam account Facebook nya. Bisa juga membuat album foto dan memberikan nama 15
albun sesuai dengan yang diinginkan, mengganti profile picture, serta menerima foto hasil tag dari teman. f. Chat fitur yang diberikan oleh Facebook, untuk bertukar pesan secara langsung (Chatting) antar sesama pengguna Facebook dalam waktu yang bersamaan secara Online. Setiap media sosial memiliki daya tarik yang berbeda. Namun pada dasarnya tujuannya sama yaitu untuk berkomunikasi dengan mudah dan lebih menarik karena ditambah fitur-fitur yang memanjakan penggunanya. Dengan beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media sosial merupakan layanan berbasis web dimana digunakan untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan pihak lain baik dengan teman, keluarga, maupun suatu komunitas yang memiliki tujuan yang sama.
4. Konseling a. Pengertian Konseling Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual
atau
seorang-seorang,
meskipun
kadang-kadang
melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya. Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri. 16
Sedangkan
kata
online
diartikan
adalah
sebagai
komputer atau perangkat yang terhubung ke jaringan (seperti Internet) dan siap untuk digunakan (atau digunakan oleh) komputer atau perangkat lain. (BusinessDictionary, 2011). Jadi istilah konseling online dapat dimaknai secara sederhana yaitu proses konseling yang dilakukan dengan alat bantu jaringan sebagai penghubung antara konselor dengan kliennya. 1. Manfaat Konseling a) Dapat membantu klien untuk lebih memahami dirinya dan masalah yang sedang dihadapinya. b) Dapat membantu klien untuk lebih percaya diri untuk menghadapi masalahnya. c) Dapat membuat klien lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalahnya (Prasetyawati, 2010). 2. Tipe Konseling a) Konseling Krisis Konseling krisis merupakan konseling yang harus segera diberikan kepada klien supaya kecemasan klien mereda karena klien dalam keadaan krisis. b) Konseling Fasilitatif Konseling fasilitatif merupakan konseling yang bertujuan untuk membantu pasien dalam memecahkan masalahnya atau menentukan suatu pilihan. c) Konseling Preventif Konseling preventif merupakan konseling yang bersifat mendukung suatu program. d) Konseling Developmental Konseling
developmental
berkelanjutan
untuk
pertumbuhannya
merupakan
membantu
menjadi
pribadi
(Pamungkasari dan Septiawan, 2012). 17
konseling
klien
dalam
yang
positif
3. Aturan-aturan dalam Konseling a) Menjaga hubungan. Konselor harus dapat menjalin hubungan baik dengan klien yaitu dengan menunjukkan perhatian dan kepeduliannya supaya klien percaya dan dapat mencurahkan semua pikirannya kepada konselor. b) Mengenali kebutuhan. Konselor harus mendengarkan konsul-konsul dari klien dengan cermat supaya dapat memahami kebutuhan klien. c) Mengerti
perasaan
orang
lain.
Konselor
harus
menumbuhkan rasa empati (pengertian dan penerimaan) terhadap perasaan klien, bukan simpati (kesediaan dan kasihan). Konselor harus membantu klien untuk menyadari perasaannya dan menanganinya. d) Menumbuhkan
peran
serta.
Konselor
tidak
boleh
membujuk klien untuk mengikuti saran-sarannya, akan tetapi
membantu
klien
untuk
menemukan
sendiri
pemecahan masalah yang dihadapinya. e) Menjaga kerahasiaan. Konselor harus dapat menjaga rahasia klien dengan baik dan tidak membocorkan rahasia tersebut tanpa ijin dari klien. f) Informasi
dan sumber daya. Konselor memberikan
informasi-informasi
kepada
klien
agar
klien
dapat
mengambil keputusannya dengan baik (Pamungkasari dan Septiawan, 2012). Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dipahami bahwa konseling merupakan sebuah proses pemberian bantuan secara professional oleh konselor kepada klien dalam menghadapi permasalahan.Teori mengenai konseling ini digunakan peneliti untuk melihat bagaimana proses konseling berlangsung antara klien dengan konselor. 18
F. Kerangka Konsep Komunikasi
antarpribadi
sering
disebut
juga
komunikasi
interpersonal, yaitu komunikasi yang berlangsung antara individu dengan individu lainnya. Komunikasi interpersonal merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan feedback yang bersifat langsung. Komunikasi interpersonal dapat mengubah sikap atau perilaku karena satu sama lainnya terlibat komunikasi yang tinggi. Beberapa definisi para ahli beranggapan bahwa komunikasi interpersonal berlangsung secara tatap muka dan langsung, dimana komunikasi yang dilakukan harus berhadapan fisik, namun seiring berjalannya waktu komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan memanfaatkan media teknologi komunikasi, yang kemudian disebut sebagai komunikasi interpersonal virtual (termediasi). Dengan demikian, komunikasi antar pribadi sudah mengalami perkembangan dan pergeseran, yang sebelumnya kita mengenal karakteristiknya adalah tanpa media (nirmedia) saat ini terjadi evolusi menjadi bermedia atau menggunakan media (mediated). Meskipun tatap muka dianggap lebih baik dari segala bentuk komunikasi, hadirnya media baru harus diakui telah mengubah cara orang berkomunikasi dan sudah memberikan kontribusi yang besar terhadap komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal
virtual
(virtual
interpersonal
communication) adalah aktivitas pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang yang dilakukan lewat ruang maya (cyberspace) dan bersifat interaktif. Dalam komunikasi interpersonal virtual, dua orang saling berinteraksi layaknya tatap muka, hanya saja mereka tidak secara wujud nyata di tempat itu. Dalam ranah penelitian ini, komunikasi interpersonal menggunakan media yaitu facebook. Facebook memiliki fasilitas yang lengkap, dimana pengguna bisa berbagi dan berkomunikasi melalui status, foto, video, komentar, pesan. 19
Ada juga fasilitas lainnya seperti grup, event, games, fan page, dan chatting. Berbeda dengan komunikasi tatap muka yang menggunakan simbol-simbol verbal (melalui bahasa) dan simbol-simbol nonverbal (melalui gestur tubuh), CMC menggunakan sistem isyarat yang ada dalam aplikasi komputer, misalnya melalui emoticon (simbol-simbol berupa karakter teks yang mewakili ekspresi manusia dalam dunia online). Komunikasi yang terjadi dalam CMC pun cenderung lebih lama dari komunikasi tatap muka. Penelitian ini akan melihat bagaimana dinamika komunikasi interpersonal termediasi yang dikaji menggunakan teori komunikasi menurut DeVito. Ketika komunikasi interpersonal face to face diubah ke komunikasi bermedia, maka dalam unsur-unsur komunikasi turut mengalami perubahan-perubahan tertentu atau dinamika. Dinamika yang peneliti ingin sampaikan pada penelitian ini yaitu. terkait hal-hal yang berubah, muncul, atau hilang ketika pola komunikasi interpersonal langsung bertransformasi ke pola komunikasi interpersonal termediasi melalui facebook.
Konseling facebook PILAR PKBI
Komunikasi Interpersonal Termediasi
Model Komunikasi Interpersonal DeVito
Dinamika Praktik Komunikasi Termediasi
20
G. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian praktik komunikasi termediasi ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2005: 6). Penelitian kualitatif mendasarkan diri pada hal-hal yang bersifat diskursif (logis) seperti transkrip dokumen, catatan lapangan, hasil wawancara dan dokumen-dokumen tertulis (Pawito,2007). Pendekatan kualitatif digunakan karena peneliti ingin memaparkan secara deskriptif dan mendalam mengenai praktik komunikasi termediasi pada program konseling PILAR PKBI Jawa Tengah tahun 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif menyajikan satu gambar yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting sosial, atau hubungan (Silalahi, 2010:27). Penelitian
deskriptif
dengan
pendekatan
kualitatif
berusaha
menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, situasi, dan fenomena realitas sosial yang ada dalam masyarakat sebagai objek penelitian dan berupaya menarik realitas tersebut ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Tujuan penggunaan metode deskriptif-kualitatif pada penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana dinamika praktik komunikasi termediasi pada program konseling online PILAR PKBI Jawa Tengah tahun 2014, memaparkan proses, situasi, dan kondisi yang terjadi di 21
dalamnya tanpa berusaha mencari atau menjelaskan hubungan maupun mengkaji hipotesis atau membuat prediksi. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di kantor Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia cabang Kota Semarang, Jl. Jembawan Raya nomor 8-12, Jawa Tengah. 3. Objek Penelitian Objek
penelitian
ini
adalah
praktik
komunikasi
interpersonalmelalui facebook yang dilakukan PILAR PKBI Jawa Tengah dalam Program Konseling Remaja. Penelitian ini melihat bagaimana
dinamika
dalam
praktik
komunikasi
interpersonal
termediasi. Dinamika yang peneliti ingin sampaikan pada penelitian ini yaitu terkait pada hal-hal yang berubah, muncul, atau hilang ketika pola komunikasi interpersonal langsung bertransformasi ke pola komunikasi interpersonal termediasi melalui facebook. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan atau Dokumentasi Studi kepustakaan atau dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari bahan–bahan tertulis yang berupa buku–buku, dokumen–dokumen resmi, peraturan perundang–undangan serta sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah yang di teliti. Peneliti akan mencatat dan mempelajari hal-hal penting yang ditemukan terkait permasalahan penelitian ini, seperti dokumen-dokumen, laporan, catatan-catatan, maupun sumber tertulis lainnya.
22
b. Wawancara Mendalam (In – depth interviewing) Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden yang berhubungan dengan obyek penelitian yang dapat membantu penulis dalam memberikan informasi yang diperlukan. Wawancara ini akan dilakukan dengan informan yang telah ditentukan oleh peneliti sehingga sesuai dengan data yang peneliti butuhkan. Wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) yang didasarkan pada pokok masalah dan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan kepada pihak PKBI yaitu : i. Koordinator PILAR PKBI Jawa Tengah : Puput Susanto. ii. Perwakilan Divisi Media PILAR PKBI Jawa Tengah : Fajar Muhtadin. iii. Perwakilan Konselor PILAR PKBI Jawa Tengah : Ruhel Yabloy, Puput Susanto. iv. Klien Konseling Online PILAR PKBI Jawa Tengah 2014 : Boy dan Mawar (Nama Samaran). c. Observasi Langsung Selain menggunakan kedua teknik diatas, peneliti juga menggunakan teknik observasi langsung, yaitu memeroleh data dengan pengamatan dan penggalian data kemudian dilakukan pencatatan secara sistematis. Observasi langsung ini akan dilakukan oleh peneliti di kantor PKBI Jawa Tengah cabang kota Semarang,
Jl.
Jembawan Raya nomor 8-12. Observasi dilakukan empat kali dalam satu minggu yaitu pada hari Senin-Kamis, dalam bulan Agustus 2015. Data yang didapat melalui observasi langsung terdiri dari pemerian rinci tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang-orang, 23
serta juga keseluruhan kemungkinan interaksi interpersonal, dan proses penataan merupakan bagian dari pengalaman manusia yang dapat diamati. 5. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian secara kualitatif. Karena dengan kualitatif diharapkan mampu memberikan suatu penjelasan secara menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam permasalahan yang diteliti dan dilakukan dilapangan pada waktu pengumpulan data. Peneliti menggunakan teknik analisis interaktif Miles dan Hubberman untuk melakukan interpretasi data.
Gambar1. Komponen-Komponen Analisis Data: Model Interaktif Sumber: Miles dan Hubberman 2007
Proses analisis, menurut Miles dan Huberman (2007)ada tiga komponen pokok yang harus diperhatikan peneliti. Yaitu: a. Reduksi Data Tahap reduksi data ini peneliti melakukan pemilihan terhadap data yang sudah diperoleh melalui observasi lapangan, dokumentasi dan wawancara terhadap narasumber di 24
PILAR PKBI Jawa Tengah. Data yang sudah dikumpulkan tersebut kemudian dipilah dan disederhanakan, sehingga peneliti mendapatkan data yang benar-benar diperlukan dan membuang yang tidak perlu. b.
Penyajian Data Penyajian data dilakukan Peneliti setelah memilah data kasar yang diperoleh sebelumnya. Penyajian data dalam penelitian ini berupa deskripsi, lampiran gambar percakapan praktik konseling, maupun tabel berkaitan dengan data yang telah diperoleh peneliti baik melalui studi pustaka, wawancara, maupun observasi langsung di PILAR PKBI Jawa Tengah. Tujuan sajian data adalah untuk menggabungkan informasi sehingga dapat menggambarkan keadaan yang terjadi.
c.
Menarik Kesimpulan Kesimpulan dibuat setelah peneliti menyelesaikan proses pengolahan data terkait permasalahan dinamika praktik konseling online PILAR PKBI Jawa Tengah. Peneliti membuat kesimpulan-kesimpulan secara lebih rinci dan mengakar dengan kokoh, yakni yang merupakan validitas. Dengan menarik kesimpulan ini peneliti kemudian memberikan saransaran sebagai rekomendasi lanjutan.
25