BAB I PENDAH ULUAN
A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan warisan nenek moyang yang mempunyai makna tersendiri bagi bangsa Indonesia. Terbukti dengan penetapan UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009, bahwa batik merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia yang patut dilestarikan agar bisa eksis dijaman sekarang dan akan datang. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia gemar memakai kain batik dalam aktifitas sehari-hari. Selain itu, pemerintah menganjurkan untuk mengenakan batik bagi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dalam bekerja terutama di instansi pemerintah sendiri. Pemakaian batik sebagai pakaian untuk bekerja maupun pakain sehari-hari mengakibatkan tingginya permintaan konsumen terhadap batik sendiri. Ragam hias atau corak batik dibuat dengan dua macam teknik, yaitu tulis dan cap. Perbedaan batik tulis dengan batik cap adalah proses pembuatan dan lama pengerjaannya. Pembuatan batik dengan teknik tulis menggunakan canting dan malam sebagai bahan perintang warna. Canting merupakan alat yang digunakan untuk menam pung malam batik untuk selanjutnya digoreskan ke kain untuk proses membatik. Sedangkan malam batik adalah zat padat yang diproduksi secara alami, baik dari tumbuhan maupun hewan. Unsurnya tidak jau h beda dengan lilin yang banyak ditemukan di pasaran. M alam berfungsi untuk menutup kain sesuai motif agar tidak terkena warna (Indriya R. Dani, 2011:10). Berdasarkan proses di atas, penulis tertarik dalam pemberian malam batik pada kain yang dilakukan dengan canting sesuai pola. Tentu saja proses ini membutuhkan waktu yang lama karena dilakukan secara manual proses ini juga tergantung dari jenis dan karakteristik malam batik yang digunakan. M alam batik yang digunakan untuk membatik adalah malam batik yang sudah dicairkan dalam wajan. Ada 3 jenis kriteria
1
2
malam batik yaitu malam batik tembokan atau popokan, malam batik klow ong dan yang terakhir adalah malam batik tutupan. M asing-masing malam batik tersebut memiliki karakteristik bahan dan suhu yang berbedabeda. Dalam praktek pembuatan batik di lokasi pengrajin batik terdapat permasalahan dalam hal pemanasan malam agar tetap cair dan hemat energi. Para pembatik sudah menggunakan berbagai macam energi agar tetap memproduksi kain. Sebagai contoh menggunakan energi dari bahan bakar arang. Permasalahan yang muncul yaitu dibutuhkan waktu relatif lama untuk membuat bara arang. Selain itu asap yang dihasilkan bisa mengakibatkan polusi udara bahkan membuat sesak nafas, batuk dan pedih karena perajin melakukan pekerjaan dari pagi sampai sore bahkan sampai malam. Pembatik juga sudah menggunakan kompor minyak, akan tetapi harganya
mahal
dan
susah
didapat
membuat
pembatik
enggan
me ncoba
beralih
menggunakan kompor minyak. Selain
kedua
cara
tadi,
pembatik
juga
menggunakan kompor listrik. Penggunaan kompor listrik ini mampu memecahkan sedikit permasalahan pembatik karena tidak membuat polusi dan energi yang dibutuhkan mudah didapat. Akan tetapi kompor listrik ini belum bisa memecahkan permasalahan sepenuhnya karena saat kompor dihidupkan untuk melelehkan malam , energi listrik yang dibutuhkan tetap besar. Selain itu kompor batik listrik saat ini masih belum stabil dari segi daya. Permasalahan ini bisa diketahui dengan melihat pada indikator nyala lampu pijar pada kompor yang tidak konstan. Hal menunjukkan bahwa kompor listrik yang ada kurang hemat energi. Bahkan terkadang malam cair yang berada dicanting sering menetes ke kompor sehingga membuat konsleting pada kompor yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Sehingga dibutuhkan alat yang mampu mengatasi permasalahan pembatik tersebut, agar setelah malam batik mencair konsum si energi yang dibutuhkan lebih kecil.
3
Disisi lain, dengan ditiadakannya subsidi minyak tanah, pengrajin batik menghadapi masalah baru, yaitu langkanya m inyak tanah dan harganyapun semakin melambung. Pemerintah mengupayakan pemakaian LPG sebagai pengganti, khususnya untuk keperluan rumah tangga dan usaha mikro. Tetapi masih kurang mengatasi masalah bagi pembatik. Bagi penulis hal itu merupakan sebuah tantangan untuk membuat kompor batik yang otomatis dan lebih hemat energi. Tantangan
di atas
mendorong penulis mengajukan proyek akhir berjudul Kom por Batik Listrik O tomatis Berbasis M ikrokontroler Atmega 8 Dengan Zero Crossing Detector. Saat alat bekerja pada karakter jenis malam yang dipakai maka pada saat mencapai suhu yang telah ditentukan panas akan tetap stabil pada suhu tersebut, sehingga panas yang dihasilkan menjadi tetap konsisten. Hasilnya adalah malam batik tetap mencair pada kondisi yang sesuai dan konsumsi listrik lebih hemat. Badan kompor atau tungku dibuat dari tanah liat dan jika pecah limbah kompor mudah terurai dengan tanah sehingga ramah lingkungan. Selain itu, wajan didesain khusus agar malam batik tidak menetes ke kompor sehingga terhindar dari kecelakaan kerja.
B. Tujuan Penulisan Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Kompor batik yang ada menimbulkan asap. 2. Proses pemanasan malam lama sehingga proses produksi batik terhambat. 3. Terjadi pemborosan energi listrik untuk kompor listrik yang sudah ada. 4. Belum adanya alat yang dapat bekerja secara otomatis agar malam batik tetap mencair dan suhu tetap stabil. 5. Belum adanya kompor batik listrik yang memiliki daya yang stabil dan bisa beroprasi lebih dari satu jenis masukan.
4
C. Batasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan permasalahan yang terkait dengan topik luas, maka permasalahan pada Kompor Batik Listrik O tomatis Berbasis M ikrokontroler Atmega 8 Dengan Zero Crossing Detector dibatasi pada pembuatan alat menggunakan sensor suhu LM 35 sebagai pendeteksi suhu, komponen kendali mikrokontroler ATM ega8, dan rangkaian zero crossing detec tor. Pada perancangan ini menggunakan Lampu LED sebagai indikator bahwa power pada alat “On”.
D. Perumusan Masalah Dari identifikasi masalah dan batasan masalah yang dikemukakan di atas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana rancang bangun Kompor Batik Listrik Otomatis Berbasis M ikrokontroler Atmega8 Dengan Zero Crossing Detector? 2. Bagaimana unjuk kerja Kompor Batik Listrik Otomatis Berbasis M ikrokontroler Atmega8 Dengan Zero Crossing Detector?
E. Manfaat penulisan Adapun manfaat dari pembuatan proyek akhir ini sebagai berikut: 1. M anfaat Teoritis Hasil dari proyek tugas akhir diharapkan dapat berguna bagi: a. Pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kompor dengan energi terbarukan, khususnya untuk industri batik tulis. b. M engurangi pemakaian jum lah malam batik yang dipakai. c. M alam lebih hemat dan aman karena pengaturan suhu yang tepat. d. Alat mencegah terjadinya panas berlebih, sehingga konsumsi daya lebih rendah. e. Lebih cepat untuk diterapkan, karena tidak mengubah kebiasaan dari para pengrajin yang biasa menggunakan kompor.
5
2. M anfaat Praktis a. Penulis Bagi penulis sebagai media mengembangkan ilmu pengetahu an yang dimiliki serta sebagai sarana untuk syarat kelulusan untuk mata kuliah Proyek Akhir. b. Universitas Gadjah M ada Hasil proyek tugas akhir ini sebagai sumbangan koleksi berupa bahan pustaka dan bacaan yang berupa laporan tugas akhir bagi mahasiswa Diploma Teknik Elektro pada khususnya dan mahasiswa Universitas Gadjah M ada Yogyakarta pada umum nya.