BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Orang tua mendambakan anaknya dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Tetapi pada
kenyataaanya ada anak yang tidak dapat mengendalikan
emosinya dengan baik. Orang tua juga tidak dapat memaksakan kehendaknya agar anak dapat mengendalikan emosi sesuai cara orang tua karena kemampuan anak dalam mengendalikan emosinya dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu permasalahan anak adalah tempertantrum. Temper tantrum merupakan luapan emosi secara berlebihan dan tidak terkontrol yang khas pada anak-anak kecil seperti memukul, menjerit, menggigit, meninju, melempar barang atau bahkan menangis. Temper tantrum anak lebih daripada sekadar cara anak menyalurkan perasaan emosi dan keamanannya yang tidak terpenuhi. Temper tantrum juga cara anak menghadapi frustasi yang ia rasakan ketika ia tidak mampu lagi mempertahankan perasaannya. Tetapi anak belum bisa membatasi apa yang ia inginkan. Anak hanya ingin melakukan apa yang ia inginkan dan melakukan nya sekarang juga. Sehingga temper tantrum membuat orang disekitarnya terpicu emosinya. Hurlock (1978) semua emosi memainkan perananan yang penting dalam kehidupan anak karena pengaruhnya terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Emosi itu sendiri menurut English English (Yusuf:2005) adalah suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kelenjar dan motoris. Emosi ada beberapa jenis diantaranya marah, takut, dan kecewa. Dari jenis emosi tersebut mempunyai dampak pada perubahan fisik, seperti emosi pada marah menjadi peredaran darah bertambah cepat.
Wina Winawaty, 2013 Upaya Guru Dalam Mengatsi Anak Temper Tantrum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Emosi yang biasanya terlihat pada anak TK yaitu marah. Sutadi (1996:28) mengatakan luapan kemarahan terlihat lebih sering pada anak-anak usia Taman Kanak-kanak, memperlihatkan amarahnya dengan cara menangis; berteriak; menggertak; menendang; melompat-lompat atau memukul. Temper tantrum menurut Dewi (2005:95) adalah anak yang marah secara berlebihan. Perilaku ini sering terjadi pada anak usia 4 tahun. Kebiasaan mengamuk akan lebih sering dilakukan bila anak mengetahui dengan caraini keinginan di penuhi. Semakin sering anak tantrum, semakin tinggi cenderungnya untuk kembali memanfaatkan tantrum ketika dia berkomunikasi. Mengeluh atau melampiaskan energi dan emosinya yang terpendam. Temper tantrum membuat terpengaruh emosi orang disekitarnya. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, anak yang diduga mengalami tempertantrum jika ia marah selalu dengan cara membentak, berteriak, dan merusak/melempar barang. Ketika ia marah dan mengamuk tidak dapat dikendalikan dan di dekati/dipeluk tidak berpengaruh dengan baik. Anak temper tantrum dapat berdampak pada fisik dan psikis anak serta dijauhi temannya karena emosinya yang tidak dapat terkendali. Tasmin (2002) berpendapat
anak temper tantrum dapat berakibat memiliki kebiasaan tidur,
makan dan buang air besar tidak teratur; sulit menyukai situasi, makanan, orangorang baru; lambatnya beradaptasi terhadap perubahan; moodnya (suasana hati) lebih sering negatif; mudah terprofokasi; gampang merasa marah/kesal; dan sulit dialihkan perhatiannya. Anak usia TK merupakan masa esensial dalam pertumbuhannya. Pada perkembangan sosial, emosi, kognitif, dan moral anak akan lebih belajar bersosialisasi, dapat meredam emosi dan kognitif anak berkembang secara optimal melalui kegiatan menggambar. Dalam perkembangan mental kanak kanak, selain daripada perkembangan kognitif yaitu pemikiran dan fungsi otak, aspek perasaan dan tingkah laku emosi
Wina Winawaty, 2013 Upaya Guru Dalam Mengatsi Anak Temper Tantrum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
juga penting. Tingkah laku emosi dan perasaan kanak kanak menurut Agustina (2013) boleh diklasifikasikan dalam dua cara yang paling umum yaitu: a. Faktor luaran yaitu kanak kanak sering menunjukkan reaksi emosi melalui riak muka seperti ketawa, senyum, menangis, bermasam muka, tidak berkata kata dan sebagainya. b. Faktor dalaman yaitu perasaan emosi yang dilahirkan melalui tingkah laku emosi yang berubah ubah mengikut tindak balas emosi untuk menarik perhatian penjaga atau rakan rakan sebaya. Emosi adalah penggerak pada tingkah laku kanak kanak dan merupakan cara yang termudah untuk kanak-kanak melahirkan apa yang mereka fikirkan dan apa yang mereka rasa. Segala situasi yang berlaku dikeliling dan juga perubahan biologi yang mereka lalui akan bertindak untuk mewujudkan tingkahlaku emosi seperti meradang, marah, naik angin, takut, benci dan sebagainya. Situasi yang melibatkan tingkah laku emosi terkadang sukar dinilai, apalagi bila anak-anak itu berusia antara satu hingga lima tahun karena perubahan yang berlaku dalam diri anak-anak itu tidak seimbang. Setiap perubahan yang berlaku adalah disebabkan perubahan luaran dan juga dalaman yang sangat berkait erat dengan perubahan biologi yang kurang konsisten. Ini bermakna, seorang anak-anak itu dalam masa yang sama harus mengimbangi perubahan diri dan juga penyesuaian faktor luarannya. Secara tidak langsung, ia mempengaruhi sikap orang tua terhadap reaksi anak-anak itu. Sekiranya orang tua kurang sensitif dengan perubahan emosi dan biologi anak-anak itu, anak-anak akan mulai memanupulasikan orang tua mereka untuk memenuhi kehendak anak-anak itu. Sebagai contoh, anak-anak yang sensitif pada perubahan biologi dan perubahan emosinya, akan sering menangis dan merengek. Keadaan ini akan menimbulkan rasa marah pada orang tuanya. Atas tindak balas itu, orang tua akan mengambil jalan pintas dengan menghukum anak-anak itu agar berhenti menangis. Tindakan ini tidak akan memberi apa apa yang bermakna bagi anak karena tindak laku emosi anak-anak itu hanyalah bersifat sementara. Anak-anak itu akan berhenti menangis kerana „takutkan‟ „hukuman‟ yang diberi. Malahan Wina Winawaty, 2013 Upaya Guru Dalam Mengatsi Anak Temper Tantrum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tingkah laku emosi ini akan berulang ulang dan berterusan karena anak-anak itu tidak belajar bahwa „menangis‟ atau „takutkan‟ „hukuman‟ merupakan perasaan emosi yang keluar dari dirinya. Anak temper tantrum dapat berdampak pada fisik dan psikis anak serta dijauhi temannya karena emosinya yang tidak dapat terkendali. Dampak ini berakibat pada sulit pada proses pembelajaran anak di rumah maupun di sekolah. Maka hal ini anak perlu menyalurkan/mengekspresikan tempertantrum dalam aktivitas yang positif. Dengan melihat dampak negatif yang diakibatkan oleh temper tantrum maka
tidak
pelak
lagi
diperlukan
aktivitas
yang
dapat
menyalurkan/mengekspresikannya untuk mengatasi hal ini. Berdasarkan faktafakta dan hasil penelitian anak tempertantrum maka penelitian ini memfokuskan pada kajian tentang “upaya guru dalam mengatasi anak tempertantrum di TK Nurul Falaah”
B. Rumusan Masalah Permasalahan utama dalam penelitian ini secara umum difokuskan, “bagaimana mengetahui upaya guru dalam mengatasi anak temper tantrum di TK Nurul Falaah?”. Permasalahan tersebut dijabarkan dalam rumusan khusus yang terdiri dari: 1. Apa yang dimaksud dengan tempertantrum? 2. Apa yang menjadi penyebab anak mengalami tempertantrum? 3. Bagaimana upaya guru mengatasi anak yang mengalami tempertantrum? 4. Apa kendala yang dihadapi guru dalam menangani anak yang mengalami tempertantrum?
Wina Winawaty, 2013 Upaya Guru Dalam Mengatsi Anak Temper Tantrum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai upaya guru dalam mengatasi anak temper tantrum di TK Nurul Falaah. Tujuan tersebut dijabarkan dalam tujuan khusus, tujuan khusus penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengetahui yang dimaksud dengan tempertantrum. 2. Mengetahui yang menjadi penyebab anak mengalami tempertantrum. 3. Mendeskripsikan
penanganan/mengatasi
anak
yang
mengalami
tempertantrum. 4. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi guru dalam mengatasi anak tempertantrum. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan pada tujuan penelitian yang telah diuraikan diatas diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaatnya adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Memberikan
informasi,
arahan,
dan
gambaran
mengenai
anak
tempertantrum dan upaya mengatasi anak temper tantrum di Taman kanak-kanak. 2. Bagi Pembaca Memberikan
informasi,
arahan,
dan
gambaran
mengenai
anak
tempertantrum dan upaya mengatasi anak temper tantrum di Taman kanak-kanak. 3. Bagi Orang Tua Memberikan informasi dan arahan mengenai upaya mengatasi anak temper tantrum. 4. Bagi Guru dan Pihak Sekolah Wina Winawaty, 2013 Upaya Guru Dalam Mengatsi Anak Temper Tantrum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Para guru dan pihak sekolah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini dalam upaya menstimulasi dan mengatasi anak temper tantrum. 5. Bagi PRODI PGPAUD Memberikan informasi, arahan, dan gambaran mengenai upaya mengatasi anak temper tantrum. E. Batasan Istilah 1. Temper tantrum menurut Dewi (2005:95) adalah anak yang marah secara berlebihan. Perilaku ini sering terjadi pada anak usia 4 tahun. Kebiasaan mengamuk akan lebih sering dilakukan bila anak mengetahui dengan cara ini keinginan di penuhi. 2. Emosi menurut Hurlock (1978) semua emosi memainkan peran yang penting dalam kehidupan anak karena pengaruhnya terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. F. Asumsi Dasar 1. Temper tantrum menurut Dewi (2005:95) adalah anak yang marah secara berlebihan. Perilaku ini sering terjadi pada anak usia 4 tahun. Kebiasaan mengamuk akan lebih sering dilakukan bila anak mengetahui dengan caraini keinginan di penuhi. 2. Tasmin (2002) berpendapat tempertantrum adalah suatu luapan emosi yang
meledak-ledak dan tidak terkontrol. Tempertantrum (untuk
selanjutnya disebut tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) bulan sampai 6 (enam) tahun. 3. Hames (2003) berpendapat tantrum adalah ledakan emosi yang kuat yang terjadi ketika anak balita merasa lepas kendali. Tantrum adalah demonstrasi praktis dari apa yang dirasakan oleh anak dalam dirinya ketika merasa kacau, bingung, dan berantakan. Hampir semua tantrum atau amukan terjadi ketika anak balita sedang bersama orang yang paling dicintainya. Wina Winawaty, 2013 Upaya Guru Dalam Mengatsi Anak Temper Tantrum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Hurlock (1978) berpendapat bahwa ledakan kemarahan yang kuat atau tempertantrum adalah khas pada anak-anak kecil. Anak-anak tidak raguragu lagi melukai orang lain dengan cara apapun misalnya memukul, menggigit, meludah, menyepak, meninju, atau merenggut. 5. Temper tantrum adalah letupan kemarahan anak atau disebut pula sebagai mengamuk. Temper tantrum adalah hal yang sering terjadi dalam hal yang sering terjadi dalam empat tahun pertama usia anak. Tempertantrum bias terjadi dari gabungan tingkah laku menangis, menjerit, melempar barang, membuat tubuh kaku, memukul serta berguling-guling di lantai atau tidak mau beranjak dari tempat tertentu. (Seri Ayahbunda:1992). 6. Forge (2002) menyatakan bahwa tantrum adalah bagian normal dari proses perkembangan vital dan harus diperlakukan dengan pengertian dan cinta. G. SISTEMATIKA PENULISAN Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah kajian mengenai penyebab anak temper tantrum dan mengatasi anak tempertantrum. Penulisan penelitian ini membatasi permasalahan lebih kepada Upaya Guru Dalam Mengatasi Anak Tempertantrum Di TK Nurul Falaah. Sistematikanya sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan, meliputi ; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
Konsep Teoritis temper tantrum pada anak usia taman kanak-kanak meliputi : teori, konsep serta informasi mengenai judul penelitian ini.
BAB III
Metodologi penelitian, meliputi penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian yang dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Semua prosedur serta tahap-tahap penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir.
Wina Winawaty, 2013 Upaya Guru Dalam Mengatsi Anak Temper Tantrum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV
Hasil penelitian dan pembahasan, meliputi : pendeskripsian hasil temuan penelitian, bagian analisis dan pembahasan mengenai hasil temuan penelitian, dimana bab ini mencoba mengungkap bagaimana upaya guru dalam mengatasi anak tempertantrum.
BAB V
Simpulan
dan
rekomendasi,
meliputi:
pemaparan
penafsiran/pemaknaan peneliti berupa kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang diperoleh dan rekomendasi yang berdasarkan pada hasil penelitian.
Wina Winawaty, 2013 Upaya Guru Dalam Mengatsi Anak Temper Tantrum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu