BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abraham Harold Maslow adalah seorang sarjana psikologi Amerika terkemuka yang lahir di Brooklyn, USA, pada tanggal 1 April 1908. Saat itu New York merupakan tempat istimewa, Maslow sendiri menyebutnya sebagai pusat dunia psikologi. Maslow memutuskan untuk belajar psikologi terutama karena pengaruh aliran Behaviorisme Watson.1 Bagi Maslow saat itu, Behaviorisme merupakan sesuatu yang menarik. Teori Behaviorisme, yang disebut dengan Mazhab Kedua, adalah karya para ahli yang berhubungan erat dalam bidang ilmu tingkah laku. Di samping Watson, tokoh-tokoh yang dikagumi dan ingin diikuti oleh Maslow adalah Koffka, tokoh psikologi Gestalt, Dreisch, seorang tokoh terkemuka Biologi, dan Miklejohn, seorang ahli filsafat.2 Selain para tokoh tersebut, Maslow bertemu dengan para tokoh lainnya di pusat dunia psikologi seperti Alfred North Whitehead, Erich Fromm, Ruth Benedict, Max Wertheimer, dan tokoh psikologi lainnya. Tokoh- tokoh lain yang diakuinya memiliki pengaruh adalah Margaret Mead, Gardner Murphy, Rollo May, Carl Rogers, Kurt Goldstein, Gordon Allport, yang semuanya merupakan tokoh-tokoh terdepan dalam psikologi.3 Pada hari-hari pertama pecahnya Perang Dunia II pada tahun 1941, justru Maslow mengabdikan seluruh sisa hidupnya untuk menemukan sebuah teori tentang tingkah laku manusia yang akan bermanfaat bagi dunia. Teori ini berhasil meruntuhkan sejumlah premis dasar selama empat atau lima dekade terakhir yang telah mendominasi teori tentang tingkah laku di Amerika. Teori baru yang disebut Psikologi Mazhab Ketiga ini, sebuah nama
1
E. Koeswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: Eresco, 1991), hlm. 110. Ibid., 3 Frank G. Goble, The Third Force:The Psychology of Abraham Maslow, terj. A. Supratiknya, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 30. 2
1
2
yang diciptakan Maslow untuk membedakan karyanya dengan tokoh-tokoh lain dari kedua teori besar tentang tingkah laku manusia, yaitu Freudianisme dan Behaviorisme. Freudianisme yang terkenal dengan teori psikoanalisis oleh Sigmund Freud (1856-1958) sangat dipengaruhi oleh pemikiran Darwin yang beranggapan bahwa manusia adalah produk evolusi yang terjadi secara kebetulan. Maslow sangat keberatan atas sikap Freud yang menganggap bahwa semua bentuk tingkah laku manusia adalah hasil belajar, bukan sesuatu yang kodrati pada manusia. Dalam psikologi, aliran yang pesimistis ini dikenal engan Mazhab Pertama.4 Sedangkan yang mendapat julukan Mazhab Kedua dalam bidang ilmu tingkah laku secara umum dirumuskan oleh John B. Watson (1878-1958). Psikologi Mazhab Kedua berbicara tentang teori yang mengatakan bahwa manusia pada dasarnya dilahirkan netral bak tabularasa atau kertas putih kosong. Lingkunganlah yang menentukan arah perkembangan tingkah laku manusia melalui proses belajar. Artinya, perkembangan manusia ditentukan oleh lingkungan.5 Pendapat ini sama dengan pendapat aliran Empirisme oleh John Locke sebagai tokoh utamanya. Aliran Empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor lingkungan, sedangkan dasar atau pembawaan manusia sejak lahir tidak memainkan peranan sama sekali.6 Tentunya pendapat ini sangat bertentangan dengan pandangan Islam mengenai fitrah manusia. Fitrah dalam Islam tidak berarti kosong atau bersih seperti teori tabularasa, tetapi manusia lahir membawa bakat-bakat bawaan dan berbagai sumber daya insani yang potensial. Karena masih berupa potensi, maka fitrah itu belum berarti apa-apa sebelum
4
Calvin S. Hall and Gardner Lindzey, Theories of Personality, terj. A. Supratiknya, Psikologi Kepribadian 2 Teori-teori Holistik: Organismik-Fenomenologis, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 10. 5 Ibid., 6 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 187.
3
dikembangkan, didayagunakan, dan diaktualisasikan.7 Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
!" # $ "# ()* +
#), -
%& '
#.)/ 0# 12 34564#
76 8#9. 6: : : 8
< (: 0#%;
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: tidaklah anak itu dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang mempengaruhi anak itu menjadi Yahudi, nasrani, dan Majusi.(HR. Muslim). Dari hadits di atas, jelas bahwa fitrah dan sumber daya insani serta bakat-bakat bawaan bersama dengan lingkungan, termasuk pendidikan, mempengaruhi perkembangan dan proses realisasi diri manusia. Proses realisasi diri daris setiap potensi individu tersebut nantinya akan terwujud aktualisasi diri yang merupakan hierarki tertinggi dari kebutuhan dasar manusia dalam teori motivasi Abraham Maslow. Pendekatan
Maslow
melahirkan
Psikologi
Humanistik,
yaitu
“emphasize the potential of human being for growth, creativity, and spontaneity. They stress the uniqueness of the individual and her or his freedom to make choices”.9 Psikologi Humanistik melihat manusia sebagai makhluk yang bebas,selalu bergerak maju, dan menekankan pada potensi individu untuk berkembang dan bebas membuat pilihannya sendiri. Maslow menyebut Psikologi yang dipimpinnya sebagai kekuatan ketiga atau Mazhab Ketiga (Third Force). Dalam pandangan Maslow, manusia mempunyai
7
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media Bekerja Sama dengan IAIN Walisongo Press, Semarang, 1997, hal. 53 8 Imam Abu Husein, Muslim bin Hajaz al-Qusyairy An-Naisabury, Shahih Muslim, Juz IV, (Beirut: Darul Kutub Ilmiyyah, tt), hlm.2047. 9 Elizabeth Hall, Psychology Today An Introduction, (New York: Random House,1983), hlm. 434.
4
potensi kreatif yang merupakan potensi umum pada manusia. Jika setiap orang memiliki kesempatan atau lingkungan yang mendukung, maka mereka mampu mengungkapkan segenap potensi yang dimilikinya. Sebagaimana kelebihan manusia yang memperoleh percikan Asmaul Husna, sehingga memungkinkan manusia hidup dengan berbagai kemampuan dan daya kreatifitasnya. Percikan Asmaul Husna itu pada hakekatnya masih berupa potensi dan akan berarti setelah dikembangkan dan diaktualisasikan melalui proses pendidikan.10 Proses realisasi diri dari setiap potensi individu tersebut nantinya akan terwujud aktualisasi diri yang merupakan hierarki tertinggi dari kebutuhan dasar manusia. Dalam melihat tingkah laku manusia, Maslow berasumsi dasar bahwa tingkah laku manusia dapat ditelaah melalui kecenderungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehingga bermakna. Untuk itu Maslow menempatkan motivasi dasar manusia sebagai sentral teorinya.11 Manusia memiliki sifat dasar yang tidak akan pernah merasa puas, karena kepuasan bagi manusia adalah bersifat sementara. Ketika suatu kebutuhan terpuaskan, maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi nilainya dan menuntut untuk dipenuhi begitu seterusnya. Manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang tersusun secara hierarkis. Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan pembelajaran. Callahan and Clark, yang dikutip oleh E. Mulyasa dalam buku Kurikulum Berbasis Kompetensi, mengemukakan bahwa motivasi adalah pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.12 Seorang siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dalam kaitan ini, guru dituntut memiliki kemampuan membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan belajar.
10
Achmadi, op. cit., hlm. 32. Abraham Maslow, Motivation and Personality, First Edition, (America: Longman, 1970), hlm. 30. 12 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 112. 11
5
Sehubungan dengan motivasi manusia, Maslow menyusun suatu teori tentang kebutuhan manusia yang tersusun dalam lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu: 1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan fisiologis itu antara lain: kebutuhan akan makan dan minum, air, oksigen, istirahat, keseimbangan temperatur, dan stimulasi sensoris. 2. Kebutuhan akan rasa aman, yaitu suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari lingkungannya. Misalnya kebutuhan akan perlindungan dari tindakan yang sewenang-wenang. 3. Kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, yaitu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain baik di lingkungan keluarga ataupun masyarakat. Misalnya keinginan untuk diperhatikan, diterima, disayangi dan dibutuhkan orang lain 4. Kebutuhan akan rasa harga diri, yaitu suatu kebutuhan yang selalu ingin dihargai, dihormati atas apa yang telah dilakukannya. Misalnya jika individu berprestasi, maka ia ingin dihargai atas prestasinya tersebut. 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia tertinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah hasrat individu untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Motivasi merupakan pendorong bagi setiap aktifitas manusia. Ia menyangkut soal mengapa seseorang berbuat demikian dan apa tujuannya sehingga ia berbuat demikian. Oleh karena itu, antara motivasi dan tujuan berhubungan erat. Seseorang melakukan sesuatu jika ia memiliki tujuan atas perbuatannya. Demikian juga, karena ada tujuan yang jelas maka akan bangkit dorongan untuk mencapainya.
6
Kebutuhan-kebutuhan manusia seringkali sangat bergantung pada interaksinya dengan manusia lain. Sebagai makhluk sosial, mereka saling membutuhkan, membantu dan melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya dan interaksi tersebut merupakan tempat untuk tumbuh dan berkembangnya kepribadian. Dalam hal ini, tugas pendidikan adalah mengembangkan semua potensi sehingga manusia sebagai makhluk sosial mampu berperan dan menyesuaikan diri dengan masyarakat. Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan secara seimbang aspek individual dan aspek sosialnya.13 Manusia ditinjau dari aspek paedagogis disebut Homo Educandum, artinya makhluk yang dapat dididik. Selain itu manusia adalah animal educandum atau binatang yang dapat dididik.14 Dalam pembahasan tentang hakekat manusia, para filosof umumnya mengidentikkan manusia dengan hewan yang memiliki kekhususan dan kelebihan tertentu, antara lain dapat berbicara, berfikir dan berbudaya. Sedangkan binatang hanya dapat didressur atau dilatih sehingga dapat mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis. Oleh karena itu pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia, karena tanpa pendidikan manusia tidak dapat menjadi manusia yang sebenarnya. Dalam konteks pendidikan formal, yaitu sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha strategis guna mewujudkan tujuan institusional yang diemban oleh lembaga tersebut. Konsep dasar proses belajar mengajar (PBM) ialah sebuah kegiatan yang integral antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuan belajar. Dalam PBM tersebut, terdapat komponen-komponen mengajar yang saling mempengaruhi. Komponenkomponen tersebut antara lain guru, siswa, tujuan, materi, metode, alat atau media, dan evaluasi.15
13
hlm. 21.
14
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan 1, (Jakarta: Gramedia, 1992),
Achmadi, op. cit., hlm. 26. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 237. 15
7
Dalam PBM, setiap siswa memiliki sejumlah motif atau dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan fisiologis dan psikologis. Di samping itu, siswa memiliki sikap-sikap, minat, penghargaan dan cita-cita. Motif, sikap, minat seperti tersebut di atas akan mendorong siswa mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, tugas guru dalam PBM adalah menimbulkan motif yang akan mendorong siswa berbuat untuk mencapai tujuan belajar. Teori motivasi Abraham Maslow adalah salah satu teori terkenal yang menerangkan tentang motivasi. Maslow percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan sebagaimana telah disinggung di atas. Bila teori Maslow diterapkan dalam pengajaran, maka guru akan melihat motif-motif yang berbeda yang mendasari tingkah laku siswa.16 Bagi pendidik atau guru, peranan motivasi penting sekali. Demikian juga halnya dengan PBM yang dijalani oleh siswa dan beberapa komponen yang berperan di dalamnya. Humanistic Education (pendidikan yang bersifat kemanusiaan) yang dikembangkan oleh Maslow adalah sebuah sistem yang menekankan martabat manusia yang bebas membuat pilihan. Sistem pendidikan Humanistik yang di dalamnya mencakup teori motivasi sebagai teori sentralnya menitik beratkan pada upaya membentuk siswa agar dapat mencapai perwujudan dirinya (self realization) atau aktualisasi diri.17 Dari beberapa landasan teori di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “UNSUR-UNSUR TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP 16 SEMARANG”.
16
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 170. 17
Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 246.
8
B. Penegasan Judul Untuk mendapatkan pemahaman yang sama antara penulis dan pembaca mengenai judul di atas, maka berikut akan penulis uraikan arti dan maksud judul di atas. 1. Motivasi Motivasi dalam bahasa Inggris adalah motivation yang artinya dorongan. Menurut kamus Psikologi, motivasi adalah kecenderungan organisme untuk melakukan sesuatu, sikap atau perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan diarahkan kepada tujuan tertentu yang telah direncanakan.18 Teori motivasi menurut Abraham Maslow adalah bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar (bacic needs) yang membentuk suatu hierarki atau susunan. Kebutuhan tersebut antara lain kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang , kebutuhan akan harga diri dan yang terakhir kebutuhan akan aktualisasi diri.19 2. Unsur Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian unsur adalah bagian terkecil dari suatu benda.20 Unsur yang dimaksud penulis adalah bagian atau hal-hal dari teori motivasi Abraham Maslow yang terdapat dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SMP 16 Semarang. 3. Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam (PBM PAI) Yaitu suatu proses yang mengandung serangkaian interaksi guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif
yang
bertujuan
menanamkan
pengetahuan
dan
pengalaman keagamaan.
290.
18
Kartini Kartono dan Dadi Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, 1987), hlm.
19
Maslow, op.cit., hlm. 42. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 993.
20
9
C. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan arti judul di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yang akan dibahas, yaitu : 1. Bagaimanakah teori motivasi menurut Abraham Maslow? 2. Bagaimanakah proses belajar mengajar pendidikan agama Islam di SMP 16 Semarang? 3. Bagaimanakah unsur-unsur teori motivasi Abraham Maslow dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam di SMP 16 Semarang? D. Tujuan Penelitian Setelah melihat berbagai permasalahan yang telah dikemukakan, maka yang menjadi tujuan utama dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui teori motivasi menurut Abraham Maslow. 2. Untuk mengetahui proses belajar mengajar pendidikan agama Islam di SMP 16 Semarang. 3. Untuk mengetahui unsur-unsur teori motivasi Abraham Maslow dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SMP 16 Semarang. E. Studi Kepustakaan Sejauh pengetahuan penulis, belum ada penelitian skripsi yang membahas teori motivasi menurut Abraham Maslow. Yang sering penulis jumpai adalah penelitian mengenai motivasi belajar siswa. Dari pengamatan tersebut, penulis mengadakan penelitian tentang teori motivasi secara khusus, yakni unsur-unsur teori motivasi menurut Abraham Maslow dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam. Dari literatur yang sudah penulis baca, banyak buku yang membahas teori motivasi Abraham Maslow. Antara lain yang ditulis dalam bahasa Indonesia seperti E. Koeswara dalam bukunya Teori Kepribadian, Sardiman A.M. dengan judul Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar dan Psikologi Pendidikan oleh M. Ngalim Purwanto.
10
Sedangkan buku-buku yang ditulis oleh pengarang asing adalah Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey berjudul Theories of Personality, Frank G. Goble dalam The Third Force:The Psychology of Abraham Maslow yang berisi tentang ringkasan pemikiran Maslow dari beberapa karyanya. Buku lainnya adalah Psychology In The Classroom karangan Henry Clay Lindgren, dan Duane Schultz dalam bukunya Growth Psychology yang diterjemahkan oleh Yustinus. Buku-buku
Maslow
sendiri
yang
membahas
teori
motivasi
diantaranya Motivation and Personality yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam tiga jilid, dan buku Toward a Psychology of Being edisi kedua yang banyak mengulas tentang motivasi dan self actualization. F.
Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah field research atau penelitian lapangan, yaitu penelitian dengan mengambil data-data dan informasi yang diperoleh dari lapangan obyek penelitian. 2. Fokus Penelitian Berdasarkan judul penelitian di atas, maka yang menjadi fokus penelitian adalah teori motivasi menurut Abraham Maslow dan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SMP 16 Semarang. 3. Sumber Data Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh dalam penelitian.21 Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berjumlah dua orang, yaitu Ibu Sri Rahayu dan Ibu Maryam untuk mendapatkan data tentang proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SMP 16 Semarang. 4. Metode Pengumpulan Data Dalam metode pengumpulan data, penulis akan menggunakan metode-metode sebagai berikut : 21
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 114.
11
a. Metode Observasi Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan atau pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode ini digunakan untuk melihat situasi dan memperkuat data kepustakaan dalam penelitian. 22 b. Metode interview atau Wawancara Dengan metode ini, penulis mengadakan wawancara langsung dengan sumber-sumber yang terkait dalam penelitian. Sumber-sumber tersebut adalah Ibu Sri Rahayu dan Ibu Maryam guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk mendapatkan data khusus tentang proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam SMP 16 Semarang. c. Metode Dokumentasi metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya.23 5. Metode Analisa Data a. Metode Deduktif Yaitu berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum menuju kesimpulan yang khusus.24 Metode ini penulis terapkan pada bab II, yaitu mengenai teori motivasi Abraham Maslow dan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam. b. Metode Induktif Yaitu berangkat dari fakta-fakta atau pengetahuan yang khusus dan kemudian diambil kesimpulan yang sifatnya umum. Metode ini penulis terapkan pada bab III, yaitu untuk mendapatkan data-data konkret baik data umum maupun data khusus.
22
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hlm. 83. 23 Suharsimi Arikunto, op.cit. hlm. 236. 24 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm. 36
12
c. Metode Deskriptif Data yang disimpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan dianalisis, kemudian disusun dan dijelaskan sekaligus dianalisis, sehingga menjadi satu kesatuan yang konklusif.25 G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan dalam skripsi ini, maka penulis merumuskan sistematika sebagai berikut: 1. Bagian Muka Pada bagian ini akan dimuat halaman judul, abstraksi, nota pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, dan halaman daftar isi. 2. Bagian Isi (batang tubuh), bagian ini terdiri dari: Bab I
:
PENDAHULUAN Bab ini akan membahas latar belakang masalah, penegasan judul, masalah penelitian, tujuan penelitian, studi kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
: TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Pada bagian ini terdiri atas tiga sub bab yaitu biografi Abraham Maslow yang dirinci lagi menjadi: riwayat hidup Abraham Maslow meliputi latar belakang keluarga dan sosial, pendidikan dan aktifitas, serta karya-karya, teori motivasi Abraham Maslow yang meliputi pengertian dan teori motivasi Abraham Maslow. Sub bab kedua tentang proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam yang dirinci lagi menjadi pengertian dan komponen-komponen mengajar yang meliputi guru, siswa, materi, metode, serta
25
132.
Winarno Surahmad, Dasar dan Teknik Research, (Bandung: CV. Tarsito, 1992), hlm.
13
sarana dan prasarana dan sub bab ketiga tentang teori motivasi Abraham Maslow dalam pendidikan. BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini penulis akan menguraikan data SMP 16 Semarang yang meliputi letak geografis dan tinjauan historis, kondisi guru dan siswa, struktur organisasi, sarana dan prasarana, serta data tentang proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SMP 16 Semarang yang meliputi guru, siswa, materi, metode, sarana dan prasarana. BAB IV :
UNSUR-UNSUR
TEORI
MOTIVASI
ABRAHAM
MASLOW DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP 16 SEMARANG Pada bab ini akan dikemukakan unsur-unsur teori motivasi Abraham Maslow dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SMP 16 Semarang meliputi kasih sayang, imbalan (reward), keterbukaan, perhatian dan saling menghargai. BAB V
: PENUTUP Dalam bab ini akan disampaikan kesimpulankesimpulan dari keseluruhan rangkaian isi skripsi berikut saran-saran dan kata penutup.
14