BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masa Kampanye Pemilihan Presiden 2014 lalu merupakan masa yang paling menyita perhatian kita di tahun tersebut. Persaingan ketat antara pasangan Calon Presiden – Wakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla dengan pasangan Calon Presiden Wakil Presiden Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa ramai diperbincangkan di berbagai media. Baik di media cetak maupun elektronik, setiap harinya mengabarkan informasi terkini seputar para calon pemimpin rakyat Indonesia itu. Di media elektronik seperti media sosial pun tak luput dari hingar bingar kampanye calon presiden dan wakil presiden 2014. Berbagai cara kreatif dilakukan tim sukses masing-masing kubu untuk menarik perhatian dan simpati rakyat Indonesia. Salah satunya dengan yang kita kenal sebagai meme. Meme merupakan sebutan untuk sebuah konsep, ide, pemikiran, atau karya lainnya yang digunakan di internet secara luas sebagai alternatif komunikasi verbal dan visual secara linear, maupun untuk menggambarkan suatu keadaan, kultur, dan hal lainnya dengan cara yang unik.1 Meme diciptakan melalui proses replikasi dan modifikasi dari citracitra fotografis yang telah tersedia di mesin pencari seperti Google. Biasanya meme menggunakan kumpulan foto tokoh masyarakat maupun 1
selebritis
dan
kreatornya
tinggal
melengkapi
“Internet Meme” Cara Berkomunikasi Populer dan Simpel di Internet, http://klikunic.net/internet-meme-cara-berkomunikasi-populer-simple-di-internet/ diakses pada 26 Januari 2015
foto
temuannya itu dengan teks, atau dengan mengurangi dan menambahkan elemen gambar melalui proses olah digital sederhana, tergantung
kesesuaian
konteks
informasi
apa
yang
ingin
disampaikan. Setelah proses penciptaan selesai, meme foto atau gambar akan disebar dan menyebar melalui layanan share, retweet, atau repost di media sosial. Ada dua macam meme yang ada saat ini, diantaranya yang dengan mudah kita temui adalah meme dalam bentuk gambar atau komik yang sebagian besar merupakan kumpulan dari berbagai gambar atau foto tokoh maupun selebritis yang sesuai dengan kebutuhan kreator komik meme. Sehingga mempunyai alur yang dapat dimengerti banyak orang. Selain itu ada pula meme dengan bentuk video atau konsep audiovisual yang sengaja dibuat untuk menyebarkan suatu tren terkini, memparodikan sesuatu, atau bersumber dari kumpulan adegan dari berbagai video dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan jenis meme dalam bentuk gambar atau komik meme. Alasannya adalah karena meme dalam bentuk ini lebih sering dibuat dan dijumpai di berbagai situs internet. Selain itu, komik meme lebih sering dimodifikasi oleh para kreatornya, sehingga sejalan dengan konsep meme yang berhasil dikemukakan Dawkins. Berbagai macam ekspresi ditunjukkan dalam meme seputar Kampanye Pemilihan Presiden 2014. Tentunya ekspresi meme menggunakan foto baik Jokowi, Prabowo Subianto, Jusuf Kalla maupun Hatta Rajasa. Mendekati saat Pemilihan Presiden tanggal 9 April 2014 lalu, nuansa saling serang antarpendukung masingmasing kubu semakin terlihat dan semakin panas setiap harinya. Tentunya dengan sentuhan humor agar menarik simpati masyarakat.
Namun pada kenyataannya meme tidak hanya sebatas humor dan candaan belaka. Lebih jauh lagi meme bisa memuat informasi yang bisa menciptakan dan merubah sikap dan pandangan masyarakat. Maka tak salah jika meme dapat disebut juga merupakan salah satu media komunikasi politik yang digunakan untuk menarik perhatian maupun menjatuhkan lawan politik yang pada akhirnya bertujuan membentuk berbagai opini dalam masyarakat. Penelitian ini berangkat dari keingintahuan penulis akan fenomena meme seputar Kampanye Pemilihan Presiden 2014 yang banyak menyebar di media sosial. Media sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.2 Sementara itu Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.3 User Generated Content (Isi Buatan Pengguna) adalah segala isi yang dibuat dan atau dipublikasikan oleh pengguna media siber, antara lain, artikel, gambar, komentar, suara, video dan berbagai bentuk unggahan yang melekat pada media siber, seperti blog, forum, komentar pembaca atau pemirsa, dan bentuk lain.4 Dengan media sosial manusia tidak lagi
dibatasi
ruang
dan
waktu
untuk
bersosialisasi
dan
berkomunikasi.
2
___, Apa Itu Sosial Media, http://www.unpas.ac.id/apa-itu-sosial-media/ diakses pada 30 Januari 2015 3 Romel Tea, Media Sosial: Pengertian, Karakteristik dan Jenis, http://www.romelteamedia.com/2014/04/media-sosial-pengertian-karakteristik.html/ diakses pada 30 Januari 2015 4 Pedoman Pemberitaan Media Siber, http://www.dewanpers.or.id/page/kebijakan/pedoman/?id=494 diakses pada 26 Februari 2015
Akun Facebook “Jokowi-JK” dan “PRO Prabowo-Hatta” merupakan dua akun dari sekian banyak akun yang merupakan pendukung dari masing-masing kubu calon presiden pada masa Kampanye Pemilihan Presiden 2014. Berbagai informasi dan bentuk dukungan seputar calon presiden yang didukungnya setiap saat diupdate pada akun masing-masing. Salah satunya dengan cara kreatif berupa gambar meme yang dapat mudah kita jumpai dalam fitur galeri foto. Nuansa dukungan dan saling serang masing-masing akun sangat kental dihadirkan melalui meme. Fenomena penggunaan meme sebagai media komunikasi politik melalui media sosial merupakan fenomena yang baru dalam Kampanye
Pemilihan
Presiden
tahun
2014.
Persaingan
antarpendukung Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta tidak hanya berada dalam kehidupan nyata kita, namun juga di dunia maya lewat media sosial.
Dengan
media
baru
inilah
dinamika
persaingan
antarpendukung calon presiden menjadi berkembang. Melalui gambar-gambar meme yang sarat akan makna dan ekspresi menjadi fenomena yang menarik untuk dikaji melalui analisis semiotika untuk menganalisis makna teks.
B. Rumusan Masalah Bagaimana komunikasi politik digambarkan lewat meme pada masa Kampanye Pemilihan Presiden 2014 dalam akun media sosial Facebook “Jokowi-JK” dan “PRO Prabowo-Hatta”?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi politik digambarkan lewat meme pada masa Kampanye Pemilhan Presiden 2014 dalam media sosial Facebook dengan membandingkan dua akun media sosial
Facebook yakni antara
komunitas “Jokowi-JK” dan “PRO Prabowo-Hatta”.
D. Manfaat Penelitian 1. Menambah wawasan
dan referensi
pembaca
bagaimana
komunikasi politik digambarkan lewat meme pada masa Kampanye Pemilihan Presiden 2014 dalam media sosial Facebook “Jokowi-JK” dan “PRO Prabowo-Hatta”. 2. Menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca dalam memahami segala macam bentuk pesan dalam media, khususnya dalam komunikasi politik melalui meme dalam media sosial.
E. Kerangka Pemikiran 1. Konsep Meme Secara harfiah awal mula istilah meme berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “mimeme” yang berarti sesuatu yang meniru atau menyerupai. Istilah lain yang sama yaitu “mneme” yang berarti memori. Dalam perkembangannya istilah meme pertama kali dicetuskan oleh ahli genetika dari Oxford University, Richard Dawkins, dalam bukunya yang berjudul The Selfish Gene (1976). Ia mengemukakan istilah meme dengan menyingkat kata mimeme menjadi meme karena membutuhkan padanan kata yang bersuku satu yang terdengar mirip dengan kata “gen”. Dawkins memaknai meme sebagai suatu unit transmisi informasi budaya (berupa pemikiran, ide, gagasan, kebiasaan, lagu, fashion) yang membentuk pola-pola kebudayaan tertentu. Ia menganalogikan meme dengan gen. Ya, gen seperti yang ada di dalam tubuh manusia. Oleh karena meme dianalogikan sebagai gen, maka dapat kita ketahui bahwa meme pun memiliki ciri serupa dengan gen. Dalam The Selfish Gene dijelaskan jika gen berkembang biak dalam kolam gen dengan meloncat dari tubuh ke tubuh melalui sperma dan sel telur, maka meme berkembang biak dalam kolam meme dengan meloncat dari otak ke otak melalui suatu proses, yang
dalam pengertian luas, disebut peniruan atau imitasi.5 Meme yang menang dalam persaingan itu (meme yang berhasil merasuki sebagian besar akal budi) adalah meme-meme yang menyebabkan timbulnya berbagai kegiatan dan ciptaan yang membentuk budaya masa kini. Penyebaran atau pengembangbiakan meme dilakukan dengan cara replikasi atau peniruan dari meme-meme yang telah ada. Artinya, meme terus menerus melakukan replikasi melalui suatu kebiasaan atau gagasan tertentu sehingga menjadi pola yang berulang-ulang dan pada akhirnya membentuk sebuah pola kebudayaan dalam skala besar. Sifat meme tidak hanya dapat mereplikasi dirinya sendiri, meme juga mengalami proses evolusi atau perubahan dari waktu ke waktu, dan bersamaan dengan itu meme juga
berusaha
untuk
bertahan
(survive)
dari
pengaruh meme-meme baru yang bermunculan. Dalam biologi, evolusi mengacu pada proses yang telah mengubah bentuk kehidupan di atas bumi sejak bentuknya yang paling awal sampai membentuk keanekaragaman yang sangat luas seperti apa yang dapat kita temukan saat ini. Teori evolusi ditemukan pertama kali oleh Charles Darwin dalam buku The Origin of Species. Namun bagi Dawkins evolusi tidak hanya pada kehidupan biologis saja, khususnya bagi manusia. Ia melihat bahwa teori evolusi yang dikembangkan Darwin
memiliki
dimensi yang sangat
luas
melampaui dunia biologis. Menurutnya, elemen-elemen esensial dari gagasan Darwinian sangat sederhana: replikasi, variasi, dan seleksi. Jika
elemen-elemen
ini
bertemu,
maka
sangat
besar
kemungkinannya evolusi terjadi. Menurut Dawkins, terdapat evolusi kebudayaan bagi kehidupan manusia, dan replikatornya adalah meme. Meme adalah
5
Dawkins, Richard. 2006. The Selfish Gene,Oxford University Press, New York
replikator, yang berarti mampu mereplikasi dirinya sendiri.6 Misalnya, lagu atau kata-kata populer yang sulit hilang dari pikiran kita. Hal ini terjadi karena otak manusia memiliki “mesin imitasi” yang mampu mengimitasi lagu atau kata-kata. Ketika kita mendengar lagu dengan melodi yang menarik dan mudah diikuti, ia akan langsung menyusup ke otak manusia. Dan bila lagu tersebut mudah dinyanyikan, mudah diingat kata-katanya, maka ia akan dengan mudah terimitasi dan bereplikasi terus-menerus sehingga lagu tersebut tidak bisa hilang dari otak manusia. Sehingga benar adanya bahwa meme merupakan unsur utama informasi di dalam akal budi yang keberadaannya memengaruhi berbagai peristiwa sedemikian rupa sehingga tercipta lebih banyak salinan meme itu di dalam akal budi orang lain. Ini sesuai definisi kognitif meme menurut seorang filsuf, Daniel Dennet yaitu gagasan, jenis gagasan yang kompleks, yang membentuk dirinya sendiri menjadi satuan yang khas dan mudah diingat.7 Jika kita mendengar istilah meme saat ini pasti yang terlintas di pikiran kita adalah sekumpulan gambar atau video yang dimodifikasi baik diberi ungkapan maupun digabungkan dengan konten lain yang menghasilkan suatu gambar atau video baru yang mirip namun dengan cerita yang berbeda dan disebarkan di internet melalui media sosial misalnya. Mengapa demikian? Padahal meme seperti penjelasan sebelumnya menurut Dawkins merupakan suatu konsep yang abstrak yang ada dalam otak manusia sebagai suatu unit transmisi informasi budaya berupa ide, kebiasaan, lagu, fashion, bahasa dan gagasan tertentu yang menghasilkan pola kebudayaan tertentu yang hampir mirip.
6
Dawkins, Richard. 2006. The Selfish Gene,Oxford University Press, New York Brodie, Richard. 1996. Awas Virus Akal Budi Ganas. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) hlm 24
7
Apakah itu berarti konsep meme yang ada saat ini telah berubah menjadi lebih sempit? Menurut penulis tidak demikian. Hanya saja ada kesalahan penggunaan istilah dimana seharusnya gambar atau video meme merupakan salah satu produk atau hasil dari transmisi informasi budaya (meme). Hal ini juga disebabkan belum ditemukan buku teori mengenai meme. Belum ada juga padanan kata yang resmi dalam bahasa Indonesia. Walaupun begitu, masyarakat Indonesia cenderung mengucapkan kata meme dengan pengucapan “me-me”.8 Meme yang tersebar luas melalui internet mempunyai keunikan tersendiri. Penyebarannya melalui media maya mempunyai keunggulan dalam hal cakupan jarak dan kecepatan waktu. David Bennahum dalam jurnal “First Monday, Volume 4, Number 10-4 October
1999”
yang
ditulis
oleh
Stephen
Downes,
mendefinisikan meme jaringan maya sebagai ide yang mudah sekali menular dan menyebar seperti virus, disebarkan dari satu orang ke orang lain. Meme berfungsi layaknya gen dan virus, yakni menyebar melalui jaringan komunikasi dan secara tatap muka antarmanusia.9 Penggunaan istilah meme yang digunakan untuk menyebut komik meme di masyarakat sudah meluas dan sudah mendarah daging. Meskipun begitu, konsep meme dan komik meme memang sama. Seperti yang telah penulis sebutkan bahwa komik meme merupakan salah satu produk dari meme. Hanya saja sudah akrab di telinga kita dengan sebutan meme. Untuk itu dalam penelitian ini pun penyebutan komik meme adalah dengan istilah meme itu sendiri. Meme merupakan kumpulan gambar yang merangkai sebuah
8
Vremita Desectia Amretasari, Struktur Teks Bergambar Meme Keanu Conspiration dalam Media Sosial, http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html &file=283044.pdf&ftyp=potongan&tahun=2014&potongan=S1-2014-283044-chapter1.pdf diakses pada 27 Februari 2015 9 Nurhasanah, Tertawa Bersama Meme, http://www.mediapijar.com/2014/05/tertawabersama-meme-comic/#sthash.tznmMtzs.dpuf diakses pada 8 Januari 2015
cerita dengan ungkapan lucu yang disertai ekspresi wajah yang terkesan menyindir atau bernada satir. Popularitas yang diraih meme ini berawal sejak kali pertama di publikasikan di berbagai situs seperti 4chan, 9gag, Reddit dan Deviant art. Di Indonesia sendiri, meme di kemas oleh 1cak.com. Meme pada mulanya hanya berasal dari gambar-gambar yang menunjukkan ekspresi wajah dalam bentuk gambar yang sederhana yang kebanyakan memperlihatkan ekspresi wajah yang aneh seperti menyindir, marah atau ekspresi lain yang tidak biasa bahkan cenderung buruk rupa. Maka tak salah jika meme ada juga yang mengenalnya sebagai rage comic. Rage yang dalam bahasa Inggris berarti kemarahan atau kegusaran. Penelitian serupa yang mengupas tentang meme sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh para ahli salah satunya adalah Limor Shifman seorang Profesor Departemen Komunikasi dan Jurnalisme The Hebrew University of Jerusalem, Israel. Dalam artikelnya Memes in Digital World: Reconciling with a Conceptual Troublemaker10 ia mengemukakan dimensi dan manifestasi dari meme yang kemudian dapat digunakan untuk menganalisis meme. Pertama, content (konten) yang merupakan ide dan keyakinan yang disampaikan atau dikomunikasikan melalui teks secara spesifik. Kedua, form (bentuk) merupakan bentuk fisik dari suatu pesan yang dirasakan oleh indera kita. Ketiga, stance (sudut pandang) adalah informasi tentang posisi audiens dan relasinya antara pesan, konteks dan potensi lainnya. Shifman menggunakan meme US Presidential Election Campaign di tahun 2008 dan 2012 antara Obama dan Romney untuk mengilustrasikan bahwa meme dapat digunakan sebagai taktik
10
Limor Shifman, Article first published online: 26 MAR 2013 DOI: 10.1111/jcc4.12013 © 2013 International Communication Association, Journal of Computer-Mediated Communication Volume 18, Issue 3, pages 362–377, April 2013, diakses dari http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/jcc4.12013/full
persuasif dalam kampanye politik. Di masa depan meme bisa mempunyai peran yang lebih penting karena penyebaran informasi pada meme lebih sering terjadi dalam kelompok kecil seperti dalam lingkup keluarga atau pertemanan yang lebih persuasif daripada penyebaran informasi dari elit politik. Shifman juga berpendapat bahwa meme menghadirkan cara baru dalam partisipasi publik. Publik dapat dengan mudah mengekspresikan opini politik serta berpartisipasi dalam perdebatan penting seputar politik. 2. Media Sosial sebagai Media Baru Media massa berkembang begitu cepat. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa-masa sebelumnya. Hal ini ditandai dengan munculnya media baru. Istilah ‘media baru’ telah digunakan sejak tahun 1960an dan telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan beragam. Menurut Denis McQuail ciri utama media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana. Media baru menurut Straubhaar et al, mempunyai ciri menggunakan
sistem
asynchronous (mengirim
digital,
interaktif,
sosial,
data
satu
arah)
dan narrowcasted (menyasar segmen tertentu). Media baru ini mulai diciptakan pada era Web 2.0, yaitu sekitar awal tahun 2000-an di mana masyarakat pengguna internet diberi kesempatan untuk melakukan interaksi virtual dan secara aktif membuat konten baik
berupa komentar pada blog, video yang diunggah, atau menulis artikel.11 Media komunikasi baru ini menggunakan sistem multimedia sebagai ekstensi ruang dan waktu interaksi. Contoh jenis media baru ini adalah media sosial seperti E-Blogger, Wikipedia, atau jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Mengapa disebut media sosial atau jejaring sosial? Media komunikasi dengan layanan internet Grant
&
Meadows
memberikan
kesempatan
kepada
para
penggunanya untuk (1) membuat dan menyebarkan konten melalui interaksi sosial, (2) memilih apakah konten akan dipublikasikan untuk kalangan publik atau semi-publik, (3) mengekspresikan berbagai pikiran kepada pengguna lain yang ada di jaringan mereka, (4) melihat, masuk dan melintas di laman pengguna lain yang ada di jejaring mereka. Dengan ciri – ciri di atas, maka media ini dapat dijadikan alat bersosialisasi dengan individu – individu di jejaring mereka. 3. Komunikasi Politik Komunikasi
politik
(political
communication)
adalah
komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan dan kebijakan pemerintah. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai
komunikasi
antara
“yang
memerintah”
dan
“yang
diperintah”.12 Begitulah definisi komunkasi politik yang sering kita dengar. Namun itu definisi komunikasi politik jauh sebelum media baru atau media
digital
ditemukan
dan
diaplikasikan
sebagai
media
komunikasi politik. Seiring berkembangnya teknologi media baru 11
Maria Ayu Widihapsari, Media dan Jejaring Sosial: Dapatkah Menjadi Penjaga Kearifan Lokal dan Media Silaturahmi?, http://komunikasi.us/index.php/course/15-komunikasiteknologi-dan-masyarakat/2599-media-dan-jejaring-sosial-dapatkah-menjadi-penjagakearifan-lokal-dan-media-silaturahmi diakses pada 2 Februari 2015 12 Romli, Asep Syamsul M. 2014. Komunikasi Politik. ASM Romli @romeltea
atau digital, definisi komunikasi politik pun ikut berkembang juga. Komunikasi politik dalam penelitian ini akan dikaji menggunakan pendekatan ilmu komunikasi dengan berfokus pada strategi komunikasi politik menggunakan media baru atau digital. Denton & Woodward, mengatakan bahwa komunikasi politik adalah diskusi murni tentang alokasi sumber daya publik, otoritas resmi, danundang-undang resmi. Selain itu komunikasi politik juga dilihat sebagai proses interaktif yang berfokus pada transmisi informasi diantara politisi, media dan publik.13 R.M. Perloff mendefinisikan komunikasi politik sebagai proses dengan mana pemimpin, media, dan warga negara suatu bangsa bertukar dan menyerap makna pesan yang berhubungan dengan kebijakan publik. Dalam definisi ini, Perloff menyatakan bahwa media sebagai pihak yang ikut melakukan komunikasi politik.14 Komunikasi politik adalah proses tukar-menukar informasi antara dua entitas atau lebih. Tujuan utama dari komunikasi politik adalah menciptakan kesamaan pemahaman politik antara aktor politik dan partainya dengan masyarakat. Komunikasi dalam hal ini lebih dilihat sebagai komunikasi dua arah dan bukan top-down (hanya dari aktor politik dan partainya ke masyarakat).15 Sebenarnya proses komunikasi politik itu sama dengan proses komunikasi pada umumnya. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan
disampaikan
kepada
komunikan.
Ini
berarti
komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan
13
McNair, B. 2010. An introduction to political communication. Oxon, Canada: Routledge R.M. Perloff. 1998. Political Communication: Politics, Press, and Public in America (New Jersey and London : Lawrence Erlbaum) 15 Firmanzah. 2008. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia hlm 242 14
(decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna). Lebih jelasnya seperti bagan berikut ini :
Gambar 1.1 Proses Komunikasi
Ada beberapa macam model komunikasi politik menurut Harold Laswell, yaitu: 1. Who (siapa) 2. Says what (mengatakan apa) 3. In which channel (melalui saluran apa) 4. To Whom (kepada siapa) 5. With what effect (efek apa). Komunikator adalah partisipan yang menyampaikan pesan politik (who). Pesan politik adalah informasi, fakta, opini politik (says what). Media adalah wadah untuk menyampaikan pesan politik bisa melalui media cetak atau elektronik termasuk media baru internet (in which channel). Komunikan adalah partisipan yang diberikan pesan politik oleh komunikator (to whom). Namun model komunikasi politik Lasswell ini hanya sebatas komunikasi searah atau linier tanpa adanya feedback secara langsung dan bersifat tertunda (delay). Sebuah pesan politik memiliki kekuatan yang signifikan untuk mendapatkan simpati dari pemilih potensial selama kampanye pemilu. Beberapa politisi percaya bahwa
efektivitas pesan
merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan mereka dalam
pemilu. Oleh karena itu, mereka memilih media besar yang dikenal oleh masyarakat luas, seperti televisi, surat kabar dan radio untuk mentransfer pesan politik mereka.16 Namun demikian, munculnya internet telah memperkuat media cetak tradisional dan media elektronik. Akibatnya, para aktor politik memutuskan untuk menggunakan media sosial untuk memperkuat pengaruh pesan mereka, yang disampaikan menyeluruh media lainnya. Dalam perkembangan teknologi internet saat ini, komunikasi politik pun ikut berkembang. Tidak hanya melalui media massa sebagai salurannya, namun juga media sosial yang menjangkau lebih banyak masyarakat. Karena daya jangkaunya yang lebih luas itulah para aktor politik termasuk pendukung serta rivalnya memanfaatkan media sebagai saluran komunikasi politik dan bisa membentuk opini publik sesuai yang diharapkan. Media dalam konsep komunikasi politik kontemporer digunakan untuk membedakan produk politik yakni partai politik dan kandidat. Konsep ini berbeda dengan proses komunikasi politik tradisional, karena dalam komunikasi politik kontemporer terjadi proses komunikasi dengan sistem pertukaran informasi, ideologi, sistem nilai, norma dan budaya di masyarakat yang terbuka.17 Pasca masa reformasi, dengan adanya demokratisasi politik keterbukaan pendapat seiring dengan persaingan politik secara bebas, transparan dan terbuka, adalah tren baru yang hampir bisa dipastikan kehadirannya dalam dunia komunikasi politik.18 Pemahaman mengenai proses komunikasi politik kontemporer tidak mungkin dilakukan tanpa adanya analisis terhadap media yang digunakan.19
16
Sisca Yunisha, Media Baru dan Politik, http://komunikasi.us/index.php/course/5047media-baru-dan-politik, diakses pada 14 Juli 2015 17 Firmanzah. 2008. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia hlm 17 18 Ibid. hlm XXXIV 19 McNair, B. 2010. An introduction to political communication. Oxon, Canada: Routledge hlm 13
Dengan kata lain, penggunaan media secara terbuka sudah menjadi hal yang wajar dalam komunikasi politik kontemporer. Media sosial adalah salah satu media yang memimpin perubahan dramatis struktur komunikasi dari konsumsi komunikasi massa ke era komunikasi digital yang interkatif. Setiap pengguna media sosial termasuk didalamnya politisi dapat memproduksi pesan dengan publik yang lebih terarah karena tersedianya stimulus teknologi yang modern selama kampanye untuk menjalin hubungan kembali dengan pemilih. Media yang terbuka, didukung dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin maju, serta pengemasan isi pesan mempermudah para aktor politik untuk mendiferensiasikan diri dari persaingan politik yang ada.20 Ditambah dengan kemampuan informasi politik yang borderless (tidak berbatas) pembentukan image (citra) politik semakin mudah dilakukan termasuk di antaranya adalah branding kandidat/partai politik sebagai hasil dari proses komunikasi politik kontemporer. Penggunaan media sosial tidak hanya memberikan manfaat bagi politisi atau calon, pemilih dapat memperoleh pengetahuan yang tepat dan informasi tentang mereka benar. Masyarakat dapat melakukan penelitian atau mencari informasi mendalam tentang calon favorit mereka. Faktor yang paling penting adalah pendukung kandidat dapat mendorong teman-teman mereka untuk memilih dan mengekspresikan pendapat mereka terkait dengan calon favorit mereka. Selanjutnya, para pemilih dapat menulis pesan, komentar, mempublikasikan dan berbagi informasi dengan pengikut mereka sehingga pesan politik dapat menyebar dengan cepat. Dalam era demokrasi ini, internet sebagai media komunikasi dan pertukaran informasi, berpeluang merevolusi sistem, struktur dan proses demokrasi yang selama ini kita kenal. Maka munculah 20
McNair, B. 2010. An introduction to political communication. Oxon, Canada: Routledge hlm 13
istilah “digital democracy” atau “virtual democracy” yang menggambarkan bagaimana kehidupan demokrasi berlangsung di dunia internet.21 Atau dengan kata lain, masyarakat tidak harus datang langsung ke tempat kampanye namun sudah bisa dilakukan interaktivitas melalui media baru termasuk di dalamnya media sosial.22 Secara efisien setiap pengguna media sosial termasuk juga politisi berperan sebagai distributor konten pesan. Strategi komunikasi politik dengan menggunakan media baru merupakan fenomena hangat dalam beberapa tahun belakangan ini. Contoh penggunaan media baru dalam kampanye politik yang paling mendapat sorotan adalah kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2008, di mana Barack Obama dan tim suksesnya menggunakan media baru sebagai sarana untuk menyebarkan informasi seputar program dan kegiatan kampanye Obama demi menggalang simpati dan dukungan masyarakat Amerika kala itu.
F. Kerangka Konsep Meme dapat dimaknai sebagai suatu unit transmisi informasi budaya (berupa pemikiran, ide, gagasan, kebiasaan, lagu, fashion) yang
membentuk
pola-pola
kebudayaan
tertentu.
Meme
dianalogikan dengan gen dalam tubuh manusia karena meme memiliki ciri serupa dengan gen, yaitu dapat mereplikasi dirinya sendiri. Selain itu meme juga mengalami proses evolusi atau perubahan
dari
itu meme juga
waktu berusaha
ke
waktu, untuk
dan
bersamaan
bertahan
(survive)
dengan dari
pengaruh meme-meme baru yang bermunculan. Konsep meme yang kita kenal saat ini sedikit bergeser dari konsep meme yang sebenarnya, seperti yang telah dijelaskan pada 21 22
Firmanzah. 2008. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia hlm 22 Ibid. hlm 23
paragraf sebelumnya. Jika kita mendengar istilah meme saat ini pasti yang terlintas di pikiran kita adalah sekumpulan gambar atau video yang dimodifikasi baik diberi ungkapan maupun digabungkan dengan konten lain yang menghasilkan suatu gambar atau video baru yang mirip namun dengan cerita yang berbeda dan disebarkan melalui internet melalui media sosial. Meskipun begitu, konsep meme dan komik meme memang sama. Penelitian ini menggunakan meme dalam bentuk gambar atau komik yang sebagian besar merupakan kumpulan dari berbagai gambar atau foto tokoh maupun selebritis yang sesuai dengan kebutuhan kreator komik meme. Sehingga mempunyai alur yang dapat dimengerti banyak orang. Meme juga menjadi salah satu konten yang digunakan dalam perhelatan kampanye Pemilihan Presiden 2014 yaitu sebagai komunikasi politik. Komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktoraktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan dan kebijakan pemerintah. Di dalam negara dimana setiap kelompok sosial memiliki kesempatan yang sama terhadap media, maka media massa, termasuk media sosial dapat menjadi saluran komunikasi politik untuk mempengaruhi sistem politik. Media sering menjadi sumber informasi di samping sebagai saluran komunikasi bagi para politisi. Cara-cara media menampilkan peristiwa-peristiwa politik dapat mempengaruhi persepsi para aktor politik dan masyarakat mengenai perkembangan politik yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan opini publik atau pendapat umum (public opinion). Yaitu upaya untuk membangunkan sikap dan tindakan khalayak mengenai sebuah masalah politik dan/atau aktor politik.
G. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian komunikasi kualitatif. Lebih khusus, penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif deskriptif analitik yang berusaha memaparkan hasil dari analisis terhadap objek penelitian. Penelitian deskriptif menurut Kenneth D. Bailey adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang
suatu
fenomena
secara
detail
untuk
menggambarkan apa yang terjadi.23 Analisis semiotika dipilih sebagai dasar dalam menganalisis gambar meme yang menjadi objek penelitian ini. Sedangkan paradigma dalam penelitian ini adalah paradigma interpretif atau konstruktivis yaitu paradigma yang berbasis pada teori-teori yang berlandaskan pada ide bahwa relitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat dan budaya.24 Semiotika secara harfiah berarti “ilmu tentang tanda” yang berguna untuk menganalisis makna teks.25 Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Analisis semiotika yang digunakan dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian “A Critical and Semiotic Approach to the Wonderful, Horrible Life Cycle of the Kony 2012 Viral Video” yang dilakukan oleh Fernando Andacht (University of Ottawa).26 Penelitian tersebut menyajikan studi tentang kekuatan penyebaran narasi afeksi dan moral dalam bentuk audiovisual melalui internet. Andacht mengaplikasikan semiotika yang dikemukan oleh Peirce 23
Seto, Indiwan. 2011. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Bogor: Mitra Wacana Media hlm 27 24 Littlejohn, Stephen W. 2002. Theories of Human Communication. Wadsworth, Belmont hlm 163 25 Stokes, Jane. 2007. How to Do Media and Culture Studies: Panduan untuk Melaksanakan Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka hlm 76 26 Andacht, Fernando. 2014. A Critical and Semiotic Approach to the Wondeful, Horrible Life Cycle of the Kony 2012 Viral Video, Creative Common License, http://www.triple-c.at diunduh pada 12 April 2015
untuk menganalisis kampanye yang menyebar secara cepat melalui video online “Kony 2012”. Video online ini merupakan bentuk perlawanan terhadap Panglima Perang Uganda, Joseph Kony, yang dibuat oleh American NGO, Invisible Children. Meskipun objek yang diteliti berupa video, namun video kampanye juga merupakan meme (yang menyebar dan mereplikasi) sehingga secara konsep sama dengan objek penelitian ini yaitu meme seputar Pemilihan Presiden 2014. Video Kony 2012 yang dibuat oleh Jason Russel berhasil membuat dunia tahu bagaimana kejahatan Joseph Kony dan juga berhasil menggerakkan emosi dan solidaritas dunia untuk memerangi kekerasan penindasan terhadap anak-anak dalam hal ini anak-anak yang dijadikan tentara secara paksa. Dalam mengkritisi retorika visual pada video Kony 2012, Andacht berpendapat bahwa hanya dengan gambar yang menarik, kata-kata persuasif, serta solusi sederhana dapat menggerakkan atau bahkan memperdaya audiens akan krisis kemanusiaan yang kompleks dalam suatu wilayah. Analisis semiotika dalam hal ini dapat membuat kita peduli pada kontradiksi yang melemahkan kritik dengan mendistorsi realitas yang kompleks dari suatu tanda. Bagi Peirce, tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. Sesuatu yang digunakan agar
tanda
bisa
berfungsi,
oleh
Peirce
disebut
ground.
Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground (tanda), object (objek) dan interpretant (pengguna tanda). Selanjutnya, berdasarkan objeknya, Peirce juga membedakan sign (tanda) menjadi tiga kategori pokok yaitu icon (ikon), indeks (indeks) dan symbol (simbol).27
27
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya hlm 41
Penelitian ini sejalan dengan model Charles Sanders Peirce tentang analisis semiotika yang menggunakan istilah tiga elemen utama (triangle meaning), yakni sign (tanda), object (objek) dan interpretant (pengguna tanda) pada objek penelitian. Semiotika yang dikemukakan Peirce ini sering juga disebut sebagai semiotika komunikasi yang menekankan pada produksi tanda secara sosial dan proses interpretasi yang tiada akhir (semiosis). Peirce melihat tanda sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari objek referensinya serta pemahaman subjek atas tanda (interpretant)28. Sehingga nantinya dalam menganalisis objek penelitian yaitu meme seputar Kampanye Pemilihan Presiden 2014 dalam situs komunitas Facebook berdasarkan tiga elemen utama yang dikemukakan oleh Peirce tersebut. Objek kajian dalam penelitian ini adalah gambar meme Pemilihan Presiden 2014 yang terdapat pada situs komunitas Facebook “Jokowi-Jk”dan “PRO Prabowo-Hatta”. Pemilihan objek kajian tersebut bukan tanpa alasan. Ada berbagai macam akun komunitas di media sosial Facebook baik yang berada di kubu Jokowi-JK maupun di kubu Prabowo-Hatta. Berikut data hasil pencarian teratas akun komunitas masing-masing kubu di Facebook:
Tabel 1.1 Data Pendukung Capres-Cawapres 2014 di Situs Komunitas Facebook Per 26 Januari 2015
28
No.
Akun Pro JokowiJK
Jenis Akun
Jumlah Penyuka Akun
No.
1.
Jokowi-JK
Komunitas
199.133
1.
Ibid. hlm xii
Akun PRO PrabowoHatta Dukung PrabowoHatta
Jenis Akun
Jumlah Penyuka Akun
Tokoh Masyarakat
428.669
2.
Jokowi-JK Indonesia Hebat Kenapa Jokowi
Komunitas
36.508
2.
Komunitas
31.957
3.
4.
Jokowi-JK Center
Organisasi Politik
27.439
4.
5.
Jokowi Center Jokowi-jk
Komunitas
23.747
5.
Pejabat Pemerintah Komunitas
11.298
6.
Komunitas
241
Komunitas
153
Komunitas
64
Komunitas
24
3.
6. 7. 8.
9. 10.
11.
Meme Pro Jokowi Gerakan PRO Jokowi PRO Jokowi Jokowi MEME COMIC Indonesia Meme comik jokowi
PRO PrabowoHatta Wotta PrabowoHatta Koalisi Cinta Merah Putih PrabowoHatta PrabowoHatta
Komunitas
90.073
Komunitas
58.123
Komunitas
57.847
Gerakan
46.830
Pejabat Pemerintah
78
838
Dari data hasil pencarian teratas tersebut nampak bahwa akun komunitas pendukung Jokowi-JK dalam Facebook ada 11 akun, sedangkan pendukung Prabowo-Hatta ada 6 akun. Penelitian ini menggunakan objek kajian berdasarkan jumlah penyuka akun komunitas terbanyak. Sehingga dipilihlah akun “Jokowi-JK” dengan jenis akun komunitas dan jumlah penyuka 199.133 akun dan juga dipilih akun “PRO Prabowo-Hatta” dengan jenis akun komunitas dan jumlah penyuka 90.073 akun. Meskipun akun PRO PrabowoHatta bukan merupakan akun dengan jumlah penyuka terbanyak, namun pertimbangannya jenis akun tersebut adalah akun komunitas yang sesuai dengan kriteria objek kajian dalam penelitian ini. Selain itu, pertimbangan pemilihan objek juga berdasar penggunaan meme dalam galeri album foto masing-masing akun. Sehingga dipilihlah akun “Jokowi-JK” dan “PRO Prabowo-Hatta” sebagai objek kajian dalam penelitian ini. Akun komunitas Facebook “Jokowi-JK” adalah salah satu akun komunitas yang berisikan dukungan serta informasi seputar
calon Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-JK pada masa kampanye 2014. Akun komunitas ini mempunyai 199.133 penyuka dan merupakan akun komunitas pro Jokowi-JK hasil teratas hasil pencarian yang menggunakan meme sebagai media komunikasi politik dibandingkan situs komunitas lainnya seperti “Jokowi-JK Indonesia Hebat” dan “Jokowi-JK Center” misalnya. Sehingga penelitian ini menggunakan akun komunitas “Jokowi-JK” sebagai objek kajian pertama. Sedangkan akun komunitas Facebook “PRO Prabowo-Hatta” merupakan akun komunitas yang menyatakan dukungan terhadap calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Hatta pada masa kampanye 2014 lalu. Seperti pada akun “Jokowi-JK” yang menggunakan meme dalam akunnya, akun komunitas “PRO Prabowo-Hatta” pun demikian. Akun komunitas ini juga merupakan hasil teratas hasil pencarian dengan jumlah 90.073 penyuka dari sekian banyak akun komunitas serupa seperti “Pemuda PRO Prabowo-Hatta”, “Pro Prabowo Presiden” dan sebagainya. Namun karena tidak menggunakan meme dalam akunnya, sehingga dalam penelitian ini objek kajiannya kedua yaitu situs “PRO PrabowoHatta”
sebagai
pembanding
karena
merupakan
kubu
yang
berseberangan dengan Jokowi-JK. Pengumpulan data dalam penelitian ini kualitatif ini dilakukan dengan teknik dokumentasi dan pengamatan secara langsung atau observasi pada gambar-gambar meme Jokowi di situs komunitas “Jokowi-JK” dan “PRO Prabowo-Hatta”.
Selanjutnya
juga melakukan studi kepustakaan untuk melengkapi data-data dan bahan yang dapat dijadikan sebagai referensi. Analisis data di dalam penelitian ini akan dilakukan berdasarkan sign atau sistem tanda serta teks yang tampak pada gambar-gambar meme pada galeri akun Facebook
“Jokowi-JK”
dan
“PRO
Prabowo-Hatta”
yang
menggunakan metode semiotika berdasarkan analisis tiga elemen
utama (triangle meaning), yakni sign (tanda), object (objek) dan interpretant (pengguna tanda) milik Peirce. Untuk menganalisis secara lebih mendalam meme dalam penelitian ini, maka diperlukan instrumen penelitian.29 Instrumen penelitian ini diturunkan dari dimensi yang digunakan Limor Shifman untuk menganalisis meme US Presidential Election Campaign 2008 dan 2012 dalam penelitiannya yaitu content, form dan stance. Karena penelitian ini tidak menitikberatkan meme dari sudut pandang audiens sehingga dimensi stance tidak digunakan. Dari dimensi content dan form dapat diturunkan menjadi unit analisis yakni verbal dan visual. Sehingga meme yang terdiri dari gabungan antara gambar (visual) dan teks (verbal) yang membentuk suatu konsep dapat dijalankan analisisnya secara lebih konkret. Berikut unsur-unsur instrumen dalam penelitian ini : Tabel 1.2 Instrumen Penelitian
Unit Analisis 1. Verbal
Unsur a. Teks/Judul
2. Visual/Non Verbal
a. Warna b. Objek c. Komposisi objek d. Ekspresi objek e. Setting aktivitas
dan
-
Sub Unsur Bahasa Gaya bahasa Pilihan kata Jenis warna Manusia Belakang/depan Ceria, sedih, marah dan lain-lain Tempat Waktu Situasi
H. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi dan pengamatan secara langsung pada galeri foto-foto meme pada situs komunitas Facebook “Jokowi-JK” dan “PRO Prabowo-Hatta”. Sampel yang diambil adalah foto-foto yang 29
Maria Noviati Ika S. 2001. Konstruksi Gender dalam Komik Kobo Chan. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta hal 49
diunggah pada saat masa kampanye Presiden 2014 berlangsung yaitu dari tanggal 4 Juni 2014 hingga 5 Juli 2014. Selanjutnya dari sampel-sampel yang ada akan difokuskan lagi yaitu dengan kriteria meme yang mengarah pada penyerangan terhadap kubu lawan. Selain itu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini juga akan melakukan studi kepustakaan untuk melengkapi data-data dan bahan yang dapat dijadikan sebagai referensi.
I. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul, ada tiga tahap analisis data dalam penelitian ini, yaitu : 1. Tahap klasifikasi, yaitu pengelompokan data berdasarkan spesifikasi dari masing – masing fokus penelitian 2. Tahap analisis, yaitu menganalisis data berdasarkan analisis semiotik menggunakan analisis tiga elemen utama (triangle meaning), yakni sign (tanda), object (objek) dan interpretant
(pengguna
tanda)
yang
menggunakan
instrumen penelitian pada Tabel 1.2 sehingga analisis penelitian dapat dijalankan 3. Tahap deskripsi, yaitu menuliskan kembali hasil penelitian setelah melalui pembuktian dengan cara analisis deskriptif kualitatif dari setiap fokus masalah penelitian untuk diambil suatu simpulan akhir (Saputra, 2012 : 40-41).
J. Asumsi Asumsi dalam konteks penelitian diartikan sebagai anggapan dasar,
yaitu
suatu
pernyataan
atau
sesuatau
yang
diakui
kebenarannya atau dianggap benar tanpa harus dibuktikan lebih
dahulu.30 Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. Dengan penyuratan itu terbentuk suatu konteks untuk mewadahi pemikiran. Semua pemikiran berlangsung dalam konteks tertentu. Tanpa konteks, pemikiran menjadi simpang siur dan rancu. Asumsi adalah titik beranjak memulai segala kegiatan atau proses.31 Maka berikut asumsi pola meme dalam penelitian ini agar memudahkan penulis dalam menganalisis objek meme. Tampilan meme seputar Kampanye Pemilihan Presiden 2014 disuguhkan dengan menarik dan mencolok. Yang dimaksud menarik disini adalah dari segi komposisi teks maupun objek meme yang dapat membentuk satu cerita tertentu. Menarik perhatian hanya dengan sekilas melihat satu meme. Sedangkan yang dimaksud mencolok disini adalah dari segi warna teks maupun objek meme seperti warna merah, warna kuning, motif tertentu dan lain-lain. Ini dapat dikategorisasikan kedalam empat poin: warna teks, warna objek, komposisi teks dan komposisi objek. Meme seputar Kampanye Pemilihan Presiden 2014 memuat pesan yang sarat akan nuansa dukungan dan penyerangan di dalamnya. Yang dimaksud dukungan disini adalah dengan menampilkan gambar tokoh yang dihubungkan dengan teks penjelas yang mengarah pada hal yang positif dari tokoh yang bersangkutan. Misalnya prestasi, sifat, keadaan fisik yang dapat dilihat indera dan lain-lain. Sedangkan yang dimaskud penyerangan adalah yang menampilkan gambar dan teks yang mengarah pada hal yang negatif dan cenderung menjatuhkan suatu tokoh seperti sifat (pemarah, pembohong, agresif), keadaan fisik yang dapat dilihat indera (kurus, gemuk, tua, tampan, jelek, pakaian yang digunakan, atribut yang digunakan), pencitraan, kegagalan yang pernah dilakukan dan lain-
30
Ibnu, S., Mukhadis, A dan Dasna, I.W. 2003. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Malang: Penebit Universitas Negeri Padang 31 Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1991. Metodologi Penelitian dan Beberapa Implikasinya dalam Penelitian Geografi. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM hlm 7
lain. Sehingga dapat dikategorisasikan kedalam empat poin: gambar dukungan seperti menampilkan sosok favorit dengan kelebihannya, teks dukungan seperti “Presiden 2014”, “pemimpinnya” atau “juaranya”, gambar penyerangan seperti menampilkan keburukan sosok yang diserang dan teks penyerangan seperti “marah”, “kalah” atau “pencitraan”. Sebagian besar meme pada Kampanye Pemilihan Presiden 2014, baik kategori dukungan maupun pertarungan memuat pesan yang
hanya
mendukung
maupun
menyerang
tokoh
secara
perorangan, seperti menyerang Jokowi atau Prabowo saja dan tidak secara keseluruhan kubu. Dapat dikategorisasikan kedalam delapan poin : mendukung Prabowo, meyerang Prabowo, mendukung Jokowi, menyerang Jokowi, mendukung Hatta Rajasa, menyerang Hatta Rajasa, mendukung Jusuf Kalla, menyerang Jusuf Kalla dan lainnya. Kategori lainnya disini dimasukkan karena karena di dalam objek ditemukan beberapa tokoh lain yang masih ada hubungan dengan masing-masing kandidat. Sehingga ditambahkan dua kategori yaitu mendukung tokoh lain dan menyerang tokoh lain.