perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia.Tanpa bahasa kehidupan manusia akan lumpuh dalam komunikasi atau beinteraksi antarindividu maupun kelompok. Namun, karena lazimnya, jarang sekali memperhatikannya dan lebih menganggapnya sebagai hal biasa.Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa, yakni melalui bahasa manusia menyatakan pikiran, isi hati, permohonan, dan rasa ingin tahunya. Bahasa dapat diartikan sebagai sistem lambang bunyi oral yang arbitrar yang digunakan oleh sekelompok manusia (masyarakat) sebagai alat komunikasi atau berinteraksi (Oka & Suparno, 1994:3). Pendapat ini sejalan dengan Finocchiaro(dalam Oka & Suparno,1994:2)yang menyatakan bahasa sebagai sistem simbol vokal yang arbitrar yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi. Bahasa merupakan hal penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik dalam bercakap-cakap, bertransaksi, dan lain sebagainya.Merujuk pada hal tersebut Koentjono (Ed) (1982:2) berpendapat bahwa bahasa mempunyai fungsi paling mendasar yang penting bagi manusia terutama sebagai alat komunikasi. Bahasa mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai alat kerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Lebih lanjut, Keraf (dalam Sumadiria, 2008:8)merumuskan fungsi bahasa adalah (1) sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, (2) sebagai alat komunikasi, (3) sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan (4) sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, yakni sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi.Keberfungsian bahasa ini tentunya tertanam dalam kehidupan manusia.Hal ini terbukti adanya penggunaan aspek-aspek bahasa dalam
commit1 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
berkomunikasi, meskipun penggunaan aspek tersebut tanpa disadari oleh pengguna bahasa.Aspek yang paling mendasar adalah penggunaan konteks tuturan.Pelaksanaan tuturan, pelaku tutur tidak menggunakan bahasa sekenanya atau asal, melainkan dengan tujuan tertentu. Pemahaman terhadap suatu bahasa tidak hanya pada tataran struktural tetapi juga harus dikaitkan pada aspek-aspek di luar bahasa. Hal ini berkaitan dengan kondisi praktis penggunaan bahasa sering kali melanggar kaidah-kaidah struktural, namun proses komunikasi yang terjadi tidak menemui kendala melainkan justru menghasilkan komunikasi yang lebih efektif dan efisien. Maka tidak jarang pengkajian suatu bahasa yang didasarkan pada struktural bahasa tidak menghasilkan hasil yang maksimal. Beragam kajian terhadap fenomena kebahasaan seperti morfologi, fonologi, semantik, sintaksis,sosiolinguistik, dan pragmatikterdapat pada telaah ilmu linguistik.Berkaitan dengan pemahaman bahasa yang mengakomodasi aspekaspek di luar bahasa akan dikaji secara pragmatik maupun analisis buku. Pragmatik merupakan ilmu yang mengkaji bahasa dari segi struktur eksternal bahasa, yaitu mengamati berbagai aspek pemakaian bahasa dalam situasi yang konkret.Situasi konkret dalam hal ini, yakni mengandalkan sebuah tuturan sebagai tindak tutur dengan konteks bahasa dan konteks ekstra lingualnya. Konteks ekstra lingual membantu peneliti memahami ketaksaan makna suatu bahasa. Fenomena-fenomena kebahasaan, khususnya tuturan seringkali apa yang disampaikan penutur sulit dipahami oleh lawan tutur. Maka konteks dan tujuan yang jelas dalam sebuah tuturan akan mendukung pemahaman isi tuturan. Meski demikian,konteks dan tujuan jelas jika dalam penyampaiannya tidak menggunakan teknik dapat menjadikan sulit pemahaman terhadap suatu bahasa tersebut. Merujuk permasalahan di atas, pemahaman makna dalam sebuah tuturan (dialog) erat kaitannya dengan implikatur. Implikatur merupakan salah satu aspek kajian yang penting dalam studi kebahasaan yang berbau pragmatik.Sebuah komunikasi, di dalamnya dipastikan akan terjadi suatu percakapan. Percakapan yang terjadi antarpetutur seringkali mengandung maksud-maksud tertentu yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan.Pendapat Grice seperti yang dikutip oleh Wijana (1996: 37) menyatakan bahwa preposisi yang diimplikasikan dalam tuturan yang bukan merupakan bagian dari tuturan bersangkutan. Supaya implikatur-implikatur tersebut dapat ditafsirkan maka beberapa prinsip kerja sama harus lebih dini diasumsikan dalam pelaksanaannya. Berkaitan dengan hal tersebut prinsip kerja sama sangat berpengaruh dalam sebuah tuturan sehingga apa yang dimaksudkan dari penutur dapat diterima oleh lawan tutur. Proses komunikasi akan terbentuk karena peserta tutur mematuhi secara ketat prinsip kerja sama. Hal ini sejalan dengan ungkapkan Grice (dalam Wijana & Rohmadi, 2011: 44)bahwa dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama, setiap penutur harus mematuhi empat maksim percakapan, yaitu (a) maksim kuantitas (maxim of quantity), (b) maksim kualitas (maxim of quality), (c) maksim relevansi (maxim of relevance), dan (d) maksim pelaksanaan (maksim of manner). Bahasa sebagai alat komunikasi yang terkait dengan implikatur dan prinsip kerja samasalah satunya adalah penggunaan bahasa dalam dialog atau percakapan padawacana humor politik. Wacana humor politik merupakan wacana hiburan yang berketerkaitan dengan ilmu pragmatik karena pada wacana humor politik terdapat tuturan-tuturan yang mengandung (1) pelanggaran prinsip kerja sama dan (2) implikatur percakapan. Pada wacana humor terdapat percakapan atau dialog antartokoh yang mampu memberikan nuansa humor bagi pembaca.Dialog atau percakapan yang terjadi dalam buku “Humor Politik Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres” karya Edy Sumartono memungkinkan terjadinya suatu maksud tertentu yang berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan. Berikut salah satu wacana yang berjudul Tukang Becak dan Polisi bagian dari topik rakyat. (03)Tukang Becak dan Polisi “Hei, Pak, sudah tahu lampu merah tanda berhenti, mengapa jalan terus, dasar tukang becak bodoh!” bentak seorang polisi lalu lintas kepada tukang becak. Tukang becak itu menjawab dengan enteng, “Kalau saya pintar, saya jadi polisi seperti sampeyan ...tidak jadi tukang becak.Tahu!” (D03/BHPPBRS-ES/7/2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Pelanggaran prinsip kerja samaterjadi dalam dialog tersebut yaitu pelanggaran maksim kuantitas. Hal ini terjadi karena tukang becak tidak memberikan kontribusi yang diharapkan oleh polisi yaitu seharusnya tukang becak mengakui kesalahan dan meminta maaf, namun justru jawaban dari tukang becak tidak tertebak sebelumnya.Pelanggaran prinsip kerja sama dalam dialog atau percakapan yang diciptakan oleh pengarang mampu memberikan efek tawa bagi pembaca. Selain memberikan efek tawa dalam dialog tersebut juga terdapat implikatur percakapan yaitu lebih mudah memperbodoh rakyat daripada memandaikan mereka.Pemerintah seringkali memanfaatkan keadaan rakyat yang kurang pengetahuan untuk kepentingan pribadi, rakyat selalu dibodohi dengan kepandaian mereka.Selebihnya, dalam buku humor politik ini tidak hanya sebagai hiburan namun juga memungkinkan memberikan nilai-nilai pendidikan yang disampaikan oleh pengarang. Contoh kutipan wacana di atas terkandung nilai pendidikan tentang peduli sosial, yaitu sebagai sesama manusia harus saling menghargai satu sama lain, hendaknya tidak merendahkan orang lain karena status sosialnya. Bahasan tersebut, membuktikan bahwa dalam dialog atau percakapan antartokoh dalam buku “Humor Politik Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres” memungkinkan terjadinya pelanggaran prinsip kerja sama, implikatur percakapan, serta terdapat nilai-nilai pendidikan yang perlu dikaji berdasarkan prinsip kebahasaan yang ada. Aspek kebahasaan yang disimpangkan oleh penulis humor mengisyaratkan bahwa teks humor dapat dimanfaatkan sebagai pembanding teksteks serius yang terlebih dahulu diperkenalkan kepada pembelajar bahasa, baik aspek bahasa secara kognitif atau secara praktis pada pembelajar bahasa. Kandungan implikatur percakapan, pelanggaran prinsip kerja sama, dan nilai-nilai pendidikan tersebut membuktikan pentingnya penelitian ini. Telaah yang dilakukan diharapkan mampu menjadi acuan pendidik dalam rangka mencari sumber pembelajaran yang berkualitas.Salah satunya, hasil telaah ini dapat digunakan sebagai referensi materi pembelajaran dalam kurikulum 2013 tentang teks anekdot.Teks anekdot dapat digunakan sebagai sarana pengembangan kompetensi kebahasaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fatimah (2013:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
221-222) bahwa teks humor atau anekdot dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa secara kognitif (kompetensi kebahasaan dan kesastraan) maupun praktis (kompetensi berbahasa maupun bersastra). Humor dapat memberikan wawasan yang arif sambil tampil menghibur serta dapat pula menyampaikan siratan menyindir atau suatu kritikan yang bernuansa tawa.Sebagai pendidik tentu harus dapat memilah dan memilih kandungan nilai dalam teks anekdot sehingga tidak hanya memberi nuansa hiburan namun juga memberikan nilai pendidikan bagi peserta didik.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah makna implikatur percakapan dalam buku “Humor Politik Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres”? 2. Bagaimanakah bentuk pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam buku“Humor Politik Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres”? 3. Apa saja nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam buku “Humor Politik Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres”?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan makna implikatur percakapan yang terdapat dalam buku “Humor Politik Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres”. 2. Mendeskripsikan pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam dalam buku “Humor Politik “Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres”. 3. Menjelaskannilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam buku“Humor Politik Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis. 1. Manfaat Teoretis a. Menambah khasanah penelitian bahasa Indonesia, khususnya tinjauan pragmatik dalam sebuah wacana humor sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan linguistik. b. Menjadi titik tolak untuk memahami dan mendalami ilmu pragmatik pada umumnya, dan khususnya prinsip kerja sama, implikatur percakapan, dan nilai-nilai pendidikandalam buku “Humor Politik Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres”. c. Dapat menambah wawasan pada pemerhati bahasa, khususnya informasi tentang prinsip kerja samadan implikatur percakapan dalam buku “Humor Politik Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres”. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis 1) Memberikan inspirasi bagi pembaca dan calon peneliti untuk melakukan penelitian. 2) Meningkatkan daya apresiasi kajian pragmatik dalam penulisan sebuah buku. 3) Sebagai dorongan untuk lebih meningkatkan penguasaan terhadap bentuk, fungsi, dan makna pelanggaran prinsip kerja sama khususnya dalam buku humor politik “Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres”. 4) Sebagai acuan untuk lebih meningkatkan penguasaan terhadap makna dan fungsi implikatur percakapan khususnya dalam buku humor politik “Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres”. 5) Sebagai bahan pembelajaran dalam memaknai nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam buku “Humor Politik Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
b. Bagi Sumber Pembelajaran 1) Sebagai sumber informasi dan tambahan ilmu pengetahuan bidang linguistik khususnya tentang prinsip kerja sama dan implikatur percakapan dalam kajian pragmatik. 2) Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pemikiran dalam menemukan ide-ide dalam penyampaian informasi sesuai ilmu pengetahuan yang bersangkutan. 3) Diharapkan dapat menjadi referensi wacana humor khususnya “Teks Anekdot” pada pembelajaran di Kurikulum 2013.
commit to user