BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sains merupakan suatu sarana yang sangat penting bagi kemajuan materil suatu bangsa. Hal ini telah lama disadari oleh semua bangsa di dunia ini. Barangkali tidak ada mata pelajaran lainnya yang mendapat perhatian begitu besar dari berbagai pihak baik dari segi filsafat, tujuan, isi, maupun metode penyajiannnya. Hal ini dapat disimpulkan dari banyaknya proyek-proyek pendidikan sains yang didirikan orang diberbagai negeri terutama negeri yang telah maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Australia dan lain-lain sebagainya (Irianti, M. 2006). Fisika sebagai rumpun sains merupakan bagian dari kehidupan manusia sejak manusia mengenal diri dan alam sekitarnya. Manusia dan lingkungan manusia hidup merupakan sumber, objek, serta subjek sains. Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari gejala dan peristiwa atau fenomena alam serta berusaha untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta secara alamiah. (Depdiknas, 2003). Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA), sehingga hakikat yang dimiliki IPA berlaku juga untuk Fisika. Hakikat IPA meliputi empat unsur utama yakni sikap, proses, produk, dan aplikasi (Puskur. 2006), sehingga dalam belajar IPA tidak hanya berorientasi pada hasil akhir. Kecenderungan pendidikan pembelajaran di Indonesia secara umum dalam kurikulum dan model pembelajaran adalah masih dominan pembelajaran konvensional dan kurang variatifnya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru sehingga hanya terjadi komunikasi satu arah (Hayati & Suyanti, R. 2013). Faktanya di sekolah-sekolah, guru hanya menyampaikan fisika sebagai produk, bersifat teoritis, dan masih menggunakan model konvensional yang berkesan monoton dan belum melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Untuk itu guru perlu mengemas proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang tepat yang dapat sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan.
1
2
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh bebarapa faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal (Chasiyah dkk, 2009). Menurut Slameto (2010) faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar meliputi antara lain kesehatan, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, dan kesiapan, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar antara lain keluarga, metode mengajar, kurikulum, dan teman bergaul. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah motivasi. Sardiman, A.M (2014) mengemukakan bahwa motivasi belajar berperan penting sebagai pendorong untuk mencapai prestasi, dimana motivasi yang baik dalam belajar akan menghasilkan hasil yang baik pula. Model pembelajaran konvensional yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa sehingga dapat menurunkan motivasi belajar siswa menjadi rendah. Sikap guru yang memberikan pembelajaran Fisika dengan konvensional seperti ekpositori, mengajak siswa membaca bahan ajar, menghafal, mengakibatkan siswa cenderung bosan, jengkel, dan tidak ada kemauan dalam benak siswa untuk mendalaminya. Dalam suatu proses belajar mengajar guru berperan sebagai motivator dan fasilitator (Hayati & Suyanti, R. 2013). Oleh karena itu sebagai guru harus bisa menerapkan suatu strategi
pembelajaran
(model
dan
media
pembelajaran)
yang
dapat
membangkitkan, meningkatkan, dan menjaga motivasi siswa dalam belajar IPA sehingga diharapkan membuahkan hasil belajar terutama kemampuan kognitif yang lebih baik. Banyak model-model pembelajaran inovatif yang telah dikembangkan oleh beberapa ahli. Salah satunya adalah model pembelajaran ARCS. Model pembelajaran ARCS merupakan akronim dari Attention (perhatian), Relevance (relevansi/keterkaitan), Confidence (percaya diri), dan Satisfaction (kepuasan). Model pembelajaran ARCS dikembangkan oleh Keller yaitu strategi yang mengutamakan adanya pengelolaan motivasional siswa selama mengikuti pembelajaran (Wena, M. 2009). Dalam hal ini model pembelajaran ARCS merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
3
Selain model pembelajaran, dalam pembelajarannya guru juga didukung metode pembelajaran. Dalam model pembelajaran ARCS terdapat beberapa metode mengajar, di antaranya adalah metode eksperimen dan metode demonstrasi. Metode eksperimen diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan. Sedangkan metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Penelitian tentang penerapan ARCS telah dilakukan oleh beberapa orang sebelumnya, antara lain seperti penelitian yang dilakukan oleh Al Hudhori, M (2013) di SMAN 86 Jakarta Selatan pada mata pelajaran Fisika menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran ARCS. Hal senada dengan peneltian yang dilakukan oleh Winaya, I.M.A. dkk (2013) di SD CHIS Denpasar dimana penerapan model ARCS dapat meningkatkan motivasi siswa. Peningkatan motivasi siswa ditunjang dengan peningkatan hasil belajar kognitif siswa. Selain itu Maidiyah, E. & Fonda, C.Z. (2013) dalam makalahnya mengungkapkan bahwa ada pengaruh secara signifikan penerapan model ARCS terhadap motivasi belajar siswa XI IA 1 SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Ocak, M.A. & Akcayır, M. (2013) yang menyatakan bahwa ARCS-based motivational tactics produced statistically significant differences between a control group and a treatment group in terms of overall learner motivation and academic performance. Learners’ perceptions of motivation were analyzed in terms of attention, relevance, confidence, and satisfaction. The response scale ranged from 1 to 5, and the minimum and maximum scores on the instrument were 36 and 180. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andayani A.S. (2011), dengan judul “Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Bunyi” diketahui bahwa perbedaan rata-rata hasil belajar siswa (posttest) antara kelas yang diajar dengan pendekatan CTL melalui metode
4
eksperimen lebih tinggi daripada kelas yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi. Hal tersebut juga dikatakan oleh Kholifuddin M.Y. (2012) dalam penelitiannya dengan judul “Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa”, bahwa ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran eksperimen dan demonstrasi terhadap peningkatan prestasi belajar siswa materi fluida statis. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Eksperimentasi Model Pembelajaran ARCS pada Materi Hukum Newton dan Penerapannya ditinjau dari Motivasi Belajar”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu: 1.
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah model
pembelajaran.
Guru
masih
cenderung
menggunakan
model
konvensional dalam pembelajaran dan proses pembelajaran terjadi hanya satu arah, belum melibatkan siswa secara aktif. 2.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah motivasi belajar siswa. Model pembelajaran konvensional yang monoton menyebabkan siswa bosan dan motivasi belajar siswa rendah.
3.
Pada umumnya tingkat pemahaman peserta didik pada pokok-pokok materi dalam pembelajaran IPA masih rendah.
C. Pembatasan Masalah Dari masalah-masalah yang diidentifikasikan di atas, hal yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada : 1.
Pembelajaran fisika dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran ARCS melaluli metode eksperimen dan demontrasi.
2.
Aspek yang akan diukur adalah kemampuan kognitif dan motivasi belajar siswa kelas X SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2015/2016.
5
3.
Materi fisika yang akan diajarkan adalah Hukum Newton dan Penerapannya untuk siswa SMA kelas X yang mengacu pada Kurikulum 2006.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1.
Apakah ada perbedaan pengaruh penggunaan model ARCS melalui metode eksperimen dan demontrasi terhadap kemampuan kognitif siswa?
2.
Apakah ada perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa?
3.
Apakah ada interaksi pengaruh antara penggunaan model ARCS melalui metode eksperimen dan demonstrasi dengan motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mengetahui adanya perbedaan pengaruh penggunaan model ARCS melalui metode eksperimen dan demontrasi terhadap kemampuan kognitif siswa.
2.
Mengetahui adanya perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.
3.
Mengetahui
adanya
interaksi
pengaruh
antara
penggunaan
model
pembelajaran ARCS melalui metode eksperimen dan demonstrasi dengan motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah terhadap kognitif siswa.
6
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan ada dan dapat diambil dalam penelitian ini adalah: 1.
Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan khususnya Fisika dalam mendeskripsikan pengaruh penggunaan model pembelajaran ARCS dengan metode pembelajaran eksperimen dan demonstrasi pada materi Hukum Newton dan Penerapannya terhadap motivasi belajar siswa ditinjau dari motivasi belajar siswa.
2.
Secara Praktis a.
Bagi guru, dapat dijadikan sebagai masukan dalam memanfaatkan suatu model pembelajaran dan metode pembelajaran dengan memperhatikan motivasi belajar siswa.
b.
Bagi siswa, memberikan kemudahan dalam belajar serta memberikan motivasi untuk belajar
secara aktif dan mandiri,
serta dapat
mengembangkan motivasi agar selalu bersemangat dalam belajar. c.
Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam pembuatan media pembelajaran yang lebih efektif, baik dengan tema yang sama atau berbeda.