BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Waktu tunggu menjadi masalah di banyak instansi, tidak terkecuali di pelayanan kesehatan. Overcrowding atau kesibukan di IGD merupakan pemicu lamanya waktu tunggu di IGD. Hal ini telah menjadi masalah global di IGD yang juga menjadi masalah kesehatan masyarakat. Waktu tunggu yang lama menyebabkan antrian dan menghambat alur/proses pelayanan pasien. Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu pelayanan terdepan di rumah sakit yang sering mengalami masalah antrian. Massachusetts General Hospital Boston telah mengalami masalah antrian di IGD juga selama 15 tahun. Kondisi tersebut membawa dampak negatif pada seluruh proses perawatan pasien (White et al., 2013). Menurut Rundolph (2010), antrian pasien yang tidak normal menyebabkan proses kerja menjadi sangat sibuk, memunculkan permasalahan, serta membuat dokter, perawat, pemberi pelayanan kesehatan lainnya serta bagian administrasi mengeluhkan kondisi ini. Antrian yang tidak efisien akan berdampak pada proses pelayanan RS secara luas, kualitas dan keselamatan layanan serta pendapatan RS. Dengan demikian, pemimpin harus menyadari dan melakukan mitigasi untuk meningkatkan efisiensi antrian di rumah sakit. Masalah antrian di IGD diperparah dengan adanya pasien tunggu (pasien transisi). Pasien tunggu di IGD merupakan kontributor signifikan terhadap antrian di IGD. Pasien yang menginap (pasien transisi) di IGD meningkatkan beban layanan di IGD. Adanya pasien transisi di IGD menyebabkan lama rawat pasien di IGD meningkat 57 menit. Selain itu, adanya pasien transisi berhubungan dengan terbatasnya daya tampung (White et al., 2013). Penelitian Litvak, et.al (2002) menyebutkan fakta lain terkait beban adanya pasien transisi di IGD, yaitu sepertiga tempat tidur (TT) di IGD digunakan oleh pasien transisi. Keterlambatan transfer pasien dari IGD ke rawat inap memberikan pengalaman yang tidak memuaskan bagi
2
pasien. Keterlambatan transfer pasien menyebabkan pasien harus menunggu di ruang transisi
hingga
TT
tersedia.
Isu
keselamatan,
kualitas
pelayanan,
tidak
memperhatikan standar pelayanan, keterlambatan perawatan, terganggunya privasi pasien dan kesalahan medis dapat terjadi pada pasien transisi karena kondisi unit yang sibuk dan beban tenaga kesehatan yang meningkat. Pasien transisi yang menunggu di IGD karena rawat inap penuh juga menyebabkan IGD tidak dapat menerima kedatangan ambulans/pasien baru (Rundolph, 2010). Kondisi tersebut juga terjadi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang merupakan salah satu rumah sakit rujukan tersier. Pasien yang dirujuk ke rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari rumah sakit lain seringkali harus menunggu terlebih dahulu di ruang transisi (saat ini disebut Bangsal Tulip) di IGD untuk menunggu ketersediaan tempat tidur (TT) di bangsal rawat inap. Standar waktu tunggu pasien di IGD sejak datang hingga ditransfer/diantar ke bangsal rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah < 3 jam. Hasil observasi pada pasien di bangsal kelas 3 penyakit dalam, waktu tunggu pasien untuk ditransfer dari IGD ke bangsal rawat inap sangat lama. Sebanyak 57.14% (8 pasien) menunggu selama > 3 jam untuk masuk ke rawat inap kelas 3. Masalah waktu tunggu di rumah sakit dapat diatasi dengan mengadopsi Lean. Lean merupakan suatu cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan untuk pasien melalui mengurangi errors dan waktu tunggu. Penerapan Lean management populer setelah sukses diterapkan di perusahaan Toyota yang kemudian menjadi dorongan untuk diimplementasikan di pelayanan kesehatan. Ohno sebagai penggagas Lean management bersama Shigeo Shingo mendefinisikan Lean sebagai pendekatan waktu dengan mengurangi keterlambatan (delays) untuk memberikan kualitas yang lebih baik dan biaya rendah sebagai hasil akhir adanya perbaikan dalam pengaturan aliran (flow). Penerapan lean management di Thedacare Wiconsin mampu mengurangi waktu tunggu pelayanan bedah ortopedi dari 14 minggu menjadi 31 jam (Graban, 2012).
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan magang fase pertama ada temuan menarik terkait waktu tunggu pasien kelas 3 penyakit dalam di RSUD Dr. Moewardi. Sebanyak 57.14% (8 pasien) menunggu selama > 3 jam untuk masuk ke rawat inap kelas 3. Standar waktu tunggu pasien di IGD sejak datang hingga ditransfer ke bangsal rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah < 3 jam. Rumusan masalah penelitian ini adalah apa penyebab lamanya waktu tunggu transfer pasien penyakit dalam dari IGD RSUD Dr. Moewardi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum: Menyusun solusi untuk mengatasi masalah lamanya waktu tunggu pasien penyakit dalam dari IGD ke rawat inap di RSUD Dr. Moewardi.
Tujuan Khusus: 1. Menggambarkan waktu tunggu transfer pasien penyakit dalam mulai dari IGD hingga masuk rawat inap RSUD Dr. Moewardi dengan menggunakan metode value stream mapping; 2. Mengidentifikasi waste pada proses pelayanan pasien penyakit dalam di IGD ke rawat inap RSUD Dr. Moewardi dengan menggunakan metode value stream mapping; 3. Mengidentifikasi tahapan yang mengalami bottleneck pada proses pelayanan pasien penyakit dalam mulai dari IGD transfer hingga rawat inap RSUD Dr. Moewardi; 4. Memilih prioritas masalah yang menyebabkan waktu tunggu pada pasien penyakit dalam mulai dari IGD hingga masuk rawat inap RSUD Dr. Moewardi.
4
D. Manfaat Penelitian Hasil akhir yang diperoleh dari penelitian ini bermanfaat untuk: 1. RSUD Dr. Moewardi a. Memberi masukan kepada RSUD Dr. Moewardi untuk mengambil keputusan terkait strategi yang akan diintervensi untuk mengurangi waktu tunggu, baik pelayanan IGD maupun proses transfer pasien dari IGD ke rawat inap; b. Menjadi pemicu untuk perbaikan proses di IGD untuk kasus selain penyakit dalam; c. Meminimalisasi waste untuk mempercepat aliran pasien pada pelayanan IGD maupun transfer pasien ke rawat inap. d. Memberikan gambaran terkait kapasitas sebagai dasar untuk perencanaan sumber daya selanjutnya.
2. Pemberi Pelayanan Kesehatan di RSUD Dr. Moewardi a. Menjadi dasar perbaikan bagi pemberi pelayanan dengan meminimalisasi waste; b. Mengurangi beban kerja pemberi pelayanan akibat antrian pasien;
3. Pasien a. Meningkatkan kepuasan pasien terhadap layanan di RSUD Dr. Moewardi; b. Mempercepat pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan lengkap.
4. Pelayanan Kesehatan Lain Pelayanan kesehatan lain dapat menggunakan hasil ini untuk menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan waktu tunggu;
5
E. Keaslian Penelitian Tabel 1 Keaslian Penelitian
Penulis (Tahun)
Tujuan
Lokasi
Rancangan Penelitian
Sampel
Hasil Utama
al.
Mengevaluasi implementasi lean di IGD terhadap peningkatan nilai pada pemberi pelayanan
Rumah sakit pendidikan di pinggiran negara Midwest
Desain studi penelitian adalah intervensi dengan edukasi pada staf dan manajer IGD, pemetaan dengan VSM dan desain ulang proses
1. Adanya peningkatan kunjungan pasien setelah implementasi lean, namun tidak terjadi peningkatan LOS IGD. 2. Adanya peningkatan kepuasan pasien IGD setelah implementasi lean
(Willoughby et al., 2010)
Menggambarkan secara rinci waktu tunggu dan waktu pelayanan pada proses pelayanan pasien di IGD yang bervariasi dan menerapkan PDCA untuk meningkatkan aliran pasien
Instalasi Gawat Darurat di 5 rumah sakit Saskatchewan, Kanada
Desain studi penelitian ini adalah observasi.
Manajer IGD, 2 dokter, 1 asisten dokter IGD, 2 perawat, 2 staf dari departemen lain, 2 radiografer, 5 teknisi, 1 laborat dan 5 peserta dari luar RS Sampel penelitian sebanyak 1728 pasien dari lima Instalasi Gawat Darurat, RS di Kota Saskatchewan, Kanada
(Dickson 2009)
et
1. Rata-rata waktu tunggu pasien sekitar 5 jam di IGD. 2. Hampir setengah dari pasien IGD menyebutkan harus menunggu untuk pelayanan berikutnya. 3. Menunggu TT rawat inap tersedia, konsultasi spesialis atau klinisi yang melakukan penilaian ulang adalah tahapan yang relatif harus menunggu lama. 4. Menggunakan visual reminder dan menyusun standar kerja, tim quality improvement dapat menurunkan waktu tunggu tahap penilaian ulang klinisi.
6
Tabel 1 Keaslian Penelitian (Lanjutan)
Penulis (Tahun) (Ng et al., 2010)
(Montgomery al., 2014)
et
Tujuan
Lokasi
Rancangan Penelitian
Mengurangi waktu tunggu, dan penurunan kepuasan pasien tanpa adanya penambahan sumber daya maupun pengeluaran keuangan
IGD di Hotel Diieu Grace Hospital di Windsor, Ontario
Mengeksplorasi perbedaan lama waktu tunggu pasien IGD ke ICU berdasarkan karakteristik pasien dan organisasi di RS Kanada Utara
Instalasi Gawat Darurat di RS Kanada Utara
Desain penelitian adalah intervensi dengan penerapan teknik lean seperti VSM, teknik pelayanan dengan Just in Time, organisasi tempat kerja, reduksi pemborosan (waste) dalam sistem dan memberdayakan staf untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Desain studi penelitian adalah deskriptif eksploratori melihat secara retrospektif 3 sumber data selama 6 bulan.
Sampel Seluruh IGD
Hasil Utama staf
1. Meningkatkan aliran tanpa adanya penambahan sumberdaya di IGD maupun di rawat inap (tempat tidur). 2. Penurunan waktu tunggu untuk mendapat pelayanan dokter (response time) menjadi 78 menit dari 111 menit. 3. Penurunan jumlah pasien yang pulang tanpa bertemu dokter dari 7.1% menjadi 4.3% 4. Penurunan LOS IGD terutama pada pasien dengan kegawatan yang tidak serius 5. Peningkatan kepuasan pasien
Pasien rujukan ke ICU melalui IGD sebanyak 122 pasien dengan penyakit kritis
1. Median waktu menunggu pasien rujukan untuk ditransfer ke ICU 34 menit. Sebanyak 25% menunggu antara 0-14 menit dan 25% lainnya menunggu menunggu 124-230 menit. Terdapat 17 nilai ekstrem, yaitu pasien yang menunggu > 230 menit. 2. Pasien akan menunggu/menginap lebih lama di IGD jika skor CTAS rendah, tidak menggunakan alat bantu pernapasan, prosedur diagnostik yang harus dilakukan tidak lebih dari satu.
7
Penelitian sebelumnya yang memiliki banyak persamaan dengan penelitian ini adalah penelitian Montgomery et al., (2014), yaitu meneliti waktu tunggu proses transfer pasien dari IGD ke rawat inap. Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya dari aspek subjek penelitian, unit kerja yang diteliti, desain penelitian dan pendekatan lean yang digunakan. Penelitian Montgomery et al., (2014), sebelumnya juga meneliti waktu tunggu pada pasien rujukan yang akan di transfer ke rawat inap, namun unit kerja yang diteliti berbeda dengan penelitian ini, yaitu IGD-ICU sedangkan pada penelitian ini meneliti waktu tunggu dari IGD hingga rawat inap. Penelitian Willoughby et al., (2010) berbeda dengan penelitian ini berbeda dari subjek penelitian dan waktu tunggu yang diukur. Penelitian tersebut dilakukan dengan mengambil sampel pada pasien IGD, baik yang pulang maupun harus dirawat di bangsal rawat inap. Penelitian (Dickson et al. 2009) dan (Ng et al., 2010) memiliki persamaan dengan penelitian ini terkait metode lean yang digunakan, yaitu Value Stream Mapping, dan tujuan penelitian untuk mengurangi waktu tunggu di IGD. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini karena tidak disertai dengan identifikasi waste, tidak melihat aliran pasien transisi hingga ke rawat inap, tidak menghitung kapaitas dan tahapan yang mengalami bottleneck serta penelitian tersebut melakukan intervensi lean.