BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses pematangan kualitas hidup seseorang. Tanpa pendidikan, seseorang diyakini tidak mampu menjadikan dirinya mempunyai kemampuan serta kepribadian yang berkualitas, sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut: Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar siswa mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat, bangsa dan negara. Pernyataan tersebut menekankan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan untuk membimbing siswa agar dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk keperluan di masa akan datang baik untuk dirinya sendiri maupun masyarakat. Pendidikan di Indonesia saat ini berada dalam lingkaran pesaing global. Artinya, Indonesia mulai untuk diperhitungkan sebagai negara yang mampu bersaing dalam hal pendidikan (Suryadi, 2014: 19). Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi Indonesia paling cepat di Asia tenggara dan urutan ketiga di Asia. Dengan kondisi semacam ini, pemerintah harus mampu menyelenggarakan pelayanan pendidikan yang unggul agar dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu. Aktivitas utama yang memengaruhi terselenggaranya pendidikan adalah proses pembelajaran yang terjadi pada siswa. Siswa yang mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik akan mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Belajar menurut Slameto (2010: 2) merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan 1
2 lingkungannya. Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan salah satu wujud dari implementasi pendidikan. Agar kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat berjalan dengan baik, perlu diperhatikan berbagai aspek yang memengaruhi kegiatan belajar siswa. Salah satu aspek yang memengaruhi kegiatan belajar siswa adalah tercapainya pemahaman konsep dalam belajar. Pemahaman konsep sangat penting bagi siswa karena dengan pemahaman konsep yang maksimal, siswa dapat memecahkan masalah sesuai dengan aturan-aturan yang relevan. Siswa dikatakan telah memahami suatu konsep jika siswa dapat menjelaskan suatu informasi dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini siswa diharapkan tidak hanya sebatas mengingat sesuatu bahan pelajaran tetapi juga mampu menjelaskan kembali informasi yang diperoleh dengan menggunakan kata-katanya sendiri meskipun penjelasan tersebut susunan kata tidak sama dengan apa yang diberikan kepada siswa akan tetapi kandungan maknanya tetap sama. Pemahaman konsep dapat dicapai dengan menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang menyenangkan akan menciptakan keaktifan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Keaktifan yang timbul ini akan membuat siswa mempunyai semangat lebih untuk mengikuti proses pembelajaran dan materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Pembelajaran yang baik akan menyebabkan siswa dapat belajar secara baik pula. Pembelajaran yang baik bukan sekadar menyampaikan teori-teori, konsepkonsep kepada siswa, melainkan lebih dari itu. Pembelajaran menurut Hamalik (2011: 9) merupakan suatu proses yang kompleks, dimana di dalamnya terjadi interaksi antara mengajar dan belajar. Berbagai aspek yang terdapat di dalam proses pembelajaran dapat meliputi: guru, siswa, tujuan, metode, penilaian, dan sebagainya. Pembelajaran yang baik dapat tercapai apabila guru mampu menciptakan proses pembelajaran dengan perencanaan yang baik meliputi aspekaspek yang telah disebutkan di atas. Guru menyusun perencanaan untuk proses pembelajaran yang baik, kemudian guru akan melaksanakan kegiatan pembelajaran terhadap siswa. Siswa yang menerima pembelajaran akan berproses dalam rangka memperoleh pengalaman belajar.
3 Siswa sebagai pelaku langsung dalam pembelajaran, dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Siswa yang aktif akan mudah dalam memahami materi pelajaran. Keaktifan siswa yang dimaksud yaitu meliputi keaktifan fisik maupun psikis. Djamarah (2002: 44) berpendapat, “Bila hanya fisik siswa yang aktif tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai”. Jadi, dalam kegiatan pembelajaran kedua aktivitas tersebut harus selalu terlibat secara langsung. Oleh karena itu, perlu diciptakan suasana pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk aktif baik secara fisik maupun psikis. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Karanganyar adalah SMK Negeri di Kabupaten Karanganyar yang memiliki enam jurusan, dan untuk jurusan akuntansi memiliki tiga kelas di setiap angkatannya. Pelaksanaan pembelajaran akuntansi di SMK Negeri 1 Karanganyar menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Implementasi dari kurikulum 2013 ini harus melibatkan semua pihak yang terkait dengan pendidikan, termasuk guru dan siswa. Pelaksanaan kurikulum 2013 ini menuntut siswa untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam pemecahan masalah yang dihadapi, sedangkan guru di sini berperan sebagai fasilitator bagi siswa (Kurniasih & Sani, 2014). Pelaksanaan mata pelajaran akuntansi keuangan di SMK Negeri 1 Karanganyar menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan (Hosnan, 2014). Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, pendekatan saintifik yang digunakan dalam pembelajaran belum maksimal. Pelaksanaan pembelajaran ini tanpa penjelasan dari guru terkait dengan materi yang dipelajari. Meskipun pada dasarnya, pembelajaran dalam kurikulum 2013 ini berpusat pada siswa, namun peran serta guru tidak semestinya hilang. Dalam beberapa mata pelajaran, guru tetap harus menjelaskan konsep secara umum tentang materi pelajaran yang akan disampaikan, selebihnya siswa diharapkan
4 untuk aktif menggali lebih dalam konsep umum yang telah dijelaskan oleh guru. Guru sebagai fasilitator harus dapat merancang proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa, namun tidak melupakan peran pentingnya dalam pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pendekatan saintifik yang terjadi di lapangan menyebabkan tingkat keaktifan dan pemahaman konsep siswa rendah. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, terdapat beberapa masalah yang terjadi selama proses pembelajaran akuntansi keuangan di kelas XI. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah. Rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran tampak pada kurangnya tingkat bertanya siswa dalam pemecahan masalah pembelajaran. Siswa kurang terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran hanya 14,28% siswa yang aktif dalam mengikuti pelajaran, baik dalam hal bertanya maupun dalam diskusi. Berdasarkan wawancara dengan responden diketahui pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang bervariasi, sehingga kurang mampu menarik minat siswa untuk terlibat secara langsung selama proses pembelajaran. Hal ini didukung oleh pendapat Aunurrahman (2012: 119) bahwa keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan peserta didik secara optimal baik intelektualnya, emosional maupun fisik jika diperlukan. Siswa yang mampu mengikuti pembelajaran secara aktif akan mampu membentuk suatu konsep tentang suatu materi. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru jarang menjelaskan konsep materi kepada siswa. Rendahnya rasa ketertarikan siswa terhadap pelajaran mengakibatkan tingkat keaktifan siswa rendah dan siswa jenuh untuk mengikuti pembelajaran. Rasa jenuh terhadap pelajaran akan mengakibatkan siswa kurang mampu untuk memahami materi. Siswa yang kurang mampu memahami materi akan sulit untuk dapat untuk menghubungkan konsep-konsep dalam materi, menganalisis, dan mengaplikasikan konsep tersebut ke dalam contoh nyata, sehingga pemahaman konsep di sini tidak akan terbentuk. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa selama pembelajaran siswa yang ditunjuk oleh guru untuk menjelaskan materi kepada teman-temannya tidak mampu menjelaskan konsep-konsep materi, namun hanya sekadar membaca ulang materi yang ada di buku pelajaran. Siswa tidak mampu menelaah materi dan mengkomunikasikannya
5 dengan bahasanya sendiri, sehingga pemahaman konsep tidak terbentuk. Pemahaman konsep yang rendah akan mengakibatkan tingkat pemahaman siswa mengerjakan tes juga rendah. Siswa yang tidak mampu memahami konsep akan kesulitan dalam mengerjakan soal. Hal ini diperkuat dengan diperolehnya data hasil tes siswa terdapat 16 siswa yang nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) atau sekitar 46% dari jumlah total 35 siswa. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas adalah tanggungjawab guru. Seorang guru harus mampu mengelola kelas agar tercipta suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga dapat memicu keaktifan siswa dan siswa dapat menyerap dengan baik materi yang diberikan. Pengelolaan kelas mulai dari merencanakan, melaksanakan, hingga refleksi hasil belajar mengajar, semua harus benar-benar dikelola dengan baik oleh guru. Pengelolaan kelas yang baik dapat menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Aspek psikologis siswa perlu diperhatikan oleh guru, agar pemahaman yang diberikan kepada siswa maksimal. Siswa akan dapat mengikuti pelajaran dengan baik apabila siswa senang mengikuti pelajaran tersebut. Untuk itu guru harus mendesain kelas agar tercipta suasana yang menyenangkan bagi siswa, sehingga materi yang diberikan dapat secara maksimal diserap oleh siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat diperlukan agar dapat menciptakan suasana pembelajaran siswa yang aktif dan menyenangkan, sehingga siswa merasa tertarik mengikuti pembelajaran. Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran akan mendorong siswa untuk aktif selama pembelajaran, sehingga siswa dapat menyerap materi yang diberikan serta menyenangkan dalam mengikuti pelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pelajaran adalah model pembelajaran kuantum. Model pembelajaran kuantum merupakan pembelajaran yang berlangsung secara meriah dengan segala suasananya (DePorter, 2007 : 8). Pembelajaran ini berpusat pada siswa, dengan metode pembelajaran yang menyenangkan. Pemakaian berbagai alat bantu seperti penataan bangku yang berbeda-beda, dan musik mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik minat siswa untuk terus mengikuti pembelajaran. Model pembelajaran ini mampu untuk memacu
6 ketertarikan siswa sehingga dapat menimbulkan keaktifan belajar siswa. Hal ini terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh Salasih (2013) bahwa model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan keaktifan siswa hingga mencapai 82,2%. Model pembelajaran kuantum merupakan salah satu pembaharuan dalam pembelajaran, yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi siswa. Model ini dipilih karena keunggulannya dengan sintaks TANDUR (DePorter dalam Suyadi 2013: 101). Konsep TANDUR ini, adalah : (1) Tumbuhkan yaitu menumbuhkan minat dan manfaat pembelajaran bagi siswa; (2) Alami yaitu siswa mengalami pembelajaran yang menimbulkan pengalaman bagi siswa; (3) Namai yaitu siswa menamai materi yang dipelajari dengan kata kunci yang menarik; (4) Demonstrasikan yaitu memberikan kesempatan kepada siswa menunjukkan bahwa mereka tahu mengenai materi yang telah dipelajari; (5) Ulangi yaitu mengulangi dan menegaskan pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa; dan (6) Rayakan yaitu memberi penghargaan kepada siswa atas partisipasi dalam pembelajaran. Model pembelajaran kuantum dipilih karena mampu untuk meningkatkan pemahaman konsep bagi siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran kuantum lebih menarik dan menyenangkan dengan konsep TANDUR yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anis, Riyadi, dan Amir (2013) yang menyebutkan bahwa hasil penelitian menunjukkan siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran kuantum rata-rata nilainya sebesar 75 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran langsung yaitu 67. Model
pembelajaran
kuantum
ini
dapat
dikembangkan
dengan
menggunakan media pembelajaran. Pada penelitian ini, desain pembelajaran kuantum menggunakan media bantu yaitu pohon pintar. Media pembelajaran berupa pohon pintar adalah media pembelajaran yang menggunakan media pohon mainan yang berisi soal permainan mengenai materi yang disajikan. Media pohon pintar ini dipilih karena dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dalam penerapannya siswa akan dibagi dalam beberapa kelompok kecil, kemudian
7 salah satu siswa maju untuk mengambil secara acak kartu soal yang telah digantungkan dalam pohon pintar. Soal dalam kartu harus didiskusikan bersama kelompoknya dan di presentasikan di depan kelas untuk mendapatkan nilai. Penggunaan model pembelajaran kuantum berbantu media pohon pintar akan menjadikan siswa lebih berpartisipasi dalam pembelajaran, mampu menjelaskan permasalahan dalam pembelajaran melalui diskusi dan kerja kelompok, dan mampu meningkatkan ketertarikan siswa dalam mengikuti pelajaran karena model ini didesain untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Angelina (2010) yang menunjukkan bahwa penggunaan media pohon pintar mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam semua aspek sebesar 24% dalam siklus kedua. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, judul yang diambil dalam penelitian ini adalah: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Berbantu Media Pohon Pintar terhadap Keaktifan dan Pemahaman Konsep Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan (Studi Eksperimen di SMK Negeri 1 Karanganyar).
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, dapat diidentifikasi berbagai macam permasalahan yang dapat dikemukakan, diantaranya: 1. Apakah model pembelajaran yang diberikan guru masih bersifat terbatas untuk menggali pengetahuan siswa? 2. Apakah siswa seringkali merasa jenuh dengan metode mengajar guru yang dirasa kurang inovatif? 3. Apakah siswa kurang aktif selama mengikuti pelajaran akuntansi keuangan? 4. Apakah pemahaman konsep akuntansi keuangan siswa kelas XI cenderung masih rendah? 5. Apakah siswa kurang dapat memahami materi sendiri tanpa bimbingan dan pengarahan dari guru?
8 C. Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan yang dimiliki, maka dalam penelitian ini permasalahan pokok yang akan diteliti dibatasi, agar penelitian yang dilakukan terarah dengan jelas dan pasti. Pembatasan masalah penelitian ini meliputi: 1. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016. 2. Model pembelajaran dibatasi dengan penerapan model pembelajaran kuantum berbantu media pohon pintar dan pendekatan saintifik. 3. Keaktifan dan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran Akuntansi Keuangan.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti dapat mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran kuantum berbantu media pohon pintar dengan pendekatan saintifik terhadap keaktifan siswa? 2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran kuantum berbantu media pohon pintar dengan pendekatan saintifik terhadap pemahaman konsep siswa?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran kuantum berbantu media pohon pintar dengan pendekatan saintifik terhadap keaktifan siswa. 2. Untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran kuantum berbantu media pohon pintar dengan pendekatan saintifik terhadap pemahaman materi siswa.
9 F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan yang bersifat teoretis maupun praktis, sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS), khususnya dalam bidang pendidikan, berupa model pembelajaran yang bervariatif. b. Memberikan wawasan ilmu tentang model pembelajaran kuantum.
2. Manfaat Praktis a.
Bagi Siswa Dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran Akuntansi Keuangan.
b.
Bagi Guru Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran dan media pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran Akuntansi Keuangan.
c.
Bagi Sekolah Dapat memberikan informasi tentang model-model pembelajaran yang inovatif, dan dapat dijadikan acuan dalam menerapkan model-model pembelajaran.