1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pangan adalah salah satu kebutuhan yang penting dalam kehidupan manusia selain sandang dan papan. Tanpa pangan manusia tidak dapat bertahan hidup. Kebutuhan akan produk pangan di suatu negara dapat dipenuhi oleh produk dalam negeri maupun oleh produk impor (Nurhayati, 2009). Di era globalisasi, dan khususnya dengan diberlakukannya AFTA (ASEAN Free Trade Area) tahun 2015, aktivitas perdagangan internasional serta peredaran produk luar negeri di pasaran Indonesia sudah tak terelakkan lagi. Pontianak sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalaminya. Ini didukung dengan posisi Kota Pontianak yang berdekatan dengan daerah-daerah yang menjadi pusat pertumbuhan regional seperti Batam dan Jakarta, serta berdekatan dengan negara-negara ASEAN seperti Malaysia (Kuching dan Serawak), Brunei Darussalam dan Singapura. Hal ini akan semakin memperkuat maraknya peredaran produk, salah satunya adalah produk pangan, baik pangan lokal maupun pangan impor, di wilayah tersebut. Pangan merupakan kontribusi kritis terhadap kondisi fisik yang baik dan menjadi sumber utama dari kondisi nyaman, cemas dan stres (Aung & Chang, 2014). Dalam membuat keputusan untuk mengonsumsi pangan, kategori aman merupakan poin penting yang tidak dapat dinegosiasikan (Verbeke et al., 2007; Jevšnik et al., 2008). Semakin banyaknya produk yang beredar, membuat masyarakat harus semakin cerdas dan jeli sebelum mengambil keputusan untuk mengonsumsi. Namun, tahun-tahun terakhir ini, terlihat kurangnya kepedulian masyarakat terhadap keamanan makanan yang mereka konsumsi.
Tren gaya
hidup, lingkungan sosial, emotional value, dan asumsi bahwa produk luar negeri memiliki kualitas yang lebih baik membuat masyarakat termotivasi untuk lebih memilih produk impor dibandingkan dengan produk lokal (Kashi, 2013). Selain itu, hasil penelitian di Eropa, Amerika Serikat, dan New Zealand menemukan 1
2
bahwa konsistensi ketertarikan konsumen terhadap label dan penggunaan informasi pada label sebelum membeli yang sebenarnya jauh lebih rendah dari yang dilaporkan (Vijaykumar et al., 2013). Berdasarkan siaran pers yang dikeluarkan oleh Badan POM RI tahun 2013, ditemukan produk susu formula dan formula lanjutan dari Malaysia yang diduga tercemar bakteri Clostridium botulinum. Pada tahun 2014, produk pangan kemasan dari Australia yang beredar di Indonesia dicurigai mengandung babi, tetapi tidak tercantum di labelnya. Di awal tahun 2015 Indonesia kembali dikejutkan dengan beredarnya produk buah yang tercemar bakteri patogen Listeria monocytogenes (Badan POM RI, 2015). Hasil sampling petugas pasar tahap I (Juli-September 2013) pada 3 pasar tradisional di Kota Pontianak dalam rangka program
pasar aman dari bahan berbahaya tahun 2013 menunjukkan
bahwa 84,31% sampel dari mengandung
17% sampel tidak memenuhi
syarat,
karena
formalin. Dilanjutkan dengan sampling tahap II (Oktober-
November 2013) yang menunjukkan 81,39% dari 28,67% sampel tidak memenuhi syarat, karena mengandung formalin (BBPOM Pontianak, 2013). Pada tahun 2014, hasil pengawasan terhadap takjil Ramadhan Kota Pontianak menunjukkan 24% (tahap I) dan 65% (tahap II) makanan takjil ramadhan berbahan dasar tahu positif mengandung formalin (BBPOM Pontianak, 2014). Bukan hanya produk lokal yang terancam keamanannya. Pada tahun 20092013, di Kota Pontianak juga masih ditemukan produk pangan impor ilegal yang dicurigai mengandung bahan berbahaya, seperti sosis dari Malaysia dan daging kerbau olahan dari India, serta produk pangan yang dicurigai bermelamin. Selama tahun 2013-2015, kasus kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 terjadi 3 kasus keracunan, tahun 2014 meningkat menjadi 5 kasus, dan tahun 2015 terjadi 9 kasus. Pada tahun 2016 sampai dengan bulan Maret, telah terjadi 2 kasus keracunan yang salah satunya disebabkan karena konsumsi pangan olahan kemasan (coklat) yang sudah kadaluarsa. Balai Besar POM (BBPOM) di Pontianak sebagai unit pelaksana teknis Badan POM RI mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan kebijakan Badan POM RI di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika
3
dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya di wilayah Kalimantan Barat. Dalam pelaksanaan kegiatannya, BBPOM Pontianak mengacu pada visi dan misi Badan POM RI. Salah satu visinya adalah memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan (BBPOM Pontianak, 2014). Adapun program yang dilakukan untuk pencapaian visi tersebut salah satunya adalah dengan melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) melalui penyebaran informasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang obat dan makanan. Penyebaran informasi dilakukan melalui berbagai media seperti penyuluhan langsung, media cetak, radio, dan televisi, sebagaimana tabel berikut ini : Tabel 1. Penyebaran informasi BBPOM Pontianak tahun 2013-2015 No
Media Penyebaran Informasi Tahun 2013
Frekuensi Tahun 2014
Tahun 2015
Tema
1
Penyuluhan langsung
14 kali
14 kali
18 kali
2
Media cetak
7 kali
7 kali
19 kali
3
Radio Dialog interaktif Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Televisi Dialog interaktif Iklan Layanan Masyarakat (ILM)
8 kali 7 kali
6 kali -
9 kali -
4 kali 8 kali
4 kali 4 kali
5 kali 2 kali
4
Pangan, obat, obat tradisional, kosmetik
Berdasarkan data dari FAO Focus yang dilansir oleh WHO, perempuan memproduksi 60% - 80% pangan di sebagian besar negara-negara berkembang dan bertanggung jawab pada sebagian produksi pangan dunia (FAO, 2009). Perempuan sebagai ibu rumah tangga memiliki peran yang paling besar dalam pemilihan makanan dan perilaku anak-anaknya dalam memilih makanan (Johnson et al. 2011). Peran perempuan dalam mengurus rumah tangga adalah termasuk pada
penyiapan
makanan
dan
menjaga
kesehatan
keluarga.
Perannya
menyediakan makanan untuk keluarga lebih dari sekedar pemenuhan nutrisi,
4
tetapi juga penyediaan makanan yang dapat memuaskan untuk keluarga (Drummond & Drummond, 2015). Guna melakukan studi pendahuluan, 20 kuesioner disebarkan pada bulan September 2015 di lingkungan perumahan sekitar tempat tinggal peneliti. Hasilnya, dari 20 kuisioner yang terisi, 75% (15 kuisioner) yang berperan dalam keputusan untuk membeli kebutuhan pangan keluarga adalah ibu rumah tangga. Adapun jenis pangan olahan yang rutin dibeli dan dikonsumsi di antaranya adalah minyak goreng, susu kental manis, teh, mie instan, makanan kaleng seperti sarden dan kornet, margarine, bakso, serta makanan untuk anak-anak seperti nugget, sosis, susu anak, wafer, dan jenis makanan ringan lainnya. Hanya 10% (2 orang responden) yang memilih pangan yang dibeli dengan alasan kesehatan, 15% (3 orang responden) dengan alasan kualitas, dan 75% (15 orang responden) dengan alasan harganya murah, rasanya enak dan disukai anggota keluarga. Perilaku konsumen dalam membeli pangan dapat menunjukkan refleksi pengetahuan mereka atau setidaknya yang mereka yakini tentang pangan yang aman. Semakin rendah pengetahuan masyarakat tentang pangan aman, semakin besar risiko terkait dengan pangan aman yang akan mereka alami. Oleh karena itu, perilaku dan sikap konsumen terhadap pangan yang aman harus diperhitungkan untuk melengkapi gambaran dari keamanan pangan, serta menentukan perilaku dan kepercayaan konsumen yang keliru (Ergönül 2013; Mou & Lin 2014). Berbagai macam risiko ketidakamanan pangan yang timbul di masyarakat Kota Pontianak menjadikan ibu rumah tangga harus lebih teliti dalam memilih produk pangan yang akan dikonsumsi oleh keluarga. Oleh karena itu peneliti merasa penting untuk mengetahui perilaku ibu rumah tangga dalam pemilihan pangan olahan yang aman.
B. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana perilaku
ibu
rumah tangga (IRT) di Kota Pontianak dalam pemilihan pangan olahan yang aman setelah ada penyebaran informasi oleh BBPOM di Pontianak ?
5
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Untuk mendeskripsikan perilaku ibu rumah tangga (IRT) di Kota Pontianak dalam memilih pangan olahan yang aman setelah ada penyebaran informasi oleh BBPOM Pontianak.
2.
Tujuan khusus Untuk mengeksplorasi perilaku ibu rumah tangga dalam memilih pangan olahan yang aman setelah ada penyebaran informasi oleh BBPOM Pontianak.
D. Manfaat Penelitian 1.
Sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan penyebaran informasi BBPOM Pontianak kepada masyarakat.
2.
Sebagai gambaran untuk melihat perilaku masyarakat dalam mengonsumsi pangan.
3.
Sebagai dasar menyusun strategi untuk meningkatkan pelaksanaan program di masa depan, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
4.
Sebagai dasar bagi peneliti untuk merancang program promosi kesehatan kepada masyarakat dan evaluasinya terhadap perubahan perilaku.
E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kegiatan penyebaran informasi yang dilakukan BBPOM Pontianak yang berdampak pada perilaku ibu rumah tangga dalam memilih pangan olahan yang aman di Kota Pontianak, sejauh pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Adapun penelitian serupa yang pernah dilakukan antara lain : 1.
Johnson et al. (2011), melakukan penelitian yang bertujuan untuk memahami pemilihan makanan oleh ibu dalam keluarga dengan cara membuat photograph aktivitas yang dilakukan sehari-hari, termasuk pengalaman terhadap makanan. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan rancangan grounded theory. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa ibu-ibu yang menegaskan pada masalah kesehatan akan memilih makanan
6
yang menyehatkan untuk mereka sendiri dan untuk anak-anak mereka. Selain itu, juga dipahami hubungan antara makanan dan perilaku makan dengan pemilihan makanan. Pengembangan dan pengaturan kesehatan oleh ibu dapat menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan kebiasaan makan dan pemilihan makanan dalam keluarga. 2.
Frost & Laing (2013), melakukan penelitian dengan judul Communicating Persuasive Messages through Slow Food Festival.
Penelitian tersebut
bertujuan untuk mempromosikan slow food festival menggunakan strategi komunikasi
persuasif.
Slow
food
festival
menggambarkan
usaha
mempromosikan bahan tambahan makanan sumber lokal, resep-resep masakan tradisional, serta bertujuan untuk mengubah pola perilaku, gaya hidup masyarakat moderen yang cenderung tidak sehat dan lebih menyukai fast food. 3.
Luc & Sharp (2008), meneliti komunikasi persuasif dan perilaku pro lingkungan. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh pesan yang dirancang dalam komunikasi persuasif dapat memotivasi sasaran untuk berubah ke perilaku spesifik. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa dalam menggunakan strategi komunikasi persuasif, pesan dirancang berdasarkan pada perubahan perilaku target yang diinginkan, harus dibuat lebih efektif, sehingga akan lebih meningkatkan self determine motivation populasi target.
4.
Lee et al. (2014), melakukan penelitian dengan judul A descriptive phenomenology study of newcomers ’ experience of maternity care services : Chinese
women’s
perspectives.
Penelitian
tersebut
bertujuan
untuk
mengeksplorasi pengalaman wanita-wanita di China saat persalinan di pelayanan kesehatan berikut kendala yang dihadapi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian tersebut memberikan pengetahuan baru dan pemahaman tentang pengalaman perempuan Cina imigran dalam mengakses layanan kesehatan bersalin di kota metropolitan besar Kanada, teridentifikasi kemungkinan dipengaruhi oleh faktor bahasa dan budaya.
7
5.
Nurtika, Tjaronosari, Palupi (2014), melakukan penelitian dengan judul Hubungan karakteristik individu dengan perilaku keamanan pangan penjamah makanan di kantin Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik individu terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, dan praktik) keamanan pangan penjamah makanan di lingkungan kantin Universitas Gadjah Mada. Metode penelitian adalah kuantitatif dan pengambilan data dilakuakan melalui form check list observasi. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara karakteristik individu dengan perilaku keamanan pangan penjamah makanan di kantin Universitas Gajah Mada.
6.
Sudaryana (2011), meneliti tentang Perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket di Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta. Pengumpulan data menggunakan kuisioner yang dilengkapi dengan skala interval dari Likert dengan interval 5 rentangan yang diuji validitas serta reliabilitasnya. Data dianalisis menggunakan analisis regresi dan kontigensi. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara manfaat yang ditawarkan dengan intensitas berbelanja serta adanya perbedaan perilaku dalam mencari manfaat berdasarkan berbagai karakteristik konsumen. Dari keempat penelitian di atas, yang membedakan dengan penelitian yang
dilakukan adalah penelitian ini memfokuskan pada eksplorasi perilaku ibu-ibu rumah tangga (IRT) dalam memilih pangan olahan yang aman, yang dapat digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan program promosi kesehatan kepada masyarakat khususnya ibu rumah tangga terkait keamanan pangan. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai dasar evaluasi outcome kegiatan penyebaran informasi oleh BBPOM Pontianak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif fenomenologi dan cognitive processing model of consumer decision making.