BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu aktivitas khusus dan menempati kedudukan terpenting, baik sebagai kesehatan dan rekreasi, mata pencaharian, dan kebudayaan. Menurut ahli, umumnya penerapan olahraga dapat dipandang dari empat dimensi, yakni (1) olahraga rekreatif yang menekankan tercapainya kesehatan jasmanidan rohani, (2) olahraga pendidikan menekankan olahraga sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, (3) olahraga kompetitif yang menekankan pada kegiatan perlombaan dan pencapaian prestasi, (4) olahraga profesional yang menekankan tercapainya keuntungan material. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan pandangan empat dimensi tersebut. Dalam pembelajaran di sekolah yang diterapkan ialah olahraga pendidikan. Salah satu masalah utama di dalam pendidikan jasmani di Indonesia sampai saat ini antara lain rendahnya kualitas penyelenggaraan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah terutama dari segi fasilitas sarana dan prasarana, tingkat SDM pengajar yang kurang inovatif, dan rendahnya tingkat apresiasi siswa pada pelajaran olahraga. Dalam mengajarkan materi pendidikan jasmani seorang guru harus bisa menyesuaikan materi sesuai dengan kondisi atau karakteristik anak. Di lapangan ditemukan bahwa pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki keunikan dalam bersikap mereka lebih menyukai suasana pembelajaran melalui permainan. Karakteristik siswa inilah yang perlu diingat untuk menjembatani antara keinginan guru dan siswa. Guru harus mampu menerapkan model pembelajaran
yang baik dan tepat sesuai
dengan
perkembangan anak SMP. Banyaknya model pembelajaran menuntut guru pendidikan jasmani untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang modelmodel pembelajaran tersebut. Namun pada kenyataannya, sekarang ini masih banyak guru pendidikan jasmani kurang memahami model pembelajaran dengan alat bantu yang efektif untuk membantu proses pembelajaran. 1
2
Pada tingkat SMP materi pendidikan jasmani yang diajarkan, antatra lain sepak bola, atletik, dan senam lantai. Untuk pembelajaran senam lantai gerakan kayang yang dilaksana-kan guru pendidikan jasmani, olahraga, dan rekreasi (penjasorkes) masih kurang efektif. Pembelajaran penjasorkes masih kurang efektif karena dalam prosesnya di lapangan, guru menerangkan materi pelajaran yang diajarkan, kemudian memberikan contoh, dan siswa harus menirukan secara berulang-ulang sampai materi dikuasai, jika materi belum diselesaikan maka pertemuan berikutnya akan diulang kembali. Pembelajaran seperti ini sangat monoton, siswa merasa jenuh dan bosan bahkan terkadang siswa merasa takut dan minder apabila tidak melaksanakan instruksi guru, selain itu model pembelajaran seperti ini akan berdampak pada frekuensi minat siswa dalam melakukan gerakan yang diperintahkan oleh guru. Ketiadaan sarana pendukung, sering dijadikan alasan seorang guru mengajar dengan cara yang kurang efektif. Pembelajaran monoton akan berdampak menurunnya motivasi siswa mengikuti pelajaran sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai secara maksimal. Model pembelajaran dengan alat bantu secara tidak langsung menuntut kreativitas seorang guru penjasorkes untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan memunculkan efek menyenangkan. Dengan didukung
kemampuan
seorang
guru
pendidikan
jasmani
yang
dapat
mengorganisasi pembelajaran dan memotivasi anak untuk terlibat aktif dalam pembelajaran maka tujuan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan untuk pelajar SMP tercapai. Pendidikan jasmani melalui penggunaan alat bantu pembelajaran merupakan salah satu karakteristik model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pelajaran penjasorkes. Adanya model pembelajaran dengan alat bantu yang dapat membantu seorang guru menciptakan suasana pembelajaran yang lebih baik, sehingga motivasi siswa akan meningkat, merasa senang dan mengurangi rasa takut siswa untuk mencoba saat pelajaran penjasorkes. Senam lantai merupakan salah satu sub materi pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di SMP, gerakan senam lantai yang diajarkan adalah roll depan, roll belakang, meroda dan guling lenting, dari keempat jenis senam lantai
3
tersebut gerakan guling lentingadalah gerakan yang paling sulit dilakukan siswa, hal ini terjadi pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. Standar kompetensi senam lantai untuk siswa SMP
yaitu
mempraktikkan rangkaian teknik dasar guling lenting dan meroda serta nilai kedisiplinan, keberanian dan tanggung jawab. Upaya mencapai tujuan dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar senam harus diajarkan dengan benar. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi senam lantai, banyak aspek yang harus dikembangkan pada diri siswa baik dari aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Selain kurang efektifnya pembelajaran senam lantai gerakan guling lenting, minimnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga mempengaruhi hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran. Kurangnya motivasi siswa tersebut dikarenakan beberapa siswa belum memiliki keberanian untuk melakukan senam lantai gerakan guling lenting. Ketakutan yang dirasakan adalah ketakutan akan kesalahan yang dapat menyebabkan cedera pada diri mereka. Alat bantu pembelajaran merupakan bagian penting dalam pelaksanaan latihan keterampilan untuk meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting. Dengan penggunaan alat bantu pembelajaran yang maksimal selama proses pembelajaran penjasorkes, maka akan mendukung pencapaian tujuan suatu pembelajaran. Selama ini siswa kelas VIII C dalam mata pelajaran penjasorkes khususnya dalam melakukan senam lantai gerakan guling lenting belum menggunakan alat bantu pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembalajaran. Pembelajaran senam lantai masih dilakukan secara tradisional pembelajaran yang diterapkan guru penjasorkes masih kurang begitu maksimal sehingga proses pembalajaran penjasorkes untuk siswa kelas VIII C kurang efektif dan kurang berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diinginkan/diharapkan.Gerakan guling lenting yang diajarkan hanya dilakukan dengan menekankan pada gerakan kedua tangan, kedua kaki sebagai tumpuan, dan gerakan akhir. Untuk meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting bagi siswa kelas VIII C SMP Negeri 16
4
Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 guru penjasorkes dalam menerapkan penggunaan alat bantu pembelajaran harus dilakukan secara maksimal sehingga siswa termotivasi untuk lebih semangat mengikuti pembelajaran penjas. Dari latar belakang di atas maka muncul gagasan untuk melakukan penelitian dengan judul, “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Senam Lantai Gerakan Guling Lenting Menggunakan Alat Bantu Pembelajaran pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 ”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah penggunaan alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 ?
Dari permasalahan diatas dapat dijelaskan definisi oprasional sebagai berikut: 1. Penggunaan alat bantu pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat bantu pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar guling lenting. 2. Hasil belajar guling lenting merupakan hasil yang diperoleh peseta didik setelah
melakukan
pembelajaran
yang
menggunakan
alat
bantu
pembelajaran guling lenting
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 penggunaan alat bantu pembelajaran.
melalui
5
D. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini selesai, diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Guru penjas SMP Negeri 16 Surakarta a. Untuk meningkatkan kreatifitas guru disekolah dalam membuat dan mengembangkan media bantu pembelajaran yang efektif, dalam rangka perancangan pembelajaran PAIKEM. b. Sebagai bahan masukan guru penjasorkes di SMP Negeri 16 Surakarta bahwa alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting 2. Bagi Siswa kelas VIII C a. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas, serta meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting. b. Dapat meningkatkan minat dan kemampuan senam lantai gerakan guling lenting serta mendukung pencapaian prestasi senam lantai gerakan guling lenting. 3. Bagi Sekolah SMP Negeri 16 Surakarta a. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk
mengembangkan model pembelajaran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Belajar a. Pengertian Belajar Teknologi pembelajaran (intructional technology) merupakan suatu bidang kajian khusus (spesialisasi) ilmu pendidikan dengan objek formal “belajar” pada manusia pribadi atau yang tergabung dalam organisasi. Belajar tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan (lembaga pendidikan) ataupun pelatihan, tetapi juga pada organisasi, misalnya keluarga, masyarakat,
dunia usaha, bahkan pemerintahan.
Belajar
hakekatnya memiliki aspek sosial, oleh karena itu kerja kelompok sangat berharga. Untuk itu aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran, berikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kerja kelompok, dorong peserta didik untuk memainkan peran yang bervariasi, dan perhitungkan proses dan hasil kerja sekelompok.Menurut Miarso (2004) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 1) menyatakan, “Belajar dapat di mana saja, kapan saja dan pada siapa saja, mengenai apa saja, dengan cara dan sumber apa aja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan atau kebutuhan”. Husdarta dan Yudha M. Saputra (1999: 2) bahwa, “Belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannnya”. Menurut Sadiman,dkk (1986) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 62) bahwa, “Belajar (learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat”. Seperti yang dikemukakan Pidarta (2000) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 62) menyatakan, “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan)”. 6
7
Pendapat lain dikemukakan Waluyo (2011: 2) bahwa, “Belajar dalam pandangan behaviorisme adalah perubahan perilaku melalui pengalaman yang dapat diamati dan dapat diukur”. Menurut Thorndike yang dikutip Arma Abdoellah dan Agus Manadji (1994: 141) menyatakan, “Belajar adalah asosiasi antara kesan yang diperoleh oleh alat indra (stimulus) dan impuls untuk berbuat respon”. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapt disimpulkan bahwa, belajar adalah suatu proses komplek yang terjadi pada semua orang baik itu dalam perubahan tingkah laku, pola berfikir, pengalaman hidup yang dialami dan diamati oleh alat indra (stimulus) dan impuls untuk berbuat respon yang berlangsung seumur hidup.
b. Konsep Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri peserta didik dengan perkembangan dan lingkungan. Peserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari guru atau pendidik saja, tetapi dapat pula belajar berbagai sumber yang tersedia di lingkungannya. Dalam proses belajar berlangsung pastinya mempunyai konsep – konsep yang mendukung kelancaran dan keberhasilan suatu proses belajar hingga proses belajar siswa lebih dapat tercapai. Bambang Warsita (2008: 62) bahwa, “Konsep belajar sebagai suatu upaya atau perubahan perilaku seseorang sebagi akibat interaksi peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada disekitarnya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dannilai sikap (afektif)”. Konsep belajar menurut UNESCO yang dikutip Bambang Warsita (2008: 63) bahwa, Menuntut setiap satuan pendidikan untuk dapat mengembangkan empat pilar pendidikan baik untuk sekarang dan masa depan, yaitu: (1) Belajar untuk mengetahui (learning to know), (2) Belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do), dalam hal ini dituntut untuk terampil dalam melakukan sesuatu, (3) Belajar untuk menjadi seseorang (learning to be), (4) Belajar untuk menjalani hidup bersama (learning to live together).
8
c. Prinsip – Prinsip Belajar Ada beberapa prinsip – prinsip belajar yang relatif berlaku umum yang dapat dijadikan dasar atau acuan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2002) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 64) menyatakan, Prinsip – prinsip belajar yang mendidik itu berkaitan dengan: (1) Perhatian dan motivasi peserta didik, (2) Keaktifan belajar dan keterlibatan langsung/pengalaman dalam belajar (3) Pengulangan belajar (4) Tantangan semangat belajar (5) Pemberian balikan dan penguatan belajar, serta (6) Adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar Sedangkan Hartley dan Davies (1978) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 67) menyatakan, Prinsip – prinsip belajar yang banyak diterapkan di dunia pendidikan meliputi sebagai berikut: (1)Proses belajar dapat terjadi dengan baik bila peserta didik ikut terlibat aktif di dalamnya (2) Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya peserta didik mudah mempelajarinnya dan dapat memberikan respons tertentu (3) Tiap – tiap respon harus diberikan umpan balik (feedback) secara langsung supaya peserta didik dapat mengetahui apakah respons yang diberikannya telah benar. (4) Setiap peserta didik memberikan respons yang benar perlu diberi penguatan (reinforcement) Prinsip – prinsip belajar tersebut mempengaruhi bentuk atau model penerapannya dalam kegiatan pembelajaran dan diharapkan juga dapat membimbing dan mengarahkan dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
9
2. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Dalam pembelajaran guru atau pendidik perlu memilih model pembalajaran yang tepat, karena pemilihan yang tepat akan membantu proses pembelajaran menjadi lebih mudah dipahami peserta didik. Bambang Warsita (2008: 85) menyatakan, “Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”. Pendapat lain dikemukakan Sadiman,dkk (1986) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 85) menyatakan, “Pembelajaran adalah usaha – usaha yang terencana dalam manipulasi sumber – sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam peserta didik”. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, yang dikutip Bambang Warsita (2008: 85) bahwa, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik yang terencana dalam manipulasi sumber – sumber belajar agar terjadi proses belajar pada peserta didik. b. Prinsip – Prinsip Pembelajaran Suatu pembelajaran yang efektif dan baik untuk pendidikan hendaknya didasari prinsip – prinsip yang baik pula. Menurut Bulgelski yang dikutip Bambang Warsita (2008: 91) menyatakan, Ada beberapa puluh prinsip dipadatkan menjadi empat prinsip dasar yang dapat diterapkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. keempat prinsip dasar tersebut adalah: (1) Untuk belajar peserta didik harus mempunyai perhatian dan responsif terhadap materi yang dipelajari. (2) Semua proses belajar memerlukan waktu, dan untuk suatu waktu tertentu hanya dapat dipelajari sejumlah materi yang sangat terbatas.
10
(3) Di dalam diri peserta didik yang sedang belajar selalu terdapat suatu alat pengatur internal yang dapat mengontrrol motivasi serta menentukan sejauh mana dan dalam bentuk ada peserta didik bertindak dalam suatu situasi tertuntu. (4) Pengetahuan tentang hasil yang diperoleh di dalam proses belajar merupakan faktrol penting sebagai pengontrol. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak mengahasilkan kegiatan belajar pada peserta didik. Gagne (1985) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 87) bahwa, Tekanan utama teori pembelajaran ini adalah prosedur yang telah terbukti berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu: (1) Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang mengubah stimulasi yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam jangka waktu panjang. Hasil – hasil belajar ini memberikan kemampuan melakukan berbagai penampilan (2) Kemampuan yang merupakan hasil belajar ini dapat dikategorikan sebagai bersifat praktis dan teoritis (3) Kejadian – kejadian di dalam pembelajaran yang mempengaruhi proses belajar dapat dikelompokan ke dalam kategori umum, tanpa memperhatiakan hasil belajar yang diharapkan. Namun tiap – tiap hasil belajar memerlukan adanya kejadian – kejadian khusus untuk dapat terbentuk. c. Komponen Pembelajaran. Komponen-komponen dalam belajar dan mengajar menurut Nana Sudjana (2013:30) adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4)
Tujuan proses pengajaran Materi atau bahan pelajaran Metode dan alat yang digunakan dalam proses pengajaran Penilaian dalam proses pengajaran
Tujuanpembelajaran merupakan hal yang paling penting dalam proses pengajaran sebagaiindikator keberhasilan pembelajaran. Bahan pelajaran diharapkan dapat melengkapi dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai, sehingga harus efektif dan
11
efisien. Sedangkan penilaian berperan untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan pengajaran. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011:9) bahwa komponen sistem pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Peserta didik sebagai subjek dalam pembelajaran dijadikan pusat dari segala kegiatan. Artinya perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi peserta didik yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar peserta didik itu sendiri. b. Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen peserta didik sebagai subjek belajar. Tujuan merupakan persoalan tentang visi dan misi suatu lembaga pendidikan. c. Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong peserta didik aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik. d. Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengalaman belajar meliputi: lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar. Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. 3. Senam a. Pengertian Senam Senam dengan istilah lain disebut Gymnastic dari asal kata Yunani purba gymnos yang berarti telanjang, karena pada zaman itu orang – orang melakukan olahraga tidak berpakaian. Seperti dikemukakan Soeharto, dkk yang dikutip Arma Abdoellah (1981: 311) bahwa, “Gymnastic berarti gerak badan atau olahraga baik untuk kesegaran jasmani maupun untuk mencapai prestasi yang setinggi – tingginya”. Di dalam senam terkandung makna yang luas sesuai dengan perkembangan berbagai dan jenis senam yang berkembang, untuk itu perlu
12
diberikan batasan senam. Agus Margono (2009: 19) mengemukakan bahwa, “Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis”. Sedangkan Budi Sutrisno dan Muhammad Bazin Khafadi (2010: 60) menyatakan, “Senam adalah bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan gerakan – gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu”. Pendapat lain dikemukakan Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 99) bahwa, “Istilah senam merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu Gymnastic dandari bahasa Yunani (Greek) adalah Gymnos yang artinya telanjang karena pada waktu itu (zaman kuno) melakukan senam dengan badan telanjang atau setengah telanjang”. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesiayang dikutip Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 99) bahwa, “Bersenam adalah menggeliat atau meregang – regang anggota badan sehabis tidur”. Sedangkan Sapto Madijono (2010: 1) menyatakan, “Senam adalah suatu bentuk latihan jasmani yang sistematis , teratur dan terencana dengan melakukan gerakan – gerakan yang spesifik untuk memperoleh manfaat dalam tubuh”. Menurut Toho Cholik. M dan Rusli Lutan (2001: 107) bahwa, “Senam tersebut
adalah senam pertandingan yang mengutamakan
kesempurnaan gerak dan unsur keindahan”. Satrio Ahmad.Y (2009: 1) menyatakan, “Senam berarti bermacam – macam gerakan yang dilakukan oleh atlet dalam keadaan telanjang”.Senam merupakan salah satu cabang olahraga yang melibatkan gerakan tubuh yang membutuhkan kekuatan, kecepatan, dan keserasian gerak fisik. Menurut Hidayat (1995) yang dikutip Agus Mahendra (2000: 8) bahwa, “Gymnastiek tersebut dipakai untuk menunjukan kegiatan – kegiatan fisik yang memerlukan keleluasan gerak sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang”.
13
Berdasarkan beberapa pandapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, senam merupakan latihan tubuh yang dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang yang mengutamakan kesempurnaan gerak dan unsur keindahan yang dipilih dan diciptakan dengan berencana dan disusun secara sistematis untuk membentuk dan mengembangkan pribadi harmonisuntuk memperoleh manfaat dalam tubuh.
b. Manfaat Senam Dalam latihan senam dapat dilakukan pada lantai dan alat yang dirancang untuk
meningkatkan daya
tahan,
kekuatan,
kelentukan,
kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh. Hal ini artinya, senam bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tubuh bukan alatnya atau pola gerakannya. Oleh karena itu, suatu gerakan dikatakan senam atau bukan harus memiliki ciri – ciri kaidah tertentu. Agus Margono (2000: 19) menyatakan ciri dan kaidah dari senam yaitu: (1) Gerakan – gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja. (2) Gerakan – gerakannya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan tertentu (meningkatkan kelentukan, memperbaiki, sikap dan gerak atau keindahan tubuh, menambah keterampilan, meningkatkan keindahan gerak dan meningkatkan kesehatan tubuh) (3) Gerakannya harus tersusun dan sistematis. Gerakan – gerakan senam sengaja diciptakan untuk menciptakan tujuan tertentu yang tersusun secara sistematis yang berguna bagi kesehatan tubuh. Budi Sutrisno dan Muhammad Bazin Khafadi (2010:145) menyatakan, “Manfaat senam yaitu seseorang dapat memiliki bentuk tubuh yang ideal, diantaranya indah, bugar,dan kuat”. Sedangkan menurut Satrio Ahmad.Y (2009:2) menyatakan, “Manfaat olahraga senam dapat mendidik kita agar mencintai kesehatan, senam juga dilakukan untuk relaksasi (ketenangan pikiran), untuk kelentukan tubuh dan untuk kesegaran serta kebugaran tubuh sangat penting bagi kelangsungan hidup kita”. Agus Mahendra (2000: 14) menyatakan, “Manfaat senam meliputi manfaat fisik dan mental serta sosial”.
14
Oleh karena
itu, dalam
mengikuti
senam
harus mampu
menggunakan kemampuan berpikirnya secara kreatif melalui pemecahan masalah – masalah gerak. Dengan demikian akan berkembang kemampuan mentalnya. Selain itu, melalui senam akan memberikan sumbangan yang sangat besar dari program senam dalam meningkatkan self-concept (konsep diri). Ini biasan terjadi karena kegiatan senam menyediakan banyak pengalaman dimana akan mampu mengontrol tubuhnya dengan keyakinan dan tingkat keberhasilan yang tinggi, sehingga memungkinkan membantu membentuk konsep yang positif. Pendapat tersebut menunjukan bahwa, melalui senam akan bermanfaat untuk menambah rasa percaya diri dan memiliki sikap kesadaran yang sangat baik dan dapat hidup sehat secara jasmani dan rohani
c. Jenis Senam Sekarang ini muncul beberapa macam senam seperti senam kesegaran jasmani, senam ibu hamil, senam jantung sehat dan masih banyak istilah senam lainnya. Soeharto, dkk yang dikutip Arma Abdoellah(1981: 311) menyatakan, “Macam – macam senam dapat dibedakan menjadi tiga macam, ialah: senam pembentukan, senam perlombaan dan senam irama”. Aip
Syarifuddin
dan
Muhadi
(1992:
100)
menyatakan,
“Senam
dikelompokan menjadi tiga macam yaitu senam dasar, senam ketangkasan dan senam irama”. Sedangkan menurut Sapto Madijono (2010: 1) bahwa, Jenis senam di Indonesia bermacam – macam dibagi menjadi enam kelompok yaitu: (1) Senam lantai (2) Senam ketangkasan (3) Senam irama (4) Senam aerobik sport (5) Senam oesteroporosis (6) Senam jantung sehat Sedangkan FIG (Federation Internationale de Gymnastique) dalam Agus Mahendra (2000: 11-12) menyatakan,
15
Macam – macam jenis senam dibagi menjadi enam kelompok yaitu: (1) Senam artistik (artistics gymnastics) (2) Senam ritmik (sportive rytmic gymnastics) (3) Senam akrobatik (acrobatic gymnastics) (4) Senam aerobik (sports aerobics) (5) Senam trampolin (trampolinning) (6) Senam umum (general gymnastics) d. Pengertian Senam Lantai Berdasarkan jenis senam yang dikelompokan menurut Sapto Madijono dan FIG tersebut, penelitian ini akan mengkaji senam lantai. Menurut Agus Margono (2009:79) menyatakan, Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras, unsur – unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau ke belakang. Menurut Budi Sutrisno dan Muhammad Bazin Khafadi (2010: 145), mengemukakan bawha, “Senam lantai adalah salah satu cabang olahraga
yang
unsur
gerakannya
seperti
mengguling,
melenting,
keseimbangan, lompat, serta loncat”. Sedangkan menurut Satrio Ahmad.Y (2009: 14) menyatakan, “Senam artistik adalah senam yang dilakukan di atas lantai yang dilapisi karpet setebal 0,0045 m dalam ruangan yang berukuran 14 m2”. Pendapat lain dikemukakan Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 104) bahwa, “Senam lantai yaitu bentuk – bentuk gerakan yang dilakukan di lantai yang beralaskan permadani atau matras (kasur yang terbuat dari karet busa) dan dilakukan tanpa memakai alat”. Agus Mahendra (2000: 12) menyatakan, “Senam artistik adalah sebagai senam yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek – efek artistik dari gerakan – gerakan yang dilakukan pada alat – alat senam”. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut menunjukan bahwa, senam artistik merupakansalah satu jenis senam yang dalam pelaksanaannya
16
seorang pesenam melakukan gerakan – gerakan yang telah disusun atau dirangkaikan masing – masing alat berdasarkan peraturan yang berlaku.
e. Senam Lantai Dilombakan Dalam pelaksanaan senam artistik dibutuhkan kemampuan fisik yang baik dan keberanian dan kepercayaan diri. Menurut Soeharto, dkk yang dikutip Arma Abdoellah (1981: 323) bahwa, Senam yang diperlombakan dalam pesta – pesta olahraga, dalam senam perlombaan terikat oleh peraturan dari International Gymnastic Federation. Adapun nomor – nomor yang dilombakan: Untuk putra: (1) Senam lantai (floor exercise) (2) Kuda – kuda (vaulting horse) (3) Kuda – kuda pelana (pommeled horse) (4) Palang sejajar (parailel bars) (5) Palang tunggal (horizontal bars) (6) Gelang – gelang (rings) Untuk putri: (1) Senam lantai (floor exercise) (2) Kuda – kuda (vaulting horse) (3) Palang bertingkat (uneven parallel bars) (4) Balok keseimbangan (balance beam) Sedangkan menurut Agus Margono (2009:79) menyatakan, Pada cabang olahraga senam artistik yang dipertandingkan terdiri dari enam alat untuk putra, yaitu: (1) Senam lantai (floor exercise) (2) Kuda – kuda (vaulting horse) (3) Kuda – kuda pelana (pommeled horse) (4) Palang sejajar (parailel bars) (5) Palang tunggal (horizontal bars) (6) Gelang – gelang (rings) Sedangkan nomor senam artistik untuk putri terdiri dari empat alat, diantaranya yaitu : (1) Senam lantai (floor exercise) (2) Kuda – kuda (vaulting horse) (3) Palang bertingkat (uneven parallel bars) (4) Balok keseimbangan (balance beam) Senam artistik sebagai senam yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek – efek artistik dari gerakan
17
– gerakan yang dilakukan pada alat – alat. Efek artistik dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan berbagai posisi. Gerakan – gerakan tumbling digabung dengan akrobatik yang dilaksanakan secara terkontrol mampu memberikan pengaruh mengejutkan yang mengundang rasa keindahan. f. Macam – Macam Gerakan Senam Dalam senam lantai banyak sekali macam yang harus dikuasai pesenam. Namun pada dasarnya bentuk – bentuk gerakan senam lantai bagi putra dan putri adalah sama, hanya untuk putri banyak unsur gerak balet. Pengklasifikasian gerak dalam senam lantai menurut Agus Margono (2009: 80-92) sebagai berikut : (1) Mengguling (a) Guling depan tungkai bengkok (b) Guling depan tungkai lurus (c) Guling belakang tungkai bengkok (d) Guling belakang tungkai lurus (2) Keseimbangan (a) Berdiri atas kepala (b) Berdiri atas kepala diteruskan guling depan (c) Berdiri atas tangan (d) Backextention (stutz) (3) Melenting (a) Melenting tumpuan tengkuk (b) Melenting tumpuan dahi (c) Front wolkover (d) Back wolkover (e) Melenting tumpuan tangan (hand spring) (f) Melenting ke belakang tumpuan tangan (4) Meroda atau gerakan baling – baling (5) Round Off (6) Gerakan Salto (a) Salto ke depan (1) Salto depan jongkok (2) Salto depan sudut / kaki lurus (b) Salto ke belakang (1) Salto belakang jongkok (2) Salto depan sudut / kaki lurus (c) Salto ke samping (1) Salto belakang jongkok
18
(2) Salto depan kaki lurus Sedangkan menurut Satrio Ahamd.Y (2009: 14) membagi atau mengklasifikasikan jenis gerakan senam lantai terdiri dari : (1) Guling depan (forward roll) (2) Guling belakang (backroll) (3) Salto depan (4) Salto belakang (5) Loncat harimau (tiger sprong) (6) Sikap lilin (7) Berdiri dengan kedua tangan (handstand) (8) Lenting tangan (hanspring) (9) Lenting tekuk (neck headspring) (10) Meroda (cartwheel), dan (11) Sikap kayang 4. Pembelajaran Senam Ketangkasan a. Senam Ketangkasan Senam ketangkasan atau sering disebut juga sebagai senam artistik merupakan senam yang telah memiliki gerakan-gerakan tertentu dengan alat atau tanpa alat. Berkaitan dengan senam artistik, Margono (2009:77) menyatakan bahwa “senam artistik merupakan salah satu jenis/macam dari cabang olahraga senam yang sering dipertandingkan. Dalam pertandingan senam artistik seorang atlet/pesenam harus menguasai gerakan yang sudah disusun/dirangkai dari masing-masing alat dan ditetapkan sesuai dengan peratuan pertandingan yang berlaku”. Sedangkan menurut Aka (2009:2) “senam lantai merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dan menjadi keharusan bagi seorang atlet untuk menguasai beragam gerakan senam artistik (artistic gymnastic)”. Pada senam artistik memiliki nomor-nomor yang diperlombakan. Aka (2009:2) berpendapat bahwa: Senam artistik dibagi dibagi dua yaitu putra (man artistic gymnastic) dan putri (woman artistic gymnastic). Masing-masing memiliki nomor perlombaan sebagai berikut: (1) Senam Artistik Putra (Man Artistic Gymnatic) terdiri dari enam alat, yaitu:
19
(a) Lantai (Floor Exercises) (b) Gelang-gelang (Rrings) (c) Kuda Pelana (Pommel Horse) (d) Palang Sejajar (Parallel Bars) (e) Meja Lompat (Table Vaulting) (2) Senam Artistik Putri (Women Artistic Gymnastic) terdiri dari empat alat, yaitu: (a) Meja Lompat (Table Vaulting) (b) Palang Bertingkat (Uneven Bars) (c) Balok Keseimbangan (Balance Beam) (d) Lantai (Floor Exercises) Senam lantai sebagai senam yang menggabungkan beberapa unsur, yaitu kalestenik, tumbling. Unsur tersebut akan memberikan efek pada gerakan-gerakan senam artistik yang dilakukan pada alat. Efek artistik dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan berbagai posisi. Gerakangerakan tumbling digabungkan dengan akrobatik yang dilaksanakan secara terkontrol, dan mampu memberikan pengaruh mengejutkan yang mengundang rasa keindahan. b. Senam Lantai Guling Depan 1) Dasar Berguling Senam lantai terdiri dari beberapa gerak dasar, diantaranya adalah gerak dasar berjalan, berlari, kelentukan dan juga berguling. Dalam guling depan tungkai bengkok gerak dasar berguling sangat diperlukan. Aka (2009:72) “gerak dasar berguling adalah aktivitas gerak tubuh dengan membulatkan badan sedemikian rupa hingga berguling ke arah sisi yang lain (roll). Sebagai syarat pokok pelaksanaan gerak dasar berguling adalah menyentuh punggung menyentuh dasar lantai”. Kemampuan membulatkan badan dan berguling menjadi dasar gerakan dalam senam lantai. Jadi seorang
20
pesenam harus menguasai gerak dasar berguling, karena gerak dasar berguling merupakan kewajiban pokok yang harus dikuasai. Berguling bagi seorang anak adalah gerakan lokomotor yang paling awal. Begitu juga dalam pembelajaran senam lantai, senam lantai yang didalamnya terdiri dari banyak sub pokok bahasan. Salah satunya adalah guling depan tungkai bengkok, guling depan tungkai bengkok sendiri terbagi menjadi dua yaitu guling depan tungkai bengkok tungkai bengkok dan guling depan tungkai bengkok tungkai lurus. Tetapi dalam pembelajaran senam harus diajarkan secara urut dari yang mudah menuju yang sulit. Dalam pembelajaran untuk tahap awal adalah guling depan tungkai bengkok tungkai bengkok, berkaitan dengan guling depan tungkai bengkok, Margono (2009:80) dalam bukunya menyatakan bahwa cara melakukan gerakan guling depan tungkai bengkok adalah sebagai berikut: 1) Sikap permulaan jongkok pantat agak tinggi kedua lengan lurus kedepan. 2) Luruskan tugkai, badan condong kedepan, tangan menumpu pada matras selebar bahu, tarik dagu kedada, tengkuk letakkan pada matras. 3) Saat punggung mengenai matras, bengkokkan tungkai, tarik paha kedada, tangan menolak gerakan mengguling, diteruskan hingga berakhir pada sikap jongkok, tangan melekatpada tulang kering, pandangan lurus kedepan.
Gambar 1. Gerakan Guling Depan ( Aka, 2009:78).
21
Melakukan n guling depan berguna untuk membabtu melatih kelenturan otot bahu dan otot punggung pada saat melakukan guling depan.. c. Kayang Dari beberapa gerakan tersebut, salah satunya adalah gerakan kayang. Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 109) gerakan/sikap kayang merupakan persiapan untuk dapat melakukan bentuk – bentuk gerakan lentingan badan seperti kip, kop kip, handspring, dan lentingan badan yang lainnya. Cara melakukannya antara lain sebagai berikut: Sikap permulaaan: a)
Tidur telentang
b) Kedua kaki agak dibuka c)
Kedua tumit rapat ke pinggul
d) Kedua lutut dilipat e) Kedua telapak tangan padai lantai atau matras di samping telinga dengan jari – jari tangan menuju ke pundak f)
Kedua siku di lipat
Gerakannya: a)
Angkat badan ke atas hingga kedua lengan dan kaki lurus
b) Badan membusur c)
Kepala tengadah masuk ke dalam diantara dua tangan
d) Tahan sikap badan membusur tersebut selama 8-10 hitungan.
Gambar 2 Gerakan kayang (Sumber: Aip Syarifuddin,.1991: 109)
22
Sedangkan Satrio Ahmad.Y (2009: 15) gerakan kayang sering disebut sikap lenting, yaitu suatu keterampilan kelentukan tubuh. Mulailah dengan tidur telentang pada matras, kedua kaki rapat dan lutut di tekuk. Dorong perut ke atas hingga gerakan melengkung. Tahan gerakan tersebut selama 15 detik lalu kembali ke sikap semula.
Gambar 3 Gerakan saat melakukan kayang (Sumber: Satrio Ahmad.Y,.2009: 15)
Sapto Madijono (2010: 33-36) gerakan kayang apabila diuraikan seperti berikut dimulai dengan sikap badan telentang seperti “busur” dengan bertumpu pada kedua kaki dan tangan sedangkan sikap lutut dan sikutnya dalam posisi lurus. 1.
Dari Posisi Tidur Telentang a. Sikap awal 1) Tidur telentang 2) Kedua lutut ditekuk dan kedua tumit mendekat pinggul 3) Kedua telapak tangan disamping telinga b. Gerakannya 1) Dorongkan kedua tangan dan kaki hingga badan terangkat dari matras 2) Pinggang melenting yang diikuti oleh gerakan pandangan mata serta leher ke belakang.
23
3) Pinggang melenting seperti busur 4) Kedua kaki dan lengan lurus 5) Pandangan ke belakang 6) Tahan beberapa saat dan kembali badan diturunkan tidur telentang Untuk lebih jelasnya berikut ini peneliti menyajikan ilustrasi gerakan kayang dengan posisi tidur terlentang sebagai berikut:
Gambar 4 Gerakan kayang dari posisi tidur terlentang (Sumber: Sapto Madijino,2010: 34-35) 2.
Dari Posisi / Sikap Berdiri a. Sikap awal 1) Berdiri membelakangi arah gerakan posisi kaki selebar bahu 2) Kedua tangan di samping badan 3) Pandangan ke depan b. Gerakannya: 1) Ayunkan kedua lengan ke belakang bawah secara perlahan diikuti oleh gerakan pinggang, leher dan pandangan mata, hingga setelah kedua telapak tangan mendarat matras, pinggang melenting seperti busur 2) Kedua lengan dan kaki lurus serta pandangan ke belakang 3) Setelah menahan beberapa saat, bangun kembali pada sikap berdiri
24
4) Berdiri dengan posisi kaki selebar bahu 5) Kedua lengan lurus ke atas di samping telinga 6) Pandangan ke depan atas
Gambar 5. Gerakan kayang dari posisi berdiri (Sumber: Sapto Madijino,2010: 36) Kesalahan-kesalahan yang terjadi saat melakukan gerakan Kayang a)
Jarak kedua tangan dan kaki terlalu jauh
b) Siku-siku bengkok disebabkan kekuatan persendian siku dan bahu c) Badan kurang melengkung (membusur) disebabkan kurang lemas/lentuk bagian punggung dan kekakuan pada otot perut. d) Sikap kepala yang selalu menengadah e)
Kurangnya daya keseimbangan
Latihan Kayang bertujuan untuk melatih kelentukan otot perut, otot punggung,otot tangan, otot kaki dan otot pinggang
25
5. Guling Lenting (Neck Spring) Dari beberapa gerakan tersebut, salah satunya adalah gerakan guling lenting neck spring ( lenting tengkuk). Menurut Agus Mahendra(2000:44) gerakan neck spring dimulai dari langkah langkah sebagai berikut: a.Sikap Awal: Berdiri tegak dengan kedua kaki rapat dan kedua lengan diangat lurus. Dengan membungkukan badan, letakan kedua lengan di lantai kira kira satu langkah dari kaki. Kemudian , letakan tengkuk di antara kedua tangan sambil mengambil sikap roll depan. Kedua kaki dijaga agar tetap lurus. b. Pelaksanaan Ketika posisi untuk roll depan tercapai, segeralah pesenam mengguling kedepan. Saat badan sudah berada diatas kepala, kedua kaki segera dilecutkan ke depan lurus dibantu oleh kedua tangan mendorong badan dengan menekan lantai. Lecutan ini menyebabkan badan lenting kedepan. c.Sikap akhir ketika layangan selesai, kedua kakii segera mendarat. Badan tetap melenting dan kedua lengan tetap terangkat lurus. Akhirnya berdiri tegak.
Gambar 6. Guling Lenting (Neck Spring)
Agus Margono (2009:85) gerakan guling lentting melenting tumpuan tengkuk di uraikan sebagai berikut: 1) Sikap permulaan berbaring menelentang atau duduk tertelunjur.
26
2) Mengguling kebelakang, tungkai lurus kaki dekat kepala, lengan bengkok tangan menumpu disamping kepala, ibu jari dekat telinga. 3) Menguling kedepan disertai dengan lecutan tungkai keatas depan, tangan menolak badan melayang dan membusur kepala pasip. 4) Mendarat pada kaki lurus dorong panggul kedepan, badan membusur lengan lurus keatas
Gambar 7. Lenting Tengkuk (Neck Spring)
6. Alat Bantu Pembelajaran a. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran Salah satu upaya untuk mengatasi hal – hal tersebut diatas ialah penggunaan alat bantu dalam proses pembelajaran. Penggunaan alat bantu tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi materi pelajaran dapat diserap lebih mendalam. Siswa mungkin sudah memahami permasalahan melalui penjelasan guru. Pemahaman itu akan lebih baik lagi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami melalui media. Menurut Briggs (1977) yang dikutip Waluyo (2011: 76) bahwa, “Media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya”. National Education Association (1969) yang dikutip Waluyo (2011: 76) menyatakan,
27
“Media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang – dengar, termasuk teknologi perangkat keras”. Soenardi Soemosasmito (1988: 196) mengemukakan bahwa, “Alat bantu pengajaran adalah setiap alat, mesin, atau perlengkapan yang digunakan
untuk
membantu
menjelaskan
materi
pengajaran
yang
disampaikan,sebagai contoh: papan tuklis, proyektor, film, gambar tempel, selebaran tertulis, dan sebagainya”. Menurut NEA (National Education Association) yang dikutip Soepartono (2000: 3-5) bahwa, “Media/alat peraga adalah segala hal yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta peran intinya untuk kegiatan tersebut”. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut menunjukan bahwa, alat bantu pembelajaran adalah setiap alat, mesin, atau perlengkapan yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta peran intinya digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih mudah dan menarik untuk siswa.
b. Peran Alat Bantu Pembalajaran Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai peran alat peraga/alat bantu pembelajaran perhatikan model – model pola intruksional berikut: 1) Dalam pola intruksional (1) sama sekali tidak digunakan media atau alat peraga, sumber belajar siswa hanyalah berupa orang, yaitu guru. Guru menyampaikan materi secara verbal saja dan guru memegang penuh kendali atas terjadinya kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum
Guru
Gambar 8. Pola Intruksional (1)
Siswa
28
2) Dalam pola intruksional (2) sumber belajar masih berupa orang yaitu guru. Disini guru tetap memegang untuk kendali namun tidak mutlak karena dibantu sumber lain walaupun sumber lain ini tidak menjadi bagian integrasi dari seluruh kegiatan belajar.
Alat
Kurikulum
Guru
Siswa
peraga
Gambar 9. Pola intrutisonal (2) 3) Dalam pola intruksional (3) siswa belajar dari sumber belajar berupa orang dan sumber lain yang bersama – sama berfungsi dalam proses pembelajaran berdasarkan pembagian tanggung jawab.
Guru Siswa
Kurikulum Media/alat Peraga Gambar 10. Pola intruksional (3)
5) Dalam pola intruksional (4)disini anak didik belajar hanya dari sumber bukan manusia. Sumber bukan manusia ini dinamakan media. Jadi kondisi ini terjadi dalam suatu pengajarn melalui media, misalnya belajar melalui TV, Radio, dan lain – lain. Kurikulum
Media/alat Peraga
Gambar 11. Pola intruksional (4)
Siswa
29
Melihat model – model pembelajaran intruksional di atas diketahui bahwa peran media/alat bantu pembelajaran begitu penting untuk memperlancar dan mempermudah proses belajar mengajar oleh pendidik, dimana tidak hanya dari sumber belajar pendidik saja tetapi sumber lain berupa media/alat bantu pembelajaran juga dapat dimanfaatkan utuk pembelajaran disekolah. Pendapat dan bagan gambar pola intruksional tersebut menunjukan bahwa, alat bantu mempunyai arti penting dalam kegiatan proses pembelajaran. Alat bantu dapat dijadikan sarana untuk menyampaiakan materi pembelajaran. Selain itu alat bantu akan memudahkan dalam mempelajari materi pembelajaran
c. Syarat Alat Bantu Pembelajaran Yang Baik Bagi siswa media/alat banti pembelajaran yang dipersiapkan dengan baik, didesain dan digambarkan dengan warna – warni yang serasi dapat menarik perhatian untuk berkonsentrasi pada materi yang sedang disajikan sehingga membangkitkan keinginan dan minat baru untuk belajar. Menurut Soepartono (2000:21-23) bahwa, Memilih media untuk proses pembelajaran adalah suatu tindakan strategis, karena memilih, menetapkan dan membuat media pembelajaran ada dua hal yang perlu diperhatikan secara cermat. Kedua hal tersebut adalah kriteria memilih media dan petunjuk menggunakan media. Kriteria pemilihan alat bantu pembelajaran, yaitu: (1) Tujuan (2) Kesesuaian media dengan materi yang akan dibahas (3) Karakteristik siswa (4) Tersedianya sarana prasarana penunjang (5) Tersediaan media di sekolah (6) Mutu teknis (7) Biaya yang diperlukan. (8)Pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur dengan benar, begitu banyak jenis media dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing – masing.
30
d. Manfaat Alat Bantu Pembelajaran “Pemanfaatan media adalah pengguanaan media secara sistematik dari sumber – sumber yang ditujukan bagi siswa, proses penggunaan media adalah merupakan proses pengambilan keputusan (decision making). Soepartono (2000: 14) menyatakan, “Fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai penyaji stimulus (informasi, dan lain – lain) dan untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi”. Kemp dan Dayton (1985) yang dikutip Waluyo (2011: 81) menyatakan, “Manfaat media dalam proses pembelajaran secara umum adalah memperlancar proses interaksi antara guru dan siswa untuk membantu siswa belajar secara optimal”. Lebih khusus manfaat media sebagai berikut: (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Penyampaian materi dapat diseragamkan Proses intruksional menjadi lebih menarik Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif Jumlah waktu belajar – mengajar dapat dikurangi Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja Sikap positif siswa terhadap materi belajar maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan (8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif Alat bantu atau media pembelajaran memiliki fungsi yang sangat luas dalam kegiatan/proses pembelajarn olahraga. Dengan menggunakan alat bantu pembelajaran yang baik dan tepat, maka akan mendukung pencapain hasil belajar yang optimal. Oleh kerena itu, seorang guru harus mampu memanfaatkan berbagai macam alat bantu pembelajaran, jika dalam pembelajaran banyak kendala. Dengan menggunakan alat bantu yang tepat, maka kendala – kendala dalam pembelajaran dapat teratasi.
e. Pembelajaran Gerakan Guling lenting (Neck Spring) Menggunakan Alat Bantu Berupa Bidang miring dan Webbing Penggunaan alat bantu dalam pembelajaran olahraga sangat penting agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Tidak
31
tersediannya alat bantu akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran, sehingga
materi
pembelajaran
tidak
dapat
tersampaiakan.
Namun
sebaliknya, dengan alat bantu pembelajaran senam, maka pembelajaran senam dapat dilakukan secara variatif sesuai tujuan yang diinginkan. Bidang miring merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang terdiri dari bidang datar yang salah satu ujungnya lebih tinggi dari pada ujung yang lainnya. Bidang miring diposisikan miring agar dapat memperkecil gaya yang dibutuhkan. Bidang miring memberikan keuntungan yaitu dapat mempermudah memindahkan sesuattu ketempat yang lebih tinggi dengan gaya yang sedikit. Artinya gaya yang dikeluarkan menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan tidak menggunakan bidang miring. Dalam pembelajaran ini menggunakan bidang miring seperti gambar dibawah ini:
Gambar 12. Matras Bidang Miring
Pembelajaran guling lenting(neck spring) dengan alat bantu bidang miring pada dasarnya adalah untuk mempermudah siswa dalam melakukan gerakan berguling. Karena pada dasarnya menggunakan bidang miring akan menggunakan tenaga yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan menggunakan matras datar. Tujuan pemanfaatan bidang miring adalah membantu dorongan, sehingga ketika siswa berguling tidak membutuhkan tenaga yang besar, dibantu dengan bidang latihan yang miring.
32
Gambar 13. Bidang Miring dan matras Menurut http://kamus lengkap.com/ inggris- Indonesia/ arti kata webbing.Webbingadalah anyaman, pita (tenunan) yang kuat dan lebar. Webbing bagian dari alat panjat tebing ataupun alat yang digunakan untuk segala kegiatan seperti mounteneering dan aktivitas kegiatan luar, berbentuk pipih lebar dan kuat terbuat dari bahan polyester atau nylon fleksibel digunakan sehinga bisa mengikuti bentuk barang ataupun tubuh sesuai apa yang akan dibentuk, ringan sehingga mudah dioprasikan dan tidak berbahaya bagi pemakainya.Webbing sering digunakan untuk pekerja ketinggian sebagai pengaman pada diri ataupun sebagai pengaman tubuh saat pemanjatan, webbing dapat dipergunakan oleh pria ataupun wanita dengan bentuk berbeda serta fleksibel. Menurut Norman Edwin (1987:100) Webbing adalah pita pipih yang terbuat dari bahan nilon.Pemakainya menjadi populer setelah perang dunia ke II, sebagai akibat kelebihan produksi begitu pertempuran usai. Webbing kadang kadang disebut “tali pipih” karena kekuatanya memang sama dengan tali,kendati tidak mempunyai daya lentur.
33
Gambar 14. Contoh webbing sebagai alat bantu pembelajaran senam lantai gerakan guling lenting (neck spring)
Menurut Norman Edwin (1987:218)Simpul atau tali temali pada pokoknya hanya ada beberapa simpul dasar dalam tali temali.sebuah simpul yang baik
harus seerhana ,mudah dibuat,
mudah lepas
dengan
sendirinya,tetapi dapat dilepas bila dikehendaki. Overhand knot. Bentuknya sederhana dan merupakan simpul paling dasar. Simpul ini biasanya gigunakan pada ujung tali untuk menghentikan geseran.
Gambar 15. Contoh simpul Overhand knot
Dalam proses pembelajaran senam lantai gerakan guling lenting ( neck spring), webbing digunakan secara maksimal sebagai alat bantu pembelajaran untuk mempermudah proses pembelajaran senam lantai. Penggunaan alat bantu webbing dipakai disetiap badan yang dibentuk
34
seperti rompi dengan di simpuloverhand knot dimana menjadi satu kesatuan siswa yang akan melakukan senam lantai gerakan guling lenting ( neck spring), dan sebagai pegangang teman yang akan membantu gerakan dalam senam lantai gerakan guling lenting (neck spring). Langkah langkah secara singkat mengunakan webbing untuk alat bantu pembelajaran: 1). Webbing sepanjang 4m dibagi menjadi 2 bagian.di pertengahan bagian silangkan 2. letakan silangan pada punggung,kemudian ikatkan tali dari bagian belakang dan depan dengan simpuloverhand knot di sisi bagian kanan dan kiri 3. sisa tali di bagian kiri dan kanan di tarik kedepan ikat di depan dengan simpul kemudian setelah itu di tarik lagi ke kiri dan kanan kemudian disimpul kembali.
Gambar . 16 Tutorial Penggunaan Webbing Untuk Alat Bantu Guling Lenting
Ambil satu webbing dan uraikan ,
Bagi webbing menjadi
panjang 4-5 meter
dua sama panjang
Langkah 1
Langkah 2
35
Ujung lipatan diukur dari dagu sampai
Setelah diukur sampai pusar perut,
pusar perut
pegang bagian pusar perut dari
Langkah 3
garis lurus digeser dengan posisi l
,
titik tanda pusarnya masih sama ,
/
digeser membentuk silangan N
M
Langkah 4
m
Setelah disilangkan bagian
tali bagian ujung kanan dan di
silangan di pasang punggung
kiri dimasukan satu persatu
Langkah 5
a
ujung tali dimasukan ke arah
.
lingkaran punggung lewat
.
bawah tali webbing
s
Langkah 6
36
Tali webbing kanan dan kiri dimasukan lewat bawah webbing Langkah 7
lipat tali webbing kearah depan perut Langkah 8
Setelah dilipat kearah depan perut
masukan ujung webbing kearah
dimasukan ujung webbing kearah
bawah pada lingkaran tali webbing,
atas silangan lewat bawah tali
kanan dan kiri bergantian
webbing. Langkah 9
Langkah 10
a
37
Setelah dimasukan pada lingkaran
posisi setelah kanan dan kiri di simpul
webbing ditarik kebawah sampai
dan diikat
kencang kanan dan kiri sama
Langkah 12
dari belakang .
Langkah 11
posisi setelah kanan dan kiri
ambil sisa webbing kanan dan kiri
ditarik dan disimpul diikat dari depann
kedepan dan silangkan pada tengah
Langkah 13,
tengah pusar perut
v
Langkah 14
.
38
Ambil bagian webing yang diposisi
posisi webbing setelah ditarik
atas ditarik keatas lewat bawah
Langkah 16
webbing yang dibawahnya Langkah 15
Silangkan sisa tali webbing
tali bagian atas dimasukan ke lingkaran
Langkah 17
Langkah 18
39
Setelah dimasukan dan ditarik
sisa webbing di masukan ke arah.
Langkah 19
samping kanan dan kiri
a
Langkah 20
Dimasukan lewat bawah simpul
arahkan webbing ke samping
webbing. Langkah 21
Langkah 22
a
40
Arahkan webbing keatas lewat bawah
arahkan kebawah kedalam yang
sudah disimpul kemudian ditarik
lingkaran webbing
Langkah 23
Langkah 24
Dimasukan dan ditarik ke bawah Langkah 25 z
.
setelah ditarik kebawah, lakukan pada .
kanan dan kiri. Langkah 26
41
Hasil akhir alat bantu webbing setelah
hasil akhir alat bantu webbing
setelah dipasang, dilihat dari depan
dipasang, dilihat dari belakang
Langkah 27
Langkah 28
Alat bantu webbing berukuran sepanjang 5 meter dan lebar 2-3cm untuk digunakan sebagai alat bantu guling lenting penggunaanya sangat fleksibel karena alat bantunya bisa mengikuti bentuk badan dan aman digunakan saat pergerakan senam lantai serta tidak menggangu, biasanya untuk pencarian alat bantu webbing bisa dicari di toko out door yang menjual peralatan gunung dan panjat selain itu bisa diganti dengan menggunakan jenis kain yang tidak molor atau tidak lentur yang dibuat dengan lebar 2-3cm dan panjang 4-5meter yang dijahit itu juga bisa digunakan sebagai alternatif untuk alat bantu guling lenting dan cara penggunaanya sama seperti webbing.
42
Pembelajaran Guling Lenting (Neck Spring) dengan Bidang Miring dan Webbing Dalam melaksanakan gerakan Guling lenting (neck spring)dengan bidang miring danwebbing yaitu sebagai berikut: (a) Sikap awal berdiri tegak pada bidang miring dan matras yang sudah dipasang, kedua kaki rapat dan kedua lengan diangkat lurus telapak kakitidak boleh jinjit dengan webbing sudah terpasang di badan dan dibantu dua orang dikiri dan kananya memgang tali webbing yang sudah terpasang. (b) Letakkan kedua telapak tangan didepan kaki (tangan dalam keadaan lurus), pandangan diarahkan diantara dua telapak tangan dan kedua orang yang membantu tetap berdiri disamping kiri dan kananya sambil memegang tali webbing. (c) Anggkat pinggul dengan mendorongkan kedua kaki. (d) Masukkan kepala diantara kedua lengan, dengan cara menekan dagu kedalam (kearah dada). (e) Tekuk kedua tangan secara bersama-sama, letakkan tenguk kepala keatas matras bidang miring. (f) Lakukan berguling kedepan sampai posisi badan berada diatas kepala, kedua kaki segera dilecutkan ke atas depan lurus,kedua orang yang membantu memegang tali di kiri dan kananya melangkah kedepan mengikuti gerakan, saat posisi membusur kedua orang di kiri dan kananya membantu mengangkat tali webbing yang dipeganya dengan menarik kearah depan sampai posisi berdiri lurus
43
Gambar 17. Contoh pelaksanan awalan dengan alat bantu pembelajaran senam lantai gerakan guling lenting (neck spring)
44
B. Kerangka Berfikir Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep yang dipelajari. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada model atau cara guru menyampaikan materi pelajaran. Guru sifatnya hanya membimbing, mendorong, dan mengarahkan. Guru bukan menjadi satu – satunya sumber belajar bagi siswa. Permasalahan umum dalam pembelajaran penjas adalah kurangnya peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran yang berlangsung belum mewujudkan adanya partisipasi siswa secara penuh. Siswa berperan sebagai objek pembelajaran
yang
hanya
mendengarkan
dan
mengaplikasi
apa
yang
disampaiakan guru. Selain itu proses pembelajaran kurang mengoptimalkan penggunaan alat bantu pembelajaran yang dapat memancing peran aktif siswa. Kurang kreatifitasnya guru yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa antara lain kurang kreatifitasnya guru dalam membuat dan mengembangkan media pembelajaran sederhana, guru kurang akan model pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran selalu menjenuhkan karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan, dan hanya mengajar materi agar dapat selesei tepat waktu, tanpa memikirkan bagaiman pembelajarn tersebut bermakna dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan nyata. Pemanfaatan alat bantu pembelajaran sederhana menggunakan webbing dan bidang miring sebagai sarana untuk membatu guru dalam menyampaiakan dan menjelaskan materi senam lantai gerakan guling lenting(neck spring) kepada siswa. Melalui alat bantu tersebut guru memperlihatkan dan menjelaskan mengenai apa yang telah dipraktekan melalui
webbing
dan bidang miring
tentang senam lantai gerakan guling lenting (neck spring) dengan jumlah webbing 25 dengan siswa sebanyak 23 serta bidang miring 1.
45
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru kurang inovatif dalam pembelajaran penjasorkes
Menerapkan pembelajaran dengan menggunakan alat bantu pembelajaran berupa webbing dan bidang miring
Melalui penerapan alat bantu pembelajaran webbing dan bidang miring, akan membangkitkan motivasi belajar siswa/peserta didik BAB III sehingga hasil pembelajaran akan maksimal Gambar 18.Alur Kerangka Berfikir
Siswa : a. Motivasi belajar siswa sangat kurang dan cepat merasa bosan mengikuti pelajaran penjas b. Hasil belajar rendah c. Kualitas gerak
Siklus I : Guru dan peneliti menyusun bentuk pengajaran yang bertujuan untuk meningkatakan hasil belajar senam lantai gerakanguling lenting (neck spring) melalui penerapan alat bantu pembelajaran webbing dan bidang miring. Siklus II : upaya perbaikan dari tindakan siklus I sehingga meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling (neck spring) lentingmelalui penggunaan alat bantu pembelajaranwebbing dan bidang miring.
46
C. Hipotesis Tindakan
Sesuai dengan kerangka berfikir dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini “upaya peningkatan hasil belajar senam lantai dapat meningkatakan gerakan guling lenting dengan menggunakan alat bantu pembelajaran pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016”.
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 16 Surakarta JL Kolonel Sutarto No. 188 Surakarta Kode Pos 57126 2. Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dari bulan April 2016 s/d Mei 2016 Tabel 1. RincianWaktu Kegiatan Dan Jenis Kegiatan Penelitian
No 1
Rencana Kegiatan
Tahun 2016 Febru Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan a. Observasi b. Identifikasi Masalah
+
c. Penentuan Tindakan d. Pengajuan Judul e. penyusunan Proposal f. Seminar Proposal g. Pengajuan ijin penelitian Pelaksanaan a. Pengumpulan data penelitian b. Analisis Data Penyusunan Laporan dan Konsultasi a. Penulisan Laporan b. Ujian skripsi
2
3.
+
+ + + + +
.
47
48
B. Subjek Penelitian Subjek yang diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VIII C di SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016, yang berjumlah 24 siswa, terdiri dari 14 siswa perempuan dan 10 siswa laki – laki . C. Data Dan Sumber Data Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Siswa, untuk mendapatkan data tentang kemampuan senam lantai gerakan guling lenting(neck spring) dengan penggunaan alat bantu pembelajaran dengan webbing dan bidang miring pada siswa kelas VIII C di SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 2. Guru, sebagai kolabolator, untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan alat bantu pembelajaran dengan webbing dan bidang miring saat melakukan senam lantai gerakan guling lenting (neck spring) pada siswa kelas VIII C di SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri : tes dan observasi. 1. Tes : dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil senam lantai gerakan guling lenting yang dilakukan siswa. 2. Observasi : dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar saat penerapan alat bantu pembelajaran dengan webbing dan bidang miring.
49
Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan penelitian sebagai berikut : Tabel 2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data No
Sumber
Jenis data
data
Teknik Pengumpulan
Instrument
Data Penilaian sikap melalui Afektif
observasi lapangan ( sesuai dengan rubrik penilaian aspek afektif pada
Hasil
RPP
ketrampilan 1.
Siswa
senam lantai
Kognitif
Soal tes ( sesuai dengan
gerakan guling
rubrik penilaian aspek
lenting
kognitif RPP ) Tes ketrampilan senam lantai Psikomotor
gerakan guling lenting menggunakan alat bantu pembelajaran ( sesuai dengan aspek psikomotor RPP )
Melihat tingkat keberhasilan 2.
Guru
menggunakan alat bantu pembelajaran siswa
E. Uji Validitas Data Untuk validitas data dan pertanggung jawaban yang dapat dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan, maka untuk memeriksa dapat menggunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
50
peningkatan validasi data dalam penelitian tindakan kelas. Trianggulasi meliputi trianggulas data, trianggulasi metode dan trianggulasi sumber. Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data. Trianggulasi data ialah data yang sama akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Data diperoleh dari siswa, guru dan hasil observasi dari kolaborator.
F.Analisis Data Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik persentase
untuk
melihat
kecenderungan
yang
terjadi
dalam
kegiatan
pembelajaran : 1. Hasil keterampilan senam lantai gerakanguling lenting (neck spring): dengan menganalisis nilai rata-rata tes senam lantai gerakan guling lenting (neck spring). Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan 2. Kemampuan melakukan rangkaian gerakan keterampilan senam lantai gerakan guling lenting (neck spring) : dengan menganalisis rangkaian gerakan senam lantai gerakan guling lenting (neck spring), Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan
G. Indikator Kinerja Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting (neck spring)melalui penggunaan alat bantu teman dengan teman dan dinding pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 16 Surakarta tahun 2015/2016. Adapun setiap tindakan upaya pencapaian tujuan tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat langkah meliputi: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi,
51
dan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Table 3.Persentase target capaian : Aspek yang
persentase target capaian
diukur
cara mengukur
Psikomotor: Kemampuan
Diamati melalui
melakukan
proses pembelajarn
teknik dasar
dan unjuk kerja
senam lantai
75%
praktik sesuai
gerakan guling
dengan pedoman
lenting
rubrik penilaian
(neck spring) Kognitif:
Melalui tes
Pemahaman
kemampuan
siswa terhadap
kognitif siswa
materi senam lantai gerakan guling lenting
siswa sesuai dengan 75%
pedoman rubrik penilaian RPP
(neck spring)
Afektif: Sikap siswa dalam mengikuti
Melalui penilaian
pelaksanaan
sikap sesuai dengan
materi senam lantai gerakan guling lenting (neck spring)
75%
pedoman rubrik penilaian RPP
52
Diukur melalui ketuntasan belajar siswa pada materi senam lantai gerakan guling lenting (neck
Kentuntasan hasil belajar
spring)melalui hasil 75%
penjumlahan (aspek afektif, kognitif, dan psikomotor) sesuai dengan KKM sekolah: 75
H. Proses Penelitian Langkah – langkah pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas secara prosedurnya adalah dilaksanakan secara partisipatif atau kolaborasi (guru dengan tim lainnya) bekerja sama, mulai dari tahap orientasi dilanjutkan penyusunan rencana tibdakan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama. Prosedur makro pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ditempuh melalui langkah – langkah yang meliputi: identifikasidan analisis masalah, penetapan fokus permasalahan , perencanaan tindakan , pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penjelasan mengenai prosedur makro pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dipaparkan melalui penjelasan sebagai berikut : 1. Identifikasi dan Analisis Masalah Penelitian Tindakan Kelas a. Indentifikasi Masalah Penelitian Tindakan kelas adalah sebuah proses untuk mempertajam masalah. b. Analisis Masalah Penelitisn Tindakan Kelas adalah proses penguraian yang bersifat reflektif atas masalah yang berhasil diidentifikasikan.
53
c. Pemilihan Alternatif Tindakan (Solusi praktis) adalah merupakan alternatif tindakan yang berupa berbagai pilihan – pilihan tindakan, baik tindakan peneliti utama atau tindakan kolabolator 2. Penetapan Fokus Permasalahan Penelitian Tindakan Kelas yaitu diperolehnya rumusan masalah yang layak untuk ditindak lanjuti dalam sebuah kegiatan Penelitian Tindakan Kelas. 3. Perencanaan Tindakan yaitu meliputi beberapa hal yang terkait dengan: perbuatan skenario pembelajaran, persiapan sarana pembelajaran, persiapan instrument penelitian untuk pembelajaran, dan simulasi pelaksanaan tindakan. 4. Pelaksanaan Tindakan adalah pelaksanaan atas apa yang sudah direncanakan. 5. Observasi adalah merupakan sebuah proses pengamatan kejadian pada saat pelaksanaan tindakan. 6. Refleksi merupakan tahap untuk menelaah dan memproses data yang didapat saat pelaksanaan observasi. Isi dari setiap siklus Penelitian Tindakan Kelas itu dapat dilustrasikan dalam gambar sebagai berikut: Plan
Reflection
Action/
Satu sklus
Observation
Revised Plan Gambar 19. Satu Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Prosedur Mikro (Sumber: Agus Kritiyanto, 2010: 55)
54
Rancangan Siklus 1 a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun sekenario pembelajaran yang terdiridari: 1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) senam lantai gerakan guling lenting (neck spring)dengan mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam Penelitian Tindakan Kelas. 2. Menyusun instrument yang digunakan dalam siklus PTK, penilaian senam lantai gerakanguling lenting (neck spring) 3. Menyiapkan media yang diperlukan dalam membantu pengajaran 4. Menyusun alat evaluasi pembelajaran b. Tahap pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses pembelajaran dilapangan dengan langkah-langkah kegiatan antara lain: 1. Menjelaskan kegiatan belajar mengajar senam lantai gerakan guling lenting (neck spring)Melakukan pemanasan 2. Membentuk kelompok dalam proses pembelajaran 3. Melakukan latihan teknik dasar senam lantai gerakan guling lenting (neck spring) 4. Menarik kesimpulan 5. Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung 6. Melakukan pendinginan c. Tahap Observasi Kegiatan observasi dilakukan dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap penggunaan alat bantu pembelajaran senam lantai gerakan guling lenting (neck spring)dalam pendidikan jasmani yang diterapkan terhadap proses pembelajaran. d. Tahap Refleksi Refleksi merupakan tahap untuk menelaah dan memproses data yang didapat saat pelaksanaan observasi. Pada tahap ini
mengemukakan hasil
55
penemuan dari pelaksanaan tindakan pertama yang memerlukan perbaikan pada siklus berikunya:
2.Rancangan Siklus 2 Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran pendidikan jasmani. Demikian juga termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi, dan interprestasi serta analisis, dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.